Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Analisis Resiko
Kesehatan Lingkungan
Dosen Mata Kuliah : Bibit Nasrokhatun D, S.KM.,M.Kes
Disusun Oleh :
Amalia Nurul Haqiqi CMR0160004
Deti Diantari CMR0160006
Kadarismah CMR0160012
Maya Sit Alwiyah CMR0160016
Robby Ridwan Ramdan CMR0160024
Sarah Putri Utami CMR0160025
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
kasih sayang-Nyalah makalah yang berjudul “Dosis-Respon Kloroform Pada
Air Bersih” ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan
tentang limbah berbahaya dan beracun khususnya kloroform. Sehingga pembaca
dapat memilah penggunaan kloroform, mengetahui sumber kloroform, bahaya dan
cara mengelolanya.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,
kepada pembaca diharapkan adanya masukan yang baik berupa kritik dan saran
agar penulis dapat membuat makalh yang lebih baik di masa yang akan datang.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................
1.4 Manfaat................................................................................................
BAB II ISI
2.1 Sumber-Sumber Limbah Kloroform...................................................
2.2 A..........................................................................................................
2.3 A..........................................................................................................
2.4 A..........................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
LAMPIRAN..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian
Kloroform merupakan senyawa hepatotoksik. Mekanisme kerjanya adalah
melalui metabolit reaktifnya, radikal triklorometil yang secara kovalen mengikat
protein dan lipid tidak jenuh dan menyebabkan peroksidasi lipid. Membran subsel
sangat kaya akan lipid seperti itu, akibatnya bersifat sangat rentan. Perubahan
kimia dalam membran dapat menyebabkan pecahnya membran itu.Namun
Recnagel mengemukakan bahwa peroksidasi lipid mikrosom mungkin
menyebabkan penekanan pada pompa Ca2+ mikrosom yang mengakibatkan
gangguan awal honeostatis Ca2+ sel hati. Keadaan ini dapat menyebabkan
kematian sel hati (Maycek, 1991).
Senyawa kloroform adalah senyawa haloalkana yang mengikat tiga atom
halogen klor (Cl) pada rantai C-nya. Kloroform (CHCl3) atau trikloromeana sering
digunakan sebagai bahan pembius, pelarut untuk lemak dan pelarut nonpolar di
laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun
mudah menguap (Fessenden, 1990).
Kloroform merupakan cairan yang tidak dapat bercampur dengan air,
bercampur baik dengan alkohol dan minyak. Kloroform digunakan sebagai
anastetik, kadang-kadang digunakan sebagai karminatif pembawa dalam bentuk
kloroform cair, atau dari emulsi kloroform. Penggunaannya secara oral atau secara
inhalasi yang berlebihan dapat menyebabkan oksidan kematian dari saluran
pernapasan dan penekanan miokard. Sintesa kloroform selain dari alkohol dapat
dibuat dengan aseton. Perbedaan keduanya adalah pada tahap reaksi dimana pada
sintesa kloroform menggunakan kloroform etanol terdapat tiga tahap reaksi saja
(Senisedil, 1992).
Kloroform juga merupakan suatu obat emestetik kuat dan tertua, berupa cairan
dengan bau spesifik, rasanya kemais-manisan, pedas, tidak dapat terbakar atau
eksplosif. Khasiat anastetiknya sangat kuat tetapi karena terlalu toksik bagi hati
dan jantung sehingga hampir tidak digunakan lagi (Tan Huan Tjai, 1991).
Kloroform adalah obat bius yang lebih efektif daripada nitrous oxide.
Metabolisme kloroform dalam tubuh adalah dosis-tergantung, secara proporsional
lebih tinggi dari eksposur. Kloroform secara ekstensif dimetabolisme oleh hati.
Metabolit kloroform termasuk fosgen, karbena dan klorin, yang semuanya dapat
berkontribusi untuk aktivitas sitotoksik nya. Penggunaan kloroform
berkepanjangan sebagai obat bius dapat menyebabkan toxaemia. Keracunan akut
dikaitkan dengan sakit kepala, kesadaran berubah, kejang, kelumpuhan pernafasan
dan gangguan dari sistem saraf otonom: pusing, mual, dan muntah yang umum.
Kloroform juga dapat menyebabkan kerusakan tertunda-onset ke jantung, hati dan
ginjal. Ketika digunakan dalam anestesi, pingsan biasanya diawali dengan tahap
eksitasi. Ini diikuti oleh hilangnya refleks, sensasi berkurang dan kehilangan
kesadaran keseluruhan. Mekanisme tindakan anestesi umumnya masih kurang
dipahami (Fessenden, 1990).
Pada tahun 2008, ditemukan bahwa kloroform menghambat saluran ion
kalsium TRPC5 dominan di otak. Efek ini memblokir pada saluran ion TRPC5
dibagi oleh kontemporer senyawa anestesi intravena dan menghirup sama. Reaksi
pembuatan kloroform disebut juga reaksi haloform disebabkan karena halogen
(klor) juga bereaksi dengan metal keton, yang menghasilkan kloroform (CHCl 3).
Hal ini disebut CHX3 atau haloform, oleh karena reaksi ini sering disebut reaksi
haloform (Senisedil, 1992).
Kaporit atau Kalsium hipoklorit adalah padatan putih yang siap didekomposisi
di dalam air untuk kemudian melepaskan oksigen dan klorin. Kalsium hipoklorit
memiliki aroma klorin yang kuat. Kalsium hipoklorit utamanya digunakan sebagai
agen pemutih atau disinfektan, komponen yang digunakan dalam pemutih
komersial, larutan pembersih, dan disinfektan untuk air minum, sistem pemurnian
air, dan kolam renang.
Reaksi haloform ini berlangsung dalam tiga tingkat :
1. Oksidasi dengan halogen (bila perlu)
2. Substitusi (klorinasi hasil oksidasi)
3. Penguraian oleh basa
Senyawa halokarbon seperti contohnya kloroform mudah dibuat, metana
berklorin dibuat melalui klorinasi metana. Dalam pembuatan atau pensintesaan
kloroform perlu diperhatikan beberapa hal yaitu dengan adanya oksigen dari udara
dan sinar matahari maka kloroform dapat teroksidasi dengan lambat menjadi
fosgen (gas yang sangat beracun), maka untuk mencegah terjadinya fosgen ini,
kloroform disimpan dalam botol yang berwarna coklat yang terisi dan
mengandung 0,5 – 1% etanol (untuk mengikat bila terjadi fosgen) (Riawan, 1990).
Senyawa kloroform dapat dibuat dengan bahan dasar berupa senyawa organik
yang memiliki gugus metil (-CH3) yang terikat pada atom C karbonil atau atom C
hidroksi yang direaksikan dengan pereaksi halogen (Cl 2). Beberapa senyawa yang
dapat membentuk kloroform dan senyawa haloform lainnya adalah etanol, 2-
propanol, 2-butanol, etanol, propanon, 2-butanon. Halogenasi sering berjalan
secara eksplosif dan hampir tanpa kecuali menghasilkan campuran produk, karena
alasan inilah halogenasi kadang saja digunakan dalam laboratorium (Keena,
1999).
Reaksi kimianya:
3NaClO+(CH3)2CO⟶CHCl3+NaCl+NaOCOCH33NaClO+
(CHX3)X2CO⟶CHClX3+NaCl+NaOCOCHX3
BAB III
PEMBAHASAN
KLOROFORM
MANUSIA
KEMATIAN
b. Pengelolaan Limbah Kloroform
1. Netralisasi
Netralisasi digunakan untuk membuat limbah menjadi memiliki pH
antara 6,0 – 9,5. Karena diluar pH itu limbah bersifat racun bagi kehidupan
air. Pada proses netralisasi ini digunakan bahan tambahan larutan kimia
asam atau larutan kimia basa dengan menggunakan indikator tertentu untuk
menjadikannya senyawa netral.
Secara umum reaksi netralisasi tersebut sebagai berikut:
c. Destilasi Bertingkat
Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-
komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Distilasi ini juga dapat digunakan untuk
campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan bekerja
pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari
distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk
memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah. Perbedaan
distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom
fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan
suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya.
Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat
yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak
volatil cairannya. Destilasi bertingkat adalah proses pemisahan destilasi
ke dalam bagian-bagian dengan titik didih makin lama makin tinggi
yang selanjutnya pemisahan bagian-bagian ini dimaksudkan untuk
destilasi ulang. Destilasi bertingkat merupakan proses pemurnian
zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya berupa senyawa cair yang
titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik didih senyawa
yang akan dimurnikan. Dengan perkataan lain, destilasi ini bertujuan
untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu campuran yang
komponen-komponennya memiliki perbedaan titik didih relatif kecil.
Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran aseton-
metanol, karbon tetra klorida-toluen, dll. Pada proses destilasi
bertingkat digunakan kolom fraksinasi yang dipasang pada labu
destilasi.
Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan uap
campuran senyawa cair yang titik didihnya hampir sama/tidak begitu
berbeda. Sebab dengan adanya penghalang dalam kolom fraksinasi
menyebabkan uap yang titik didihnya sama akan sama-sama menguap
atau senyawa yang titik didihnya rendah akan naik terus hingga
akhirnya mengembun dan turun sebagai destilat, sedangkan senyawa
yang titik didihnya lebih tinggi, jika belum mencapai harga titik
didihnya maka senyawa tersebut akan menetes kembali ke dalam labu
destilasi, yang akhirnya jika pemanasan dilanjutkan terus akan
mencapai harga titik didihnya. Senyawa tersebut akan menguap,
mengembun dan turun/menetes sebagai destilat
d. Destilasi vakum
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin
didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum
atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih
di atas 150 °C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut
dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air
dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh
air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator.
ug / CHC1 3 / l air yang dikonsumsi sehari-hari tergantung pada set data yang
7
digunakan. Perkiraan kepercayaan 95 persen atas akan berkisar antara 3 X 10 -
dan 22 X 10 - 7 ug / l / hari.
Tingkat Eksposur
National Academy of Science (NAS, 1978a) mengumpulkan data
berdasarkan paparan kloroform pada manusia. Perhitungan penyerapan manusia
didasarkan pada asupan cairan, volume pernapasan, dan data konsumsi makanan
untuk "orang referensi" seperti yang disusun oleh Komisi Internasional untuk
Perlindungan Radiologi. Menurut laporan NAS, penggunaan kloroform dari
atmosfer pada tingkat paparan minimum sekitar 10 kali lebih besar.
Eksposur
Tertelan dari Air
Dalam sebuah penelitian di 80 kota, kloroform ditemukan di semua
persediaan air minum jadi yang dihasilkan dari air mentah yang telah diklorinasi
(Symons, et ale 1975). Kloroform biasanya ditemukan dalam konsentrasi tertinggi
di antara empat trihalometana yang biasanya terdeteksi. Dalam persediaan air
minum jadi, masing-masing tingkat kloroform, bromodiklorometana,
dibromoklorometana, dan bromoform berkisar antara kurang dari 0,1 ug / l hingga
311 ug / l, tidak terdeteksi hingga 116 ug / l, tidak terdeteksi hingga 100 ug / l,
dan tidak terdeteksi hingga 92 ug / l. Konsentrasi total trihalomethanes tertinggi
ditemukan pada persediaan air minum jadi dimana air permukaan digunakan
sebagai sumber; sumber air diklorinasi dan sisa klor bebas dari klorinasi ini lebih
besar dari 0,4 mg / l. Total konsentrasi trihalometana umumnya terkait dengan
kandungan organik air mentah ketika klorin yang cukup ditambahkan untuk
membuat residu klorin.
Analisis air sumber baku menunjukkan hanya kontribusi kecil terhadap
tingkat kloroform dari air minum jadi, sehingga menyimpulkan produksi
kloroform dalam proses klorinasi. Dalam Pernyataan Dasar dan Tujuannya untuk
Amandemen Peraturan Nasional Air Minum Primer Nasional untuk Trihalo-
methanes, 1978, a. EPA (1978b) meninjau data terbaru tentang paparan kloroform
dari air minum. Data yang berasal dari National Organics Monitoring Study
(NOMS) (US EPA, 1977) mencatat bahwa dengan angka konsumsi per kapita
rata-rata 2 liter per hari dan penyerapan tubuh 100% dari kloroform, total
penyerapan kloroform dari air diperkirakan akan nilai rata-rata 61mg / tahun dan
nilai maksimum 343 mg / tahun. Rata-rata NOMS yang sesuai dan konsentrasi
kloroform maksimum untuk air minum adalah 0,083 mgjl dan 0,47 m / l. Bukti
tambahan produksi kloroform sebagai akibat dari praktik klorinasi dalam renovasi
air disediakan oleh Bellar, et al. (1974). Konsentrasi kloroform dalam pengaruh
dan efisiensi dari pabrik pengolahan limbah Cincinnati, Ohio di mana negara
ch10ri dipraktekkan masing-masing adalah 9,3 ~ g / l dan 12,1 ug / l.
Tingkat kloroform yang jauh lebih tinggi telah ditemukan dalam limbah cair
dan juga sebagai akibat dari tumpahan industri yang tidak disengaja. Limbah cair
limbah dari perusahaan karet dan kimia di Louisville, Kentucky telah memiliki
kadar kloroform setinggi 22.000 ~ g / l (National Academy of Sciences (NAS),
1978a). Tumpahan gigi ke Sungai Mississippi dipelajari secara rinci oleh Neely,
et al. (1976); kerusakan itu termasuk pecahnya dua tangki tongkang dan pelepasan
1,75 juta pound (0,79 x 10+ 6 kg) kloroform. Banyak tumpahan telah terdeteksi di
hulu Sungai Ohio (Thomas, 1979), dan kadar 50 ~ g / l bertahan selama lima hari
pada bulan Maret 1978. Kedua sungai ini berfungsi sebagai sumber air baku untuk
persediaan air minum jadi, dan itu adalah jelas bahwa insiden ini berkontribusi
terhadap paparan kloroform yang tinggi secara abnormal pada populasi manusia.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kloroform merupakan senyawa yang tergolong bahan berbahaya beracun
(B3) dan bersifat toxic. Kloroform terdapat di alam bebas dan ada pada limbah
rumah sakit, pembuatan kertas dan pelapis teflon dalam bentuk plastik PTFE.
Bahaya limbah kloroform adalah dapat menyebabkan kematian apabila dosis
tinggi, lingkungan menjadi rusak karena penyumbang gas emisi yang akan
bedampak pada menipisnya lapisan ozon, dan dalam jangka panjang dapat
menyebabkan kanker pada hati dan ginjal serta iritiasi kulit dan mata. Senyawa ini
dapat larut dalam air minum dan melalui perantara udara, kemudian terpapar
kepada manusia, hewan, tumbuhan dan ekosistem lainnya. Cara pengolahan
limbah klorofom dapat dengan berbagai cara, yaitu presipitasi, distilasi dan
netralisasi.
4.2 Saran
Saran untuk pembaca adalah agar dapat mencari kembali sumber, bahaya dan
cara pengolahan limbah kloroform lebih detail. Selain itu, juga dapat dilakukan
publikasi dalam media lainnya seperti poster, karikatur, ataupun animasi yang
berhubungan dengan limbah kloroform. Pembaca diharapkan dapat
menyebarluaskan mengenai makalah ini agar masyarakat tahu mengenai limbah
bahan berbahaya beracun ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27227/Chapter%20II.pdf?
sequence=4 (Diakses Pada 30 Oktober 2017).
https://www.epa.gov/sites/production/files/2016-09/documents/chloroform.pdf
(Diakses Pada 29 Oktober 2017).
http://www.academia.edu/17289444/Makalah_Pengolahan_Limbah_Dengan_Rea
ksi_Netralisasi (Diakses Pada 30 Oktober 2017).
https://journal.uny.ac.id/index.php/saintek/article/viewFile/2140/1780
(Diakses Pada 30 Oktober 2017).
http://nanosmartfilter.com/jenis-dan-model-teknik-destilasi-sederhana/
(Diakses Pada 30 Oktober 2017).
United States Environmental Protection Agency, 1980. Ambient Water Quality
Criteria For Chloroform. Office Of Water Regulations and Standards
Criteria and Standards Division Washington DC 20460. EPA 440/5-80-
033 October 1980. https://www.epa.gov/wqc/ambient-quality-criteria-
chloroform. Diakses pada 17 Januari 2020.