Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

”Dosis-Respon Kloroform Pada Air Bersih

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Analisis Resiko
Kesehatan Lingkungan
Dosen Mata Kuliah : Bibit Nasrokhatun D, S.KM.,M.Kes

Disusun Oleh :
Amalia Nurul Haqiqi CMR0160004
Deti Diantari CMR0160006
Kadarismah CMR0160012
Maya Sit Alwiyah CMR0160016
Robby Ridwan Ramdan CMR0160024
Sarah Putri Utami CMR0160025

Kelas Reguler A Semester VII

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
kasih sayang-Nyalah makalah yang berjudul “Dosis-Respon Kloroform Pada
Air Bersih” ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan
tentang limbah berbahaya dan beracun khususnya kloroform. Sehingga pembaca
dapat memilah penggunaan kloroform, mengetahui sumber kloroform, bahaya dan
cara mengelolanya.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,
kepada pembaca diharapkan adanya masukan yang baik berupa kritik dan saran
agar penulis dapat membuat makalh yang lebih baik di masa yang akan datang.

Kuningan, Januari 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................
1.4 Manfaat................................................................................................
BAB II ISI
2.1 Sumber-Sumber Limbah Kloroform...................................................
2.2 A..........................................................................................................
2.3 A..........................................................................................................
2.4 A..........................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
LAMPIRAN..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, sehingga ketersediaannya amatlah penting. Pemanfaatannya
tidak hanya terbatas untuk keperluan rumah tangga, tetapi juga untuk fasilitas
umum, sosial maupun ekonomi. Air bersih yang digunakan sehari-hari harus
memiliki kualitas yang baik untuk konsumsi sesuai dengan standar air minum di
Indonesia yaitu PP No.82 Tahun 2001 dan KepMen No.907 Tahun 2002. Begitu
pentingnya air bersih bagi kehidupan manusia, sehingga memungkinkan
penyediaan menjadi terbatas bila pemanfaatannya tidak diatur dengan baik,
sehingga harus dibuat suatu jaringan perpipaan yang tertata baik untuk
mendistribusikan air bersih secara merata kesetiap konsumen.
Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kualitas kehidupan makhluk di sekitarnya sehingga masalah pencemaran
lingkungan ini menjadi salah satu hal yang paling krusial. Berdasarkan UU
Lingkungan, pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan-
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga
kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi dengan peruntukannya.
Pencemaran lingkungan sering pula dikaitkan dengan keberadaan industri.
Hal ini tidak terlepas dari kegiatan industri yang melibatkan penggunaan bahan-
bahan kimia yang berbahaya. Apalagi jika limbah industri dilepas ke lingkungan
tanpa melalui proses pengolahan lebih lanjut sehingga bahan-bahan tersebut sulit
untuk diurai oleh mikroorganisme di lingkungan pembuangannya. Hal tersebut
tentunya menimbulkan masalah yang merugikan lingkungan, manusia, hewan,
tumbuhan dan ekosistem di sekitarnya.
Perkembangan industri yang sangat pesat pada zaman ini banyak
menimbulkan permasalahan lingkungan. Masalah yang paling utama yang
dihadapi oleh industri sekarang adalah pencemaran lingkungannya yang
bersumber dari pembuangan limbah dari kegiatan industri. Tidak jarang suatu
industri menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Menurut
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3
adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan
atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Sifat limbah B3
yang sulit untuk dinetralisir oleh lingkungan membuat penanganan limbah ini
perlu mendapat perhatian khusus. Salah satu limbah B3 yang terdapat di industri
kertas dan umumnya ada di rumah sakit yaitu kloroform.
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl 3). Kloroform
dikenal karena sering digunakan sebagai bahah pembius, meskipun kebanyakan
digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada
suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap. Kloroform dapat dibuat
dengan empat cara, yaitu klorinasi metana, klorinasi fotokimia, reduksi karbon
tetraklorida dan reaksi aseton dengan kaporit. Sifatnya yang bersifat toxic
membuat kloroform tergolong limbah B3.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sumber limbah kloroform?
2. Bagaimana bahaya limbah kloroform?
3. Bagaimana jalur paparan limbah kloroform kepada manusia?
4. Bagaimana mengelola limbah kloroform?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sumber limbah kloroform
2. Untuk mengetahui bahaya limbah kloroform
3. Untuk mengetahui jalur paparan limbah kloroform kepada manusia
4. Untuk mengetahui cara pengelolaan limbah kloroform.
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini agar pembaca mengetahui sumber,
bahaya, jalur paparan dan cara pengelolaan dari limbah kloroform.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Kloroform merupakan senyawa hepatotoksik. Mekanisme kerjanya adalah
melalui metabolit reaktifnya, radikal triklorometil yang secara kovalen mengikat
protein dan lipid tidak jenuh dan menyebabkan peroksidasi lipid. Membran subsel
sangat kaya akan lipid seperti itu, akibatnya bersifat sangat rentan. Perubahan
kimia dalam membran dapat menyebabkan pecahnya membran itu.Namun
Recnagel mengemukakan bahwa peroksidasi lipid mikrosom mungkin
menyebabkan penekanan pada pompa Ca2+ mikrosom yang mengakibatkan
gangguan awal honeostatis Ca2+ sel hati. Keadaan ini dapat menyebabkan
kematian sel hati (Maycek, 1991).
Senyawa kloroform adalah senyawa haloalkana yang mengikat tiga atom
halogen klor (Cl) pada rantai C-nya. Kloroform (CHCl3) atau trikloromeana sering
digunakan sebagai bahan pembius, pelarut untuk lemak dan pelarut nonpolar di
laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun
mudah menguap (Fessenden, 1990).
Kloroform merupakan cairan yang tidak dapat bercampur dengan air,
bercampur baik dengan alkohol dan minyak. Kloroform digunakan sebagai
anastetik, kadang-kadang digunakan sebagai karminatif pembawa dalam bentuk
kloroform cair, atau dari emulsi kloroform. Penggunaannya secara oral atau secara
inhalasi yang berlebihan dapat menyebabkan oksidan kematian dari saluran
pernapasan dan penekanan miokard. Sintesa kloroform selain dari alkohol dapat
dibuat dengan aseton. Perbedaan keduanya adalah pada tahap reaksi dimana pada
sintesa kloroform menggunakan kloroform etanol terdapat tiga tahap reaksi saja
(Senisedil, 1992).
Kloroform juga merupakan suatu obat emestetik kuat dan tertua, berupa cairan
dengan bau spesifik, rasanya kemais-manisan, pedas, tidak dapat terbakar atau
eksplosif. Khasiat anastetiknya sangat kuat tetapi karena terlalu toksik bagi hati
dan jantung sehingga hampir tidak digunakan lagi (Tan Huan Tjai, 1991).
Kloroform adalah obat bius yang lebih efektif daripada nitrous oxide.
Metabolisme kloroform dalam tubuh adalah dosis-tergantung, secara proporsional
lebih tinggi dari eksposur. Kloroform secara ekstensif dimetabolisme oleh hati.
Metabolit kloroform termasuk fosgen, karbena dan klorin, yang semuanya dapat
berkontribusi untuk aktivitas sitotoksik nya. Penggunaan kloroform
berkepanjangan sebagai obat bius dapat menyebabkan toxaemia. Keracunan akut
dikaitkan dengan sakit kepala, kesadaran berubah, kejang, kelumpuhan pernafasan
dan gangguan dari sistem saraf otonom: pusing, mual, dan muntah yang umum.
Kloroform juga dapat menyebabkan kerusakan tertunda-onset ke jantung, hati dan
ginjal. Ketika digunakan dalam anestesi, pingsan biasanya diawali dengan tahap
eksitasi. Ini diikuti oleh hilangnya refleks, sensasi berkurang dan kehilangan
kesadaran keseluruhan. Mekanisme tindakan anestesi umumnya masih kurang
dipahami (Fessenden, 1990).
Pada tahun 2008, ditemukan bahwa kloroform menghambat saluran ion
kalsium TRPC5 dominan di otak. Efek ini memblokir pada saluran ion TRPC5
dibagi oleh kontemporer senyawa anestesi intravena dan menghirup sama. Reaksi
pembuatan kloroform disebut juga reaksi haloform disebabkan karena halogen
(klor) juga bereaksi dengan metal keton, yang menghasilkan kloroform (CHCl 3).
Hal ini disebut CHX3 atau haloform, oleh karena reaksi ini sering disebut reaksi
haloform (Senisedil, 1992).
Kaporit atau Kalsium hipoklorit adalah padatan putih yang siap didekomposisi
di dalam air untuk kemudian melepaskan oksigen dan klorin. Kalsium hipoklorit
memiliki aroma klorin yang kuat. Kalsium hipoklorit utamanya digunakan sebagai
agen pemutih atau disinfektan, komponen yang digunakan dalam pemutih
komersial, larutan pembersih, dan disinfektan untuk air minum, sistem pemurnian
air, dan kolam renang.
Reaksi haloform ini berlangsung dalam tiga tingkat :
1. Oksidasi dengan halogen (bila perlu)
2. Substitusi (klorinasi hasil oksidasi)
3. Penguraian oleh basa
Senyawa halokarbon seperti contohnya kloroform mudah dibuat, metana
berklorin dibuat melalui klorinasi metana. Dalam pembuatan atau pensintesaan
kloroform perlu diperhatikan beberapa hal yaitu dengan adanya oksigen dari udara
dan sinar matahari maka kloroform dapat teroksidasi dengan lambat menjadi
fosgen (gas yang sangat beracun), maka untuk mencegah terjadinya fosgen ini,
kloroform disimpan dalam botol yang berwarna coklat yang terisi dan
mengandung 0,5 – 1% etanol (untuk mengikat bila terjadi fosgen) (Riawan, 1990).
Senyawa kloroform dapat dibuat dengan bahan dasar berupa senyawa organik
yang memiliki gugus metil (-CH3) yang terikat pada atom C karbonil atau atom C
hidroksi yang direaksikan dengan pereaksi halogen (Cl 2). Beberapa senyawa yang
dapat membentuk kloroform dan senyawa haloform lainnya adalah etanol, 2-
propanol, 2-butanol, etanol, propanon, 2-butanon. Halogenasi sering berjalan
secara eksplosif dan hampir tanpa kecuali menghasilkan campuran produk, karena
alasan inilah halogenasi kadang saja digunakan dalam laboratorium (Keena,
1999).

2.2 Material Safety Data Sheet (MSDS) Kloroform


MSDS memuat informasi mengenai sifat-sifat zat kimia, hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan zat kimia, pertolongan apabila terjadi kecelakaan,
penanganan zat yang berbahaya. Adapun MSDS pada kloroform adalah sebagai
berikut :

1. Penampilan: Jelas, cairan tidak berwarna.


2. Bau: bau halus Karakteristik.
3. Kelarutan: air 0.8g/100g @ 20C (68F).
4. Spesifik Gravity: 1,48 @ 20C/4C
5. pH: Tidak ada informasi yang ditemukan.
6. Volatiles% volume @ 21C (70F): 100
7. Boiling Point: 62C (144F)
8. Titik lebur:-63.5C (-83F)
9. Kepadatan uap (udara = 1): 4,1
10. Tekanan uap (mm Hg): 160 @ 20C (68F)
11. Tingkat evaporasi (BuAc = 1): 11,6
12. Bagian 10 Stabilitas dan Reaktivitas
13. Stabilitas: Stabil di bawah kondisi biasa penggunaan

2.3 Reaksi Pembentukan Kloroform

Klorofom pertama kali diproduksi oleh seorang apoteker Jerman bernama


Moldenhawer degnan mencampurkan Kalsium Hipoklorit (lime) dengan etanol.
Menariknya ialah, Kalsium Hipoklorit merupakan senyawa aktif yang digunakan
dalam pemutih (Bayklin), sehingga mencampurkan Bayklin dengan
alkohol9ertanol) sangatlah berbahaya karena dapat menghasilkan Kloroform.

Reaksi kimianya:

3NaClO+(CH3)2CO⟶CHCl3+NaCl+NaOCOCH33NaClO+
(CHX3)X2CO⟶CHClX3+NaCl+NaOCOCHX3
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kloroform dan Karakteristiknya


Kloroform,  atau yang juga dikenal sebagai triklorometana adalah senyawa
yang tidak berwarna, berbentuk cairan beraroma manis dengan rumus kimia
CHCl3. Senyawa ini paling dikenal untuk digunakan dalam sejarah sebagai
anestesi umum, meskipun sekarang ini telah dikurangi penggunaannya karena
masalah keamanan. Saat ini kloroform atau triklorometana lebih sering digunakan
dalam berbagai proses industri, termasuk pembuatan plastik, pendingin, dan
pelarut. Kloroform ini ditemukan dalam jumlah kecil dalam air dan udara,
sebagian besar berasal dari sumber alami. Kloroform adalah racun dan cepat
melepaskan uap bila terkena udara, sehingga harus ditangani dengan hati-hati.
Kloroform adalah senyawa organik cair yang mudah menguap, tidak
berwarna, memiliki bau yang tajam dan menusuk, Bila terhirup dapat
menimbulkan kantuk. Kloroform mempunyai berat molekul 119,38 gr/mol. Titik
didih 61,20. Titik lebur - 63,50. Massa jenis 1,49 gr/cm3. Kelarutan dalam air
0,82 gr/l. Viskositas 0,542 cP. Kloroform dapat digunakan sebagai obat bius dan
dapat digunakan sebagai pelarut dalam industri ataupun di labolatorium. Dalam
percobaan ini, reaksi yng digunakan dalam proses pembentukan kloroform adalah
reaksi subtitusi. Reaksi ini ini terjadi karena adanya spesi yang bersifat
elektronegatif dan tertarik kearah atom yang bermuatan posistif.
Percobaan dalam mensintesis kloroform bahan dasar yang digunakan adalah
aseton dan bubur kaporit namun dalam praktikum ini digunakan markalak.
Markalak dibuat terlebih dahulu dengan campuran aseton sebanyak 44 ml dan
bubur kaporit 100 gr dalam wadah yang akan digunakan merefluks sampel, yang
di dalamnya di tambahkan batu didih yang berfungsi untuk mempercepat proses
pendidihan dan sekaligus membantu proses pemanasan secara
menyeluruh. Setelah itu campuran direfluks untuk mendapatkan kloroform murni.
Adapun saat direfluks digunakan penangas air karena suhu dari pelarut yakni
aseton adalah 56,67 °C yang berarti dibawah 100 °C direfluks selama 10 menit,
dihitung saat tetes pertama kloroform jatuh ke dalam labu. Perefluksan dihentikan
setelah mencapai waktu yang telah ditentukan.

Gambar 1. Tahap refluks


Bubur kaporit dalam percobaan ini merupakan salah satu bahan yang utama
yang akan digunakan dalam pembuatan kloroform dimana bubur kaporit bereaksi
dengan air akan menghasilkan Cl2 setelah dipanaskan, bersifat radikal bebas yang
menarik atom H dari aseton dalam proses selanjutnya (dapat dilihat dalam
mekanisme reaksi). Penambahan aseton ini merupakan tahap halogenasi, dimana
proses pembuatan kloroform terdiri dari tiga tahap yaitu pembuatan bubur kaporit,
halogenasi, haloroform/pemisahan (multihalogenasi). Halogenasi ini merupakan
proses penggantian  atom H alfa dengan Cl (reaksi subsitusi).
Proses selanjutnya yaitu melakukan destilasi, proses destilasi ini dilakukan
hingga suhu 60-70oC. Prosesnya dilakukan dengan menyimpan labu destilat di
atas tempat pemanas yang didalamnya berisi kaporit, alkohol dan air serta
ditambahkan batu didih yang berfungsi untuk menstabilkan suhu pada proses
destilasi. Kemudian di rancang dengan benar agar tidak ada uap yang keluar dari
alat tersebut. Selama proses destilasi berlangsung, campuran akan menguap yang
mengandung kloroform dan air. Uap ini akan melewati tabung kondensor dan
mengembun. Embun ini mencair dan mengalir ke penampungan destilat. Secara
teori kloroform yang mengandung air seharusnya dipisahkan dengan
menggunakan basa dalam corong pisah sehingga terbentuk lapisan dimana
kloroform berada di lapisan bawah karena kloroform mengandung berat jenis
yang lebih kecil.
Gambar 2. Tahap destilasi

CCl3CHO + Ca(OH)2  CHCl3 + Ca(COOH)2


Dilakukan pemanasan api bebas agar dapat menghindari terjadinya frothing
atau letupan dari larutan bila sewaktu-waktu terjadi letupan dapat segera
menghentikan pemanasan dan frothing tidak terjadi. Fungsi yang sama juga
diberikan oleh batu didih, penambahan batu didih dimaksudkan untuk
menghindari frothing, disebabkan karena batu didih memiliki pori-pori yang dapat
menyerap panas dan mengeluarkan panas tersebut ke segala arah sehingga
pemanasan merata ke segala arah.
Setelah proses desilasi dilakukan di dapatkan volume destilat sebanyak 10 ml.
destilat yang didapatkan kemudian dimasukkan kedalam corong pisah dengan
penambahan HCl 5 ml, setelah itu dilakukan ekstraksi.

Gambar 3. Tahap ekstraksi


Dalam corong pisah terbentuk dua lapisan, berdasarkan literature, kloroform
berada dilapisan bawah dikarenakan berat jenisnya lebih besar. Setelah berada
didalam corong pisah, dilakukan pengocokan agar gas yang terdapat didalam
corong pisah dapat dikeluarkan dan lapisan dapat terpisah dengan baik. Setelah
dilakukan pengocokan, lapisan akan dipisahkan dengan mengambil lapisan bawah
atau kloroform.

Gambar 4. Tahap ekstraksi kembali dengan penambahan aquadest


hingga pH kloroform netral

Kloroform tersebut kemudian di uji pH nya dan didapatkan bahwa kloroform


masih bersifat asam, sehingga ditambahkan lagi aquadest untuk menetralkannya
kembali, setelah ditambahankan aquadest, larutan di ekstraksi dan uji pH kembali
hingga pH kloroform kembali netral.
Di laboratorium, triklorometana sering digunakan sebagai pelarut yang stabil,
relatif tidak aktif, dan melarutkan banyak senyawa organik. Hal ini sangat efektif
dalam penggalian zat dari bahan tanaman dan digunakan dengan cara ini dalam
industri farmasi untuk mengekstraksi obat-obatan dan prekursor obat dari
tanaman. Hal ini juga dapat digunakan dalam kimia analitik untuk mengisolasi
senyawa dari sampel dan digunakan dalam sintesis banyak bahan kimia organik.
Kloroform merupakan senyawa dari asam formiat dan termasuk senyawa
polihalogen  yaitu senyawa turunan karboksilat yang mengikat lebih dari satu
atom halogen. Kloroform berasal dari bahan dasar aseton dan bubur kaporit.
Dalam pembuatannya bubur kaporit  (CaOCl2) adalah bahan dasar dimana kapur 
klor mengakibatkan oksidasi dan klorisasi sehingga terjadi trikloroasetaldehida,
yaitu suatu zat basa yang ada dikapur. Klor itu terurai menjadi asam formiat
(dalam bentuk garam kalsiumnya) dan kloroform.Selain  itu pada pembuatan
kloroform digunakan NaOH sebagai  katalis pembersih. Kloroform (CHCl3) tidak
larut dalam air tetapi merupakan pelarut efektif untuk senyawa organik.Prinsip 
kerja dan sintesis kloroform adalah halogenasi  yaitu reaksi subsitusi yang terjadi
pada suatu senyawa organik yang memiliki halogen alfa. Halogenasi terjadi
karena pengaruh tarikan atom oleh unsur golongan halogen.
Dalam industri, kloroform diperoleh dengan pemanasan campuran dari klorin
dan kloro metana atau metan.Pada suhu 400-500oC bebas dari radikal halogenasi.
Dalam pembuatan  atau sintesis kloroform perlu diperhatikan beberapa hal yaitu
dengan  adanya oksigen dari udara dan sinar matahari maka kloroform dapat
teroksidasi dengan lambat menjadi fosgen  (gas yang sangat beracun). Adapun
sifat fisika dan kimia klorofrom adalah sebagai berikut :

A. Sifat Fisika Kloroform:


1. Berat molekul : 119,38 gr/mol
2. Titik didih : 61,20 C
3. Titik lebur : - 63,50 C
4. Massa jenis : 1,49 gr/cm3 (200 C)
5. Kelarutan dalam air : 0,82 gr/l (200 C)
6. Viskositas : 0,542 cP
B. Sifat Kimia Kloroform:
1. Rumus molekul : CHCl3
2. Merupakan larutan yang mudah menguap, tidak berwarna, memiliki bau
yang tajam dan menusuk.
3. Bila terhirup dapat menimbulkan kantuk .
4. Tidak dapat bereaksi dengan palmitamida CH3(CH2)14CO(NH2)2 +
CHCl3 CH3(CH2)14CO(NH2)2 + CHCl3.
5. Sebagai larutan pemurni pada palmitamida.
C. Sumber Kloroform
Kloroform dapat ditemukan secara bebas di alam dan ada di berbagai industri
dan rumah sakit. Umumnya, di rumah sakit, senyawa ini digunakan sebagai
anestesi atau obat bius. Penggunaan kloroform sebagai anestesi sudah dimulai dari
1847, tapi timbul kekhawatiran. Pada tahun 1848, seorang pasien meninggal
karena jantungnya berdebar cepat dan tidak teratur sementara ia dibius. Selain itu,
kloroform digunakan sebagai bahan baku pembuatan polimer
polytetrafluoroethylene (PTFE) , pengawet tembakau atau juga digunakan dalam :
a. Bidang farmasi sebagai zat pengekstrak pada pembuatan penisilin
b. Bahan baku fungisida dan vermisida
c. Bahan untuk merekoveri minyak, lemak, steroid, alkaloid, dan glukosa.
Pada bahan baku pembuatan polimer polytetrafluoroethylene (PTFE),
kloforom berfungsi sebagai lapisan tahan panas pada teflon dan wajan. Senyawa
ini pertama bereaksi dengan hidrogen fluorida untuk membentuk Chloro dofluoro
Methana, suatu senyawa yang digunakan sebagai pendingin dan propelan untuk
kaleng aerosol. Penggunaan ini telah dihapus di banyak negara, karena
dampaknya pada lapisan ozon, tetapi produksinya masih merupakan langkah
penting dalam pembuatan PTFE.
Industri pembuatan kertas juga menghasilkan kloroform dalam bentuk limbah
cair pada proses bleaching atau pemutihan. Menurut EPA (1997), udara yang
keluar dari tangki bleaching mengandung polutan berbahaya seperti kloroform,
metanol, formaldehid dan metil etil keton. Sedangkan bahan kimia yang
menggunakan senyawa klorin organik sebagai bahan bleaching dapat membentuk
beberapa senyawa toksik seperti dioksin, furan dan klorin organik (kloroform).
3.2 Bahaya Limbah Kloroform
Bahaya limbah kloroform dapat diidentifikasi melalui uji toksikologi, yaitu:
1. Efek Akut
Efek utama dari paparan inhalasi akut pada kloroform pada manusia
adalah sistem saraf pusat yang mengalami depresi. Pada tingkat yang sangat
tinggi (40.000 ppm), paparan kloroform dapat menyebabkan kematian,
dengan konsentrasi di kisaran 1.500 sampai 30.000 ppm yang menghasilkan
anestesi, dan konsentrasi yang lebih rendah (<1.500 ppm) mengakibatkan
pusing, sakit kepala, kelelahan, dan efek lainnya. Efek yang dicatat pada
manusia yang terpapar kloroform melalui anestesi meliputi perubahan laju
pernafasan, jantung efek, efek gastrointestinal, seperti mual dan muntah, dan
efek pada hati dan ginjal. Kloroform saat ini tidak digunakan sebagai obat
bius bedah. Pada manusia, dosis oral kloroform fatal bisa serendah 10 mL
(14,8 g), dengan kematian akibat pernapasan. atau serangan jantung. (1,2)
Pengujian yang melibatkan paparan akut hewan telah menunjukkan bahwa
kloroform dapat menyebabkan kematian hewan melalui hati dan ginjal.
2. Efek Kronis
Paparan kronis pada kloroform oleh inhalasi pada manusia dikaitkan
dengan efek pada hati, termasuk hepatitis dan penyakit kuning, dan efek
sistem saraf pusat, seperti depresi dan mudah tersinggung. Inhalasi eksposur
hewan juga mengakibatkan efek pada ginjal. Paparan oral kronis pada
kloroform pada manusia telah mengakibatkan efek pada darah, hati, dan
ginjal. EPA belum menetapkan Reference Concentration (RfC) untuk
kloroform. California Environmental Protection Agency (CalEPA) telah
menetapkan tingkat paparan referensi yang kronis 0,3 miligram per meter
kubik (mg / m 3) untuk kloroform berdasarkan eksposur yang mengakibatkan
ginjal dan hati.
3. Risiko Kanker
Tidak ada informasi yang tersedia mengenai kanker pada manusia atau
hewan setelah terpapar paparan kloroform. Studi epidemiologis menunjukkan
adanya hubungan antara kanker usus besar, rektum, dan / atau kandung kemih
dan unsur penyusun air minum terklorinasi, termasuk kloroform. Namun,
tidak ada studi epidemiologi air yang hanya mengandung kloroform.
Kloroform telah terbukti bersifat karsinogenik pada hewan setelah terpapar
secara oral, menghasilkan peningkatan tumor ginjal dan hati. EPA telah
menentukan bahwa walaupun kloroform cenderung bersifat karsinogenik bagi
manusia oleh semua rute paparan di bawah kondisi paparan tinggi yang
menyebabkan kematian sel dan pertumbuhan kembali pada jaringan yang
rentan.

a. Diagram Alir Paparan Kloroform Pada Manusia


LIMBAH PULP BAHAN BAKU REKOVERI MINYAK
CAIR PLASTIK PTFE DAN GLUKOSA

KLOROFORM

MANUSIA

JALUR PERNAFASAN PUSING DAN SAKIT


IRITASI MATA
CEPAT KEPALA

SERANGAN HEPATITIS KERUSAKAN


JANTUNG (HATI & GINJAL) SARAF MATA

KEMATIAN
b. Pengelolaan Limbah Kloroform
1. Netralisasi
Netralisasi digunakan untuk membuat limbah menjadi memiliki pH
antara 6,0 – 9,5. Karena diluar pH itu limbah bersifat racun bagi kehidupan
air. Pada proses netralisasi ini digunakan bahan tambahan  larutan kimia 
asam atau larutan kimia  basa dengan menggunakan indikator tertentu untuk
menjadikannya senyawa netral.
Secara umum reaksi netralisasi tersebut sebagai berikut:

Asam + Basa Garam + Air (Kondisi lebih netral)

Netralisasi menggunakan bahan kimia dilakukan dengan menambahkan


bahan yang bersifat asam kuat atau basa kuat. Air limbah yang bersifat asam
pada mumumnya dinetralkan dengan laurtan kapur (Ca(OH)2, soda kostik
(NaOH) atau natrium karbonat (Na2CO3), sedangkan air limbah yang
bersifat basa dinetralkan dengan asam kuat seperti H2SO4, HCl atau dengan
gas CO2.
Netralisasi dengan CO2 dapat dilakukan degaan memasukkan gas CO 2
melalui bagian bawah tangki netralisasi. Gas akan membentuk gelembung-
gelembung gas yang akan bereaksi dengan basa yang ada sehingga
dihasilkan asam korbonat (H2CO3). Netralisasi dapat dilakukan dengan 2
sistem, yaitu: batch dan continue, tergantung air limbah. Netralisasi sistem
batch biasanya digunakan jika aliran sedikit dan kualitas air buangan cukup
tinggi. Netralisasi sistem continue digunakan jika laju aliran besar sehingga
perlu dilengkapi dengan alat kontrol otomatis.
2. Presipitasi
Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara
penambahan bahan - bahan kimia terlarut yang menyebabkan terbentuknya
padatan – padatan. Dalam pengolahan air limbah, presipitasi digunakan
untuk menghilangkan logam berat, sufat, fluoride, dan fosfat. Senyawa
kimia yang biasa digunakan adalah lime, dikombinasikan dengan kalsium
klorida, magnesium klorida, alumunium klorida, dan garam - garam besi.
Pengaturan pH. Pada tahap awal penelitian pendahuluan dilakukan
untuk mengetahui pola perubahan pH akibat penambahan sejumlah tertentu
basa atau asam. Dengan diketahuinya pola perubahan tersebut, maka dapat
diketahui jumlah asam atau basa yang diperlukan untuk membuat larutan
memiliki nilai pH tertentu. Untuk meningkatkan pH ditambahkan natrium
hidroksida (NaOH) 50% (w/v) dan untuk menurunkan pH digunakan asam
sulfat (H2SO4) 1 N. Presipitasi dilakukan dengan menambahkan NaOH
untuk menyisihkan logam berat terlarut. Dalam konteks ini diinginkan
sebanyak mungkin terbentuk padatan logam hidroksida sehingga dapat
dipisahkan dari cairan secara fisik, misalnya dengan sedimentasi. Percobaan
presipitasi dilakukan dengan penambahan NaOH, yaitu dengan penambahan
sejumlah larutan NaOH 50% (w/v) ke dalam 300 mL contoh limbah cair
sambil diaduk hingga diperoleh nilai pH 2, 4, 6, 8, 10, atau 12. Pengaruh
peningkatan pH terhadap penurunan konsentrasi logam berat (Hg, Ag dan
Cr) dihitung dengan menggunakan Pers. (1) dan Pers. (2):

dengan Δc reduksi konsentrasi (mg/L), η persentase reduksi (%), c0


konsentrasi awal (mg/L), dan c konsentrasi hasil pengolahan (mg/L).
3. Destilasi
Destilasi adalah suatu proses pemurnian yang didahului dengan
penguapan senyawa cair dengan cara memanaskannya, kemudian
mengembunkan uap yang terbentuk. Prinsip dasar dari destilasi adalah
perbedaan titik didih dari zat-zat cair dalam campuran zat cair tersebut
sehingga zat (senyawa) yang memiliki titik didih terendah akan menguap
lebih dahulu, kemudian apabila didinginkan akan mengembun dan menetes
sebagai zat murni (destilat). Destilasi digunakan untuk memurnikan zat cair,
yang didasarkan atas perbedaan titik didih cairan. Pada proses ini cairan
berubah menjadi uap. Uap ini adalah zat murni. Kemudian uap ini
didinginkan pada pendinginan ini, uap mengembun manjadi cairan murni
yang disebut destilat.
Distilasi terbagi menjadi 4 macam, yaitu:
a. Destilasi Sederhana
Destilasi sederhana adalah salah satu cara pemurnian zat cair yang
tercemar oleh zat padat/zat cair lain dengan perbedaan titik didih cukup
besar, sehingga zat pencemar/pengotor akan tertinggal sebagai residu.
Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran cair-cair, misalnya
air-alkohol, air-aseton, dll. Alat yang digunakan dalam proses destilasi
ini antara lain, labu destilasi, penangas, termometer,
pendingin/kondensor leibig, konektor/klem, statif, adaptor, penampung,
pembakar, kaki tiga dan kasa.
b. Destilasi Uap
Destilasi uap umumnya digunakan untuk memurnikan senyawa
organic yang terdestilasi uap (volatile), tidak tercamourkan dengan air,
mempunyai tekanan uap yang tinggi pada 100 derajat C dan
mengandung pengotor yang tidak atsiri (nonvolatile). Destilasi uap
dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia yang
mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada
tekanan udara normal. Pada pemanasan biasa kemungkinan akan terjadi
kerusakan zat aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut maka pemurnian
dilakukan dengan destilasi uap. Dengan adanya uap air yang masuk,
maka tekanan kesetimbangan uapzat kandungan kan diturunkan
menjadi sama dengan tekanan bagian didalam suatu system, sehingga
produk akan terdestilasi dan terbawa oleh uap air yang mengalir.
Destilasi uap juga suatu proses pemindahan massa kesuatu media massa
yang bergerak . Uap jenuh akan membasahi permukaan bahan,
melunakkan jaringan dan menembus kedalam melalui dinding sel, dan
zat aktif akan pindah ke rongga uap air yang aktif dan selanjutnya akan
pindah ke rongga uap yang bergerak melalui antar fasa. Proses ini
disebut hidrodifusi.

c. Destilasi Bertingkat
Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-
komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Distilasi ini juga dapat digunakan untuk
campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan bekerja
pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari
distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk
memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah. Perbedaan
distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom
fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan
suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya.
Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat
yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak
volatil cairannya. Destilasi bertingkat adalah proses pemisahan destilasi
ke dalam bagian-bagian dengan titik didih makin lama makin tinggi
yang selanjutnya pemisahan bagian-bagian ini dimaksudkan untuk
destilasi ulang. Destilasi bertingkat merupakan proses pemurnian
zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya berupa senyawa cair yang
titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik didih senyawa
yang akan dimurnikan. Dengan perkataan lain, destilasi ini bertujuan
untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu campuran yang
komponen-komponennya memiliki perbedaan titik didih relatif kecil.
Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran aseton-
metanol, karbon tetra klorida-toluen, dll. Pada proses destilasi
bertingkat digunakan kolom fraksinasi yang dipasang pada labu
destilasi.
Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan uap
campuran senyawa cair yang titik didihnya hampir sama/tidak begitu
berbeda. Sebab dengan adanya penghalang dalam kolom fraksinasi
menyebabkan uap yang titik didihnya sama akan sama-sama menguap
atau senyawa yang titik didihnya rendah akan naik terus hingga
akhirnya mengembun dan turun sebagai destilat, sedangkan senyawa
yang titik didihnya lebih tinggi, jika belum mencapai harga titik
didihnya maka senyawa tersebut akan menetes kembali ke dalam labu
destilasi, yang akhirnya jika pemanasan dilanjutkan terus akan
mencapai harga titik didihnya. Senyawa tersebut akan menguap,
mengembun dan turun/menetes sebagai destilat
d. Destilasi vakum
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin
didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum
atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih
di atas 150 °C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut
dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air
dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh
air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator.

Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem destilasi ini,


ketika air di klorinasi untuk pemurnian yang digunakan untuk konsumsi publik,
maka diproduksi lah suatu kloroform yang diperoleh dari hasil buangan air
melalui reaksi haloform. Air mempunyai sifat melarutkan bahan kimia. Abel
Wolman menyatakan bahwa air rumusnya adalah: H2O + X, dimana X adalah zat
zat yang dihasilkan air buangan oleh aktivitas manusia selama beberapa tahun.
dengan bertambahnya aktivitas manusia, maka faktor X tsb dalam air akan
bertambah dan menjadi masalah. Faktor X merupakan zat zat kimia yang mudah
larut dalam air dan dapat menimbulkan masalah Toksisitas, Reaksi reaksi kimia
yang menyebabkan pengendapan yang berlebihan, timbulnya busa yang menetap,
yang sulit untuk dihilangkan dan timbulnya respon fisiologis yang tidak
diharapkan terhadap rasa atau pengaruh laxatif. kehadiran suatu kloroform dalam
air ini perlu dilakukan suatu penelitian karena kloroform bersifat karsinogenik.
Bahaya kloroform:
1. Kontak langsung dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata.
2. Bisa menyebabkan pusing, kelelahan, dan kemandulan.
3. Bisa menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
4. Ketidak teraturan kerja hati.
5. Ketika terkena cahaya dan udara, kloroform dapat teroksidaasi dengan
lambat membentuk fosgen yang sangat beracun.
3.3 Kloroform Pada Air Minum
Lalu, bagaimanakah kloroform yang ada dalam air minum kita ?? Kita dapat
menanggulanginya dengan cara memasak air dalam panci, namun dengan keadaan
tidak tertutup. pada saat air mendidih, kloroform akan bergerak tak beraturan ke
atas bawah. kloroform ini memiliki sifat yang mudah menguap, jadi jika ia berada
di posisi permukaan ia akan menguap dengan sendirinya. inilah alasan kenapa
panci tidak ditutup saat memasak air. hindari juga minum air isi ulang. karena kita
tak tahu, apakah dalam air juga terdapat kandungan kloroform atau tidak.
sedangkan pada air isi ulang, kondisi galon tertutup rapat yang jika terdapat
kloroform, ia tak akan menguap dan akan bercampur dengan air.
3.4 Kriteria Kualitas Ambien Air Untuk Kloroform
Data yang tersedia untuk kloroform menunjukkan bahwa toksisitas akut
terhadap kehidupan air tawar terjadi pada konsentrasi serendah 28.900 gr/l, dan
akan terjadi pada konsentrasi yang lebih rendah di antara spesies yang lebih
sensitif daripada tiga spesies yang diuji. Nilai Le SO dua puluh tujuh hari
menunjukkan bahwa toksisitas kronis terjadi pada konsentrasi serendah 1,240 ~
g / l, dan dapat terjadi pada konsentrasi yang lebih rendah di antara spesies atau
tahap kehidupan lainnya yang sensitif daripada tahap siklus hidup paling awal dari
trout pelangi. Basis data untuk spesies air asin terbatas pada satu tes dan tidak ada
pernyataan yang dapat dibuat mengenai toksisitas akut atau kronis.
Pada Kesehatan manusia
Untuk perlindungan maksimum kesehatan manusia dari efek karsinogenik
potensial akibat paparan kloroform melalui konsumsi air yang terkontaminasi dan
organisme air yang terkontaminasi, konsentrasi air sekitar harus nol berdasarkan
pada asumsi non-ambang batas untuk bahan kimia ini. Namun. level nol mungkin
tidak dapat dicapai pada saat ini. Oleh karena itu, kadar yang dapat
mengakibatkan peningkatan kanker secara bertahap
risiko seumur hidup diperkirakan 10-5, 10-6, dan 10-7. Itu
kriteria yang direkomendasikan masing-masing adalah 1,90 gr / l, 0,19 gr / l,
dan 0,019 gr / l. Jika perkiraan di atas dibuat hanya untuk konsumsi organisme
akuatik, tidak termasuk konsumsi air. levelnya 157 gr/l.
EPA juga telah mengusulkan amandemen yang akan menambah peraturan air
minum bagian control organik kontaminan kimia terhalogenasi di Indonesia air
minum (43 FR 5756). Batas yang diusulkan untuk trihalo-methanes total, yang
mencakup kloroform, adalah 100 pg /l. Batas ini ditetapkan sebagian besar
berdasarkan kelayakan teknologi dan ekonomi. Awalnya batas hanya akan berlaku
untuk pasokan air yang melayani lebih dari 75.000 konsumen; ini dimaksudkan
untuk menyediakan atau terutama peningkatan pengolahan air minum di negara
ini. Dasar dan tujuan peraturan tersebut dibahas dalam sebuah makalah oleh
Kantor Air Minum yang dikeluarkan pada Januari 1978 (US EPA, 1978b).
Dokumen ini memuat sejumlah perkiraan risiko kanke tetapi dapat ditemukan
dengan adanya kloroform dalam air minum. Salah satunya, dilakukan oleh NAS,
menggunakan ekstrapolasi linear non-batas dari data hewan, memperkirakan
bahwa risiko seumur hidup akan jatuh menjadi-tween 1,5 X 10- 7 dan 17 X 10- 7

ug / CHC1 3 / l air yang dikonsumsi sehari-hari tergantung pada set data yang
7
digunakan. Perkiraan kepercayaan 95 persen atas akan berkisar antara 3 X 10 -
dan 22 X 10 - 7 ug / l / hari.
Tingkat Eksposur                                        
National Academy of Science (NAS, 1978a) mengumpulkan data
berdasarkan paparan kloroform pada manusia. Perhitungan penyerapan manusia
didasarkan pada asupan cairan, volume pernapasan, dan data konsumsi makanan
untuk "orang referensi" seperti yang disusun oleh Komisi Internasional untuk
Perlindungan Radiologi. Menurut laporan NAS, penggunaan kloroform dari
atmosfer pada tingkat paparan minimum sekitar 10 kali lebih besar.

Eksposur
Tertelan dari Air
Dalam sebuah penelitian di 80 kota, kloroform ditemukan di semua
persediaan air minum jadi yang dihasilkan dari air mentah yang telah diklorinasi
(Symons, et ale 1975). Kloroform biasanya ditemukan dalam konsentrasi tertinggi
di antara empat trihalometana yang biasanya terdeteksi. Dalam persediaan air
minum jadi, masing-masing tingkat kloroform, bromodiklorometana,
dibromoklorometana, dan bromoform berkisar antara kurang dari 0,1 ug / l hingga
311 ug / l, tidak terdeteksi hingga 116 ug / l, tidak terdeteksi hingga 100 ug / l,
dan tidak terdeteksi hingga 92 ug / l. Konsentrasi total trihalomethanes tertinggi
ditemukan pada persediaan air minum jadi dimana air permukaan digunakan
sebagai sumber; sumber air diklorinasi dan sisa klor bebas dari klorinasi ini lebih
besar dari 0,4 mg / l. Total konsentrasi trihalometana umumnya terkait dengan
kandungan organik air mentah ketika klorin yang cukup ditambahkan untuk
membuat residu klorin.
Analisis air sumber baku menunjukkan hanya kontribusi kecil terhadap
tingkat kloroform dari air minum jadi, sehingga menyimpulkan produksi
kloroform dalam proses klorinasi. Dalam Pernyataan Dasar dan Tujuannya untuk
Amandemen Peraturan Nasional Air Minum Primer Nasional untuk Trihalo-
methanes, 1978, a. EPA (1978b) meninjau data terbaru tentang paparan kloroform
dari air minum. Data yang berasal dari National Organics Monitoring Study
(NOMS) (US EPA, 1977) mencatat bahwa dengan angka konsumsi per kapita
rata-rata 2 liter per hari dan penyerapan tubuh 100% dari kloroform, total
penyerapan kloroform dari air diperkirakan akan nilai rata-rata 61mg / tahun dan
nilai maksimum 343 mg / tahun. Rata-rata NOMS yang sesuai dan konsentrasi
kloroform maksimum untuk air minum adalah 0,083 mgjl dan 0,47 m / l. Bukti
tambahan produksi kloroform sebagai akibat dari praktik klorinasi dalam renovasi
air disediakan oleh Bellar, et al. (1974). Konsentrasi kloroform dalam pengaruh
dan efisiensi dari pabrik pengolahan limbah Cincinnati, Ohio di mana negara
ch10ri dipraktekkan masing-masing adalah 9,3 ~ g / l dan 12,1 ug / l.
Tingkat kloroform yang jauh lebih tinggi telah ditemukan dalam limbah cair
dan juga sebagai akibat dari tumpahan industri yang tidak disengaja. Limbah cair
limbah dari perusahaan karet dan kimia di Louisville, Kentucky telah memiliki
kadar kloroform setinggi 22.000 ~ g / l (National Academy of Sciences (NAS),
1978a). Tumpahan gigi ke Sungai Mississippi dipelajari secara rinci oleh Neely,
et al. (1976); kerusakan itu termasuk pecahnya dua tangki tongkang dan pelepasan
1,75 juta pound (0,79 x 10+ 6 kg) kloroform. Banyak tumpahan telah terdeteksi di
hulu Sungai Ohio (Thomas, 1979), dan kadar 50 ~ g / l bertahan selama lima hari
pada bulan Maret 1978. Kedua sungai ini berfungsi sebagai sumber air baku untuk
persediaan air minum jadi, dan itu adalah jelas bahwa insiden ini berkontribusi
terhadap paparan kloroform yang tinggi secara abnormal pada populasi manusia.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kloroform merupakan senyawa yang tergolong bahan berbahaya beracun
(B3) dan bersifat toxic. Kloroform terdapat di alam bebas dan ada pada limbah
rumah sakit, pembuatan kertas dan pelapis teflon dalam bentuk plastik PTFE.
Bahaya limbah kloroform adalah dapat menyebabkan kematian apabila dosis
tinggi, lingkungan menjadi rusak karena penyumbang gas emisi yang akan
bedampak pada menipisnya lapisan ozon, dan dalam jangka panjang dapat
menyebabkan kanker pada hati dan ginjal serta iritiasi kulit dan mata. Senyawa ini
dapat larut dalam air minum dan melalui perantara udara, kemudian terpapar
kepada manusia, hewan, tumbuhan dan ekosistem lainnya. Cara pengolahan
limbah klorofom dapat dengan berbagai cara, yaitu presipitasi, distilasi dan
netralisasi.
4.2 Saran
Saran untuk pembaca adalah agar dapat mencari kembali sumber, bahaya dan
cara pengolahan limbah kloroform lebih detail. Selain itu, juga dapat dilakukan
publikasi dalam media lainnya seperti poster, karikatur, ataupun animasi yang
berhubungan dengan limbah kloroform. Pembaca diharapkan dapat
menyebarluaskan mengenai makalah ini agar masyarakat tahu mengenai limbah
bahan berbahaya beracun ini.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, R. 2007. Dampak Limbah Cair PT Kertas Basuki Rachmat,


Banyuwangi Terhadap Kesehatan Masyarakat. Tesis, Universitas
Diponegoro, Semarang.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27227/Chapter%20II.pdf?
sequence=4 (Diakses Pada 30 Oktober 2017).

https://www.epa.gov/sites/production/files/2016-09/documents/chloroform.pdf
(Diakses Pada 29 Oktober 2017).

http://www.academia.edu/17289444/Makalah_Pengolahan_Limbah_Dengan_Rea
ksi_Netralisasi (Diakses Pada 30 Oktober 2017).

https://journal.uny.ac.id/index.php/saintek/article/viewFile/2140/1780
(Diakses Pada 30 Oktober 2017).

http://nanosmartfilter.com/jenis-dan-model-teknik-destilasi-sederhana/
(Diakses Pada 30 Oktober 2017).
United States Environmental Protection Agency, 1980. Ambient Water Quality
Criteria For Chloroform. Office Of Water Regulations and Standards
Criteria and Standards Division Washington DC 20460. EPA 440/5-80-
033 October 1980. https://www.epa.gov/wqc/ambient-quality-criteria-
chloroform. Diakses pada 17 Januari 2020.

Anda mungkin juga menyukai