2303-3401
Volume 7 Nomor 3
Agustus, 2018
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Andalas
Tim Editorial Jurnal Kimia Unand
Emil Salim, M.Sc, M.Si
Dr. Syukri
Prof. Dr. Adlis Santoni
Prof. Dr. Rahmiana Zein
Prof. Dr. Syukri Arief
Dr. Mai Efdi
Alamat Sekretariat
Jurusan Kimia FMIPA Unand
Kampus Unand Limau Manis, Padang – 25163
PO. Box 143, Telp./Fax. : (0751) 71 681
Website Jurnal Kimia Unand: www.jurnalsain-unand.com
Corresponding E-mail: salim_emil17@yahoo.com
syukri@fmipa.unand.ac.id
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
DAFTAR ISI
i
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
ii
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Laboratorium Kimia Analitik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengtahuan
Alam, Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang, 25163 Indonesia
*E-mail: deswati_ua@yahoo.co.id
Abstrak: Akuaponik merupakan teknologi yang menggabungkan budidaya hewan akuatik dan
tanaman hidroponik dengan memanfaatkan sistem resirkulasi air. Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan kadar logam (Cu, Zn dan Fe) yang terkandung dalam ikan nila
(Oreochromis Niloticus) dan tanaman pakcoy (Brassica Rapa L). Teknik pengambilan sampel
ikan dan tanaman dilakukan secara acak. Metoda destruksi basah dengan pelarut aquaregia
(HCl : HNO3) digunakan untuk preparasi sampel ikan dan tanaman. Kadar logam Cu, Zn, dan
Fe dianalisa menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom. Hasil penelitian menunjukkan
kadar logam Cu, Zn, Fe tertinggi pada daging ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah 23,94
mg/kg, 157,10 mg/kg, 826,91 mg/kg. Kadar logam esensial Cu, Zn, Fe tertinggi pada
tanaman pakcoy adalah 27,82 mg/kg, 210,81 mg/kg, 2583,61 mg/kg, ketiga kadar logam
tertinggi pada tanaman terdapat pada sampel yang dianalisa di hari ke 30. Penelitian ini
menunjukkan bahwa kadar logam Cu, dan Zn pada ikan nila dan tanaman pakcoy telah
melebihi batas maksimum standar nasional menurut Surat Keputusan DirJend
POM/03725/B/SKVII/89.
Kata kunci: Akuaponik, logam (Cu,Zn,Fe), ikan nila (Oreochromis Niloticus), pakcoy (Brassica
Rapa L)
1
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Besi (Fe) merupakan nutrisi penyusun utama penyimpangan fungsi sistem imun 8.
dari hemoglobin, mioglobin dan beberapa Kelebihan Zn dalam tubuh dapat
enzim4. mengakibatkan gangguan mental dan
Pertumbuhan sayuran pakcoy juga mengurangi fokus9. Penelitian ini dilakukan
membutuhkan nutrisi seperti logam Cu, Zn secara berkelompok, dimana dibagi menjadi
dan Fe. Logam ini berasal dari pakan ikan, tiga bagian, yaitu analisis kandungan nitrat,
maka dibutuhkan pemberian pakan yang nitrit dan ammonia dalam air, analisis
cukup untuk pertumbuhan ikan dan kandungan logam berat (Cu, Zn dan Fe)
produksi nutrisi yang cukup untuk dalam air serta analiis kadar logam berat
pertumbuhan tanaman pakcoy. Pada (Cu, Zn dan Fe) dalam tanaman dan ikan.
tanaman, Fe berperan dalam pembentukan
klorofil, logam Cu sebagai penyusun enzim, 2. Metodologi Penelitian
pembentukan klorofil, serta metabolisme 2.1 Alat
karbohidrat dan protein sedangkan logam Zn Peralatan yang digunakan pada penelitian ini
terlibat dalam beberapa fungsi enzim untuk adalah AAS (Atomic Absorbtion Spectroscopy),
meningkatan reaksi-reaksi metabolik, sintesis kolam ikan, pompa air, tangki air, pipa PVC,
senyawa-senyawa pertumbuhan tanaman, aerator, netpot, blender, oven, desikator,
memproduksi klorofil dan karbohidrat5. neraca analitis, labu kjedhal, penangas, dan
Logam-logam essensial dibutuhkan dalam peralatan gelas yang umum digunakan dalam
jumlah atau konsentrasi sedikit, sedangkan laboratorium.
apabila konsentrasi logam-logam esensial
meningkat dapat menyebabkan keracunan 2.2 Bahan
bagi tanaman, makhluk hidup yang terdapat Bahan yang digunakan pada penelitian ini
diperairan dan bahkan bagi manusia yang adalah pakan ikan, bibit sayuran, media
mengkonsumsi hasil pembudidayaan tanam rockwool, 1000 ekor ikan (8-10 cm),
tersebut6. Konsumsi logam Cu yang air sebanyak 6 m3, akuades, HCl 37% (p.a),
berlebihan oleh manusia berhubungan HNO3 65% (p.a), kertas Whatman No.42,
dengan beberapa penyakit mental dan syaraf. larutan induk Zn 1000 mg/L, larutan induk
Gagal ginjal, kelainan fungsi hati, hipertensi, Fe 1000 mg/L dan larutan induk Cu 1000
dan penuaan kulit juga dapat dipengaruhi mg/L.
oleh kelebihan logam Cu7. Toksisitas Fe
dalam tubuh akan menyebabkan kerusakan
hati, jantung dan paru-paru, diabetes
mellitus, kelainan hormon, dan
Keterangan gambar :
1. Atap
2. Kolam ikan
3. Tangki penampung air kolam
4. Tangki biofilter
5. Tangki penampung air hasil
biofilter
6. Rangkaian hidroponik
7. Tangki penampung air dari
rangkaian hidroponik
8. Pipa
9. Aerator
2.4.1 Persiapan Sistem Akuaponik bio-media (150 dm3), tangki air hasil filtrasi
Sistem akuaponik terdiri dari kolam ikan (150 dm3) dan rangkaian hidroponik. Kolam
dengan diameter 300 cm dan tinggi 100 cm, ikan diisi dengan air sebanyak 6 m3,
tangki penyaring sedimen (150 dm3), tangki dimasukkan ±1000 ekor ikan dengan panjang
2
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
± 8 -10 cm dan berat ± 6,84 g/ekor. Pelet : HNO3) dengan perbandingan 3:1.
ikan dimasukkan ke dalam kolam ikan Dipanaskan pada suhu 135-200ºC sampai
sebanyak 2% dari berat ikan total dengan warna larutan berubah dari kuning-orange
frekuensi pemberian pelet 2 kali sehari. menjadi jernih, dinginkan selama 15 menit
Setiap 50 mg pelet mengandung logam Cu, kemudian diencerkan kedalam labu ukur 50
Fe, dan Zn sebanyak ± 2,7 g/kg ; 60.7 g/kg ; mL, disaring menggunakan kertas whatman
3,8 g/kg secara berturut-turut. Air dari no 42. Dianalisa dengan SSA.
kolam ikan dialirkan menuju tangki
penyaringan sedimen, kemudian dialirkan ke 2.4.3 Analisis Logam pada Tanaman
tangki biomedia, selanjutnya dialirkan ke 2.4.3.1 Persiapan Sampel Tanaman
tangki air hasil filtrasi. Air hasil filtrasi Seluruh bagian tanaman dicuci bersih
dialirkan ke rangkaian hidroponik, kemudian dengan air menagalir hingga sedimen yang
air dari rangkaian hidroponik ditampung menempel pada tanaman terlepas. Kemudian
pada tangki akhir sebelum dialirkan kembali tanaman dipotong - potong kecil dan diambil
ke kolam ikan. Pengaliran air diatur dengan seluruh bagian tanaman (daun, batang,
menggunakan pompa dan kebutuhan oksigen akar), ditimbang ± 2 gram. Sampel tanaman
dalam air diatur dengan menggunakan dimasukkan kedalam cawan dan di oven
aerator. pada suhu 105ºC untuk menghilangkan
kadar air, cawan yang berisi sampel
2.4.2 Analisis logam pada Ikan didiamkan dalam desikator selama ± 20
2.4.2.1 Persiapan Sampel Ikan menit kemudian ditimbang beratnya. Hal
Sampel ikan nila dihancurkan seluruh yang sama dilakukan hingga diperoleh berat
bagiannya dengan blender kemudian diambil kering sampel yang konstan.
± 2 gram dan di oven pada suhu 105ºC
selama 1 jam untuk menghilangkan kadar 2.4.3.2 Destruksi Sampel Tanaman
air, cawan yang berisi sampel didiamkan Sampel kering dimasukkan kedalam labu
pada desikator ± 20 menit kemudian kjedhal, ditambahkan pelarut akuaregia (HCl
ditimbang beratnya. Hal yang sama : HNO3) dengan perbandingan 3:1.
dilakukan hingga diperoleh berat kering Dipanaskan pada suhu 135-200ºC sampai
sampel yang konstan. warna larutan berubah menjadi jernih,
dinginkan selama 15 menit kemudian
2.4.2.2 Destruksi Sampel Ikan diencerkan kedalam labu ukur 50 mL,
Sampel kering dimasukkan kedalam labu disaring menggunakan kertas whatman no
kjedhal, ditambahkan pelarut akuaregia (HCl 42. Dianalisa dengan SSA.
Dari tabel 1 dapat dilihat hasil analisa kadar feses ikan yang mulai menumpuk pada kolam
logam Cu, Zn dan Fe didalam ikan mulai dari ikan. Logam Cu sifatnya cendrung
hari 0 hingga hari ke-30. Kadar logam Cu terakumulasi didalam tubuh sehingga dapat
pada ikan meningkat dari hari 0, hingga hari membahayakan kehidupan ikan. Kelebihan
30 yaitu 9,37 mg/kg, 10,23 mg/kg, 22,94 logam Cu dapat menghambat aktivitas enzim
mg/kg, 23,97 mg/kg. Hal ini menunjukkan dan pertumbuhan ikan10. Kekurangan
bahwa pada hari ke-20 telah terlihat jelas mineral tembaga pada ikan akan
adanya akumulasi logam Cu dalam tubuh menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi
ikan. Hal ini terjadi karena sisa pakan dan lambat, dan memiliki tubuh yang kerdil 10.
3
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Kadar logam Fe pada ikan di hari 0 adalah di hari ke-20 hingga 30 terjadi penurunan
377,83 mg/kg kemudian menurun setelah 10 yang cukup signifikan yaitu 70,24 mg/kg,
hari penerapan sistem akuaponik menjadi 77,09 mg/kg. Penurunan kadar Zn pada ikan
316,29 mg/kg. Hal ini dapat terjadi karena dapat disebabkan karena tubuh ikan yang
ikan yang masih kecil sehingga semakin besar sedangkan kebutuhannya
kebutuhannya terhadap logam Fe belum terhadap logam Zn hanya sedikit. Semakin
banyak, selain itu juga dapat disebabkan besar pertumbuhan ikan maka semakin
karena ikan masih beradaptasi dengan sedikit penyerapannya terhadap Zn. Selain
lingkungannya mengingat bahwa sistem baru itu, logam Zn bekerja antagonis terhadap Fe
berjalan selama 10 hari. Pada hari ke-20 sehingga kandungannya akan berbanding
hingga 30 kadar logam Fe pada ikan terbalik dalam tubuh ikan11. Seng berfungsi
meningkat seiring dengan meningkatnya untuk mengkatalis kerja enzim juga untuk
ukuran tubuh ikan yaitu 712,46 mg/L, mengatur ekspresi gen yaitu bertindak
826,91 mg/L. Hal ini berhubungan dengan sebagai faktor transkripsi. Kekurangan
fungsi Fe sebagai penyusun utama mineral Zn pada ikan dapat menyebabkan
hemoglobin dalam darah, semakin besar pertumbuhan menjadi lambat, erosi pada
tubuh ikan maka semakin banyak kulit dan sirip, kerdil dan nafsu makan
pembentukan hemoglobin10. Ikan hilang10. Selain itu, perbedaan kadar logam
membutuhkan mineral besi lebih banyak yang dianalisa pada masing – masing ikan
karena fungsi besi dalam sistem respirasi dapat dipengaruhi oleh berat dan panjang
untuk transportasi oksigen ke jaringan tubuh ikan, jenis kelamin, umur, laju
(hemoglobin) dan mekanisme oksidasi seluler, pertumbuhan dan kondisi fisik ikan12.
serta untuk menunjang metabolisme yang Berdasarkan Keputusan DirJend
tinggi pada pertumbuhan10. Sedangkan kadar Pom/03725/B/SKVII/89 kadar logam Cu,
logam Zn pada ikan di hari 0 cukup tinggi Zn, pada ikan budidaya akuaponik ini tidak
yaitu 157,09 mg/kg, hal ini dapat aman dikonsumsi karena kadar logam telah
dipengaruhi oleh kondisi air pada melebihi baku mutu yang ditetapkan.
pembudidayaan ikan saat sebelum Namun, kadar logam Fe belum ditetapkan
dipindahkan ke kolam akuaponik. Kemudian batas maksimumnya karena sifat logam Fe
setelah 10 hari menjadi 134, 75 mg/kg, dan yang lebih dibutuhkan oleh tubuh.
3.2 Analisis Logam (Cu, Zn, Fe) pada Tanaman
4
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
5
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
6
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Laboratorium Kimia Analitik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengtahuan
Alam, Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang, 25163 Indonesia
*E-mail: deswati_ua@yahoo.co.id
Abstrak: Akuaponik adalah suatu integrasi dari budidaya hewan akuatik dan tanaman
hidroponik dengan sistem resirkulasi air. Sistem produksi ini diharapkan dapat mengurangi
masalah lingkungan dari limbah air budidaya ikan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
pengaruh dari penerapan sistem akuaponik terhadap kualitas air antara lain kandungan
logam berat Cu, Fe, dan Zn dalam air. Sampel air diambil dari tiga lokasi yaitu tangki kolam
ikan (TK), tangki setelah biofilter (TSB), dan tangki setelah hidroponik (TSH). Pengambilan
sampel dilakukan sebanyak 4 kali selama satu bulan yaitu pada 0 hari, 10 hari, 20 hari, dan
30 hari. Kandungan logam berat Cu, Fe, dan Zn dalam air dianalisis menggunakan
spektrofotometer serapan atom nyala (SSA). Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi logam
berat Cu, Fe, dan Zn yang diperoleh paling tinggi pada hari ke-10, baik pada sampel air TK,
TSB, maupun TSH. Menurut PP RI No 82 tahun 2001 untuk klasifikasi air kelas II dalam
budidaya ikan dan tanaman, dari hasil parameter yang dianalisis untuk kandungan logam
berat Cu, telah memenuhi standar baku mutu air, dan untuk kandungan logam berat Zn
belum memenuhi standar baku mutu air, sedangkan untuk kandungan logam Fe tidak
dipersyaratkan.
Kata kunci : Akuaponik, kualitas air, Logam berat (Cu, Fe, Zn), Pakcoy (Brassica Rapa L.),
ikan Nila (Oreochromis Niloticus).
1. Pendahuluan
Pangan merupakan salah satu faktor penting dapat diserap dan digunakan sebagai pupuk
dalam keberlangsungan hidup manusia. oleh tanaman akuatik sehingga menurunkan
Secara global pertumbuhan permintaan konsentrasi cemaran serta meningkatkan
pangan dunia yang cepat akibat kualitas air. Bakteri nitrifikasi yang terdapat
meningkatnya populasi akan memberikan pada media hidroponik memiliki peran
pengaruh signifinikan terhadap ketahanan penting dalam siklus nutrisi, tanpa
pangan. Produksi hasil pangan yang banyak mikroorganisme ini seluruh sistem tidak
memerlukan lahan yang luas dan air bersih. akan berjalan3.
Penyusutan lahan dan pencemaran air Pada dasarnya, limbah ikan di perairan
merupakan permasalahan dalam penyediaan masih memiliki kandungan makro dan mikro
lahan pertanian yang menyebabkan nutrien yang dapat dimanfaatkan sebagai
berkurangnya produktifitas pertanian1. nutrisi bagi tanaman4. Pertumbuhan
Akuaponik menjadi jawaban yang tepat tanaman yang sehat membutuhkan
untuk efisiensi air dan penghematan lahan kehadiran makro dan mikro nutrien
budidaya yang mengkombinasikan tambahan yaitu, nitrogen (N), kalium (K),
pemeliharaan ikan dengan tanaman. Sistem fosfor (P), kalsium (Ca), magnesium (Mg),
akuaponik juga menghubungkan akuakultur Sulfur (S), besi (Fe), boron (B), tembaga (Cu),
berprinsip resirkulasi yaitu ikan dan seng (Zn), dan mangan (Mn) dalam proporsi
tanaman tumbuh dalam satu sistem yang dan konsentrasi tertentu dalam air. Pada
terintegrasi dan mampu menciptakan suatu sistem budidaya tanpa pergantian air (zero
simbiotik diantara keduanya2. Sistem ini water exchange) seperti pada kolam air
merupakan budidaya ikan dan tanaman tenang, konsentrasi limbah budidaya seperti
dengan terapan hemat lahan dan air. Selain amonia (NH3), nitrit (NO2), CO2, dan
hemat lahan dan air dalam pelaksanaannya, kandungan logam berat akan meningkat
sistem akuaponik cukup efektif dalam sangat cepat dan bersifat toksik bagi
mengurangi limbah buangan hasil budidaya. organisme budidaya. Sampai saat ini,
Manfaat terbesar dari penerapan sistem dinamika keseimbangan ketersedian nutrisi
akuaponik yaitu air limbah budidaya ikan dan efesiensinya dalam tanaman dalam
7
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
sistem aquaponik dengan belum sepenuhnya (SSA), neraca analitis, kolam ikan, tangki air,
dipelajari pengecualian untuk nutrisi N, P, pipa PVC, pompa air, aerator, netpot, dan
K5. peralatan gelas yang umum digunakan dalam
Prinsip dari akuaponik yaitu laboratorium. Sedangkan bahan yang
memanfaatkan secara terus menerus air dari digunakan pada penelitian ini adalah pakan
pemeliharaan ikan ke tanaman dan ikan, bibit sayuran, media tanam (rockwool),
sebaliknya dari tanaman ke kolam ikan 1000 ekor ikan (8-10 cm), air kolam sebanyak
sehingga diperlukan analisis terhadap 6 m3, akuades, asam nitrat (HNO3) p.a,
kualitas air untuk menunjang pertumbuhan larutan KMnO4 0,01 N, Na2S2O3 0,01 N, asam
ikan dan tanaman. Analisis kandungan sulfat (H2SO4) 4N, KI 5%, amilum 1%, larutan
logam berat pada air budidaya ikan tanaman induk Cu Merck, larutan induk Fe Merck dan
diperlukan karena konsentrasi logam berat larutan induk Zn Merck.
yang tinggi dapat terakumulasi dalam tubuh
makhluk hidup sehingga mempengaruhi 2.2 Persiapan Sistem Akuaponik
pertumbuhan serta perkembangan ikan dan Sistem akuaponik (Gambar 2.1) dibuat
tanaman yang dibudidayakan. Penelitian dengan menghubungkan tangki kolam ikan
pada sistem akuaponik yang digunakan (TK=diameter 300 cm, tinggi 100 cm), tangki
sebelumnya, lebih terfokus pada pengamatan penyaring sedimen (150 dm3), tangki biofilter
frekuensi pemberian pakan ikan dan (150 dm3), tangki air hasil filtrasi (TSB=150
penyinaran tanaman6, keseimbangan nutrisi dm3), rangkaian hidroponik dan tangki akhir
makro N, P, K dalam sistem akuaponik5, penampung air setelah melewati tanaman
disertai dengan analisis kualitas air yang hidroponik (TSH=150 dm3) menggunakan
optimum untuk mempercepat pertumbuhan pipa PVC. Kolam ikan diisi dengan air
ikan dan tanaman6. Oleh karena itu peneliti sebanyak 6 m3, dimasukkan ±1000 ekor ikan
melakukan analisis terhadap penerapan dengan panjang ± 8 -10 cm dan berat ±
sistem akuaponik dengan budidaya tanaman 6,8430 g/ekor. Pelet ikan dimasukkan ke
Pakcoy (Brassica Rapa L.) – ikan Nila dalam kolam ikan sebanyak 2% dari berat
(Oreochromis Niloticus). Penelitian ini ikan total dengan frekuensi pemberian pelet 2
dilaksanakan secara tim, dengan 3 bagian. kali sehari. Setiap pelet mengandung logam
Analisis kandungan logam berat (Cu, Fe, Zn) Cu, Fe, dan Zn sebanyak ±2,7 g/kg ; 60,7
di dalam air oleh saya Azimatul, untuk g/kg ; 3,8 g/kg secara berturut-turut7.
analisis kandungan nitrat, nitrit, amonia
dalam air dilakukan oleh rekan saya Niki dan 2.3 Persiapan media tanam
untuk analisis kandungan logam berat (Cu, Media tanam yang digunakan yaitu rockwool
Fe, Zn) dalam tanaman dan ikan oleh rekan dengan ukuran 40 x 30 cm, kemudian
saya Egieta. dipotong-potong menjadi 1x1 cm untuk
memudahkan saat pemindahan bibit dari
2. Metodologi Penelitian media semai ke dalam netpot. Bibit pakcoy
2.1 Alat dan Bahan disemai selama 2 minggu sebelum
Peralatan yang digunakan dalam penelitian dipindahkan ke rangkaian hidroponik.
ini adalah Spektrofotometer Serapan Atom
Keterangan gambar :
1. Atap
2. Kolam ikan
3. Tangki penampung air kolam
4. Tangki biofilter
5. Tangki penampung air hasil
biofilter
6. Rangkaian hidroponik
7. Tangki penampung air dari
rangkaian hidroponik
8. Pipa
9. Aerator
8
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
2.4 Analisis sistem Akuaponik 3.1 Analisis data kandungan logam berat
Analisis kualitas air yang dilakukan pada Cu
sistem akuaponik ini terhadap kandungan Data yang diperoleh menunjukkan
Logam Cu, Fe, dan Zn dalam sampel air dari konsentrasi logam Cu di dalam tangki
tangki kolam ikan (TK), tangki setelah kolam ikan pada hari ke-0 yaitu 0,005 mg/L
biofilter (TSB), tangki setelah hidroponik dan pada hari ke-10 sedikit mengalami
(TSH) pada 0, 10, 20 dan 30 hari. peningkatan yaitu 0,017 mg/L. Konsentrasi
a. Preparasi sampel logam Cu pada hari ke-10 lebih tinggi dari
Sebelum sampel air dianalisis hari ke-0, hal ini disebabkan pada hari ke-0
menggunakan alat SSA, terlebih dahulu belum beroperasinya sistem akuaponik.
sampel air didestruksi dengan cara Meski demikian, setelah 20 dan 30 hari
menambahkan 5 mL HNO3 p.a ke dalam 50 konsentrasi logam Cu dalam tangki kolam
mL sampel air, lalu dipanaskan perlahan ikan mengalami penurunan menjadi 0,009
hingga larutan tinggal ±15 mL. Kemudian mg/L dan 0,008 mg/L. Tingginya
diencerkan kembali di dalam labu 50 mL konsentrasi logam Cu pada hari ke-10
dengan penambahan akuades hingga tanda dikarenakan banyaknya penumpukan
batas. Lalu disaring menggunakan kertas pakan ikan di dasar kolam. Kemudian pada
saring, selanjutnya larutan dianalisis hari 20 dan 30 terjadi penurunan
menggunakan alat SSA (SNI 6989.6:2009) konsentrasi logam Cu disebabkan karena
sebagian logam telah dimanfaatkan untuk
3. Hasil dan Diskusi kebutuhan pertumbuhan ikan dan
tanaman.
[VALUE] [VALUE]
0.02
Konsentrasi logam Cu (mg/L)
0.016
Menurut PP. RI. No. 82 tahun 2001, nilai ke-0, hal ini dikarenakan pada 0 hari belum
ambang batas konsentrasi logam Cu untuk beroperasinya sistem akuaponik. Meski
klasifikasi mutu air kelas II dalam sistem demikian, setelah 20 dan 30 hari
pembudidayaan ikan dan tanaman yaitu konsentrasi logam Fe dalam air kolam
0,02 mg/L. Jika dilihat dari data (Gambar mengalami penurunan yang signifikan
3.1), pada data hari ke-30 konsentrasi menjadi 0,613 dan 0,44 mg/L. Hal ini
logam Cu yang diperoleh lebih kecil dari hari disebabkan karena logam Fe sangat
sebelumnya dan konsentrasi logam Cu yang dibutuhkan dan merupakan unsur hara
diperoleh <0,02 mg/L. Jadi sistem makro bagi pertumbuhan tanaman.
akuaponik ini mampu mengurangi Tingginya konsentrasi logam Fe pada hari
konsentrasi logam Cu pada air dan telah ke-10 dikarenakan banyaknya penumpukan
memenuhi baku mutu air. pakan ikan di dasar kolam. Kemudian pada
hari 20 dan 30 terjadi penurunan
3.2 Analisis data kandungan logam berat konsentrasi logam Fe disebabkan karena
Fe sebagian logam telah dimanfaatkan untuk
Data yang diperoleh menunjukkan kebutuhan pertumbuhan ikan dan
konsentrasi logam Fe di dalam air kolam tanaman.
pada hari ke-0 yaitu 1,474 mg/L, dan pada Konsentrasi logam Fe berkurang
hari ke-10 konsentrasi logam Fe mengalami setelah melewati biofilter (Gambar 3.2). Hal
peningkatan yaitu 5,727 mg/L. Konsentrasi ini disebabkan karena terjadinya proses
logam Fe hari ke-10 lebih tinggi dari hari penyerapan atau filtrasi logam Fe oleh batu
9
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
apung yang terdapat pada tangki biofilter, sebelumnya, maka dapat dilihat sistem
sehingga terjadinya penurunan konsentrasi akuaponik ini mampu mengurangi
logam Fe setelah melewati tangki biofilter10. konsentrasi logam Fe pada air. Sesuai
Tingginya ketersedian logam Fe di dalam dengan PP. RI. No. 82 tahun 2001, untuk
larutan, membuat hanya sebagian logam Fe klasifikasi mutu air kelas II dalam sistem
yang diserap langsung oleh tanaman pembudidayaan ikan dan tanaman,
sebagai nutrisi, sedangkan sebagian lagi konsentrasi logam Fe tidak dipersyaratkan,
terakumulasi pada akar dan menempel karena logam Fe merupakan nutrisi yang
pada misel-misel akar9. Jika dibandingkan sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup.
antara data hari 30 dengan data hari
7 [VALUE] [VALUE]
6
Konsentrasi logam Fe (mg/L)
5
4
3
[VALUE] [VALUE] [VALUE]
2 [VALUE]
[VALUE] [VALUE]
1 0 0 [VALUE] [VALUE]
0
0 10 20 30
Waktu (hari)
TK (Tangki kolam ikan) TSB (Tangki setelah biofilter) TSH (Tangki setelah hidroponik)
[VALUE]
1.2
1
Konsentrasi logam Zn (mg/L)
0.8 [VALUE]
[VALUE]
0.6
0.4 [VALUE]
[VALUE] [VALUE]
[VALUE]
0.2 [VALUE]
0 0 [VALUE] [VALUE]
0
0 10 20 30
Waktu (hari)
TK (Tangki kolam ikan) TSB (Tangki setelah biofilter) TSH (Tangki setelah hidroponik)
Gambar 3.2 Grafik hubungan waktu dengan konsentrasi logam Fe dalam air pada
sistem akuaponik Pakcoy-Nila.
3.3 Analisis data kandungan logam berat kolam mengalami penurunan menjadi 0,532
Zn dan 0,309 mg/L. Tingginya konsentrasi
Data yang diperoleh menunjukkan logam Zn logam Zn pada hari ke-10 dikarenakan
di dalam kolam ikan pada hari ke-0 dan banyaknya penumpukan pakan ikan di
hari ke-10 yaitu 0,21 mg/L ; 0,683 mg/L. dasar kolam. Kemudian pada hari 20 dan
Konsentrasi logam Zn pada hari ke-10 lebih 30 terjadi penurunan konsentrasi logam Zn
tinggi dari hari ke-0, hal ini dikarenakan disebabkan karena sebagian logam telah
pada 0 hari belum beroperasinya sistem diserap dan dimanfaatkan untuk
akuaponik. Meski demikian, setelah 20 dan kebutuhan pertumbuhan ikan dan tanaman
30 hari konsentrasi logam Zn dalam air
Gambar 3.3 Grafik hubungan waktu dengan konsentrasi logam Zn dalam air pada
sistem akuaponik Pakcoy-Nila.
Berdasarkan (Gambar 3.3) pada hari
10, 20 dan 30, konsentrasi logam Zn
10
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
berkurang setelah melewati tangki biofilter. besar dibandingkan Cu. Kadar logam Zn
Hal ini disebabkan karena terjadinya reaksi pada hari ke 0, 10, 20 dan 30 menurut
penyerapan atau filtrasi logam Zn oleh batu DirJend Pom/03725/B/SKVII/89 telah
apung yang terdapat pada tangki biofilter8. melewati batas maksimal yaitu lebih dari 40
Logam Zn merupakan unsur hara mikro mg/kg untuk konsumsi.
bagi tanaman sedangkan ketersedian unsur Kadar Fe pada tanaman pakcoy di
ini tinggi di dalam larutan, sehingga hanya hari-0 adalah 387,67 mg/kg menunjukkan
sebagian logam Zn yang terserap langsung bahwa kandungan Fe pada tanaman pakcoy
oleh tanaman sebagai nutrisi, sedangkan cukup tinggi dan memerlukan esensial Fe
sebagian lagi terakumulasi pada akar dan yang banyak. Pada hari ke-10 terjadi
menempel pada misel-misel akar9. Jika peningkatan kadar Fe menjadi 1286,82
dibandingkan antara data hari ke-30 mg/kg dan pada hari ke-20 kadar Fe
dengan data hari sebelumnya, sistem menurun menjadi 475,00 mg/kg. Hal ini
akuaponik ini mampu mengurangi terjadi karena adanya lumut yang
konsentrasi logam Zn. menempel pada akar sehingga menghambat
penyerapan unsur hara oleh akar tanaman
Namun menurut PP. No 82 tahun 2001, serta kebutuhan lumut terhadap ion Fe,
untuk klasifikasi mutu air kelas II, kemudian meningkat tajam pada hari ke-
konsentrasi maksimum logam Zn yang 30 menjadi 2583,61 mg/kg. Peningkatan
diperbolehkan dalam sistem kadar logam pada hari ke-30 dapat
pembudidayaan ikan dan tanaman yaitu dipengaruhi oleh adanya pemotongan akar
0,05 mg/L. jadi dapat disimpulkan tanaman. Menurut Surat Keputusan
konsentrasi logam Zn belum memenuhi DirJend POM/03725/B/SKVII/89 tidak
baku mutu air, karena masih berada di atas dicantumkan batas maksimum kadar Fe
nilai ambang batas. terhadap sayuran dan olahannya karena
logam esensial Fe sangat dibutuhkan oleh
3.4 Kandungan logam berat (Cu, Fe, Zn) makhluk hidup. Melonjaknya kadar logam
dalam ikan dan tanaman pada tanaman yang berada jauh diatas
Kadar logam Cu pada ikan hari 0, 10, 20 ambang batas kadar logam berdasarkan
dan 30 adalah 9,37 mg/kg, 10,23 mg/kg, Surat Keputusan DirJend
22,94 mg/kg, 23,97 mg/kg. Hal ini POM/03725/B/SKVII/89 dapat disebabkan
menunjukkan bahwa kadar tembaga pada karena tidak seimbang antara produksi
ikan memiliki pengaruh yang nyata nutrisi oleh budidaya ikan dengan
terhadap ukuran tubuh ikan karena dari penyerapan nutrisi oleh tanaman12.
hari 0 hingga ke hari-30 terjadi Pada sistem akuaponik ini terdapat
pertambahan berat ikan11. Kadar logam Fe ketidakseimbangan antara besarnya kolam
pada ikan hari 0, 10, 20 dan 30 mengalami ikan, jumlah ikan, jumlah nutrisi, dan
peningkatan. Namun kandungan logam Zn jumlah tanaman yang akan menyerap
berkurang pada daging ikan, ini disebabkan nutrisi. Dimana jumlah ikan yang
karena kebutuhan ikan terhadap logam Zn dibudidayakan mencapai 1000 ekor dalam
dalam jumlah mikro dan pertumbuhan ikan kolam yang sangat luas sehingga pakan
semakin bertambah sehingga jumlah yang diberikan sangat besar jumlahnya dan
kandungan logam Zn dan Cu yang diperoleh akan berbanding lurus dengan feses ikan
akan menurun sampai 30 hari. yang dihasilkan, sedangkan jumlah
Berdasarkan Keputusan Dir Jend tanaman yang akan menyerap nutrisi hanya
Pom/03725/B/SKVII/89 kadar logam Cu, 45 tanaman. Hal ini yang menyebabkan
Zn, pada ikan budidaya akuaponik ini tidak tanaman kelebihan unsur hara logam
aman dikonsumsi karena kadar logam sehingga pertumbuhan tanaman terhambat
tertinggi melebihi baku mutu yang dan tanaman menjadi kerdil. Kualitas air
Diretapkan. Namun, kadar logam Fe belum yang dialirkan kembali ke kolam tidak
Diretapkan batas maksimumnya karena menjadi lebih baik karena kurangnya filter
sifat logam Fe yang sangat dibutuhkan oleh berupa tanaman yang akan menyerap
tubuh ikan. ammonia dan unsur hara lainnya.
Kadar logam Cu pada tanaman pakcoy
hari ke 0, 10, 20, 30 masih dalam batas 4. Kesimpulan
aman berdasarkan Surat Keputusan Dir Berdasarkan hasil dan pembahasan, dari
Jend POM/03725/B/SKVII/89 untuk penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
dikonsumsi. Dari data yang diperoleh, penerapan sistem akuaponik Pakcoy-Nila
penyerapan logam Zn oleh tanaman lebih mampu mengurangi konsentrasi logam
11
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
12
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Laboratorium Kimia Analitik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengtahuan
Alam, Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang, 25163 Indonesia
*E-mail: erinmuse.18@gmail.com
Abstrak : Semen merupakan campuran dari batu kapur, pasir silika, tanah liat dan pasir besi
yang melalui proses kalsinasi sehingga menghasilkan C 2S (Dikalsium Silikat), C3S (Trikalsium
Silikat), C3A (Trikalsium Aluminat), dan C4AF (Tetrakalsium Aluminoferrit). Kehadiran Al2O3
dalam bentuk C3A sangat menentukan kualitas dari semen khususnya pada kuat tekan dan
waktu pengerasan. Kadar Al2O3 pada semen portland di PT. Semen Padang cenderung tinggi
yang mengakibatkan semen mempunyai sifat tidak kekal bentuknya (mengembang) akibat
panas yang terlalu tinggi pada waktu pengerasan. Al2O3 yang terdapat didalam endapan R2O3
perlu dikontrol agar tidak melebihi batas maksimal (± 6%). Untuk mengatasi kelebihan Al2O3
maka perlu dilakukan variasi konsentrasi NH4OH, NH4NO3, dan pencucian pada pengendapan
R2O3 terhadap kandungan Al2O3 dalam semen OPC (Ordinary Portland Cement). Dilakukan
juga analisis dengan XRF untuk melihat komposisi kimia semen yang menjadi acuan dalam
menurunkan kadar Al2O3. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode gravimetri
berpengaruh dalam menurunkan kadar Al2O3 dengan persentase pengurangan mencapai
16.01% pada variasi volume pencucian endapan R2O3, namun pada variasi konsentrasi
NH4OH tidak mengalami perubahan.
Kata kunci : OPC (Ordinary Portland Cement), metoda gravimetri, NH4OH, NH4NO3
1. Pendahuluan
Perkembangan teknologi infrastruktur Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) disingkat
memegang peranan penting dalam menjadi C3A[4].
pembangunan nasional. Untuk terus Senyawa C3A bereaksi dengan sangat
melakukan perkembangan nasional, cepat secara isotermik, memberikan
diperlukan material penunjang yaitu kekuatan awal yang sangat cepat pada 24
semen[1]. jam pertama. C3A sangat berpengaruh pada
Semen adalah bahan konstruksi yang nilai panas hidrasi yang tinggi, baik pada
merupakan hydraulic binder (perekat saat awal maupun pada saat pengerasan
hidraulis) yang berarti bahwa senyawa- berikutnya. Senyawa ini mempengaruhi
senyawa yang terkandung didalam semen kuat tekan sampai tingkat tertentu[4].
tersebut dapat bereaksi dengan air dan Senyawa C3A mengalami hidrasi
membentuk zat baru yang bersifat sebagai sangat cepat yang menyebabkan
perekat terhadap batuan[2]. pengerasan awal kurang tahan terhadap
Semen merupakan bahan konstruksi agresi kimiawi dan menunjukkan
yang memerlukan kualitas yang sesuai desintegrasi (perpecahan) oleh sulfat yang
dengan permintaan konsumen dan ada di air tanah. Mudah mengalami
memenuhi persyaratan standar. Melalui perubahan volume sehingga besar
pengendalian kualitas yang baik dan kemungkinan mengalami retak–retak.
dilakukan secara terus menerus akan Senyawa ini kurang diinginkan karena
diperoleh kualitas semen yang stabil dan hanya memberikan sedikit sumbangan
sesuai dengan perencanaan kualitas[3]. pada kekuatan mortar. Apabila terjadi
Semen portland didefinisikan sebagai agresi sulfat, formasi calcium
produk yang didapatkan dari penggilingan sulphoaluminate (ettringite) yang dihasilkan
halus klinker yang terdiri dari kalsium dapat menimbulkan gangguan[5].
silikat hidraulik. Pada saat semen Kadar Al2O3 (terkandung didalam
dicampur dengan air, timbul reaksi antara C3A) pada semen OPC (Ordinary Cement
komponen semen dengan air. Reaksi - Portland) khususnya di PT. Semen Padang
reaksi ini menghasilkan beberapa macam cenderung tinggi yang mengakibatkan
senyawa kimia salah satunya ialah semen mempunyai sifat tidak kekal
13
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
(mengembang) akibat panas yang terlalu piala 400 mL beserta corong yang sudah
tinggi pada waktu pengerasannya. Selain dilengkapi kertas saring (Whatman 41)
itu senyawa ini juga dapat dipengaruhi oleh dipersiapkan. Sampel yang sudah didigest
senyawa sulfat (SO3), sehingga semen tadi kemudian disaring. Dinding gelas
menjadi tidak tahan sulfat[6]. piala yang didigest dibilas dengan
Untuk menurunkan kadar Al2O3, akuades panas dan dibersihkan dengan
maka dalam penelitian ini dilakukan batang pengaduk yang dilengkapi karet
variasi konsentrasi NH4OH dan NH4NO3 penggosok. Kemudian endapan pada
serta variasi volume pencucian pada kertas saring dicuci dengan 5 mL HCl 1:1
pengendapan R2O3 terhadap kandungan dan dicuci kembali dengan akuades
Al2O3 dalam semen OPC dengan metoda panas hingga volume filtrat mencapai 200
gravimetri dan melihat komposisi kimia mL.
semen OPC dengan menggunakan XRF.
2.3.3 Variasi volume pencucian endapan
2. Metodologi Penelitian R2O3 menggunakan NH4NO3
2.1 Alat Filtrat yang disimpan pada langkah kerja
Alat-alat yang digunakan adalah X-ray sebelumnya (2.3) dipanaskan hingga
fluorescence (XRF), spatula, neraca analitik volume filtrat mencapai 150 mL. Kemudian
digital, cawan platina, penangas pasir, hot ditambahkan 3-4 tetes indikator metil
plate, furnace 800oC dan 1000oC, gelas merah. NH4OH 1:1 ditambahkan sambil
piala (ukuran 30 mL, 400 mL, 600 mL), diaduk hingga terbentuk larutan berwarna
batang pengaduk, corong, dan gelas ukur. kuning yang berisi endapan dan
ditambahkan lagi satu tetes berlebih.
2.2 Bahan Larutan dipanaskan lagi ± 60 detik.
Bahan-bahan yang digunakan adalah Larutan disaring menggunakan kertas
semen OPC 1 (semen OPC Indarung II), saring Whatman 41. Endapan dicuci
OPC 2 (semen Indarung III), OPC 3 (semen menggunakan NH4NO3 2% panas dengan
Indarung IV), metil merah sebagai variasi volume yakni 40 mL, 80 mL, dan
indikator, NH4OH (1:1, 1:2, 1:3) sebagai 160 mL. Endapan beserta kertas saring
pembentuk endapan, HCl 1:1 untuk dipindahkan kedalam gelas piala yang
melarutkan endapan, NH4NO3 (1%, 2%, 3%) semula digunakan untuk pengendapan.
sebagai pencuci endapan, kertas saring Endapan dilarutkan dengan 5 mL HCl 1:1
(Whatman 41), NH4Cl, HNO3 1:1, akuades panas dan diaduk hingga kertas saring
panas. hancur. Kemudian ditambahkan 100 mL
akuades mendidih. Larutan berisi endapan
2.3 Prosedur Penelitian dipanaskan hingga mendidih. Setelah itu
2.3.1 Analisis komposisi semen OPC ditambahkan kembali 3-4 tetes indikator
dengan XRF metil merah. NH4OH 1:1 ditambahkan
Analisis komposisi kimia semen OPC 1, sambil diaduk hingga terbentuk larutan
OPC 2, dan OPC 3 dilakukan berwarna kuning yang berisi endapan dan
menggunakan XRF dengan menimbang 0.5 ditambahkan lagi satu tetes berlebih.
g sampel. Kemudian dimasukkan ke dalam Larutan dipanaskan lagi ± 60 detik.
cincin XRF dan diproses hingga berbentuk Larutan disaring menggunakan kertas
tablet. Komposisi material diuji dengan alat saring Whatman 41. Endapan dicuci
XRF tersebut. menggunakan 4-10 mL NH4NO3 2% panas.
Endapan dipijarkan pada furnace 800˚C
2.3.2 Filtrat semen OPC untuk penentuan selama 10 menit. Kemudian endapan
R2O3 dipijarkan lagi pada furnace 1000˚C selama
Semen tipe OPC 1, OPC 2, dan OPC 3 30 menit. Berat endapan ditimbang.
ditimbang 0,5 gram, kemudian
dimasukkan ke dalam gelas piala 30 mL 2.3.4 Variasi konsentrasi NH4OH pada
dan ditambahkan dengan NH4Cl pengendapan R2O3
sebanyak 1 gram, sedangkan blangko Filtrat yang disimpan pada langkah kerja
yang digunakan adalah NH4Cl 1 gram sebelumnya (2.3) dipanaskan hingga
tanpa semen. Pada setiap semen tipe OPC volume filtrat mencapai 150 mL.
ditambahkan masing-masing 5 mL HCl Kemudian ditambahkan 3-4 tetes
1:1 dan 1-2 tetes HNO3 1:1. Kemudian indikator metil merah. NH4OH
diaduk dan ditutup dengan kaca arloji. ditambahkan dengan variasi konsentrasi
Sampel didigest selama 30 menit hingga yakni 1:1 (50 mL NH4OH : 50 mL
terbentuk kristal berwarna jingga. Gelas akuades), 1:2 (30 mL NH4OH : 60 mL
14
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
15
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
pada endapan R2O3 terhadap kandungan R2O3 yang ditandai dengan sedikitnya
Al2O3. endapan yang terbentuk dari proses
pembakaran dan persentase pengurangan
3.2 Pengujian pengaruh variasi volume kadar Al2O3 yang terjadi mencapai 16.01%.
pencucian endapan R2O3 menggunakan Variasi volume pencucian
NH4NO3 terhadap kadar Al2O3 pada semen berpengaruh terhadap endapan yang
OPC 1, OPC 2, dan OPC 3 terbentuk. Semakin banyak dilakukan
Perlakuan pengujian variasi volume pencucian akan meningkatkan daya larut
pencucian endapan R2O3 ini dilakukan senyawa endapan dan mengakibatkan
untuk melihat pengaruhnya terhadap keseimbangan bergeser ke arah kiri dan
kadar Al2O3 pada semen tipe OPC 1, OPC 2, sebaliknya. Pencucian yang terlalu sedikit
dan OPC 3. NH4NO3 2% digunakan sebagai menyebabkan pengotor masuk kedalam
pencuci endapan R2O3 dengan variasi endapan. Hal ini dapat menambah bobot
volumenya yakni 40 mL, 80 mL, dan 160 dan kadar Al2O3.26
mL. Kandungan Al2O3 pada XRF (tabel 1)
dan metoda gravimetri (gambar 1)
menunjukkan adanya perbedaan. Metoda
gravimetri sangat berpengaruh untuk
menurunkan kadar Al2O3.
16
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Referensi
[1] Asosiasi Semen Indonesia, Kebutuhan
Semen Domestik, 2014.
[2] F.L.Smidth, Quality of Cement,
Gambar 3. Grafik pengaruh variasi International Cement Production,
konsentrasi NH4NO3 pada pencucian lecturer 6.4, 1996.
endapan R2O3 terhadap kadar Al2O3 dalam [3] Irawati, Nelvi., Nilda Tri Putri., Alexie
semen OPC 1, OPC 2, dan OPC 3. Herryandie BA, Strategi Perencanaan
Jumlah Material Tambahan dalam
Penggunaan NH4NO3 sebagai pencuci Memproduksi Semen dengan
harus dalam keadaan panas, karena Pedekatan Taguchi untuk
efektivitas pencucian akan lebih tinggi Meminimalkan Biaya Produksi,
karena pada suhu tinggi sehingga rapat PT.Semen Padang, 2015.
massa akan lebih kecil. NH4NO3 panas
mempunyai viskositas lebih rendah
17
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
18
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Laboratorium Kimia Material Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengtahuan Alam,
Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang, 25163 Indonesia
*E-mail: novesar62@yahoo.com
Abstrak: Sintesis HAp dan Zn-HAp konsentrasi Zn (5%, 10%, 15%, dan 20%) w/w
menggunakan prekusor Ca dari cangkang kerang pensi Danau Maninjau telah dilakukan
dengan metode sol-gel. Karakterisasi sampel cangkang kerang pensi Danau Maninjau yang
telah dikalsinasi pada suhu 900oC selama tiga jam menggunakan XRF (X-Ray Fluoresence),
diperoleh kandungan Ca sebesar 96,525% dalam bentuk CaO. Hasil XRD, pada sampel yang
disintesis menunjukkan pola difraksi yang sama dengan fasa standar HAp (ICSD : 154493)
dengan penurunan intensitas dengan ditambahkan konsentrasi Zn. Pada Zn-HAp 15% dan
20% yang disintering pada suhu 600oC selama dua jam, diperoleh puncak pengotor berupa
TCP [Ca3(PO4)2] dan [Zn3(PO4)2] pada pola XRD. Didalam penelitian ini konsentrasi maksimum
untuk substitusi ion Zn kedalam struktur HAp diperoleh pada Zn-HAp 10%. Hasil SEM
memperlihatkan perbandingan morfologi Zn-HAp 10% yang terlihat berbeda dengan Zn-HAp
15% yang sudah menghasilkan pengotor. Sifat antibakteri yang baik juga ditunjukkan oleh
Zn-HAp 10% untuk kedua bakteri uji yaitu Staphylococcus aureus dan Escherchia coli.
19
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
implan tulang, pengganti tulang, dan HNO3 (Brataco) sebagai pelarut, (NH4)2HPO4
pencangkokan tulang untuk memperbaiki (Brataco) sebagai sumber fosfat,
cacat tulang yang timbul akibat Zn(NO3)2.4H2O (Brataco) sebagai sumber
kecelakaan, trauma atau penyaki (seperti logam Zn pemodifikasi HAp, media NA
osteoporosis, reseksi tumor,dll) yang (Bataco), dan media MHA.
merupakan masalah umum dalam
ortopedi[12]. 2.3 Prosedur Kerja
2.3.1 Preparasi Ca dari cangkang kerang
Kontaminasi bakteri pasca- pensi Danau Maninjau
implantasi memiliki konsekuensi Cangkang kerang pensi sebagai sumber
mengerikan dalam praktik bedah dan prekusor Ca dicuci dengan air bersih untuk
ortopedi. Meskipun tingkat kejadian menghilangkan lumpur, kemudian
rendah, infeksi yang disebabkan bakteri dikeringkan. Cangkang kerang pensi
Staphylococcus aureus atau Escherchia coli digiling halus menggunakan lumpang dan
adalah penyebab masalah klinis umum alu. Sampel kemudian dikalsinasi didalam
setiap tahunnya[15]. HAp adalah solusi furnace selama lima jam pada suhu 900oC.
dari permasalahan ini karena memiliki sifat Didinginkan, diperoleh CaO.
biokompabilitasnya yang baik,
osteokonduktif, dan bioaktif. Telah 2.3.2 Sintesis HAp dengan metode sol-gel
dilaporkan bahwa penggabungan kation Sebanyak 4,2 gram CaO dari kalsinasi
Zn2+, Ag+, Mg2+, Mn2+, dan sebagainya cangkang kerang pensi dilarutkan dalam
kedalam struktur HAp mampu HNO3 2 M, distirrer pada suhu 85oC selama
meningkatkan sifat dari HAp, kristalinitas, 15 menit dan disaring. Filtrat Ca(NO3)2
dan juga sifat antimikrobanya. Ion Zn ditambahkan NH4OH hingga pH 10 dan
mampu merangsang mineralisasi tulang diperoleh sol Ca(OH)2. Sol Ca(OH)2
patoksifikasi patologis karena ditambahkan larutan (NH4)2HPO4 0,18 M
kehadirannya didalam apatit biologis[1,15]. sebanyak 250 mL, distirrer dan diatur pH
Juga telah ditetapkan bahwa hidroksiapatit larutan pada 10 dengan NH4OH. Sol putih
yang didoping ion Zn memiliki efek dipanaskan pada suhu larutan 85oC
penghambat yang kuat terhadap berbagai selama 5 jam. Sol putih didiamkan
pertumbuhan bakteri[13]. semalaman, didekantasi dan disaring
Karakterisasi cangkang kerang dengan kertas saring whattman sehingga
dilakukan dengan XRF (X-Ray Fluoresence) diperoleh gel HAp. Gel HAp di keringkan
untuk menentukan komposisi kimia dari pada suhu 110oC, dihaluskan dengan
suatu bahan. Karakterisasi sampel HAp lumpang dan alu. Serbuk HAp di sinter
dan Zn-HAp dlakukan dengan XRD (X-Ray pada suhu 600oC selama 2 jam untuk
Diffractometer) dan SEM (Scanning Electron meningkatkan kristalinitas material HAp.
Microscope).
2.3.3 Sintesis Zn-HAp dengan metode sol-
2. Metodologi Penelitian. gel
2.1 Alat Sebanyak 4,2 gram CaO dari kalsinasi
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian cangkang kerang pensi dilarutkan dalam
ini adalah lumpang dan alu, peralatan HNO3 2 M, distirrer pada suhu 85oC selama
gelas, ayakan, kertas saring, krus, neraca 15 menit dan disaring. Filtrat Ca(NO3)2
analitis, oven, furnace, inkubator, autoklaf, ditambahkan NH4OH hingga pH 10 dan
laminar chamber. Alat karakterisasi yang diperoleh sol Ca(OH)2. Sol Ca(OH)2
digunakan adalah XRF (PANalitytical ditambahkan larutan (NH4)2HPO4 0,18 M
Epsilon 3), XRD (Philips X’pert Powder), sebanyak 250 mL dan distirrer. Sebelum
dan SEM (JEOL JSM-IT-300). keseluruhan larutan (NH4)2HPO4 0,18 M
2.2 Bahan dicampurkan, ditambahkan Zn(NO3)2.4H2O
Bahan-bahan yang digunakan didalam sebanyak (5%, 10%, 15%, dan 20%) w/w,
sintesis HAp dan Zn-HAp serta uji dan diatur pH larutan pada 10 dengan
antibakteri adalah cangkang kerang pensi NH4OH. Sol putih dipanaskan pada suhu
sebagi sumber kalsium, aquades, NH4OH larutan 85oC selama 5 jam. Sol putih
(Brataco) sebagai pengontrol pH larutan, didiamkan semalaman, didekantasi dan
20
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Al2O3 0,623
HAp-Zn 10%
SiO2 0,7
SO3 1,062
K2O 0,026 HAp-Zn 5%
(211)
CaO 96,525
(112)
(002)
HAp
(213)
(300)
(222)
TiO2 0,015
(130)
(004)
MnO 0,009
Fe2O3 0,206 Standar HAp
ZnO 0,003
Rb2O 0,001 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
2()
SrO 0,154
Gambar 1. Pola XRD standar HAp, HAp, dan
ZrO2 0,002 Zn-HAp.
Ag2O 0,651
Dilihat dari Gambar 1, pola XRD dari HAp
CdO 0,037 dan Zn-HAp dengan beberapa variasi
konsentrasi Zn dalam w/w%
BaO 0,025
menginformasikan bahwa HAp dan Zn-HAp
Nd2O3 0,001 berhasil disintesis dengan memanfaatkan
prekusor Ca dari cangkang kerang pensi
Dari hasil analisis menggunakan XRF Maninjau dengan metode sol-gel. Ini
dapat diketahui bahwa cangkang kerang dinyatakan dengan pola difraksi XRD
pensi Maninjau memiliki kandungan CaO umumnya menunjukkan korelasi yang baik
yang sangat tinggi yaitu sebesar 96,525%. dengan stoikiometri HAp (ICSD: 154493).
Berdasarkan hasil ini sangat Telah dilaporkan didalam referensi [1]
memungkinkan cangkang kerang pensi mengusulkan bahwa ion Zn2+ bisa
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan menggantikan ion Ca 2+ dalam kisi HAp.
21
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
a b
Gambar 2. Foto SEM (a) Zn-HAp 10%, (b) Zn-HAp 15% setelah kalsinasi pada T = 600oC selama 2 jam.
Perbedaan morfologi sampel Zn-HAp 10% 3.4 Uji Antibakteri HAp dan Zn-HAp
dan Zn-HAp 15% terlihat sesuai Uji antibakteri di lakukan pada sampel
berdasarkan hasil karakterisasi XRD dua HAp (digunakan sebagai kontrol negatif),
sampel ini, dimana peningkatan Zn-HAp 5%, Zn-HAp 10%, Zn-HAp 15%,
konsentrasi ion Zn2+ pada struktur HAp Zn-HAp 20%, dan amoxicillin sebagai
mempengaruh kristalinitas dari HAp yang kontrol positif. Didalam uji antibakteri ini
menampilkan pengotor pada pola XRD dugunakan dua jenis bakteri yaitu bakteri
berupa TCP (Tri Calcium Phosphate) dan gram positif Staphylococcus aureus dan
[Zn3(PO4)2]. bakteri gram negatif Escherichia coli.
Inokulum dibuat dari kultur segar setelah
22
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Zn-HAP 15%
Zn-HAP 20%
Zn-HAP 20% Zn-HAP 15%
(-)
23
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
24
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
25
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Laboratorium Kimia Komputasi Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengtahuan
Alam, Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang, 25163 Indonesia
*Email: meldaramawir@gmail.com
Abstrak: Carbon Nanotube merupakan material elektronik yang sangat menjanjikan untuk
aplikasi nanoelektronik. Selain itu karena strukturnya yang berongga dan sifat transfer
muatannya yang baik maka sangat baik digunakan untuk bahan penyerap dan konduktor
elektronik. Penelitian ini fokus terhadap adsorpsi atom litium oleh dinding Single Walled
Carbon Nanotube (SWCNT) (8.0) menggunakan metode Semiempiris AM1 dari paket
Hyperchem. Atom Li dijatuhkan pada tiga posisi: on top, bridge, dan hollow. Penjatuhan 1
sampai 4 atom Li pada dinding SWCNT (8.0) dengan posisi penjatuhan on top nilai ΔE (band
gap) berkisar antara 2,279146 - 3,591840 eV, pada dinding SWCNT (8.0) dengan posisi
penjatuhan bridge nilai ΔE berkisar antara 3,201576 - 4,043410 eV dan pada dinding
SWCNT (8.0) dengan posisi penjatuhan hollow 2,279148 - 3,827680 eV. Penjatuhan 1 sampai
4 atom Li meningkatkan nilai ΔE SWCNT, karena atom Li terikat secara lemah dan
umumnya tidak terikat dengan C pada SWCNT. Perhitungan energi Ikatan (BE) dan energi
adsorbsi (Eads) menunjukkan bahwa, penjatuhan atom Li menyebabkan penurunan BE dan
Eads seiring dengan bertambahnya jumlah atom Li yang dijatuhkan.
Kata kunci: Single Walled Carbon Nanotube (SWCNT), atom Li, AM1.
26
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
27
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
28
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
29
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
30
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
31
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
32
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
33
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Laboratorium Kimia Fisik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengtahuan Alam,
Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang, 25163 Indonesia
*E-mail: meganofrianii@yahoo.com
Abstrak: Pemanfaatan karbon aktif dari limbah tanah gambut sebagai bahan elektroda pada
superkapasitor telah dilakukan. Superkapasitor dirangkai dengan metoda plat/sandwich yang
dipisahkan oleh separator PVA (Polyvinyl Alcohol). Untuk meningkatkan nilai kapasitansi
dilakukan aktivasi terhadap karbon tanah gambut menggunakan KOH 10 M dengan
perbandingan massa karbon dan aktivator yaitu 1:4 dan dipelajari karakterisasinya dengan
X-Ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron
Microscopy-Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX) dan Surface Area Analyzer (SAA). Pada
karakterisasi dengan XRD, menunjukkan bahwa bahan elektroda yang diuji bersifat amorf
ditandai dengan puncak yang lebar dan landai. Pada FTIR, dapat diketahui gugus fungsi yang
terkandung di dalam karbon aktif, pada SEM-EDX memperlihatkan bentuk morfologi
permukaan karbon aktif serta memberikan komposisi unsur yang terdapat di dalam karbon
aktif, dan pada SAA dapat diketahui luas permukaan spesifik karbon aktif. Superkapasitor
dibuat dengan memvariasikan luas plat, konsentrasi larutan elektrolit dan waktu pengisian.
Nilai kapasitansi tertinggi diperoleh yaitu pada ukuran partikel 45 µm dengan luas plat
elektroda 3x7 cm2, pada waktu pengisian 30 menit dan konsentrasi elektrolit H3PO4 0,3 N
adalah 40,11 nF.
34
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
2.4 Prosedur Kerja 2.4.5 Pengukuran sifat listrik dari rangkaian
2.4.1 Pembuatan larutan elektrolit H3PO4 superkapasitor
Larutan induk H3PO4 5 N dibuat dengan cara Rangkaian superkapasitor dilakukan
menambahkan 50 mL akuades ke dalam labu variasi waktu pengisian, variasi larutan
ukur 100 mL, lalu ditambahkan 11,4 mL elektrolit, dan variasi ukuran plat elektroda.
larutan H3PO4 85% secara perlahan. Larutan Pengukuran sifat listrik dilakukan dengan
diaduk kemudian ditambahkan akuades menggunakan LCR-Meter dan Multimeter.
hingga tanda batas labu. Larutan induk H3PO4 Pada pengukuran akan didapatkan nilai
5 N diencerkan menjadi 0,1 N – 0,5 N dalam kapasitansi (C), nilai induktansi (L), nilai
labu ukur 50 mL [4]. resistansi (R), tegangan (v), dan arus (I).
2.4.2 Pembuatan elektrolit hidrogen polimer 3. Hasil dan Diskusi
Dilarutkan 1 gram PVA ((CH2CHOH)n) dengan 3.1 Karakterisasi karbon tanah gambut
10 mL larutan H3PO4 dengan konsentrasi 0,1 sebagai bahan elektroda
N. Campuran tersebut dipanaskan pada suhu 3.1.1 X-Ray Diffraction (XRD)
450C diatas hot plate sampai homogen. Setelah Pengukuran Difraksi Sinar-X (XRD)
homogen, campuran dituangkan kedalam menghasilkan kurva hubungan antara
petridish dan dibiarkan kering secara alami. intensitas dan sudut 2 .
Langkah yang sama dilakukan untuk
konsentrasi larutan H3PO4 0,2 N; 0,3 N; 0,4 N
dan 0,5 N.
2.4.3 Persiapan aktivasi karbon tanah gambut
dengan KOH
Karbon tanah gambut dikarbonisasi pada
suhu 5000 C selama 3 jam. Setelah proses
karbonisasi selesai, karbon tanah gambut
dihaluskan dan diayak dengan menggunakan
ayakan berukuran 45 μm. Selanjutnya karbon
disiapkan untuk proses aktivasi. Proses
aktivasi dilakukan dengan menambahkan Gambar 3.1 Pola difraksi karbon aktif tanah
gambut dengan suhu pembakaran 5000C.
KOH 10 M yang digunakan sebagai zat
pengaktivasi, dengan perbandingan masa
Elektroda karbon yang diaktivasi dengan
karbon dan KOH 1 : 4, karbon direndam
KOH ditemukan mengandung C, SiO2, O2,
dengan KOH, diaduk hingga KOH merata dan
dan K. Pola difraksi karbon aktif pada suhu
didiamkan selama ± 4 jam. Kemudian karbon
pembakaran 5000C menunjukkan posisi
di furnance pada suhu 5000C selama 3 jam.
puncak difraksi yaitu pada 330.
Kemudian selanjutnya dilakukan pencucian 3.1.2 Scanning Electron Microscopy (SEM)
dengan menambahkan HCl 1 M sampai pH 7,
Morfologi permukaan karbon dari tanah
dan dilanjutkan pencucian dengan akuades.
gambut sebelum dan sesudah diaktivasi
Kemudian karbon dipanaskan pada suhu ±
dapat dilihat pada Gambar 3.2.
1050C [5].
2.4.4 Perakitan plat elektroda superkapasitor a
Tembaga dibersihkan dengan amplas dan juga
kaca dibersihkan agar tidak ada pengotor yang
menempel. Kertas batang padi dipotong
dengan ukuran 3 x 3 cm2, 3 x 5 cm2, dan 3 x 7
cm2 sebanyak 2 buah untuk masing-masing
ukuran. Kertas batang padi tersebut ditimbang
dan dicatat massanya. Rangkaian
superkapasitor plat disusun dimana kertas
b
batang padi yang telah dilapisi karbon (plat
elektroda) disusun seperti sandwich dan pada
bagian tengah diletakkan separator (PVA).
Kedua plat elektroda diapit lempengan
tembaga kemudian rangkaian tersebut di jepit
dengan penjepit kertas agar rekat. Dilakukan
perlakuan yang sama untuk variasi luas
permukaan kertas batang padi (3x3, 3x5, dan
3x7 cm2), variasi konsentrasi larutan elektrolit Gambar 3.2 Hasil karakterisasi SEM
H3PO4 (0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 N) dan variasi dengan perbesaran 3000 kali pada karbon
waktu charging 15, 30, 45 dan 60 menit. tanah gambut pada suhu pembakaran
35
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
5000C (a) ukuran 45 μm tanpa aktivasi; (b) hidroksil (-OH) stretching vibration pada
ukuran 45 μm diaktivasi karbon aktif, kemudian terdapat serapan
Karbon tanah gambut setelah diaktivasi pada bilangan gelombang antara
dengan KOH menunjukkan distribusi pori 2169,05-2032,34 cm-1 yang menunjukkan
yang merata dibandingkan dengan karbon adanya stretching C=C dari senyawa
tanah gambut tanpa aktivasi33. aromatik, dan pada bilangan gelombang
3.1.3 Energy Dispersive X-Ray (EDX) antara 786,19- 690,82 cm-1 terdapat gugus
Analisis EDX terhadap karbon dari tanah C-H.
gambut menunjukkan komposisi material 3.1.5 Isoterm BET (Brunauer-Emmett- Teller)
yang terdapat pada karbon tersebut. Pada Isoterm adsorpsi-desorpsi N2 untuk sampel
hasil EDX menunjukkan bahwa karbon dari karbon dari tanah gambut ditunjukan pada
tanah gambut pada suhu pembakaran 5000C Gambar 3.4.
mengandung unsur karbon, oksigen,
aluminium, silika dan kalium.
Unsur aluminium dan silika kemungkinan Gambar 3.4 Spektrum BET karbon dari tanah
berasal dari mineral lain yang terkandung gambut
dalam tanah gambut karena tanah gambut
berasal dari bahan alam. Komposisi unsur Kurva isoterm tersebut menunjukkan
aluminium dan silika pada saat setelah di bahwa adsorspi N2 pada karbon tanah
aktivasi sangat kecil, sedangkan unsur kalium gambut merupakan adsorpsi isoterm tipe II
yang didapat meningkat setelah aktivasi yaitu tipe adsorpsi yang terjadi pada
dikarenakan unsur kalium berasal dari material mesopori, dibuktikan dengan
aktivator KOH yang masih tersisa di karbon kemiringan kurva mulai terjadi pada nilai
aktif. p/po besar dari 0,1 [6].
3.1.4 Fourier Transform Infrared (FTIR)
Karbon aktif yang terbuat dari tanah gambut 3.2 Pengukuran sifat-sifat listrik
diuji dengan menggunakan FTIR untuk 3.2.1 Pengaruh luas permukaan plat
mengetahui gugus fungsi yang terkandung elektroda terhadap nilai kapasitansi dari
dalam karbon aktif berdasarkan puncak elektroda pada superkapasitor
serapan yang dihasilkan. Luas permukaan plat elektroda dapat
mempengaruhi nilai kapasitansi dari
superkapasitor. Semakin besar luas
permukaan plat elektroda maka nilai
kapasitansi yang dihasilkan akan semakin
besar[7].
36
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Pada Gambar 4.5 dapat dilihat nilai optimum yaitu 7,85 S/cm. Konsentrasi
kapasitansi meningkat dengan meningkatnya elektrolit yang semakin tinggi, memiliki ion
luas plat elektroda superkapasitor sampai positif dan negatif yang lebih banyak,
ukuran plat 3x7 cm2 yaitu sebesar 40,11 nF. sehingga elektron yang lebih banyak
Hal ini disebabkan karena semakin besar luas berpindah dapat meningkatkan nilai
plat elektroda, maka semakin banyak karbon konduktivitas[9].
yang ada pada elektoda dan semakin besar 3.2.4 Pengaruh variasi waktu pengisian
kemampuannya menyimpan muatan untuk terhadap nilai kapasitansi dari elekroda
membentuk lapis rangkap listrik pada superkapasitor
permukaan elektroda tersebut. Waktu pengisian dapat mempengaruhi
3.2.2 Pengaruh variasi konsentrasi larutan nilai kapasitansi dari elektroda
elektrolit H3PO4 terhadap nilai kapasitansi dari superkapasitor.
elektroda superkapasitor
Semakin tinggi konsentrasi larutan elektrolit
maka muatan untuk membentuk lapisan
rangkap listrik pada permukaan elektroda
akan semakin banyak sehingga nilai
kapasitansi yang didapatkan akan meningkat
[8].
Gambar 3.8 Pengaruh variasi waktu pengisian
terhadap nilai kapasitansi dengan luas plat 3x7
cm2, ukuran partikel 45 µm dan larutan
elektrolit H3PO4 0,3 N.
37
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Waktu pengisian tidak terlalu mempengaruhi 43,79%. Peningkatkan nilai kapasitansi
nilai tegangan pada superkapasitor dan dapat dilakukan dengan pengaktivasian terhadap
dilihat pada Gambar 3.10 karbon menggunakan aktivator KOH. Nilai
kapasitansi yang paling maksimum
didapatkan dengan ukuran karbon 45 µm,
larutan elektrolit H3PO4 0,3 N, ukuran plat
elektroda 3x7 cm2 dan waktu pengisian 30
menit adalah 40,11 nF dengan
konduktivitas 7,85 Ω-1cm-1.
Gambar 3.10 Pengaruh variasi waktu pengisian
terhadap tegangan pada superkapasitor dengan 5. Ucapan terima kasih
luas plat 3x7 cm2, ukuran partikel 45 µm dan Alhamdulillah, puji syukur kepada Tuhan
larutan elektrolit H3PO4 0,3 N. Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
Tegangan mencapai nilai optimum pada saat dapat menyelesaikan artikel ini. Dalam
waktu pengisian 30 menit. Nilai tegangan penyusunan artikel ini penulis banyak
konstan meskipun waktu pengisian mendapat bimbingan, bantuan serta
meningkat. dorongan dari berbagai pihak. Pada
3.2.6 Hubungan Kapasitansi, Muatan dan kesempatan ini penulis ingin
Jumlah Elektron Superkapasitor menyampaikan ucapan terima kasih
Nilai kapasitansi berbanding lurus dengan sebesar besarnya kepada Ristek Dikti yang
muatan dan jumlah elektron pada telah membantu membiayai penelitian
superkapasitor. hingga selesai.
38
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
waste palm kernel shells. Der pharma
chemica. 2016, 8(15):227-232.
9. Tetra, O. N.; Syukri.; Alif A.; Perdana, A. Y.;
Aziz, H.: Utilization of porous carbon from
waste palm kernel shells on carbon paper as
a supercapacitors electrode material. Earth
and Environmental Science. 2017, 65:
012053
39
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Abstrak : Komposisi kimia semen portland terdiri dari CaO, SiO 2, Al2O3 dan Fe2O3. Oksida
tersebut setelah diproses menjadi senyawa C3S, C2S, C3A dan C4AF. Reaksi hidrasi antara
senyawa tersebut dengan air mempengaruhi unjuk kerja mortar yaitu pengikatan,
pengerasan dan kecepatannya, panas hidrasi, kuat tekan dan ketahanan terhadap
sulfat. Keberadaan Al2O3 dalam semen PPC (Portland Pozzolan Cement) R2O3 (golongan
ammonium hidroksida) sangat menentukan terhadap kuat tekan dan setting timenya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada penentuan kadar Al2O3 dengan metoda
gravimetri, maka dapat disimpulkan bahwa, pada variasi NH 4NO3 3 %, maka % Al2O3 dapat
berkurang sampai 3,13 % (PPC I), 5,71 % (PPC II), dan 12,73 % (PPC III). Sedangkan jumlah
volume pencucian sampai 160 mL ( 8 kali pencucian x 20 mL) dengan NH4NO3 2 % akan
mengurangi % Al2O3 sebesar 2,36 % (PPC I), 1,85 % (PPC II), dan 5,54 % ( PPC III). Variasi
konsentrai NH4OH : akuades (1:3) penambahan % Al2O3 sebesar 9,12% (PPC II).
Kata kunci: PPC atau Portland Pozzolan Cement, analisa gravimetri, R2O3
1. Pendahuluan
Mortar semen dan beton adalah bahan meningkat tiap tahunnya dan banyaknya
bangunan yang paling populer, dan terjadi kegagalan struktur, maka PT.
produksinya meningkat dari hari ke hari, Semen Padang setiap saat selalu
masih ada kelemahan yang disebabkan berinovasi untuk memenuhi kebutuhan
oleh sifat bahan, rendahnya kekuatan pasar dalam negeri maupun luar
tarik, ketahanan kimia yang rendah, dan negeri, sekaligus meningkatkan kualitas
rendahnya kuat tekan. Penambahan dan semen yang dihasilkan sehingga tidak
pencampuran zat aditif adalah untuk terjadi lagi kegagalan struktur[2].
meningkatkan barbagai sifat dan PPC atau Portland Pozzolan Cement
mengatasi beberapa kelemahan. Bahan adalah suatu semen hidrolis yang terdiri
aditif tersebut sangat menarik karena dari campuran yang homogen antara
sifat kimianya yang unik, seperti polimer semen portland dengan pozolan halus,
dan nanomaterials. Penggabungan yang di produksi dengan menggiling
polimer dapat meningkatkan daya tahan klinker semen portland dan pozolan
dan sifat mekanik terutama kelenturan bersama-sama, atau mencampur secara
dan kuat tekan dari komposit semen[1]. merata bubuk semen portland dengan
Permintaan semen dalam negeri bubuk pozolan, atau gabungan antara
maupun luar negeri selalu meningkat menggiling dan mencampur, dimana
setiap tahunnya. Pendorongnya adalah kadar pozolan 6 % sampai dengan 40 %
karena kini semen tidak hanya massa semen portland pozolan[3].
digunakan untuk bisnis saja, namun juga Bila semen bersentuhan dengan
untuk proyek infrastruktur yang akan air, maka proses hidrasi berlangsung
berkembang sejalan dengan dari arah keluar ke arah ke dalam,
meningkatnya jumlah dan pendapatan maksudnya hasil hidrasi mengendap di
penduduk. Karena kebutuhan bagian luar dan inti semen yang belum
permintaan konsumen yang selalu terhidrasi dibagian dalam secara
40
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
41
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
krusibel yang berisi semen yang telah 2.5 Penentuan R2O3 dengan Variasi
difurnace dimasukan ke gelas piala berisi Konsentrasi NH4OH
aquades dan HCl. Gelas piala dipanaskan Kristal yang telah didapatkan
sampai endapan pada cawan larut. ditambahkan HCl 1:1 dan dihancurkan
Krusibel dibilas dengan akuades. Larutan kristal. Ditambahkan akuades sampai
yang ada pada gelas piala didigest sampai volume 100 mL dan dipanaskan endapan
kering atau terbentuk kristal. sampai bersih. Larutan disaring dan
distilat dibilas dengan akuades panas
2.4 Penentuan R2O3 dengan Variasi sampai bening. Filtrat dipanaskan sampai
Volume Pencucian dengan NH4NO3 volume mencapai 150 mL. Kemudian
Kristal yang telah didapatkan larutan ditambahkan 3 - 4 tetes indikator
ditambahkan HCl 1:1 dan dihancurkan metil merah. NH4OH ditambahkan
kristal. Akuades ditambahkan sampai dengan variasi konsentrasi yakni 1:1 (50
volume 100 mL. Larutan dipanaskan mL NH4OH : 50 mL akuades), 1:2 (30 mL
hingga volume filtrat mencapai 150 mL. NH4OH : 60 mL akuades), 1:3 (25 mL
Kemudian ditambahkan 3 - 4 tetes NH4OH : 75 mL akuades) sambil diaduk
indikator metil merah. NH4OH 1:1 hingga terbentuk larutan berwarna
ditambahkan sambil diaduk hingga kuning yang berisi endapan dan
terbentuk larutan berwarna kuning yang ditambahkan lagi satu tetes berlebih.
berisi endapan dan ditambahkan lagi Larutan dipanaskan lagi ± 60 detik.
satu tetes berlebih. Larutan dipanaskan Larutan disaring menggunakan kertas
lagi ± 60 detik. Larutan disaring saring Whatman 41. Endapan dicuci
menggunakan kertas saring Whatman 41. menggunakan 20 mL NH4NO3 2% panas.
Endapan dicuci menggunakan NH4NO3 Endapan beserta kertas saring
2% panas dengan variasi volume yakni 40 dipindahkan kedalam gelas piala yang
mL, 80 mL, dan 160 mL. Endapan semula digunakan untuk pengendapan.
beserta kertas saring dipindahkan Endapan dilarutkan dengan HCl 1:1
kedalam gelas piala yang semula panas dan diaduk hingga kertas saring
digunakan untuk pengendapan. Endapan hancur. Kemudian ditambahkan 100 mL
dilarutkan dengan HCl 1:1 panas dan akuades mendidih. Larutan berisi
diaduk hingga kertas saring hancur. endapan dipanaskan hingga mendidih.
Kemudian ditambahkan 100 mL akuades Setelah itu ditambahkan kembali 3 - 4
mendidih. Larutan berisi endapan tetes indikator metil merah. NH4OH
dipanaskan hingga mendidih. Setelah itu ditambahkan dengan variasi konsentrasi
ditambahkan kembali 3 - 4 tetes indikator yakni 1:1 (50 mL NH4OH : 50 mL
metil merah. NH4OH 1:1 ditambahkan akuades), 1:2 (30 mL NH4OH : 60 mL
sambil diaduk hingga terbentuk larutan akuades), 1:3 (25 mL NH4OH : 75 mL
berwarna kuning yang berisi endapan akuades) sambil diaduk hingga terbentuk
dan ditambahkan lagi satu tetes berlebih. larutan berwarna kuning yang berisi
Larutan dipanaskan lagi ± 60 detik. endapan dan ditambahkan lagi satu tetes
Larutan disaring menggunakan kertas berlebih. Larutan dipanaskan lagi ± 60
saring Whatman 41. Endapan dicuci detik. Larutan disaring menggunakan
menggunakan 20 mL NH4NO3 2% panas. kertas saring Whatman 41. Endapan
Endapan dipijarkan pada furnace 800˚C dicuci menggunakan 20 mL NH4NO3 2%
selama 10 menit. Kemudian endapan panas. Endapan dipijarkan pada furnace
dipijarkan lagi pada furnace 1000 ˚C 800˚C selama 10 menit. Kemudian
selama 30 menit. Berat endapan endapan dipijarkan lagi pada furnace
ditimbang sebagai R2O3 (golongan 1000 ˚C selama 30 menit. Berat endapan
ammonium hidroksida) dan dihitung % ditimbang sebagai R2O3 (golongan
Al2O3 dari endapan yang didapatkan ammonium hidroksida) dan dihitung %
dengan selisih Fe2O3.
42
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
43
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
konsentrasi NH4OH, dan variasi volume 160 mL pada sampel PPC III
konsentrasi NH4NO3 untuk mengurangi didapatkan hasil yang paling sedikit.
kadar Al2O3. Dari data dapat dilihat bahwa pada
PPC I dengan pencucian endapan
3.2 Data Hasil Pengukuran sebanyak 160 mL dapat mengurangi nilai
Berdasarkan Variasi Jumlah Al2O3 sebanyak 2,36%. Pada PPC II dapat
Pencucian Menggunakan NH4NO3 mengurangi 1,85% dibandingkan dengan
pada Semen PPC pencucian volume 40 mL dan pada
Penelitian yang telah dilakukan di sampel PPC III dapat mengurangi sebesar
laboratorium QA PT. Semen Padang, pada 5,54%. Tinggi dan kecilnya kadar Al2O3
standar yang terdapat pada SNI 15-2049- dalam semen tersebut sangat
2004 pencucian endapan R2O3 mempengaruhi campuran mineral yang
menggunakan NH4NO3 dicuci sebanyak 2 terdapat pada semen terutama C3A dan
kali pada setiap kali pencuciannya C4AF yang mengandung Al2O3. Adanya
digunakan NH4NO3 dengan volume 20 kandungan C3A dalam semen pada
mL. R2O3 merupakan gabungan senyawa dasarnya adalah untuk mengontrol sifat
Al2O3 dan Fe2O3 serta minor-minor yang plastisitas adonan semen dan beton.
tidak diketahui kadarnya. Hasil dari Tetapi karena C3A bereaksi terhadap
pengujian Al2O3 didapatkan dari selisih sulfat, maka untuk pemakaian di daerah
hasil R2O3 dan Fe2O3 yang didapatkan yang mengandung sulfat dibatasi. Karena
dari hasil XRF (tabel 1) setiap jenis semen reaksi antara C3A dengan sulfat dapat
PPC tersebut. menimbulkan korosi pada beton.
Grafik
40 Pengaruh
mL Variasi160
80 mL Volume
mL Sedangkan C4AF berperan dalam panas
pencucian dengan NH4NO3 hidrasi18.
2C3S + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2+
80 mL, 80 mL, 80 mL,
160 mL, 40 mL,
40 mL,PPC I,
160 mL, 40 mL,
PPC II, PPC160
III, mL,
3Ca(OH)2
PPC I,6.31%PPC I, PPC II, Air Calcium Silicate Hydrate
5.38%PPC II, PPC III, PPC III,
5.45%
6.35% 6.20% 5.40%
% Al2O3
44
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
digunakan untuk mencuci endapan R2O3 lainnya. Sedangkan pada sampel PPC II
yang dapat mengurangi nilai Al2O3[6]. konsentrasi NH4OH yang lebih baik
Berdasarkan dari data yang digunakan adalah NH4OH : akuades
didapatkan adanya pengaruh dari variasi dengan perbanding 1:3. Pada sampel PPC
pencucian pada penentuan kadar Al2O3 III dengan konsentrasi NH4OH : akuades
dengan analisa gravimetri ini, dengan 1:1 dan 1:2 didapatkan endapan dengan
adanya variasi pencucian ini kadar Al2O3 berat yang sama.
yang didapatkan lebih kecil dibandingkan Jadi, dari grafik pada variasi
dengan nilai komposisi semen dengan konsentrasi NH4OH hasil yang
XRF. Jadi, pada variasi pencucian ini didapatkan tidak berpengaruh, karena
memberikan pengaruh pada tingginya NH4OH yang beraksi dengan endapan
kadar Al2O3. dalam bentuk mol bukan dalam persen.
Karena NH4OH dalam penambahan pada
3.3 Data Hasil Pengukuran filtrat hanya berfungsi sebagai
Berdasarkan Variasi Jumlah pembentuk endapan yang ditandai
Konsentrasi NH4OH pada Semen dengan perubahan warna filtrat menjadi
PPC warna kuning yang menandakan sudah
Selanjutnya untuk perlakuan sampel terbentuknya endapan.
dengan variasi konsentrasi NH4OH
berfungsi untuk membentuk endapan 3.4 Data Hasil Pengukuran
pada filtrat penentuan golongan Berdasarkan Variasi Konsentrasi
ammonium hidroksida atau R2O3. Pada NH4NO3 pada Semen PPC
prosedurnya filtrat yang ditambahkan Pada perlakuan yang terakhir dengan
dengan indikator metil merah (MM) untuk konsentrasi NH4NO3 yang digunakan
mengindikasikan perubahan warna pada sebagai pencuci endapan R2O3 yang
filtrat yang menandakan sudah mencapai divariasikan konsentrasinya. NH4NO3 ini
titik ekivalen, dan ditambahkan NH4OH berfungsi untuk pencucian endapan
sampai berubah menjadi warna kuning, R2O3, digunakan NH4NO3 karena dapat
yang menandakan telah terbentuknya mengikat sisa-sisa NH4OH yang berlebih
endapan R2O3 pada filtrat tersebut. pada pembentukan endapan dan NH4OH
Grafik
NH4OH 1:1Pengaruh
NH4OHVariasi
1:2 Jumlah
NH4OH 1:3
tersebut dapat ikut dalam bentuk
Konsentrasi NH4OH NH4NO3 itu sendiri. Pencucian dengan
NH4OH NH4OH NH4NO3 digunakan pada pencucian akhir
NH4OH1:2, PPCNH4OH
I, NH4OH
NH4OH1:2, PPCNH4OH
II,
1:1, PPC6.41%
I, 1:3, PPC I, untuk mencegah bahan tak larut yang
1:1, PPC6.34% II, 1:2, NH4OH
II, 1:3, PPCNH4OH PPC
6.57%
6.31% 6.14% III, 5.03%
5.70%1:1, PPC 1:3, PPC halus lolos dari kertas saring. Pada grafik
III, 5.03%III, 5.25% hasil dibawah didapatkan dengan
bertambahnya konsentrasi NH4NO3 maka
% Al2O3
45
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Referensi
Gambar 3.4. Grafik Data Hasil 1. Dipohusodo, Istimawan. Struktur
Pengukuran Berdasarkan Variasi Beton Bertulang. Jakarta: PT.
Konsentrasi NH4NO3 pada Semen PPC Gramedia Pustaka Utama. 1999.
Pada hasil yang didapatkan 2. Ranastra, Rulli Irawan. Kajian Sifat
konsentrasi NH4NO3 yang digunakan Kimia, Fisika, Dan Mekanik Semen
berpengaruh pada endapan R2O3 yang Portland Di Indonesia. Bandung. 2017.
cenderung turun, hal ini disebabkan 3. Lembaga Penelitian Universitas
karena masih ada NH4OH yang terikat Lampung Makurat. Pembuatan
pada endapan dan juga karena pencucian Portofolio Investasi Industri Semen.
endapan dengan akuades kurang bersih. Banjarmasin. 2011.
Keberadaan C3A mengalami hidrasi 4. Duda, W. H. Cement Data Book
sangat cepat disertai sejumlah besar International Process Engineering in
panas, yang menyebabkan pengerasan the Cement Industry Edisi 3.
awal, kurang ketahanan terhadap agresi Bauverlag GmbH. Weisbaden and
kimiawi, menunjukkan desintegrasi Berum, Mc Donald and Evan, London.
(perpecahan) oleh sulfat yang ada di 1985.
air tanah, mudah mengalami 5. Int Panis, LLR. "The Effect of
perubahan volume sehingga besar Changing Background Emissions on
kemungkinan mengalami retak retak. External Cost Estimates for Secondary
Senyawa ini kurang diinginkan karena Particulates".2008
hanya memberikan sedikit sumbangan 6. Julian Bagus Hariawan,Pengaruh
pada kekuatan mortar, dan apabila perbedaan karakteristik type semen
terjadi agresi sulfat, formasi kalsium Ordinary Portland Semen (OPC) dan
sulphoaluminate (ettringite) yang Portland Composite Cement (PCC)
dihasilkan dapat menyebabkan terhadap kuat tekan mortar,2008.
gangguan. Aluminoferit kurang penting
karena tidak tampak banyak pengaruh
terhadap kekuatan dan sifat semen20.
4. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa, variasi NH4NO3 3 %, maka %
Al2O3 dapat berkurang sampai 3,13 %
(PPC I), 5,71 % (PPC II), dan 12,73 % (PPC
III). Sedangkan jumlah volume pencucian
sampai 160 mL ( 8 kali pencucian x 20
mL) dengan NH4NO3 2 % akan
mengurangi % Al2O3 sebesar 2,36 % (PPC
46
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Laboratorium Biokimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengtahuan Alam,
Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang, 25163 Indonesia
*Email: Armaini59@gmail.com
Abstrak: Mikroalga Scenedesmus dimorphus memiliki kandungan asam lemak omega-3 yang
cukup tinggi seperti asam Eicosapentaenoic (EPA) dan Docosahexaenoic acid (DHA). Omega-3
memiliki kemampuan untuk menurukan obesitas pada mencit yang diberikan makanan tinggi
lemak (high-fat diet). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Scenedesmus
dimorphus terhadap berat badan, enzim SGOT, SGPT, kolesterol, trigliserida, LDL dan HDL
selama 21 hari perlakuan. Sebanyak 18 ekor mencit dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kontrol
normal, kelompok obesitas, kelompok Scenedesmus dimorphus dengan 3 variasi dosis yaitu 5
mg/20 g BB, 10 mg/20 g BB, 15 mg/20 g BB, dan kelompok orlistat. Berdasarkan hasil
penelitian dosis Scenedesmus dimorphus 15 mg/20 g BB merupakan dosis efekif dalam
mengobati obesitas dengan nilai enzim SGOT, SGPT, kolesterol, trigliserida, LDL, dan HDL
berturut-turut sebesar 15,6 U/L, 18,8 U/L, 67,7 mg/dl, 49,2 mg/dl, 10,2 mg/dl, 68,32 mg/dl.
Kelompok obesitas nilai yang didapatkan berturut-turut sebesar 26,6 U/L, 29,7 U/L, 108,7
mg/dl, 139,1 mg/dl, 20,6 mg/dl, 60,28 mg/dl. Dapat disimpulkan bahwa Scenedesmus
dimorphus dapat menurukan nilai SGOT, SGPT, kolesterol, trigliserida, dan LDL serta dapat
meningkatkan HDL.
47
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
48
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
49
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
Scenedesmus dimorphus dari Noer, 2012 Penentuan nilai Rõhrer index yang
perbearan 1000x berfungsi sebagai index yang menyatakan
mencit tersebut sudah obesitas atau
Mikroalga Scenedesmus dimorphus belum9. Berdasarkan perhitungan pada
ditumbuhkan dalam medium BBM dan nilai Rõhrer index, mencit telah dapat
dipanen pada fasa eksponensial (log) yaitu dikategorikan kedalam mencit obesitas
pada hari ke 7 yang ditandai dengan karena berdasarkan Rõhrer index nilai
meningkatnya jumlah produksi sel, lalu indeks tubuh mencit > 30, sehingga mencit
mikroalga ini diendapkan untuk sudah bisa diberi perlakuan.
didapatkan biomassa kering yang akan
diujikan ke hewan uji.
50
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
yang berlebih, apabila terjadi terus menjadi lebih baik (nilai SGOT dan SGPT
menerus dalam jangka panjang akan menurun).
memicu timbulnya perlemakan hati yang
dapat menimbulkan penyakit hati. 3.4 Profil Lipid (LDL, HDL, kolesterol, dan
Kerusakan sel hati dapat dilihat dari trigliserida)
parameter laboratorium kimia SGOT dan Mencit yang diberikan makanan tinggi
SGPT. lemak mengalami obesitas. Pada penyakit
besitas cenderung mengalami peningkatan
Tabel 6. Hasil uji kadar enzim SGOT kadar kolesterol, trigliserida, dan low
(Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) density lipoprotein (LDL). Apabila nilai
SGOT (U/L) kolesterol, trigliserida dan LDL tinggi dapat
Perlakuan
7 Hari 21 Hari menimbulkan efek negatif bagi tubuh.
Kontrol normal 22,6
Kontrol obesitas 26,6 Tabel 8. Hasil pengukuran nilai total
S. dimorphus 5 31,3 23,4 kolesterol
mg/20 g BB Total Kolesterol
S.dimorphus 10 32,8 31,3 Perlakuan (mg/dL)
mg/20 g BB 7 Hari 21 Hari
S. dimorphus 15 23,4 15,6 Kontrol normal 90,1
mg/20 g BB Kelompok obesitas 108,7
Obat orlistat 23,4 21,9 S. dimorphus 5 131,6 126,2
Normal SGOT < 45. mg/20 g BB
S. dimorphus 10 104 95,6
Tabel 7. Hasil uji kadar enzim SGPT mg/20 g BB
(Serum Glutamic Pyruvate Transaminase) S. dimorphus 15 110,3 67,7
SGPT (U/L) mg/20 g BB
Perlakuan
7 Hari 21 Hari Obat orlistat 102,9 123,1
Kontrol normal 16,2 Menurut Smith kolesterol tikus normal 40-
Kontrol obesitas 39,1 130 mg/dl13.
S. dimorphus 5 23,4 21,9
mg/20 g BB Pada tabel di atas dapat dilihat
S. dimorphus 10 31,3 21,9 bahwa nilai total kolesterol pada kelompok
mg/20 g BB yang diberi mikroalga Scenedesmus
S. dimorphus 15 31,3 18,8 dimorphus mengalami penurunan nilai
mg/20 g BB kolesterol pada semua dosis, namun
Obat orlistat 29,7 12,5 diantara ketiga dosis tersebut dosis
Scenedesmus dimorphus 15 mg/20 g BB
Normal SGPT < 35. merupakan dosis yang lebih baik dalam
menurunkan nilai kolesterol dibandingkan
Tabel 6 dan 7 dapat dilihat bahwa dengan kelompok obesitas dan berada
nilai enzim SGOT dan SGPT masih berada dibawah kontrol normal. Pada kelompok
dalam batas normal hal ini bisa saja yang diberikan orlistat mengalami
terjadi. Nilai SGOT dan SGPT yang normal kenaikan nilai kolesterol, pada saat ini
belum tentu mengidentifikasikan kondisi kemungkinan orlistat belum bekerja secara
hati yang normal. Enzim hati akan optimal pada 21 hari perlakuan karena
meningkat ketika sel-sel hati mengalami penggunaan orlistat cenderung memiliki
kerusakan yang kuat, sedangkan pada waktu konsumsi yang lama10.
infeksi hati kronik (menahun) sel hati
mengalami kerusakan secara perlahan Tabel 9. Hasil pengukuran nilai trigliserida
sehingga kenaikan SGOT dan SGPT tidak Trigliserida
signifikan bahkan telihat normal. Hasil Perlakuan (mg/dL)
pemeriksaan SGOT dan SGPT pada 7 Hari 21 Hari
penelitian dapat dilihat bahwa nilai SGOT Kontrol normal 125,2
dan SGPT bahwa terjadi penurunan nilai Kelompok obesitas 149,1
disetiap pemberian mikroalga, dapat S. dimorphus 5 134,6 87,1
disimpukan bahwa pemberian mikoalga mg/20 g BB
yang mengandung omega-3 yang dapat S. dimorphus 10 115,3 80,8
menurunkan kolesterol dan trigliserida11,12
mg/20 g BB
sehingga perlemakan hati yang terjadi
S. dimorphus 15 124,4 49,2
dihati menurun dan membuat kerja hati
mg/20 g BB
51
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
52
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
53
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 7 Nomor 3, Agustus 2018
www.kimia.fmipa.unand.ac.id
54