Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUBUNGAN DOSIS RESPON DENGAN KLOROFORM PADA


AIR BERSIH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Resiko Kesehatan
Lingkungan
Dosen Pengampu : Bibit Nasrokhatun Diniah, SKM, M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Anggota :
1. Lusy Nurlitasari CMR0160076
2. Rishania Nurma A CMR0160085
3. Syifa Zakia Zulfa CMR0160089
4. Trie Wulandari A.M CMR0160091
5. Yuli Desi Amalia CMR0160093
6. Siti Komariah CMR0160094

Kesehatan Masyarakat Reguler C

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulilah saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga
penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Analisis Jurnal
dengan judul Hubungan Dosis Respon Dengan Kloroform Pada Air Bersih
sebagai tugas Mata Kuliah Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan.

Dalam penulisan makalah ini saya banyak menerima bantuan bimbingan


dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, saya tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Ibu Bibit Nasrokhatun Diniah, SKM, M.Kes selaku dosen mata kuliah
Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan.

2. Teman-teman kami di STIKes Kuningan umumnya dan kelas Reguler C Prodi


S1 Kesehatan Masyarakat khususnya atas segala bantuannya.

Saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa


STIKes Kuningan khususnya kelas Reguler C Prodi S1 Kesehatan Masyarakat.
Saya menyadari bahwa penulisan makalah masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk meyempurnakan makalah ini. Saya mengharapkan semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis serta pembaca pada
umumnya.

Kuningan, 14 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dosis Respon

2.1.1 Dosis

2.1.2 Respon

2.2 Pengertian Kloroform

2.3 Pengertian Air Bersih

2.4 Langkah –langka analisis dosis - respon


2.5 Manfaat Kloroform

2.6 Dampak Kloroform bagi Keseatan

2.7 Sifat Kloroform

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan bahan berbahaya dan beracun (B-3) pada dasarnya tidak


dibatasi oleh lingkungan tertentu.Artinya B-3 bisa berada di lingkungan mana
saja, sesuai dengan tingkat kebutuhan dan aktivitas manusia (masyarakat).
Banyak masyarakat yang dalam kesehariannya akrab dengan B-3 karena
profesinya, atau sebagai pengguna atau konsumen, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Kloroform merupakan obat anestetik tertua berupa cairan tak
berwarna atau biru muda (tambahan zat warna untuk mempermudah
identifikasi) juga tidak dapat menyala atau eksplosif. Akan tetapi kloroform
ini sudah sangat jarang digunakan karena, dapat dengan mudah teroksidasi
dibawah udara dan cahaya menjadi fosgen yang sangat berbahaya. Selain itu
kloroform juga bersifat hepatotoksik yang dapat merusak hati.
Proses pembuatan kloroform, bromoform, iodoform, sangat mudah
terjadi, pembentukan senyawa ini merupakan reaksi haloform yaitu dri
senyawa-senyawa halogen. Proses sintesa kloroform dapat pula menggunakan
aseton dengan serbuk yang berupa Natrium hipoklori, proses ini juga
mengakibatkan etil alkohol.
Unsur halogen adalah unsur yang sangat reaktif sehingga dalam
keadaan bebas dialam membentuk senyawanya. Klor secara komersial
diperlikan dengan cara elektrolisis dari larutan garam natrium klorida pekat
dengan menggunakan anoda karbon dan karbon saja. Dengan sifatnya yang
sangat reaktif itu dapat digunakan sintesisa kloroform. Sintesa kloroform
dikgunakan karena klor merupakan unsure yang sangat reaktif dan mudah
menguap dan sebagai karminatif pembawa dalam bentuk cair, atau dari
emulsi kloroform.
Walaupun demikian cara sintesis dan pembuatan dari kloroform juga
perlu dipelajari mengingat hingga kini kloroform masih digunakan sebagai
anestesi untuk hewan. Selain itu saat ini kloroform juga dapat digunakan
untuk mengisolasi zat-zat tertentu dalam tumbuhan. Melihat betapa
pentingnya keberadaan dari kloroform dalam bidang farmasi maka perlu
diketahui pula cara memperolehnya oleh karena itu dilakukanlah percobaan
ini.
Air sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan, baik itu kehidupan
manusia maupun kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Air adalah
sumber dasar untuk kelangsungan kehidupan di atas bumi dan merupakan
bagian dari lingkungan fisik yang sangat esensial, seperti untuk industri,
pertanian, pemadam kebakaran dan lain-lain. Penentuan kualitas air menjadi
hal yang sangat penting untuk menentukan peruntukkan air.1,2

Air bersih digunakan untuk keperluan sektor rumah tangga.


Pengertian ini harus dibedakan dengan pengertian air minum. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No :
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas
air, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak, sedangkan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. Air untuk kepentingan umum wajib diuji kualitas airnya
dan memenuhi syarat kesehatan yang meliputi mikrobiologi, fisikia, kimia,
dan radioaktif.
Permasalahan air bersih semakin berkembang akibat kerusakan
lingkungan dan pencemaran air limbah domestik. Pencemaran air
menurunkan kualitas air permukaan yang digunakan sebagai air baku.
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan yang terkandung di
dalam air seperti lumpur dan bahan hasil buangan industri. Oleh karena itu
pengolahan air limbah domestik seharusnya dilakukan secara serius demi
kesehatan manusia. Pengolahan air adalah cara untuk memisahkan zat-zat
pengotor dari air mentah. Dalam proses pengolahan air, klorin berfungsi
sebagai oksidator dan disinfektan. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk
menghilangkan bau dan rasa pada pengolahan air bersih.

1.2 Tujuan

1. Apa yang dimaksud dengan dosis respon?

2. Apa yang dimaksud dengan kloroform?

3. Apa yang dimaksud dengan air bersih?

1.3 Manfaat

1. Untuk mengetahui apa itu dosis respon?

2. Untuk mengetahui apa itu kloroform?

3. Untuk mengetahui apa itu air bersih?


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dosis Respon

Pelaksanaan ARKL meliputi empat langkah yaitu: identifikasi bahaya,


analisis dosis - respon, analisis pemajanan, dan karakterisasi risiko Analisis Dosis
Respon (DR) merupakan tahap kedua dalam analisis risiko. Dosis diartikan
sebagai konsentrasi yang telah memasuki tubuh organisme, baik itu dalam darah
maupun cairan tubuh lainnya. variabel penting yang ikut menentukan respons
sehubungan dengan dosis adalah frekuensi mendapatkan dosisnya serta lamanya
setiap kali terpajan dosis tadi. Dalam studi epidemiologi, dosis terkadang tidak
didapat secara spesifik dan murni, karena di dalam lingkungan orang dapat
terpajan terhadap campuran zat B3dari berbagai sumber. Lain halnya dengan studi
biosei yang dosisnya sangat pasti, terkendali, begitu juga frekuensi, dan durasi
pajanan.

Respons merupakan reaksi tubuh organisme akibat aksi dosis. Respons


dapat berupa perubahan awal dalam tubuh organisme setelah menerima pajanan,
seperti perubahan kondisi biokimia, atau berupa bentuk adaptif, yang ditujukan
agar keadaan tubuh tidak berubah (upaya hemeostasis). Respons juga merupakan
interaksi antara dosis dengan organ, dan akibat dari interaksi ini akan terbentuk
efek biologis yang berupa kelainan fungsi/penyakit atau keadaan tidak normal
yang mungkin ringan sekali sampai pada sangat parah, kematian ataupun kanker.
Penyakit atau keadaan patologis dapat berupa perubahan fisiologi, morfologi,
gangguan perkembangan janin, gangguan reproduksi, dan perubahan usia harapan
hidup.

Perlu disadari, vahwa respons terhadap kontaminan yang sama dapat


berbeda tergantung spesies yang dipajani. Pemodelan dosis respons dapat
menggunakan respons apa saja, semakin spesifik semakin baik. Untuk mengetahui
respons terhadap suatu kontaminan tidak mudah, perlu dilakukan berbagai
eksperimen. Respons sedemikian dapat juga dicari dari literatur, juga disebut
endpoint, yakni respons yang dicari pada suatu uji. Interpretasi ekperimen dapat
didasarkan atas kriteria Hill. Distribusi statistic data respons akan sangat
menentukan model dosis respons yang mungkin diperlukan dalam AR kuantitatif.

2.1.1 Dosis

Dosis merupakan konsentrasi xenobiotic yang berada dalam tubuh


organisme. Oleh karena itu dikenal tiga macam dosis, yakni :

a. Dosis Eksternal

Dosis eksternal merupakan besaran konsentrasi kontaminan yang


memasuki portal entri, lebih tepat disebut konsentrasi

b. Dosis yang berada dalam tubuh setelah proses absopsi, distribusi,


metabolism, dan ekskresi

c. Dosis dalam organ target

Dosis internal sampai pada dosis dalam jaringan?organ sulit untuk


diketahui apalagi setelah terjadi metabolism, kecuali dengan mengujinya
secara uji bioesei. Saat ini, untuk mengetahui dosis yang ada dalam
jaringan ataupun metabolitnya dapat diestimasi dengan pemodelan yang
dikenal sebagai model fisiologis, yakni Physiologically, Based
Pharmacokinetic Model (PBPK).

2.2.2 Respon

Respons organisme terhadap masuknya xenobiotic dapat macan-


macam, tergantung dari tingginya konsentrasi, durasi dan frekuensi
pajanan. Untuk analisis dosis respons, apa yang akan diukur sebagai
respons harus ditentukan terdahulu, dan disebut sebagai endpoints.

Untuk uji DR, respons/efek uji akibat dosis yang dicari baik pada
manusia maupun hewan biasanya dinyatakan sebagai endpoints, yakni
respons akhir yang dicari pada saat uji. US-EPA, telah mempunyai
pedoman endpoints untuk uji/efek kesehatan t untuk banyak agent tertentu.
Efek sedemikian secara berurutan dari dosis terkecil sampai terbesar
adalah sebagai berikut :

a. RfD (dosis referensi) dalam mg/kg/hari adalah dosis, dimana


efek dianggap sama sekali tidak ada.

b. NOEL (no observed effect level) dalam mg/kg/hari, merupakan


laju pemberian dosis tertinggi yang seara eksperimental tidak
menimbulkan efek bermakna baik secara statistic maupun
secara biologis.

c. NOAEL (no observed adverse effect level) dalam mg/kg/hari,


merupakan lajupemberian dosis tertinggi yang secara
ekperimental tidak menimbulkam efek merugikan yang
bermakna baik secara statistic maupun secara biologis.

d. LOEL (lowest observed effect level), dalam mg/kg/hari,


merupakan laju dosis terendahyang didapat secara
eksperimental, dan menghasilkan efek terendah bermakna
secara statistic ataupun secara biologis.

e. LOAEL (low observed adverse effect level), dalam mg/kg/hari,


merupakan laju dosis terendah yang didapat secara
eksperimental dan menghasilkan efek terendah merugikan yang
bermakna secara statistic ataupun secara biologis.

f. LD50 (lethal dosis 50%) dalam mg/kg berat badan, merupakan


laju dosis tertinggi yang ditentukan secara eksperimental
menghasilkan kematian hewan uji secara sistematik bermakna
dan/atau biologis, sebanyak 50%.

g. LED dalam mg/kg/h merupakan laju dosis efektif (Mortalitas


kadang tidak jelas pada organisme uji yang kecil).
2.8 Pengertian Kloroform

Kloroform merupakan senyawa hepatotoksik. Mekanisme kerjanya


adalah melalui metabolit reaktifnya, radikal triklorometil yang secara kovalen
mengikat protein dan lipid tidak jenuh dan menyebabkan peroksidasi lipid.
Membran subsel sangat kaya akan lipid seperti itu, akibatnya bersifat sangat
rentan. Perubahan kimia dalam membran dapat menyebabkan pecahnya membran
itu.Namun Recnagel mengemukakan bahwa peroksidasi lipid mikrosom mungkin
menyebabkan penekanan pada pompa Ca2+ mikrosom yang mengakibatkan
gangguan awal honeostatis Ca2+ sel hati. Keadaan ini dapat menyebabkan
kematian sel hati (Maycek, 1991).
Reaksi antara metana dengan klor cukup menarik dikaji lebih lanjut,
karena reaksi tersebut merupakan metode kimiawi yang kucup akurat. Campuran
hasil reaksi yang diperoleh dari kloronisasi metana diatas dapat dipisahkan antara
satu dengan yang lainnya dan dapat diientifikasi, karena kesemuanya mempunyai
titik didih yang berbeda. Sebagaimana yang terlihat pada metana yang mengalami
kloronisasi, menunjukkan bahwa 1,2,3 dan 4 atom hidrogen dari metana diganti
oleh atom – atom klor secara beruntun dan menghasilkan senyawa klorometana
(metilklorida), diklorometana (metilenkloroda), triklorometana (kloroform), dan
tetraklorometan (karbon tetraklorida). Masing-masing senyawa dapat dibuat dari
berbagai cara dengan menggunakan beberapa reaksi yang lain ( Keena, 1999 ).
Kloroform merupakan cairan yang tidak dapat bercampur dengan air,
bercampur baik dengan alkohol dan minyak. Kloroform digunakan sebagai
anastetik, kadang-kadang digunakan sebagai karminatif pembawa dalam bentuk
kloroform cair, atau dari emulsi kloroform. Penggunaannya secara oral atau secara
inhalasi yang berlebihan dapat menyebabkan oksidan kematian dari saluran
pernapasan dan penekanan miokard (Senisedil, 1992).
Kloroform dibuat dari alkohol dengan kapur klor (Bleaching powder =
CaOCl2 = Calsium chlore hypoklorit), melalui tiga tingkatan, yaitu (Senisedil,
1992) :
1. Oksidasi oleh Halogen
2. Klorasi dari hasil Oksidasi
3. Hidrolisis Alkalis dari senyawa yang terbentuk
Sintesa kloroform selain dari alkohol dapat dibuat dengan aseton.
Perbedaan keduanya adalah pada tahap reaksi dimana pada sintesa kloroform
menggunakan kloroform etanol terdapat tiga tahap reaksi saja (Senisedil, 1992).

Diagram 1.1 Proses Terjadinya Kloroform

Air Baku Proses pengolahan air bersih Pre klorinasi, pre


sedimentasi, koagulasi &
flokulasi, sedimentasi,
Kebocoran pipa, korosi di dalam pipa, buruknya filtrasi
material dinding pipa kontaminan & sisa
klor dalam air hilang kualitas air menurun
perlu penambahan jumlah klorin saat Desinfeksi
proses pengolahan air resiko terbentuk
THMs semakin tinggi
Klorin

Bromoform, BDCM, Kandungan Organik di


DBCM dalam air

Trihalometan Desinfection By
Kloroform
(THMs) Products (DBP)

The WHO International Agency for Research on Cancer (IARC) mengklasifikasikan


kloroform sebagai possible human carcinogens (2B)

1. Meningkatkan pertumbuhan kanker & resiko mutasi genetik

2. Menghancurkan anti oksidan vit.E

3. 70-240 kali lebih berbahaya jika terdapat di udara

4. Mandi dengan air hangat terklorinasi lebih berbahaya daripada


mengkonsumsi air minum terklorinasi

5. Iritasi mata, melemahkan sistem imun, dll

6. Erosi lapisan enamel gigi


2.3 Pengertian Air Bersih
Air meruupakan kebutuhan dasar bagi manusia karena diperlukan antara
lain untuk rumah tangga, industri, dan pertanian dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu harus diperhatikan kualitas dan kuantitas.
Kualitas air mudah diperoleh karena adanya siklus hidrologi yaitu siklus alamiah
yang memungkinkan tersedianya air permukaan dan air laut. Namun pertumbuhan
penduduk dan kegiatan manusia jelas menyebabkan pencemaran air sehingga
kualitasnya sulit diperoleh (Sutrisno, 2001).
Air bersih yang memenuhi syarat kesehatan harus bebas dari
pencemaran, sedangkan air minum harus memenuhi standar yaitu persyaratan
fisik, kimia dan biologis, karena air minum yang tidak memenuhi standar kualitas
dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh
manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-
60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi
sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk
minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian), dan sebagainya.
Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan
untuk minum (termasuk untuk masak) air harus mempunyai persyaratan khusus
agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia. Air bersih adalah air
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. (Notoatmodjo, 2007)

2.4 Langkah –langka analisis dosis - respon


Langkah –langka analisis dosis - respon (dose-response assessment) Setelah
melakukan identifikasi bahaya (agen risiko, konsentrasi dan media lingkungan ),
maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dosis- respons yaitu mencari
nilai RfD, dan/atau RfC, dan/atau SF dari agen risiko yang menjadi fokus
ARKL, serta memahami efek apa saja yang mungkin ditimbulkan oleh agen risiko
tersebut pada tubuh manusia. Analisis dosis – respon ini tidak harus dengan
melakukan penelitian percobaan sendiri namun cukup dengan merujuk pada
literature yang tersedia. Langkah analisis dosis respon ini dimaksudkan untuk :
a. mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke
dalam tubuh manusia.
b. memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat
peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam
tubuh.
c. mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC) atau
slope factor (SF) dari agen risiko tersebut. Di dalam laporan kajian ARKL
ataupun dokumen yang menggunakan ARKL sebagai cara/ metode kajian,
analisis dosis – respon perlu dibahas dan dicantumkan. Analisis dosis –
respon dipelajari dari berbagai toxicological reviews, jurnal ilmiah,
atau artikel terkait lainnya yang merupakan hasil dari penelitian
eksperimental.

Uraian tentang dosis referensi (RfD), konsentrasi referensi (RfC), dan slope factor
(SF) adalah sebagai berikut :
a. Dosis referensi dan konsentrasi yang selanjutnya disebut RfD dan RfC
adalah nilai yang dijadikan referensi untuk nilai yang aman pada efek non
karsinogenik suatu agen risiko, sedangkan SF (slope factor) adalah
referensi untuk nilai yang aman pada efek karsinogenik.
b. Nilai RfD, RfC, dan SF merupakan hasil penelitian (experimental study)
dari berbagai sumber baik yang dilakukan langsung pada obyek
manusia maupun merupakan ekstrapolasi dari hewan percobaan ke
manusia.
c. Untuk mengetahui RfC, RfD, dan SF suatu agen risiko dapat dilihat pada
Integrated Risk Information System (IRIS)
d. Jika tidak ada RfD, RfC, dan SF maka nilai dapat diturunkan dari dosis
eksperimental yang lain seperti NOAEL (No Observed Adverse Effect
Level), LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level), MRL (Minimum
Risk Level), baku mutu udara ambien pada NAAQS (National Ambient
Air Quality Standard) dengan catatan dosis eksperimental tersebut
mencantumkan faktor antropometri yang jelas (Wb, tE, fE, dan Dt).

2.5 Manfaat Kloroform


Berdasarkan sifatnya yang termasuk pelarut organik. Maka kloroform
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Kerap dipakai sebagai pelarut organik dalam ekstraksi bahan aktif pada
tanaman
b. Sering digunakan sebagai obat bius, namun telah digantikan karena
terbukti berbahaya
c. Sering digunakan dalam pembuatan penisilin
d. Digunakan sebagai pelarut dalam industri polimer(plastik)
e. Prekursor dalam pembuatan poli-tetrafluoro etilen (TEFLON)
f. Sebagai pelarut dalam ekstraksi DNA
g. Digunakan di LAB sebagai reagen agar dapat mendeteksi senyawa
iodida, bromida dan amida
h. Digunakan sebagai pelarut dalam idustri pestisida
i. Digunakan untuk produksi freon.

2.6 Dampak Kloroform Bagi Kesehatan


Efek anestesi kloroform yang berasal oleh penghambatan aktivitas
sistem saraf pusat. Menghirup uap dapat dengan cepat membawa
ketidaksadaran, tetapi dosis yang sangat tinggi bisa berakibat fatal. Baan
kimia ini juga mempengaruhi aktivitas di organ utama lainnya. Termasuk
jantung yang membuatnya berbaaya sebagai obat bius. Paparan jangka
panjang untuk konsentrasi yang relatif rendah dapat memiliki sejumlah efek
samping terutama pada hati dan ginjal.

2.7 Sifat-sifat Kloroform


a. Rumus kimia : CHCl3
b. Massa molar : 119,37 g·mol−1

c. Penampilan : Cairan tak berwarna

d. Bau : Menyengat, berbau seperti eter

e. Densitas : 1,564 g/cm3 (-20 °C), 1,489 g/cm3 (25 °C) dan 1,394 g/cm3 (60
°C)

f. Titik lebur :-63,5 °C

g. Titik didih :61,15 °C

h. terdekomposisi pada 450 °C

i. Kelarutan dalam air : 1,062 g/100 mL (0 °C), 0,809 g/100 mL (20 °C) dan
0,732 g/100 mL (60 °C)

j. Kelarutan : Larut dalam benzene, Bercampur dengan dietil eter, minyak,


ligroin, alkohol, CCl4, CS2, Kelarutan dalam aseton ≥ 10 g/100 mL (19
°C), Kelarutan dalam dimetil sulfoksida ≥ 10 g/100 mL (19 °C)

k. Tekanan uap: 0,62 kPa (-40 °C), 7,89 kPa (0 °C), 25,9 kPa (25 °C), 313
kPa (100 °C), 2,26 MPa (200 °C) kH, 3,67 L·atm/mol (24 °C)

l. Keasaman (pKa) :15,7 (20 °C)

m. Dosis atau konsentrasi letal (LD, LC):

1. LD50 (dosis median) 1250 mg/kg (mencit, oral)

2. LC50 (konsentrasi median) 9617 ppm (mancit, 4 jam)

3. LCLo (terendah tercatat) 20.000 ppm (marmot, 2 jam)

4. 7.056 ppm (kucing, 4 jam) 25.000 ppm (manusia, 5 menit)

n. Batas imbas kesehatan AS (NIOSH):

1. PEL (yang diperbolehkan) 50 ppm (240 mg/m3)[1]


2. REL (yang direkomendasikan) Ca ST 2 ppm (9,78 mg/m3) [60-menit]

3. IDLH (langsung berbahaya) 500 ppm

BAB III

PENUTUP

2.8 Kesimpulan

2.9 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, D. V. (2007). Analisa Kinerja Sistem Distribusi Air Bersih PDAM


Kecamatan Banyumanik Di Perumnas Banyumanik (Studi Kasus
Perumnas Banyumanik Kel. Srondol Wetan) (Doctoral dissertation,
program Pascasarjana Universitas Diponegoro).

Anda mungkin juga menyukai