Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN

ANALISA KUALITAS SIFAT FISIK AIR LIMBAH DAN PENGARUH


DETERGEN TERHADAP PERTUMBUHAN ALGA
KELOMPOK 3

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Laboraturium Lingkungan

Disusun oleh :
Alfiana Julyanto Putri (332010016)
Dewi Apsari (332010036)
Shala Sabila Melania Strilistiani (332010039)
Erva Reva (332010113)
Dede Setyaningrum (332110081)

UNIVERSITAS PELITA BANGSA


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LINGKUNGAN
CIKARANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Implementasi praktis pengelolaan kualitas air, bahwa air merupakan
salah satu sumber daya alam yang mempunyai fungsi sangat penting sebagai
penunjang kehidupan dan penghidupan masyarakat serta kesejahteraan umum,
sehingga menjadi modal dasar dan faktor utama pembangunan. Bahwa air
merupakan bagian penting dari lingkungan hidup bagi kelangsungan dan
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya bahwa untuk menjaga
kelestarian fungsi air perlu dilakukan pengendalian kualitas air dan pencemaran
air secara cermat dengan memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan
yang akan datang serta keseimbangan ekologis bahwa untuk memberikan
pengetahuan tentang pentingnya kualitas air di lingkungan kita.
Pada prinsipnya, air bersih harus memenuhi baku mutu yang juga
mencakup persyaratan fisika, kimia, biologi. Prasyarat fisik untuk air murni
adalah air tidak berwarna, hambar dan tidak berbau. Syarat kimia untuk air
bersih adalah bahwa air tersebut tidak mengandung bahan kimia berbahaya.
Persyaratan biologis adalah bahwa air tidak mengandung mikroorganisme atau
patogen.

1.2 Tujuan Praktikum


1.2.1. Menganalisa sifat fisik air limbah secara organoleptik : Bau, warna,
suhu, pH, TDS, dan CO2 bebas.
1.2.2. Menghitung kekeruhan dengan metode TSS.
1.2.3. Mengetahui pengaruh detergen terhadap pertumbuhan alga.

1.3. Prinsip Praktikum


Pada penelitian ini terdapat beberapa parameter yang dilakukan. Tahap
awal dilakukan Analisa Suhu, Bau, Warna, dan TDS (Total Dissolved Solid)
untuk mengukur jumlah padatan atau partikel terlarut didalam air. Satuan yang
digunakan TDS meter adalah ppm (Part Per Million) atau sepersejuta bagian
ppb (Part Per Billion).
Uji TSS (Total Suspended Solid) atau total padatan tersuspensi adalah
padatan yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan
anorganik yang dapat disaring dengan kertas millipore berpori-pori 0,45 μm.
Prinsip analisa TSS adalah sampel yang telah homogen disaring dengan kertas
saring yang telah ditimbang, kemudian residu yang tertahan pada saringan
dikeringkan pada sampai mencapai berat konstan pada suhu 1050C dengan
menggunakan oven.
Uji kadar CO2 menggunakan titrasi netralisasi, dimana CO2 yang bersifat
asam dapat dititar dengan larutan yang bersifat alkali. Adapun titran yang
digunakan adalah Na2CO3 karena sifatnya yang basa. Dengan bantuan indikator
PP maka titik akhir dapat dideteksi dengan adanya perubahan warna larutan
yang tadinya tidak berwarna menjadi merah muda.
Analisa pengujian pengaruh larutan dertergen terhadap alga, dibuat
larutan detergen 1% dan 5% dengan berbagai merek detergen (dianggap sebagai
limbah domestik), untuk mengetahui seberapa besar pengaruh konsentrasi
detergen terhadap pertumbuhan alga digunakan biji kacang hijau, melihat
apakah masih bisa tumbuh atau tidak, atau terdapat penghambatan
pertumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Fisik Limbah


Air yang kita uji diambil dari beberapa sampel yaitu air sungai CBL, air
sungai Cifest, air Walahar, air WTP dan air Kalimalang. Memiliki karakter
fisik yang berbeda, warna biasanya tidak memiliki warna atau sering disebut
dengan “bening”. Karena aktivitas pencemaran air yang meningkat, warna
limbah berubah dari abu-abu menjadi hitam, salah satu parameter subjektif air
limbah adalah bau. Bau tersebut disebabkan oleh bahan organik di dalam
sampah terurai dan mengeluarkan zat seperti sulfida dan amoniak yang cukup
berbahaya, selain warna, kekeruhan juga menjadi parameter yang perlu
diperhatikan, pH adalah keasaman, digunakan untuk menyatakan keasaman
atau kebasaan suatu larutan. Ini didefinisikan sebagai logaritma aktivitas ion
hidrogen terlarut. Dan suhu merupakan parameter penting karena
mempengaruhi reaksi kimia, laju reaksi dan cara kita memperlakukan air dalam
kehidupan sehari-hari. Pada umumnya suhu limbah cair cenderung hangat
hingga panas.
2.2 Kekeruhan Metode TSS
Pengamatan TSS sering digunakan untuk mengetahui kualitas air di
suatu perairan, karena TSS memberikan konstribusi untuk kekeruhan
(turbidity) dengan membatasi atau menghambat penetrasi cahaya untuk
fotosintesis dan visibilitas di perairan. Kekeruhan pada air akibat padatan tidak
terlarut dan tidak dapat langsung mengendap disebut sebagai Suspended Solid.
Total Suspended Solid (TSS) atau muatan padatan tersuspensi adalah
bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 μm) yang tertahan pada saringan
miliopore dengan diameter pori 0.45 μm. TSS terdiri dari lumpur, tanah liat,
pasir halus, bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme dan jasad renik.
Penyebab TSS di perairan yang utama adalah kikisan tanah atau erosi tanah
yang terbawa ke badan air.
Secara normal Total Suspended Solid di dalam air berkisar kurang dari
1 g/liter. Menurut keputusan NO. 02/Men KLH/1988 tentang pedoman baku
mutu lingkungan, normal total suspended solid di dalam air lebih kecil dari
0.07 g/liter.

2.3 Pengaruh Detergen Terhadap Pertumbuhan Alga


Air berfungsi untuk menyiram tanaman agar tetap segar dan tidak layu
serta sebagai media reaksi kimia dalam sel, menunjang fotosintesis dan
menjaga kelembapan. Bila tanaman kekurangan air, akan mengakibatkan
tanaman menjadi kering,kekurangan nutrisi. Kelebihan air juga tidak baik untuk
tanaman karena pertumbuhan tanaman akan terhambat dan kemungkinan
terburuk tanaman akan mati.
Pada praktik ini menggunakan kacang hijau. Pengertian perkecambahan
ini tidak hanya dipakai khusus untuk biji tetapi juga dipakai untuk bagian
tumbuhan lainnya. Secara visual dan morfologis suatu biji yang berkecambah,
umumnya ditandai dengan terlihatnya akar atau daun yang menonjol keluar dari
biji. Sebenarnya proses perkecambahan telah mulai dan berlangsung sebelum
peristiwa ini muncul.
Tumbuhnya tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Air
2. Suhu
3. Oksigen
4. Cahaya
Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan
air. Komposisi detergen yaitu surfaktan, builder, filler, dan aditif. Dibalik
kelebihannya dalam membersihkan, detergen memberikan dampak negatif baik
bagi Kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk
Detergen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh
langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya
kelembaban alami yang ada pada permukan kulit dan meningkatkan
permeabilitas permukaan luar. Detergen dapat membentuk chlorbenzene pada
proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan
senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan. Builders,
salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam Detergen adalah
Phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk Detergen,
sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara
mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari
daya cuci Detergen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya
berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya
racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan
mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, Phosphate dapat
menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan
air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae
(phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri. Populasi
bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air
sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya
justru membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa
negara, penggunaan Phosphate dalam Detergen telah dilarang. Sebagai
alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder
dalam Detergen. Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah deterjen
rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang
dan enceng gondok). Limbah deterjen yang dibuang ke kolam ataupun rawa
akan memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok sehingga
dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang
secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara
meningkat sangat pesat.
Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan terganggu dan berakibat
merugikan manusia itu sendiri, sebagai contoh saja lingkungan tempat
pembuangan saluran selokan. Secara tidak langsung rumah tangga pasti
membuang limbah deterjennya melalui saluran selokan ini, dan coba kita lihat,
di penghujung saluran selokan begitu banyak eceng gondok yang hidup dengan
kepadatan populasi yang sangat besar.
Selain merusak lingkungan alam, efek buruk deterjen yang dirasakan
tentu tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan
gangguan pada lingkungan kesehatan manusia. Saat seusai kita mencuci baju,
kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang
mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi alergi
Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah
deterjen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker
(karsinogenik). Proses penguraian deterjen akan menghasilkan sisa benzena
yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa klorobenzena
yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada
Saat ini instalasi pengolahan air milik PAM dan juga instalasi pengolahan air
limbah industri belum mempunyai teknologi yang mampu mengolah limbah
deterjen secara sempurna.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Pengujian dilakukan di Laboratorium Kampus Universitas Pelitas Bangsa pada
hari Selasa, 06 Desember 2022 pada pukul 17.30 sampai 21.30 .

3.2 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat yang digunakan dalam praktikum :
1. Thermometer 12. Oven
2. pH meter 13. Buret 50 mL
3. TDS meter 14. Pipet tetes
4. Beaker Glass 250 mL 15. Pipet ukur 10 mL
5. Gelas Ukur 100 mL 16. Cawan Petri
6. Erlenmeyer 250 mL 17. Spatula
7. Batang pengaduk 18. Kertas timbang
8. Kertas Saring 19. Kaca Arloji
9. Corong kecil 20. Magnetic Stirer
10. Neraca analitik 21. Stirer
11. Desikator

3.1.2 Bahan yang digunakan dalam praktikum :


1. Sampel Air
2. Aquades
3. Larutan Na2CO3
4. Indikator PP
5. Kacang hijau
6. Detergen (merek Jazz dan Rinso)
3.2 Prosedur Praktikum (diagram alir)
3.2.1 Bau, warna, suhu, pH dan TDS
• Ambil 200 mL sampel air buangan industri, yang sudah diaduk 10 menit
• Lakukan pengamatan bau dan warna
• Ukur suhu dengan menggunakan thermometer
• Ukur pH dengan menggunakan pH meter
• Ukur TDS dengan menggunakan TDS meter
• Catat hasil pengamatan.

Ambil 200mL sampel air buangan industri, yang sudah


diaduk 10 menit

Lakukan pengamatan bau dan warna

Ukur suhu dengan menggunakan thermometer

Ukur pH dengan menggunakan pH meter

Ukur TDS dengan menggunakan TDS meter

Catat hasil pengamatan

3.2.2 Penentuan CO2 bebas


• Masukan 50 ml sampel air kedalam labu Erlenmeyer
• Tambahkan 3-5 ml indikator PP, jika berwarna merah maka sampel
tidak mengandung CO2, jika tidak berubah warna maka dilanjutkan
dengan proses titrasi
• Titrasi dengan Na2CO3 tetes demi tetes hingga berwarna merah
muda.
• Catat ml Natrium Bikarbonat standar yang telah terpakai
𝑚𝑔 1000 𝑥 𝑚𝑙 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 𝑥 𝑁 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑂2
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑂2 ( )=
𝑙 50

3.2.3 Penentuan Kekeruhan dengan Metode TSS


1. Ambil 100mL sampel air buangan yang sudah diaduk selama 10
menit
2. Timbang kertas saring, catat massanya (mf1)
3. Saring menggunakan kertas saring dengan cara dekantasi (tampung
dan simpan filtratnya untuk praktikum selanjutnya)
4. Panaskan kertas saring selama 60 menit menggunakan oven suhu
1050C
5. Dinginkan dalam desikator selama 10 menit
6. Timbang kertas saring + residu, catat massanya (mf2)
7. Hitung nilai TSS dengan rumus di bawah
8. Catat hasil pengamatan
𝑚𝑓2 − 𝑚𝑓1 × 1000 𝑚𝑔
𝑇𝑆𝑆 = ⁄𝐿
𝑉𝑠
Penetapan Kekeruhan Metode TSS

Ambil 100mL sampel air, yang sudah diaduk 10 menit

Timbang kertas saring, catat massanya (mf1)

Saring menggunakan kertas saring dengan cara Dekantasi

Panaskan kertas saring selama 60 menit menggunakan oven 1050C

Dinginkan dalam desikator 10 menit

Timbang kertas saring + residu, catat massanya (mf2)

Catat hasil pengamatan

3.2.4 Pengaruh Detergen Terhadap Pertumbuhan Alga


Prosedur Kerja
1. Pembuatan 2 larutan detergen yaitu:
➢ Larutan A (detergen 1%): 1 ml atau 0,36 gr detergen kedalam
99 ml, aquades. Ukur suhu dengan menggunakan thermometer
➢ Larutan B (detergen 5%): 5 ml atau 1,8 gr detergen kedalam 99
ml, aquades(sampai tera), Ukur suhu dengan menggunakan
thermometer
2. Persiapan Cawan Petri
➢ Cawan 1: masukkan 10 ml aquades
➢ Cawan 2: masukkan 10 ml larutan detergen 1%
➢ Cawan 3: masukan 10 ml larutan detergen 5%
3. Masukan 10 biji kacang hijau pada masing-masing cawan. Aturlah
sehingga biji kacang hijau tidak berdekatan. tutup dan simpan.
4. Amati perubahan pada biji kacang hijau setiap hari hingga 3 hari.
Catat juga jumlah biji yang mengalami perubahan setiap harinya.

Pengaruh Detergen Terhadap


Pertumbuhan Alga

Pembuatan Larutan
Persiapan Cawan Petri
Detergen:

Timbang detergen
Cawan Petri 1 : Berisi 10 ml Aquades
Larutan A: merek X 0.36 g
(1%) Cawan Petri 2 : Berisi 10 ml detergen
Larutan B: merek X 1.8 g 1%
(5%)
Cawan Petri 3 : Berisi 10 ml detergen

Larutan A & B dimasukkan Masing-masing + 10 Biji


ke dalam beaker glass Kacang Hijau
Tutup dan simpan

+ 99 ml Aquades Amati perubahan pada


Homogenkan biji setiap hari (selama 3
hari )

Ukur suhu
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sifat Fisik Limbah


4.1.1 Hasil Pengamatan
• Bau, warna, suhu, pH dan TDS
Hasil Pengamatan
Sampel
Bau Warna Suhu (0C) pH TDS
Sedikit keruh,
Air Cifest Tidak Berbau 25 7.0 150
tidak Berwarna
Keruh, tidak
CBL Tidak Berbau 25 6.8 137
Berwarna
Sedikit keruh,
Kalimalang Tidak Berbau 26 6.8 172
tidak Berwarna
• Analisa Kadar CO2 Bebas
Hasil pengamatan analisa kadar CO2 dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut :
1000 𝑥 𝑚𝑙 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 𝑥 𝑁 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑂2
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑂2 (𝑚𝑔/𝐿) =
50
Volume Volume Rata -
Normalitas Kadar CO2
Pengujian Sampel Na2CO3 BE CO2 Rata
Na2CO3 Bebas
(mL) (mL) (mg/L)
50 22 193.6
Air cifest 184.8
50 20 176.0
0.01 44.01
50 26 228.9
Kalimalang 215.6
50 23 202.4

4.1.2 Pembahasan
Pengujian pertama dilakukan pengujian fisik seperti bau, warna,
suhu, pH dan TDS. Untuk warna dan bau kami menggunakan
pancaindera kami untuk mengujinya, sehingga didapatkan hasil seperti
yang sudah dipaparkan pada hasil pengamatan di atas. Untuk pengujian
pH, suhu dan TDS kami menggunakan bantuan alat thermometer, pH
meter dan TDS meter untuk mendapatkan hasilnya.
Pengujian fisik ini dilakukan secara langsung setelah sampel
dihomogenkan. Pengujian dilakukan langsung karena khawatir
pengujian fisik ini akan berubah jika tidak dilakukan secara langsung.
Pada pengamatan selanjutnya, dilakukan penetapan kadar CO2
bebas yang terkandung pada sampel air. Pengujian dilakukan pada
sampel Air Limbah Sungai daerah Cifest dan air Kalimalang. Pada awal
pengujian warna air agak sedikit keruh. Diambilnya air sampel
sebanyak 50 ml ke dalam Erlenmeyer. Lalu sampel dicampur dengan
indicator PP sebanyak 3 tetes. Dan dilakukan titrasi dengan Na2CO3 0.1
N dengan bantuan buret hingga mencapai titik akhir. Titik akhir titrasi
dilakukan sampai warna larutan berubah menjadi sedikit merah muda.
Perubahan warna larutan sampel dari tidak berwarna menjadi sedikit
merah muda menunjukkan perubahan pH yang terjadi pada sampel, dan
juga menunjukkan ikatan CO2 pada sampel dengan titran yang
digunakan.
Dengan berubahnya warna larutan, didapatkan volume larutan
titran yang digunakan untuk berikatan dengan CO2 bebas yang ada di
dalam sampel.
Tujuan dari titrasi untuk menentukan secara kuantitatif suatu zat
dalam larutan dengan zat/larutan lain yang konsentrasinya telah
diketahui melalui reaksi secara bertahap hingga mencapai titik
stoikhiometri.
4.2 Kekeruhan (TSS)
4.2.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
𝑚𝑓2 − 𝑚𝑓1 × 1000 𝑚𝑔
𝑇𝑆𝑆 = ⁄𝐿
𝑉𝑠
Bobot
Bobot
Volume Kertas Nilai TSS
Sampel Kertas
Sampel (L) Saring + (ppm)
Saring
residu
Air Cifest 0.3995 0.4005 10.00
CBL 0.1 0.3982 0.4066 84.00
Kalimalang 0.4007 0.4054 47.00

4.2.2 Pembahasan
Analisa dilakukan terhadap 3 sampel air yaitu air sungai Cifest,
Air CBL, dan air Kalimalang. Pada masing masing sampel dilakukan
perlakuan yang sama, dimulai dari menghomogenkan sampel,
mengukur sejumlah sampel, menyaring sampel, mengeringkan kertas
saring+residu hingga didapatkan hasil bobot penimbangan kertas
saring+residu sehingga nilai TSS dapat dihitung.
Mula-mula, kertas saring yang akan digunakan untuk menyaring
ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot asli kertas saring.
Kemudian sampel yang akan dilakukan analisa kekeruhan TSS
dihomogenkan dengan cara distir menggunakan magnetic stirrer
selama 10 menit, sehingga sampel yang terukur nanti homogen dan
benar-benar mewakili sampel yang sudah disampling. Lalu dilakukan
penyaringan menggunakan kertas saring, sehingga suspended solid
yang ada pada sampel dapat dipisahkan dari sampel. Lalu kertas
saring+residu dikeringkan menggunakan oven pada suhu 1050C untuk
menghilangkan air yang ada pada kertas saring sehingga didapatkan
kertas saring+residu. Dan tahapan terakhir dilakukan penimbangan
kertas saring+residu (suspended solid).
Dengan adanya data kertas saring awal, kertas saring+residu,
maka nilai TSS dapat diketahui dengan cara menghitung selisih bobot
kertas saring awal dengan kertas saring + residu dan dibagi dengan
sejumlah sampel yang dilakukan analisa, sehingga didapatlah hasil TSS
untuk masing-masing sampel.
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan nilai TSS pada air
sungai Cifest 10 ppm, air CBL 84 ppm dan air Kalimalang 47 ppm. Dari
ketiga hasil tersebut menunjukkan bahwa air Sungai Cifest yang paling
baik kualitasnya, dan air CBL yang paling buruk. Jika dibandingkan
dengan baku mutu air sungai dan sejenisnya berdasarkan PP No. 22
Tahun 2021 , TSS pada sampel air sungai Cifest dan Kalimalang masih
memenuhi syarat baku mutu kelas 1, sedangkan Air CBL tidak
memenuhi syarat baku mutu kelas 1 namun masih memenuhi syarat
baku mutu kelas 2. (Baku mutu TSS berdasarkan PP NO. 22 Tahun
2021 adalah < 40 ppm untuk kelas 1, <50 ppm untuuk kelas 2, <100
ppm untuk kelas 3 dan <400 ppm untuk kelas 4)
4.3 Pengaruh Detergen terhadap Alga
4.3.1 Hasil Pengamatan
No. Proses Photo Remarks
1 Penimbangan Berikut adalah proses
penimbangan detergen dengan
merek Jazz dan Rinso sesuai
dengan prosedur kerja.

2 Pelarutan Larutan detergen dilarutkan


dengan dengan penambahan 99 ml
Aquades Aquades.

3 Penambahan Cawan Petri 1 : 10 ml Aquades


Biji Kacang Cawan Petri 2 : 10 ml Rinso 1%
Hijau Cawan Petri 3 : 10 ml Rinso 5%
Cawan Petri 4 : 10 ml Jazz 1%
Cawan Petri 5 : 10 ml Jazz 5%
Pada masing-masing cawan
ditambahkan 10 biji kacang
hijau, kemudian atur posisi
kacang agar tidak berdekatan,
No. Proses Photo Remarks
tutup dan simpan ditempat yang
aman.
4 Pengamatan Aquades:
Hari ke-1 Belum menunjukkan adanya
(06 Desember perubahan karakteristik biji.
2022) Rinso 1%:
Belum ada perubahan.
Rinso 5%:
Terdapat 1 Biji yang pecah akibat
panasnya larutan rinso 5%
Jazz 1%:
Belum menunjukkan adanya
perubahan karakteristik biji.
Jazz 5%:
Belum menunjukkan adanya
perubahan karakteristik biji.
No. Proses Photo Remarks
No. Proses Photo Remarks
5 Pengamatan Aquades:
Hari ke-2 5 Kulit Kacang hijau mulai
(07 Desember terkelupas, tanda mulai tumbuh
2022) kecambah.
Rinso 1%:
4 Kulit Kacang hijau mulai
terkelupas, tanda mulai tumbuh
kecambah (namun tidak secepat
aquades, dengan larutan detergen
1% lebih terhambat
pertumbuhannya).
Rinso 5%:
Terdapat 1 Biji yang pecah akibat
panasnya larutan rinso 5%, tidak
ada tanda-tanda pertumbuhan
kacang hijau.
Jazz 1%:
3 Kulit Kacang hijau mulai
terkelupas, tanda mulai tumbuh
kecambah (namun tidak secepat
aquades, dengan larutan detergen
1% lebih terhambat
pertumbuhannya).
Jazz 5%:
Terdapat 1 kacang hijau yang
kulitnya terkelupas.
No. Proses Photo Remarks
No. Proses Photo Remarks
6 Pengamatan Aquades:
Hari ke-3 10 Kacang hijau tumbuh menjadi
(08 Desember kecambah.
2022) Rinso 1%:
10 Kulit Kacang hijau terkelupas
dan mulai tumbuh kecambah
(namun tidak secepat aquades,
dengan larutan detergen 1% lebih
terhambat pertumbuhannya).
Rinso 5%:
Terdapat 1 Biji yang pecah akibat
panasnya larutan rinso 5%, tidak
ada tanda-tanda pertumbuhan
kacang hijau.
Jazz 1%:
7 Kulit Kacang hijau mulai
terkelupas, tanda mulai tumbuh
kecambah (namun tidak secepat
aquades, dengan larutan detergen
1% lebih terhambat
pertumbuhannya).
Jazz 5%:
Terdapat 1 kacang hijau yang
tumbuh, namun 9 yang lainnya
tidak mengalami perubahan.
No. Proses Photo Remarks

4.3.2 Pembahasan
Pada percobaan ini digunakan detergen bubuk pertama
dilakukan penimbangan dengan neraca analitik. Pada saat proses
pelarutan dengan penambahan air 99 mL diperoleh perbedaan kelarutan
pada 2 merek tersebut (rinso dan jazz), untuk detergen rinso lebih
mudah larut, namun larutan rinso lebih panas bila dibandingkan dengan
jazz pada saat proses pelarutan, bahkan pada saat peletakkan kacang
hijau di cawan petri, terdapat 1 kacang hijau yang terkelupas kulitnya,
namun tidak terjadi pertumbuhan, hanya rusak saja kulitnya.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan selama 3 hari dan
berdasarkan hasil analisa data dapat ditemukan bahwa terdapat
perbedaan pertumbuhan antara kacang hijau yang diberi perlakuan
dengan aquades (larutan deterjen 0%), diberi larutan deterjen 1% dan
diberi larutan deterjen 5%. Dengan berdasarkan hal tersebut terbukti
bahwa pemberian deterjen kepada tanaman kacang hijau akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan kacang hijau. Semakin besar kadar
detergen semakin menghambat pertumbuhan kacang hijau. Jika
dikaitkan dengan alga ketika kadar Phosphate terlalu banyak
menyebabkan terjadinya eutrofikasi (pengkayaan unsur hara) yang
berlebih, akibatnya badan air kekurangan oksigen akibat dari
pertumbuhan algae, phytoplankton yang berlebihan yang merupakan
makanan bakteri. Sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar
matahari, kadar oksigen berkurang secara drastis, kehidupan biota air
mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat sangat pesat.
Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan
terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri, sebagai contoh
saja lingkungan tempat pembuangan saluran selokan. Secara tidak
langsung rumah tangga pasti membuang limbah deterjennya melalui
saluran selokan ini, dan coba kita lihat, di penghujung saluran selokan
begitu banyak eceng gondok yang hidup dengan kepadatan populasi
yang sangat besar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
• Sifat Fisik Limbah
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pada sampel air limbah dan satu
kontrol yang diambil dari air yang secara fisik tidak mengalami pencemaran.
Hasil pengamatan yang dilakukan secara fisik, air limbah mengalami
pencemaran Berdasarkan hasil analisa kadar CO2 diperoleh hasil pada sampel
adalah 55, 60, dan 37 mg/l. Kadar CO2 pada air limbah berada dalam kategori
tinggi karena kadar CO2 yang dibolehkan untuk perairan berkisar antara 5-10
mg/l. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi tingginya
karbondioksida adalah melakukan aerasi atau melakukan pengaturan sirkulasi
air dan diterapkan sanksi bagi masyarakat sekitar yang mau membuang limbah
ke aliran sungai.
• Kekeruhan Metode TSS
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan nilai TSS pada air sungai Cifest
10 ppm, air CBL 84 ppm dan air Kalimalang 47 ppm. Dari ketiga hasil tersebut
menunjukkan bahwa air Sungai Cifest yang paling baik kualitasnya, dan air
CBL yang paling buruk. Jika dibandingkan dengan baku mutu air sungai dan
sejenisnya berdasarkan PP No. 22 Tahun 2021 , TSS pada sampel air sungai
Cifest dan Kalimalang masih memenuhi syarat baku mutu kelas 1, sedangkan
Air CBL tidak memenuhi syarat baku mutu kelas 1 namun masih memenuhi
syarat baku mutu kelas 2. (Baku mutu TSS berdasarkan PP NO. 22 Tahun 2021
adalah < 40 ppm untuk kelas 1, <50 ppm untuuk kelas 2, <100 ppm untuk kelas
3 dan <400 ppm untuk kelas 4).
• Pengaruh Detergen Terhadap Pertumbuhan Alga
Tanaman membutuhkan air untuk proses pertumbuhannya. Kacang hijau
tidak akan tumbuh dengan baik bila disirami dengan air deterjen (larutan
deterjen) meskipun tidak dilakukan secara rutin. (biji) Kacang hijau yang diberi
air mineral (air putih biasa) hasilnya akan lebih baik bila dibandingkan dengan
(biji) kacang hijau yang diberi larutan deterjen. Apalagi bila dilakukan
(ditempatkan) pada tempat yang minim cahayanya. Oleh halnya, pemberian air
terhadap tanaman khususnya kacang hijau perlu diperhatikan. Karena, bila air
terkontaminasi deterjen dalam kadar berapapun akan memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan kacang hijau. Perlu diketahui bahwa air deterjen
merupakan limbah yang mempunyai berbagai dampak negative terhadap
pertumbuhan ataupun perkembangan tumbuhan. Jadi, deterjen menghambat
pertumbuhan tumbuhuan.

5.2 Saran
• Di beberapa negara, penggunaan Phosphate dalam Detergen telah dilarang.
Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai
builder dalam Detergen.
DAFTAR PUSTAKA

Al Idrus, Syarifa Wahidah. 2018. ANALISA KADAR KARBON DIOKSIDA DI


SUNGAI AMPENAN LOMBOK CARBON DIOXIDE CONCENTRATION
ANALYSIS AT AMPENAN RIVER LOMBOK, J. Pijar MIPA, Vol. 13 No.2,
September 2018: 167-170
Setiawati, Tati. 2021. TITRASI ASAM BASA (Titrasi). Pusat Pengembangan Dan
Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Iilmu Pengetahuan Alam
(Science Education Development And Empowerment Centre)
Solihati, E. N, dkk. 2016 . Laporan Praktikum Pemeriksaan Kualitas Air
Solikhin. 2012. Serasi Biologi. Banjarmasin: Daftar PustakaXII IPA 2 Kelompok 4.
2011/2012. Makalah Pengaruh Banyak Sedikitnya Air Terhaadap Pertumbuhan
Tinggi Bawang. Rantau
Peraturan Menteri Kesehatan RI NO. 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum
Putri, A. D, dkk. 2021.Analisa Parameter Fisika dan Kimia Outlet Ipal komunal
Domest Dusun Sukunan di Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna
Pengolahan Air Limbah (PUSTEKLIM) Yogyakarta. IJCR-Indonesian Journal
of Chemical Research.
Hariyanto. (2019). PEMANTAUAN PERAIRAN TELUK LAMONG DENGAN
PENGEMBANGAN ALGORITMA TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS)
DARI DATA CITRA SATELIT MULTITEMPORAL DAN DATA INSITU.
Journal of Geodesy and Geomatics, 14 No.2, 69-77.

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI. (2021). BAKU MUTU AIR


NASIONAL. PP RI NOMOR 22 TAHUN 2021 TENTANG
PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP.
Ma'arif, N. L., & Hidayah, Z. (2020). KAJIAN POLA ARUS PERMUKAAN DAN
SEBARAN KONSENTRASI TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DI
PESISIR PANTAI KENJERAN SURABAYA. Jurnal Ilmiah Kelautan dan
Perikanan, 1, 417-426. Retrieved January 7, 2023, from
https://journal.trunojoyo.ac.id/juvenil
LAMPIRAN FOTO

Praktikum Uji Fisik Air Limbah


Uji Fisik
Gambar Keterangan

Mengukur pH menggunakan pH meter

Mengukur TDS dengan menggunakan


TDS meter
Praktikum Kekeruhan Metode TSS
Gambar Keterangan

Menghomogenkan Sampel

Sampel yang telah disaring


menggunakan kertas saring
Mengeringkan kertas saring+residu

Menimbang bobot kertas saring+residu


*Pembagian tugas kelompok:
Alfiana Julyanto Putri (332010016) : Analisa CO2 bebas
Dewi Apsari (332010036) : Analisa pengaruh detergen
Shala Sabila Melania S. (332010039) : Analisa kekeruhan metode TSS
Erva Reva (332010113) : Analisa fisik limbah
Dede Setyaningrum (332110081) : Analisa CO2 bebas

Anda mungkin juga menyukai