Disusun oleh :
Alfiana Julyanto Putri (332010016)
Dewi Apsari (332010036)
Shala Sabila Melania Strilistiani (332010039)
Erva Reva (332010113)
Dede Setyaningrum (332110081)
Pembuatan Larutan
Persiapan Cawan Petri
Detergen:
Timbang detergen
Cawan Petri 1 : Berisi 10 ml Aquades
Larutan A: merek X 0.36 g
(1%) Cawan Petri 2 : Berisi 10 ml detergen
Larutan B: merek X 1.8 g 1%
(5%)
Cawan Petri 3 : Berisi 10 ml detergen
Ukur suhu
BAB IV
4.1.2 Pembahasan
Pengujian pertama dilakukan pengujian fisik seperti bau, warna,
suhu, pH dan TDS. Untuk warna dan bau kami menggunakan
pancaindera kami untuk mengujinya, sehingga didapatkan hasil seperti
yang sudah dipaparkan pada hasil pengamatan di atas. Untuk pengujian
pH, suhu dan TDS kami menggunakan bantuan alat thermometer, pH
meter dan TDS meter untuk mendapatkan hasilnya.
Pengujian fisik ini dilakukan secara langsung setelah sampel
dihomogenkan. Pengujian dilakukan langsung karena khawatir
pengujian fisik ini akan berubah jika tidak dilakukan secara langsung.
Pada pengamatan selanjutnya, dilakukan penetapan kadar CO2
bebas yang terkandung pada sampel air. Pengujian dilakukan pada
sampel Air Limbah Sungai daerah Cifest dan air Kalimalang. Pada awal
pengujian warna air agak sedikit keruh. Diambilnya air sampel
sebanyak 50 ml ke dalam Erlenmeyer. Lalu sampel dicampur dengan
indicator PP sebanyak 3 tetes. Dan dilakukan titrasi dengan Na2CO3 0.1
N dengan bantuan buret hingga mencapai titik akhir. Titik akhir titrasi
dilakukan sampai warna larutan berubah menjadi sedikit merah muda.
Perubahan warna larutan sampel dari tidak berwarna menjadi sedikit
merah muda menunjukkan perubahan pH yang terjadi pada sampel, dan
juga menunjukkan ikatan CO2 pada sampel dengan titran yang
digunakan.
Dengan berubahnya warna larutan, didapatkan volume larutan
titran yang digunakan untuk berikatan dengan CO2 bebas yang ada di
dalam sampel.
Tujuan dari titrasi untuk menentukan secara kuantitatif suatu zat
dalam larutan dengan zat/larutan lain yang konsentrasinya telah
diketahui melalui reaksi secara bertahap hingga mencapai titik
stoikhiometri.
4.2 Kekeruhan (TSS)
4.2.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
𝑚𝑓2 − 𝑚𝑓1 × 1000 𝑚𝑔
𝑇𝑆𝑆 = ⁄𝐿
𝑉𝑠
Bobot
Bobot
Volume Kertas Nilai TSS
Sampel Kertas
Sampel (L) Saring + (ppm)
Saring
residu
Air Cifest 0.3995 0.4005 10.00
CBL 0.1 0.3982 0.4066 84.00
Kalimalang 0.4007 0.4054 47.00
4.2.2 Pembahasan
Analisa dilakukan terhadap 3 sampel air yaitu air sungai Cifest,
Air CBL, dan air Kalimalang. Pada masing masing sampel dilakukan
perlakuan yang sama, dimulai dari menghomogenkan sampel,
mengukur sejumlah sampel, menyaring sampel, mengeringkan kertas
saring+residu hingga didapatkan hasil bobot penimbangan kertas
saring+residu sehingga nilai TSS dapat dihitung.
Mula-mula, kertas saring yang akan digunakan untuk menyaring
ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot asli kertas saring.
Kemudian sampel yang akan dilakukan analisa kekeruhan TSS
dihomogenkan dengan cara distir menggunakan magnetic stirrer
selama 10 menit, sehingga sampel yang terukur nanti homogen dan
benar-benar mewakili sampel yang sudah disampling. Lalu dilakukan
penyaringan menggunakan kertas saring, sehingga suspended solid
yang ada pada sampel dapat dipisahkan dari sampel. Lalu kertas
saring+residu dikeringkan menggunakan oven pada suhu 1050C untuk
menghilangkan air yang ada pada kertas saring sehingga didapatkan
kertas saring+residu. Dan tahapan terakhir dilakukan penimbangan
kertas saring+residu (suspended solid).
Dengan adanya data kertas saring awal, kertas saring+residu,
maka nilai TSS dapat diketahui dengan cara menghitung selisih bobot
kertas saring awal dengan kertas saring + residu dan dibagi dengan
sejumlah sampel yang dilakukan analisa, sehingga didapatlah hasil TSS
untuk masing-masing sampel.
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan nilai TSS pada air
sungai Cifest 10 ppm, air CBL 84 ppm dan air Kalimalang 47 ppm. Dari
ketiga hasil tersebut menunjukkan bahwa air Sungai Cifest yang paling
baik kualitasnya, dan air CBL yang paling buruk. Jika dibandingkan
dengan baku mutu air sungai dan sejenisnya berdasarkan PP No. 22
Tahun 2021 , TSS pada sampel air sungai Cifest dan Kalimalang masih
memenuhi syarat baku mutu kelas 1, sedangkan Air CBL tidak
memenuhi syarat baku mutu kelas 1 namun masih memenuhi syarat
baku mutu kelas 2. (Baku mutu TSS berdasarkan PP NO. 22 Tahun
2021 adalah < 40 ppm untuk kelas 1, <50 ppm untuuk kelas 2, <100
ppm untuk kelas 3 dan <400 ppm untuk kelas 4)
4.3 Pengaruh Detergen terhadap Alga
4.3.1 Hasil Pengamatan
No. Proses Photo Remarks
1 Penimbangan Berikut adalah proses
penimbangan detergen dengan
merek Jazz dan Rinso sesuai
dengan prosedur kerja.
4.3.2 Pembahasan
Pada percobaan ini digunakan detergen bubuk pertama
dilakukan penimbangan dengan neraca analitik. Pada saat proses
pelarutan dengan penambahan air 99 mL diperoleh perbedaan kelarutan
pada 2 merek tersebut (rinso dan jazz), untuk detergen rinso lebih
mudah larut, namun larutan rinso lebih panas bila dibandingkan dengan
jazz pada saat proses pelarutan, bahkan pada saat peletakkan kacang
hijau di cawan petri, terdapat 1 kacang hijau yang terkelupas kulitnya,
namun tidak terjadi pertumbuhan, hanya rusak saja kulitnya.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan selama 3 hari dan
berdasarkan hasil analisa data dapat ditemukan bahwa terdapat
perbedaan pertumbuhan antara kacang hijau yang diberi perlakuan
dengan aquades (larutan deterjen 0%), diberi larutan deterjen 1% dan
diberi larutan deterjen 5%. Dengan berdasarkan hal tersebut terbukti
bahwa pemberian deterjen kepada tanaman kacang hijau akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan kacang hijau. Semakin besar kadar
detergen semakin menghambat pertumbuhan kacang hijau. Jika
dikaitkan dengan alga ketika kadar Phosphate terlalu banyak
menyebabkan terjadinya eutrofikasi (pengkayaan unsur hara) yang
berlebih, akibatnya badan air kekurangan oksigen akibat dari
pertumbuhan algae, phytoplankton yang berlebihan yang merupakan
makanan bakteri. Sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar
matahari, kadar oksigen berkurang secara drastis, kehidupan biota air
mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat sangat pesat.
Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan
terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri, sebagai contoh
saja lingkungan tempat pembuangan saluran selokan. Secara tidak
langsung rumah tangga pasti membuang limbah deterjennya melalui
saluran selokan ini, dan coba kita lihat, di penghujung saluran selokan
begitu banyak eceng gondok yang hidup dengan kepadatan populasi
yang sangat besar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
• Sifat Fisik Limbah
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pada sampel air limbah dan satu
kontrol yang diambil dari air yang secara fisik tidak mengalami pencemaran.
Hasil pengamatan yang dilakukan secara fisik, air limbah mengalami
pencemaran Berdasarkan hasil analisa kadar CO2 diperoleh hasil pada sampel
adalah 55, 60, dan 37 mg/l. Kadar CO2 pada air limbah berada dalam kategori
tinggi karena kadar CO2 yang dibolehkan untuk perairan berkisar antara 5-10
mg/l. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi tingginya
karbondioksida adalah melakukan aerasi atau melakukan pengaturan sirkulasi
air dan diterapkan sanksi bagi masyarakat sekitar yang mau membuang limbah
ke aliran sungai.
• Kekeruhan Metode TSS
Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan nilai TSS pada air sungai Cifest
10 ppm, air CBL 84 ppm dan air Kalimalang 47 ppm. Dari ketiga hasil tersebut
menunjukkan bahwa air Sungai Cifest yang paling baik kualitasnya, dan air
CBL yang paling buruk. Jika dibandingkan dengan baku mutu air sungai dan
sejenisnya berdasarkan PP No. 22 Tahun 2021 , TSS pada sampel air sungai
Cifest dan Kalimalang masih memenuhi syarat baku mutu kelas 1, sedangkan
Air CBL tidak memenuhi syarat baku mutu kelas 1 namun masih memenuhi
syarat baku mutu kelas 2. (Baku mutu TSS berdasarkan PP NO. 22 Tahun 2021
adalah < 40 ppm untuk kelas 1, <50 ppm untuuk kelas 2, <100 ppm untuk kelas
3 dan <400 ppm untuk kelas 4).
• Pengaruh Detergen Terhadap Pertumbuhan Alga
Tanaman membutuhkan air untuk proses pertumbuhannya. Kacang hijau
tidak akan tumbuh dengan baik bila disirami dengan air deterjen (larutan
deterjen) meskipun tidak dilakukan secara rutin. (biji) Kacang hijau yang diberi
air mineral (air putih biasa) hasilnya akan lebih baik bila dibandingkan dengan
(biji) kacang hijau yang diberi larutan deterjen. Apalagi bila dilakukan
(ditempatkan) pada tempat yang minim cahayanya. Oleh halnya, pemberian air
terhadap tanaman khususnya kacang hijau perlu diperhatikan. Karena, bila air
terkontaminasi deterjen dalam kadar berapapun akan memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan kacang hijau. Perlu diketahui bahwa air deterjen
merupakan limbah yang mempunyai berbagai dampak negative terhadap
pertumbuhan ataupun perkembangan tumbuhan. Jadi, deterjen menghambat
pertumbuhan tumbuhuan.
5.2 Saran
• Di beberapa negara, penggunaan Phosphate dalam Detergen telah dilarang.
Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai
builder dalam Detergen.
DAFTAR PUSTAKA
Menghomogenkan Sampel