Anda di halaman 1dari 14

STUDI LITERATUR: ANALISIS PERBANDINGAN PROSES

FILTRASI TERHADAP PENGOLAHAN AIR LIMBAH


DOMESTIK UNTUK MENINGKATKAN STANDAR BAKU
MUTU YANG DITETAPKAN
Alicia Yasmin Kaishilillah1, Basis Iftitakhus Sahidah2, Jazula Hayyi Fadlila3, Muhammad
Luthfi Rahmat Hani4, dan Sania Rizky Yuliantini5
1
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang, Jl. Soekarno Hatta No. 9, Malang
65141, Indonesia
alicia.ysmn@gmail.com ; basissahidah@gmail.com ; jazula.hayyifadlila@gmail.com ;
mluthfirh@gmail.com ; saniarizkyyuliantini@gmail.com

ABSTRAK
Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat
lainnya. Pada umumnya air limbah mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan
bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup,sehingga perlu dilakukan pengolahan. Salah
satu jenis pengolahan air limbah adalah filtrasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
membandingkan hasil pengolahan air limbah rumah tangga menggunakan berbagai macam metode
filtrasi, yakni metode downflow, filtrasi portable, filtrasi sederhana, metode presipitasi dan filtrasi, filtrasi
fitoremediasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui metode filtrasi yang paling efektif untuk pengolahan air
limbah rumah tangga. Beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas air limbah rumah
tangga adalah pH, BOD, COD. Didapatkan pH pada masing masing metode berturut turut sebesar 5,9;
9,22; 6,87; 7; 8,05, BOD pada masing masing metode berturut turut sebesar 388,75 mg/L, 119 mg/L,
553,3 mg/L, 21 mg/L, 24 mg/L, dan COD pada masing masing metode berturut turut sebesar 1143,76
mg/L, 273 mg/L, 1233 mg/L, 65 mg/L, 108 mg/L. Sehingga metode yang paling efektif digunakan
berdasarkan parameter pH adalah filtrasi sederhana, berdasarkan parameter BOD adalah filtrasi Portable,
dan berdasarkan parameter COD adalah filtrasi sederhana.
Kata kunci: Air limbah, Metode filtrasi, Parameter.

ABSTRACT
Waste-water is the remaining water that is disposed of from households, industry or other places. In
general, waste water contains materials or substances that can be harmful to human health and disrupt
the environment, so it needs to be processed. One type of wastewater treatment is filtration. This research
aims to analyze and compare the results of household wastewater treatment using various filtration
methods, namely the downflow method, portable filtration, simple filtration, precipitation and filtration,
fitoremediasi filtration. This aims to determine the most effective filtration method for processing
household wastewater. Several parameters used to measure the quality of household wastewater are pH,
BOD, COD. The pH obtained for each method was 5,9; 9,22; 6,87; 7; 8,05, BOD in each method was 388.75
mg/L, 119 mg/L, 553.3 mg/L, 21 mg/L, 24 mg/L respectively, and COD in each method was 1143,
respectively. 76 mg/L, 273 mg/L, 1233 mg/L, 65 mg/L, 108 mg/L. so the most effective method used based
on pH parameters is simple filtration, based on BOD parameters is Portable filtration, and based on COD
parameters is simple filtration.
Keywords: Wastewater, Filtration Method, Parameters

1. PENDAHULUAN
Di Indonesia, jumlah air limbah yang dihasilkan merupakan salah satu masalah
utama dalam pengelolaan limbah. Negara ini memiliki populasi yang besar dan
berkembang pesat, serta tingkat urbanisasi yang tinggi, yang semuanya berkontribusi
terhadap peningkatan jumlah air limbah yang dihasilkan setiap harinya. Jumlah ini terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi dan aktivitas manusia yang semakin
intensif. Banyak sektor yang berkontribusi terhadap peningkatan jumlah air limbah,
termasuk industri, rumah tangga, dan pertanian.
Air limbah domestik adalah jenis limbah yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari
di rumah tangga, seperti mencuci pakaian, mencuci piring, mandi, atau menggunakan
toilet. Limbah ini mengandung berbagai zat organik, deterjen, dan bahan kimia lainnya
yang dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Air limbah domestik
harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan untuk mencegah pencemaran air dan
menjaga kualitas air yang digunakan oleh masyarakat. Pengolahan air limbah domestik
bertujuan untuk menghilangkan zat-zat berbahaya dan mengurangi beban pencemaran
sebelum air limbah dibuang ke sungai atau laut. Proses pengolahan ini melibatkan
penggunaan teknologi dan sistem yang tepat guna, seperti penggunaan bakteri atau
filter untuk menguraikan zat-zat organik dan bahan kimia yang terdapat dalam air
limbah.
Air limbah memiliki dampak yang mencemari lingkungan baik di pedesaan
maupun di perkotaan. Dampak negatifnya sangat beragam dan meluas, memberikan
konsekuensi serius bagi kehidupan manusia dan ekosistem. Dampak air limbah juga
berhubungan erat dengan masalah perubahan iklim. Pengolahan dan pembuangan air
limbah yang tidak baik dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti metana dan
karbon dioksida yang berkontribusi pada pemanasan global. Selain itu, pencemaran air
juga dapat mempengaruhi siklus air dan iklim lokal. Selain dampak sosial-ekonomi,
penanganan air limbah yang tidak efektif juga meningkatkan biaya pengolahan air
minum dan limbah. Proses pengolahan air menjadi lebih rumit dan mahal ketika air
limbah yang masuk ke dalam sistem pengolahan lebih tercemar. Biaya ini akhirnya harus
ditanggung oleh masyarakat. Berikut data peningkatan jumlah air limbah di Indonesia
menurut Badan Pusat Statistik pada kurun waktu 2017 hingga 2019 [1]:

Gambar 1. Grafik peningkatan air limbah di pedesaan


Peningkatan jumlah air limbah ini menimbulkan berbagai masalah lingkungan
dan kesehatan. Selain itu, air limbah yang mengandung bahan-bahan berbahaya juga
dapat membahayakan kesehatan manusia jika tidak diolah dengan benar. Hal ini akan
menghasilkan air limbah yang lebih bersih dan aman untuk dibuang kembali ke
lingkungan.
Filtrasi merupakan suatu metode pemisahan padatan yang berada dalam slurry
dengan cara mengalirkan nya melewati media saring. Media filter digunakan agar
padatan maupun partikel tersuspensi tertahan di atasnya dikarenakan pori-pori dari
permukaan media filter yang kecil sehingga hanya dapat dilalui oleh fluida saja. Selain
itu, fluida dapat melewati media filter juga disebabkan oleh perbedaan tekanan yang
dialami pada media tersebut. Media yang sering digunakan dalam filtrasi sangat
beragam, seperti zeolit, arang aktif, dan pasir silika. Metode filtrasi menggunakan media
seperti arang aktif, zeolit, dan pasir silika dapat mereduksi kandungan zat padat,
mereduksi kandungan bakteri, menghilangkan warna, bau, besi, dan mangan [2].
Mutu air sasaran (water quality objective) adalah mutu air yang direncanakan
untuk dapat diwujudkan dalam jangka waktu tertentu melalui penyelenggaraan program
kerja dalam rangka pengendalian pencemaran air dan pemulihan kualitas air. Sementara
daya tampung beban pencemaran didefinisikan sebagai batas kemampuan suatu badan
air dalam menenggang sejumlah kontaminan yang masuk di dalamnya, sehingga
kualitasnya tetap dapat digunakan sesuai peruntukannya (assimilative capacity). Daya
tampung beban pencemaran di suatu badan air bersifat fluktuatif karena, antara lain
perubahan kuantitas dan kualitas sumber air tersebut [3].
Adapun baku mutu yang digunakan untuk mengetahui kualitas air, diantaranya
yaitu: COD, BOD, dan pH. COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimia dalam air, termasuk
senyawa organik dan anorganik. Jumlah oksigen yang diperlukan diungkapkan dalam
bentuk ekuivalen oksigen (mgO2/L). Apabila nilai COD yang tinggi dalam air limbah
memerlukan usaha yang lebih besar dalam pengolahan air limbah untuk mengurangi
beban pencemaran [4]. Pengukuran COD sering digunakan sebagai indikator awal untuk
mengevaluasi tingkat pencemaran organik dalam air dan membantu dalam pengelolaan
dan pemantauan kualitas air [5]. BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah jumlah
oksigen yang dikonsumsi oleh mikroorganisme seperti bakteri dalam suatu sampel air
selama suatu periode waktu tertentu. Apabila nilai BOD yang tinggi menunjukkan
adanya banyak senyawa organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme dalam air
[6]. Proses dekomposisi oleh mikroorganisme ini membutuhkan oksigen, yang dapat
menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut dalam air. pH adalah indikator
tingkat keasaman atau kebasaan dalam suatu larutan, dengan skala nilai pH yang
berkisar dari 0 hingga 14. Pada nilai 7 dianggap sebagai titik netral. Nilai pH umumnya
ditetapkan dalam kisaran tertentu yang berdasarkan dengan jenis industri dan jenis
limbah. Kondisi pH yang terlalu ekstrim dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Nilai
pH yang terlalu rendah, akan berdampak pada pipa yang rentan mengalami korosi
sehingga presipitasi zat-zat kimia dapat menyumbat saluran hingga menimbulkan
endapan unsur kimia yang tidak diinginkan. Jika nilai pH terlalu tinggi, dapat
meningkatkan resiko kontaminasi logam berat dalam air sehingga berbahaya bagi
organisme hidup dan manusia [7]. Berikut parameter Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik [8]:
Tabel 1. Parameter air limbah domestik
No Parameter Satuan Kadar Maksimum

1 BOD mg/L 30

2 COD mg/L 100

3 pH - 6-9

Filtrasi memiliki macam-macam metode pemisahan yang dapat digunakan dalam


penelitian seperti filtrasi sederhana, filtrasi downflow, filtrasi portable, filtrasi dan
presipitasi, serta filtrasi fitoremediasi. Filtrasi sederhana merupakan metode pemisahan
padatan dengan menggunakan prinsip gaya gravitasi. Filtrasi downflow merupakan
filtrasi dengan mengalirkan fluida yang melewati media filter dari atas menuju ke bawah.
Filtrasi dan presipitasi merupakan metode pemisahan dengan melewati media filter atau
filtrasi dilakukan setelah melewati proses presipitasi. Presipitasi adalah metode
penambahan bahan kimia sehingga padatan yang tersuspensi mengendap. Filtrasi
portable merupakan metode pemisahan padatan dalam slurry dengan mengalirkannya
melewati media filter berupa alat filtrasi portabel untuk menghilangkan partikel padatan
tersebut. Filtrasi fitoremediasi merupakan suatu teknologi pembersihan, penghilangan
atau pengurangan zat pencemar dalam tanah atau air dengan menggunakan bantuan
tanaman [9].
Pada pengoperasian proses filtrasi, terdapat faktor faktor yang mempengaruhi
sebagai tolak ukur keberhasilan suatu proses filtrasi [10]. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses filtrasi antara lain ukuran partikel, kecepatan aliran, jenis medium
filtrasi, tekanan filtrasi, dan debit filtrasi filtrasi. Ukuran partikel dapat mempengaruhi
filtrasi dikarenakan Semakin kecil ukuran partikel yang akan difiltrasi, semakin sulit
partikel tersebut untuk melewati medium filtrasi. Kecepatan aliran cairan atau fluida
juga dapat mempengaruhi efisiensi filtrasi karena partikel-partikel dapat terlewatkan
atau tidak terfilter dengan baik jika kecepatan aliran terlalu cepat. Jenis medium filtrasi
bergantung dalam kemampuan dalam menahan ketika fluida dialirkan diatasnya.
Tekanan yang diberikan pada sistem filtrasi juga dapat mempengaruhi kecepatan dan
efisiensi filtrasi. Tekanan yang lebih tinggi dapat meningkatkan laju filtrasi, tetapi juga
dapat menyebabkan kerusakan pada medium filtrasi [11]. Debit filtrasi dapat
mengurangi efisiensi filtrasi jika jumlah cairan yang dapat difiltrasi dalam waktu tertentu
terlalu tinggi.
Terdapat beberapa penelitian mengenai beberapa jenis metode yang digunakan
dalam proses filtrasi. Tujuan studi literatur tersebut berfokus pada perbandingan
beberapa metode yang digunakan pada proses pengolahan limbah domestik dengan
mengetahui nilai 3 parameter penting dalam pengolahan limbah domestik yaitu, pH,
BOD, dan COD.
2. METODE PENELITIAN
Jurnal ini disusun berdasarkan studi literatur untuk mengetahui proses filtrasi
terhadap pengolahan air limbah domestik dengan tujuan untuk mengetahui parameter
yang sesuai agar dapat diproses serta dikonsumsi oleh sebagian masyarakat.
2.1 Prosedur Pengumpulan Jurnal
Prosedur pengumpulan jurnal dilakukan dengan cara mengidentifikasi semua
sumber informasi yang relevan seperti pada jurnal ilmiah, buku, dan artikel.
Identifikasi sumber informasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan basis data
yang diperoleh dari beberapa sumber. Setelah memperoleh informasi yang relevan,
selanjutnya menelaah sumber informasi tersebut dari segi metode penelitian,
variabel atau parameter yang digunakan, hasil yang diperoleh, dan kesimpulan yang
diberikan.
2.2 Teknik Pengolahan Data
Tujuan dilakukan pengolahan data pada studi literatur ini adalah untuk
mengetahui dan memastikan data yang diperoleh lebih akurat dan relevan. Dalam hal
ini, teknik pengolahan data penting untuk dilakukan untuk memahami dan
menganalisis beberapa metode dan variabel yang terdapat dalam jurnal.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara metode deskriptif-kuantitatif dari beberapa
sumber dalam bentuk jurnal yang diterbitkan pada tahun sebelumnya. Dalam hal ini,
studi literatur yang dibahas akan difokuskan pada aspek perbandingan metode yang
digunakan pada proses filtrasi pengolahan air limbah untuk didapatkan air yang
memiliki parameter yang sesuai. Metode deskriptif-kuantitatif adalah suatu metode
yang digunakan untuk menggambarkan suatu metode terhadap hasil yang diperoleh
secara objektif. Proses ini dilakukan dengan melakukan studi perbandingan dari
beberapa jurnal yang diperoleh dan selanjutnya dilakukan analisis secara kuantitatif.
2.3 Hasil Pengumpulan Jurnal
Jurnal yang diperoleh berasal dari sumber penelitian terdahulu, selanjutnya
dilakukan analisis mengenai beberapa metode yang digunakan untuk dihasilkan data
sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil pengumpulan jurnal


Metode Media Waktu Parameter Hasil penelitian Referensi
operasi yang diukur

Filtrasi Eceng gondok, selang 24 jam pH pH 5,9 [12]


Downflow bekas, ijuk, kerikil
BOD BOD (388,75 mg/L)

COD COD (1143,76 mg/L)

Filtrasi Serabut kelapa, Kerikil, 60 menit BOD BOD (119 mg/L) [­13]
Portable Pasir aktif, Karbon aktif,
dan Serat kapuk COD COD (273 mg/L)

pH pH 9,22

Filtrasi Zeolit, spons, dan 60 menit PH pH 6,87 [­14]


Sederhana kerikil
COD COD (1233 mg/L)

BOD BOD (553,3 mg/L)

Presipitasi ijuk, kerikil sedang, 6 hari PH pH 7 [­15]


dan Filtrasi tawas, PAC (Poly
Aluminium Chloride), BOD BOD (21 mg/L)
limbah cair batik, batu
zeolit, kapas, karbon COD COD (65 mg/L)
aktif granular, spon dan
serabut kelapa
Filtrasi tanaman kayu apu 9 hari BOD BOD (5,03 mg/L) [­16]
Fitoremediasi
COD COD ( 139,47 mg/L)

pH pH 8,05

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian dari beberapa jurnal (Tabel 2) diperoleh beberapa grafik dari 3
parameter yaitu Derajat keasaman (pH), BOD (Biochemical Oxygen Demand), dan COD
(Chemical Oxygen Demand). Dari parameter yang diperoleh, dilakukan perbandingan
beberapa metode yang baik digunakan untuk mengolah air limbah domestik sehingga
diperoleh baku mutu yang sesuai.
3.1 Derajat Keasaman (pH)
Dalam pengambilan hasil parameter pH, dilakukan pengukuran pH menggunakan
alat pengukur pH yang sesuai. Air limbah domestik umumnya memiliki rentang pH
yang bervariasi, tergantung pada sumbernya. Hasil pengukuran pH air limbah
domestik yang dilakukan secara berkala dapat digunakan sebagai acuan dalam
pengelolaan dan pengolahan air limbah untuk menjaga kualitas air yang baik dan
sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Gambar 2. Grafik peningkatan pH setiap metode filtrasi


Hasil uji pH dari masing-masing metode yakni metode filtrasi downflow, filtrasi
portable, filtrasi sederhana, metode presipitasi, dan filtrasi fitoremediasi setelah
proses filtrasi sebesar 5,9; 9,22; 6,87; 7; 8,05, didapatkan persentase perubahan pH
sebelum dan sesudah proses filtrasi sebesar 4%, 3%, 22%, 9%, 4,59%. Sehingga dari
data tersebut diperoleh bahwa pada filtrasi sederhana menggunakan media zeolit,
spons, dan kerikil memiliki perubahan pH yang paling besar dibandingkan dengan
metode filtrasi lainnya dan memenuhi baku mutu air limbah domestik. Zeolit adalah
suatu jenis material berpori yang memiliki kemampuan untuk menyerap dan
menukar ion-ion dalam larutan. Media lain seperti spons dan kerikil dapat berfungsi
sebagai penyaring mekanis, menahan partikel-partikel padat dalam air limbah.
Partikel-partikel ini mungkin memiliki efek alkalis atau asam yang dapat
mempengaruhi pH air limbah. Ini dapat membantu mengurangi konsentrasi ion-ion
yang dapat mempengaruhi pH air limbah. Dari kelima metode filtrasi tersebut, dapat
diketahui metode filtrasi yang memenuhi baku mutu air limbah domestik yakni
metode filtrasi sederhana,filtrasi presipitasi, dan filtrasi fitoremediasi. Menurut
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik, baku mutu pH memiliki nilai 6-9. Dengan demikian, proses filtrasi
sederhana dapat diterapkan untuk proses pengolahan air limbah domestik karena
hasil parameter pH pada proses ini memenuhi parameter Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
3.2 BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Pengambilan data dari parameter BOD (Biological Oxygen Demand) merupakan
salah satu langkah penting dalam pengolahan air limbah domestik. Pengukuran BOD
dilakukan dengan mengambil sampel air limbah domestik dan kemudian mengukur
jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh organisme biologi selama periode waktu
tertentu. Data BOD yang diperoleh dari pengukuran ini memberikan gambaran
mengenai tingkat kontaminan air limbah oleh materi organik. Semakin tinggi nilai
BOD, semakin tinggi juga tingkat pencemaran air limbah tersebut.
Gambar 3. Grafik peningkatan BOD setiap metode filtrasi
Hasil uji BOD (Biochemical Oxygen Demand) dari beberapa metode seperti pada
(Gambar 3) diperoleh persentase perubahan masing masing metode sebesar 4%,
77%, 69%, 40%, dan 33%. Hasil persentase tersebut mewakili perubahan yang terjadi
ketika sebelum dilakukan proses pengolahan dan sesudah proses pengolahan. Dari
data tersebut diperoleh bahwa pada Filtrasi Portable menggunakan media pada
(Tabel 2) memiliki perubahan yang sangat besar dibandingkan dengan metode filtrasi
lainnya. Hal tersebut dibuktikan bahwa sebelum proses filtrasi nilai BOD awal
mencapai 525 mg/L dan sesudah proses filtrasi mencapai 119 mg/L. Menurut
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik, baku mutu parameter BOD (Biochemical Oxygen Demand)
memiliki kadar maksimum 30 mg/L. Dengan demikian, proses filtrasi Portable belum
bisa diterapkan untuk proses pengolahan air limbah domestik karena hasil parameter
BOD pada proses ini belum memenuhi parameter Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Menurut (Tabel
2), dalam waktu operasi 60 menit menunjukkan penurunan yang cukup signifikan,
sehingga terdapat kemungkinan jika waktu operasi semakin lama maka akan
mencapai nilai BOD yang sesuai dengan parameter Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Dengan
demikian, nilai BOD yang semakin turun akan ditandai dengan kualitas air yang baik
dan bersih.
3.3 COD (Chemical Oxygen Demand)
Pengukuran COD dilakukan dengan mengambil sampel air limbah domestik dan
kemudian mengukur jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh bahan kimia selama
periode waktu tertentu. Data COD yang diperoleh dari pengukuran ini memberikan
informasi mengenai tingkat kandungan bahan kimia dalam air limbah domestik.
Semakin tinggi nilai COD, semakin tinggi juga tingkat keberadaan bahan kimia.

Gambar 4. Grafik peningkatan COD setiap metode filtrasi


Hasil uji COD (Chemical Oxygen Demand) perlu dilakukan baik sebelum dan
setelah proses filtrasi untuk mengetahui keefektifan dari metode filtrasi tersebut.
Metode filtrasi yang digunakan antara lain filtrasi Portable, filtrasi Downflow, metode
kombinasi filtrasi Presipitasi, filtrasi sederhana, dan filtrasi fitoremediasi. Persentase
penurunan kadar COD untuk filtrasi downflow, filtrasi portable, filtrasi sederhana,
filtrasi dan presipitasi, filtrasi presipitasi diperoleh masing-masing sebesar 9%, 80%,
87%, 29%, dan 36%. Penggunaan metode filtrasi sederhana memiliki pengaruh yang
paling signifikan terhadap perubahan kadar COD dengan persentase penurunan kadar
COD sebesar 87% dengan waktu operasi yang paling sedikit yaitu sekitar 60 menit.
Namun kadar COD yang memenuhi syarat terdapat pada metode presipitasi dan
filtrasi yang disebabkan oleh kadar COD sebelum proses filtrasi rendah. Hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik, baku mutu parameter COD (Chemical Oxygen Demand)
memiliki kadar maksimum 100 mg/L. Dengan demikian, proses filtrasi sederhana
disarankan dalam penggunaan proses pengolahan air limbah domestik dalam
penghilangan kadar COD dikarenakan dengan persentase penurunan yang paling
tinggi tetapi waktu yang dibutuhkan untuk dilakukannya filtrasi paling sedikit
sehingga filtrasi sederhana memiliki efisiensi penurunan kadar COD yang paling baik
dibandingkan dengan metode lainya.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Hasil setelah dilakukan perbandingan pengolahan air limbah rumah tangga
menggunakan berbagai macam metode filtrasi, yakni metode downflow, filtrasi
portable, filtrasi sederhana, metode presipitasi dan filtrasi, filtrasi fitoremediasi.
Diperoleh metode yang paling efektif digunakan berdasarkan parameter pH
adalah filtrasi sederhana, berdasarkan parameter BOD adalah filtrasi Portable,
dan berdasarkan parameter COD adalah filtrasi sederhana.
4.2 Saran
1. Memastikan pengolahan limbah domestik yang efektif dan tepat guna untuk
mencegah risiko kesehatan masyarakat dan dampak lingkungan yang terkait
dengan limbah yang tidak terolah.
2. Memperdalam pemahaman tentang interaksi antara partikel dan media filtrasi
dalam rangka meningkatkan kualitas filtrasi.
3. Mengintegrasikan strategi pengolahan limbah domestik konvensional dan
non-konvensional untuk mencapai keamanan kesehatan manusia dan
lingkungan.

REFERENSI

[1] Badan Pusat Statistik, “Peningkatan Jumlah Air Limbah di Indonesia Tahun
2017-2019”. 2023.

[2] D. Elfrida, “Penurunan Salinitas Air Payau Menggunakan Filter Media Zeolit
Teraktivasi Dan Arang Aktif,” Tugas Akhir. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
November: Surabaya. 2017.
[3] M. Dyah, dan E. M. Lenny, “Evaluasi Baku Mutu Air Limbah”. Jurnal lingkungan dan
Bencana Geologi. Vol.07. NO.1. 2015

[4] A. Asadiya, dan K. Nieke “Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Proses
Aerasi, Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit-Arang Aktif”. Jurnal Teknik ITS. 7(1).
2018.

[5] J. Nadayil, D. Mohan, K. Dileep, M. Rose, and R. R. P. Parambi, “A Study on Effect of


Aeration on Domestic Wastewater.,”. Int. J. Interdiscip. Res. Innov. 3(2). 10-15. 2015.

[6] L. M. Hendra, “Anaerobic Biofilter dengan Menggunakan Media Kerikil dan Kolam
Eceng Gondok untuk Menurunkan COD dan BOD pada Lindi TPA Supit Urang,”
Skripsi. Institut Teknologi Nasional. Malang. 2006.

[7] J. Ahmad, H. EL-Dessouky. , “Design Of A Modified Low Cost Treatment System For
The Recycling And Reuse Of Laundry Waste-Water,” Resources, Conservation and
Recycling. Hal 973-978. 2008.

[8] Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 68 Tahun 2016 Tentang “Baku Mutu Air
Limbah Domestik”.

[9] J. Chussetijowati, “Fitoremediasi Radionuklida 134Cs Dalam Tanah Menggunakan


Tanaman Bayam (Amaranthus sp.),” Prosiding Seminar Nasional ke-16 Teknologi dan
Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir. 2010.

[10] R. N. Dewi, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Filtrasi,” Artikel Ilmiah. 2014.

[11] F. G. Avila, C. Z. Arevalo, R. A. Ochoa, S. D. Moscoso, M. D. T. Ordonez, dan L. F. D.


Pino, “Optimalisasi Penggunaan Air Dalam Sistem Filtrasi Cepat,” Jurnal Energi.
2020.

[12] E. Saputra, F. Akbar, M. Chairani, R. Adiningsih., “Pengolahan Limbah Cair Rumah


Tangga dengan Filtrasi Downflow. Jurnal Mapaccing. Volume I. Nomor 1. pp. 40 – 46.
2023.
[13] E. H. Pongtuluran, dan L. Damayanti, “Rancang Bangun Sistem Filtrasi Portable
Pengolahan Air Limbah (Grey Water) Domestik,” Jurnal Teknik Sipil. 7(2). Hal
178-186. 2022.

[14] R. Faradila, H. S. Huboyo, A. Syakur, “Rekayasa Pengolahan Air Limbah Domestik


Dengan Metode Kombinasi Filtrasi Untuk Menurunkan Tingkat Polutan Air,”, 2023.

[15] O. Melfazen, M. K. Rozikin, N. L. Sakinah, S. D. Febriantoro. “Pengolahan Limbah


Cair Batik Menggunakan Metode Presipitasi Dan Filtrasi Untuk UMKM Batik,” J.
Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat. Unisma, vol.3 no.4 hal. 333-338, 2022.

[16] W. A. Wirawan, R. Wirosoedarmo, L. D. Susanawati. “Pengolahan Limbah Cair


Domestik Menggunakan Tanaman Kayu Apu (Pistia Stratiotes L.) Dengan Teknik
Tanam Hidroponik Sistem DFT (Deepflowtechnique),” J. Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Universitas Brawijaya. 2014.

Anda mungkin juga menyukai