Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK PENCEMARAN AIR AKIBAT POLUTAN DETERJEN

TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP IKAN

Febry Nur Rochmah, Fiza Aulya Choirun Nisa’, Hana Fatmawati, Intan Putri Hartati
Praktikum Biologi Dasar
Pendidikan Guru Madraasah Ibtidaiyah
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
nurrochmahfebry@gmail.com, hanafatmawati7@gmail.com, hartatiintanputri@gmail.com,
fizaaulya15@gmail.com.

Abstract
Water pollution is a change in conditions in a water reservoir due to the entry of components, energy or
pollutant substances into a water reservoir, thereby reducing the quality of the water in the water
reservoir. One of the causes of water pollution is the disposal of household waste in the form of detergent
waste. The presence of pollutants in the form of detergent waste in the water causes the water to be
polluted and affects the survival of the aquatic biota (fishs) that live in it. The aim of this research is to
analyze the effect of detergent waste on fish survival. The aim of this research is to analyze the effect of
detergent waste on fish survival. This research uses experimental quantitative research methods with
library study data collection. The results of the research show that the greater the concentration of the
detergent mixture in the water, the more it will affect the survival of the fish. Based on this information, it
is hoped that this research will be useful for educating the public in protecting and preserving the
environment, especially aquatic ecosystems.

Keywords : Water pollution, detergent waste, koi fish

Abstrak

Pencemaran air merupakan suatu perubahan kondisi disuatu tempat penampungan air akibat masuknya
komponen, energi, atau zat pencemar ke dalam suatu penampungan air , sehingga menurunkan kualitas
air pada tempat penampungan air tersebut. Salah satu penyebab pencemaran air adalah pembuangan
limbah rumah tangga berupa limbah detergen. Adanya polutan berupa limbah detergen didalam air
menyebabkan air tercemar dan mempengaruhi kelangsungan hidup biota air (ikan) yang hidup
didalamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh limbah detergen terhadap
kelangsungan hidup ikan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif eksperimen dengan
teknik pengumpulan data studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin banyak
konsentrasi campuran detergen didalam air maka semakin mempengaruhi kelangsungan hidup didalam
ekosistem air tersebut. Berdasarkan keterangan tersebut, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk
mengedukasi masyarakat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan, khusunya ekosistem air.

Kata kunci : Pencemaran air, limbah detergen, ikan koi.

PENDAHULUAN
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya suatu makhluk hidup, energy,zat, ataupun atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga menyebabkan penurunan kualitas air sampai
ke tingkat tertentu. Kondisi air yang sudah terkontaminasi dengan zat atau komponen lain yang
menyebabkan air tidak lagi berfungsi sesuai dengan kegunaanya. Zat ataupun komponen lain ini dapat
berupa zat padat, cair, maupun gas.1 Salah satu penyebab dari pencemaran air ini adalah limbah domestik
atau limbah rumah tangga yaitu detergen. Hampir semua lapisan masyarakat Indonesia dalam kegiatan
sehari-hari menggunakan produk detergen untuk mencuci pakaian. Namun problem atau masalahnya,
banyak masyarakat Indonesia tidak mengolah limbah dan membuang limbah detergen sembarangan,
sehingga menyebabkan air tercemar. Detergen sendiri merupakan produk pembersih pakaian yang paling
banyak digunakan oleh masyarat Indonesia. Detergen dibuat dari bahan-bahan sintetis berupa turunan
minyak bumi sehingga sering disebut dengan istilah detergen sintetis (Zoller, 2004). Detergen sendiri
merupakan penyempurnaan dari sabun, akan tetapi memiliki keunggulan yaitu mempunyai daya cuci
yang baik dibandingkan sabun karena tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Air sadah merupakan air
yang mengandung ion-ion mineral seperti Ca, Fe, Mg, dan Mn. Deterjen sintetik pertama kali ditemukan
pada akhir perang dunia kedua disebut alkyl benzensulfonate/ABS. Komponen utama deterjen adalah
surfaktan, selain itu juga terdapat bahan pembangun (builder) dan bahan aktif lainnya.
Deterjen mengandung sekitar 25 macam bahan yang secara umum dapat dikelompokan menjadi:
(1) surfaktan, (2) builder, (3) bleaching agents dan (4) additives (Smulders, E., 2002). Komponen
terbesar dari detergen yaitu bahan builders antara 70-80%, bahan dasar sekitar 20-30%, dan bahan aditif
relatif sedikit antara 2-8%. Pemakaian detergen akan menghasilkan limbah karena setelah pemakaian, air
bekas cucian yang telah mengandung deterjen dibuang di lingkungan. Formulasi awal detergen
mengandung surfaktan nonbiodegradabel. Air limbah detergen termasuk polutan bagi lingkungan karena

1
Liku, James Evert Adolf., Mulya, Widya., dkk. 2022. Mengidentifikasi Sumber Pencemaran Air Limbah Di
Tempat Kerja. Jurnal Pengabdian Masyarakat. (1): (1)
mengandung zat ABS (alkyl benzene sulphonate) yang tergolong keras. Surfaktan sebagai komponen
utama dalam detergen memiliki rantai kimia yang sulit didegradasi alam (Sutanto, 1996).

Bahan-bahan yang umum terkandung pada Deterjen adalah:


Surfaktan (surfactant: surface active agents) merupakan senyawa yang dapat menurunkan
tegangan permukaan air. Surfaktan berfungsi untuk mengangkat kotoran pada pakaian baik yang larut
dalam air maupun yang tak larut dalam air. Hal ini dapat terjadi karena molekul surfaktan terdiri dari satu
ujung hidrofilik (suka air) dan satu ujung hidrofobik (suka lemak). Surfaktan termasuk bahan kimia
organik yang sulit diuraikan alam dan memiliki sifat toksik (beracun) apabila dihirup atau termakan.

Komponen penting kedua penyusun deterjen adalah builder (pembentuk). Fungsi builder dalam
deterjen adalah melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral terlarut agar surfaktan dapat
berfungsi dengan baik. Builder dapat membantu terciptanya suasana asam yang tepat agar proses
pembersihan berlangsung dengan lebih baik serta membantu mensuspensikan kotoran yang telah lepas.
Senyawa kompleks yang umum digunakan dalam builder adalah natrium sitrat, natrium karbonat, natrium
silikat, flourescent dan fosfat Jenis builder yang sering digunakan dalam deterjen adalah Sodium
Tripolifosfat (STPP). (Hudori, 2008). (Tjandraatmadja dan Diaper, 2006).

Kadungan detergen selanjutnya adalah fosfat. Adanya fosfat dalam air dapat menghambat
penguraian pada proses biologis (Saefumilah, 2006). Fosfat merupakan bentuk persenyawaan fosfor yang
berperan penting sebagai penunjang kehidupan aquatik. Penggunaan deterjen dapat meningkatkan
konsentrasi fosfat pada badan air buangan sehingga memicu pertumbuhan algae (Paytan & McLaughin,
2007). Fosfat tidak memiliki daya racun, tetapi akumulasinya dalam jumlah berlebihan dapat
menyebabkan pengkayaan unsur hara atau eutrofikasi yang ditandai dengan terjadinya ledakan
pertumbuhan tanaman air sehingga menyebabkan pencemaran air yang nantinya dapat memengaruhi
kelangsungan hidup makhluk air terutama ikan.

Kadungan detergen yang merupakan tambahan yaitu filler. Filler (pengisi) adalah bahan
tambahan Deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah
kuantitas atau dapat memadatkan dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga, misal Sodium
sulfate. Kandungan tambahan lainnya adalah additives yang merupakan bahan tambahan untuk membuat
produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak
berhubungan langsung dengan daya cuci Deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud
komersialisasi produk. Contohnya enzyme, borax, sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh detergen ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian
pada waktu mencuci (anti Redeposisi). Wangi-wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau harum,
sedangkan air sebagai bahan pengikat.
Pencemaran air akibat limbah detergen berdampak pada kehidupan biota air, khususnya ikan
koi. . Ikan koi merupakan ikan hias yang sangat menarik karena mempunyai warna yang indah dan jenis
yang bermacam-macam, sehingga banyak digemari orang. Bagi para pecinta ikan koi selain menjadi ikan
hias, keberadaan ikan koi juga bisa dijadikan sebagai ladang bisnis yang cukup menjanjikan. Taksonomi
ikan koi adalah sebagai berikut (Saanin, 1984, 1968) :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Familia : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio L.
Ikan koi merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan hidup pada daerah perairan
air tawar. Ikan koi umumnya dapat hidup pada kisaran suhu 24 – 29°C dengan pH 6, 8 – 7,4. Ikan koi
termasuk dalam famili Cyprinidae yang mempunyai ciri – ciri umum, badan ikan koi berbentuk
memanjang dan sedikit pipih ke samping (compresed) dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal),
dan di bagian mulut terdapat dua sungut, yang kadang – kadang satu pasang di antaranya kurang sempuna
dan warna badan beragam (Susanto, 2007 dalam Lutfika, 2012). Ikan koi digolongkan dalam 3 bagian,
yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada kepala terdapat alat – alat seperti sepasang mata, sepasang hidung
yang cekung dan tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah – celah insang, sepasang tutup insang,
alat pendengar, dan keseimbangan yang tampak dari luar, dan sirip untuk bergerak.

METODE PENELITIAN

Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif eksperimen dengan teknik
pengumpulan data studi kepustakaan. Metode penelitian kuantitatif eksperimen adalah sebuah metode
ilmiah yang disusun secara sistematis dengan mengumpulkan data berupa angka dapat diukur
menggunakan teknik statistik dan matematika dengan melakukn percobaan atau praktikum. 2 Dalam
penelitian ini, kami melakukan praktikum atau eksperimen menggunakan 2 variabel yaitu air tanpa
campuran detergen dan air yang tercemar limbah detergen. Dalam eksperimen ini, kami membandingkan

2
Priadana, Sidiq., Sunarsi, Denok. 2021. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Pascal Book
ikan yang berada di air normal, bersih tanpa campuran detergen 0% dengan ikan yang berada di air yang
tercampur atau tercemar dengan limbah detergen, baik kandungan detergen 2,5% serta 10% dari volume
air.

Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan pendekatan studi kepustakaan atau
library research. Studi kepustakaan sendiri merupakan teknik pengumpulan data dengan mencari dan
menelaah informasi melalui dokumen-dokumen seperti buku, jurnal, dan literature ilmiah yang lainnya. 3
Dalam menyusun artikel penelitian ini selain mendapatkan hasil dari praktikum atau eksperimen, kami
juga mencari informasi terkait dengan pembahasan praktikum melalui jurnal-jurnal, buku, sumber
informasi yang terpercaya.

Waktu Dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, 08 November 2023 pukul 10.:30-11-30 WIB. Lokasi
praktikum berada di Laboratorium MIPA Institut Agama Islam Ponorogo, Kabupaten Ponorogo.

Alat Dan Bahan


Dalam melakukan penelitian ini, dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut :
1. HP
2. 3 buah botol
3. 1 buah timbangan
4. 1 buah sendok pengaduk
5. 1 detergen soklin
6. 3 ekor ikan koi
7. 1 buah gelas ukur
8. Air.

Tahap Penelitian
Berikut langkah-langkah dalam melakukan praktikum :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menimbang detergen sebanyak 12,5 g (2,5% dari 500 ml air) dan 50 g (10% dari 500 ml air)
menggunakan neraca.
3. Mengukur air sebanyak 500 ml dengan menggunakan gelas ukur.

3
Yaniawati, R Popy. 2020. Penelitian Studi Kepustakaan. Bandung. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Pasundan.
4. Melabeli botol air sesuai dengan kandungan detergen (tanpa campuran detergen, 12,5 g, dan 50 g) dan
menuangkan air yang telah diukur pada masing-masing botol.
5. Menuangkan deterjen sesuai dengan label pada botol, lalu aduk sampai detergen tecampur merata
keseluruh bagian botol.
6. Memasukkan ikan koi secara bersamaan.
7. Mengamati ikan pada jangka waktu 15 menit dan mencatat hasilnya dilembaran kertas, mulai dari
pergerakan ikan, overculum, dan pengeluaran sekret.4

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS AIR BIASA DETERJEN (12,5g) DETERJEN (50g)


Pergerakan Ikan Stabil Tidak Stabil Tidak Stabil
(Cepat kemudian (Kejang dan perlahan
perlahan melambat). melambat).
Overculum 100 (1 menit) 50 ( menit pertama) 30 (menit pertama)
Pengeluaran Sekret Tidak Mengeluarkan secret Mengeluarkan sekret
mengeluarkan berupa lender dalam berupa lendir banyak
sekret. jumlah banyak. dan kotoran.

Berdasarkan hasil praktikum diatas dapat dilihat bahwa setiap variabel ikan memiliki hasil yang
berbeda-beda. Polutan pada umumnya memberikan reaksi yang berbeda terhadap pergerakan ikan,
operculum ikan, dan reaksi pengeluaran sekret. Dalam praktikum kali ini, kami menggunakan detergen
jenis soklin sebagai polutan dan ikan koi sebagai bahan praktikum.
Ikan koi pada wadah pertama, dengan kandungan polutan detergen 0% atau air tanpa adanya
polutan detergen menunjukkan pergerakan yang stabil. Pertama ikan dimasukkan kedalam botol, ikan
sempat bergerak lebih cepat. Hal tersebut terjadi karena ikan menyesuaikan dengan tempat baru, namun
selang beberapa detik ikan bergerak stabil. Gerakan membuka menutup overculum ikan ini juga stabil dan
menghasilkan gerakan membuka menutup kueang lebih 100x dalam satu menit. Ikan pada wadah pertama
ini tidak mengalami perubahan sama sekali dan tidak mengeluarkan sekret, baik berupa lendir, kotoran,
maupun darah.
Pada wadah kedua, dengan kandungan polutan detergen 12,5 g mengalami perubahan
pergerakan yang signifikan dengan ikan wadah pertama. Mula-mula ikan bergerak cepat mencoba
4
menyesuaikan dengan lingkungan air yang tercemar dengan polutan detergen, namun pergerakan ikan
mulai melambat sejak menit pertama. Pergerakan overculum ikan pada wadah kedua tidak stabil. Mula-
mula overculum ikan agak cepat karena beradaptasi dengan air yang tercemar, perlahan overculum ikan
melambat diiringi pergerakan membuka overculum yang melebar. Gerakan overculum membuka semakin
lebar ini bertujuan untuk mengambil oksigen yang lebih banyak. Namun karena kondisi air yang
tercemar dengan polutan detergen menyebabkan ikan pada wadah dua mengalami kekurangan oksigen
dan ikan pada wadah kedua mati pada menit ke-4 (ketiga). Selain perubahan pergerakan dan overculum
ikan, ikan pada wadah dua ini mengalami perubahan yaitu mengeluarkan sekret berupa lendir banyak
disekitar insang maupun tubuhnya.
Pada wadah terakhir, yaitu wadah ketiga dengan kandungan polutan detergen 50 g mengalami
perubahan pergerakan ikan. Perubahan pergerakan ikan pada wadah ketiga ini sama dengan perubahan
pergerakan ikan pada wadah kedua, dimana mula-mula pergerakan ikan cepat dan perlahan melambat
sampai ikan mati. Hanya saja pergerakan melambat ikan pada wadah kedua ini lebih cepat dibandingkan
ikan pada wadah kedua, dimana pergerakannya melambat setelah beberapa detik dimasukkan kedalam
wadah. Pergerakan overculum ikan pada wadah ketiga tidak stabil. Mula-mula overculum ikan agak cepat
karena beradaptasi dengan air yang tercemar, selang beberapa detik overculum ikan melambat diiringi
pergerakan membuka overculum yang melebar. Gerakan overculum membuka semakin lebar ini
bertujuan untuk mengambil oksigen yang lebih banyak. Ikan pada wadah ketiga ini mencoba naik
kepermukaan yang tertutup busa detergen namun karena kondisi air yang tercemar dengan polutan
detergen dan busa yang yang dipermukaan menyebabkan ikan pada wadah tiga mengalami kesulitan
mendapatkan dan kekurangan oksigen, sehingga ikan pada wadah ketiga ini mati pada menit ke-2 (kedua
terakhir). Selain perubahan pergerakan dan overculum ikan, ikan pada wadah ketiga ini mengalami
perubahan yaitu mengeluarkan sekret berupa lendir banyak disekitar insang maupun tubuhnya dan
mengeluarkan kotoran.

Reaksi yang dialami oleh ikan tergantung pada jenis polutan, konsentrasinya, dan faktor
lingkungan lainnya. Konsentrasi polutan yang terkandung didalam air akan sangat mempengaruhi
kelangsungan hidup ikan. Hal tersebut dikarenakan kandungan bahan kimia yang terkandung didalam
polutan detergen, seperti kandungan zat toksik ,surfaktan, fosfat, dll menghambat proses respirasi pada
ikan dan menyebabkan kerusakan pada organ tubuh ikan. Menurut Kuriani (2012), dampak zat toksik
terhadap ikan dapat mengakibatkan perubahan morfologi insang dan berujung pada kematian. Selain itu,
zat toksik dapat merusak fungsi respirasi insang, mengganggu proses metabolisme dalam tubuh ikan. Hal
ini mengakibatkan penurunan persediaan oksigen terlarut dalam air, menyulitkan ikan koi dalam
bernapas, dan berdampak pada peningkatan frekuensi pembukaan operculum. Kandungan polutan yang
mengurangi kadar oksigen di air mengakibatkan operculum ikan akan menjadi lebih cepat, hal ini
merupakan usaha ikan untuk mendapatkan oksigen yang lebih banyak. Namun jika ada polutan yang
membuat ikan stress atau iritasi pada ikan, operculum ikan akan ceredung lebih lambat atau bahkan
operculum terbuka lebar, agar dapat bernafas secara optimal. Selain berdampak paada operculum,
deterjen yang bereaksi dengan air menghasilkan busa pada permukaan air sehingga secara langsung
menghambat difusi udara bebas ke dalam media air. 5 Difusi sendiri merupakan perpindahan zat dari
konsentrasi tinggi ke kosentrasi rendah. Konsentrasi larutan detergen lebih tinggi dari sitoplasma ikan
sehingga partikel detergen berdifusi dari larutan ke sel-sel pada insang ikan. Larutan detergen terus
menerus berdifusi ke sel-sel insang dan insang pun akhirnya membengkak. Lama kelamaan sel-sel ikan
mengalami plasmolisis (pecahnya sel) karena partikel detergen terus berdifusi. Karena selnya pecah,
sitoplasma pun ikut keluar, sehingga insang ikan kelihatan mengeluarkan lendir. Setelah sel-sel insang
nya pecah,tentu saja ikan kehilangan organ untuk bernafas dan menyebabkan kematian pada ikan. 6

Semakin meningkatnya konsentrasi deterjen bubuk dan durasi paparan deterjen pada ikan
koi akan mengurangi frekuensi pembukaan operculum. Dampaknya adalah kesulitan bagi ikan
dalam memperoleh oksigen, yang menyebabkan pembukaan operculum ikan mas menjadi lebih
cepat pada awal paparan dan perlahan-lahan menurun. Situasi ini dapat menyebabkan kematian
ikan karena kekurangan oksigen terlarut yang diperlukan untuk proses respirasi ikan.

Seirig berjalannya waktu, pada paparan deterjen, terlihat bahwa satu per satu ikan koi
mengalami kematian, terutama pada konsentrasi tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi deterjen bubuk yang dipaparkan, kelangsungan hidup ikan koi akan menurun
karena ikan tidak dapat beradaptasi dengan kondisi di mana ketersediaan oksigen dalam air
semakin menipis. Hal inni mengganggu proses respirasi dan berujung pada kematian ikan, yang
dapat diamati dari posisi operculum yang terbuka bahkan sampai mengeluarkan kotorannya.

KESIMPULAN

5
Jacqueline M.F. Sahetapy. 2018 . Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Deterjen Bubuk Terhadap Frekuensi Bukaan
Operkulum Dan Kelangsunganan Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio)
6
Isti’anah., Najah, Sayyidatun., Pratiwi, SH Putri. 2017. Pengaruh Pencemaran Limbah Detergen terhadap
Biota Air. Jurnal EnviScience. (1): (1)
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pencemaran air akibat
limbah atau polutan detergen sangat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan koi. Kandungan
kimia yang terkandung dalam polutan detergen menyebabkan ikan kekurangan oksigen didalam
air dan menyebabkan kerusakan pada organ ikan. Semakin tinggi konsentrasi detergen bubuk
yang terkandung didalam air frekuensi pembukaan operculum menjadi semakin rendah dan
perlahan melambat dikarenakan kekurangan oksigen. Jadi semakin tinggi konsentrasi polutan
didalam air, semakin cepat pula ikan yang ada didalamnya mengalami kematian.

DAFTAR PUSTAKA

Isti’nah., S. Najah, dan S., Hani P. P. 2017. Pengaruh Pencemaran Limbah Detergen Terhadap
Biota Air. Jurnal EnviScience. Vol. 1. ISSN NO 2597-9612

Suparjo, M. N. 2010. Kerusakan Jaringan Insang Ikan Nilai (Oreochromis niloticusL)


Akibat Deterjen. Jurnal Saintek Perikanan 5(2):1-7

Effendi, H, 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
perairan, Jurusan MSP Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor

Liku, James Evert Adolf., Mulya, Widya., dkk. 2022. Mengidentifikasi Sumber Pencemaran Air
Limbah Di Tempat Kerja. Jurnal Pengabdian Masyarakat

Jacqueline M.F. Sahetapy. 2018. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Detergen bubuk terhadap
Frekuensi Bukaan Operkulum Dan Kelangsungan Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio).
Jurnal Triton. (14):(1). hal 35-40.

Yaniawati, R Popy. 2020. Penelitian Studi Kepustakaan. Bandung. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Pasundan

Anda mungkin juga menyukai