Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENELITIAN

KETERSEDIAAN AIR BERSIH DI LINGKUNGAN KOMPLEK


PUSSENIF
Guru Pembimbing :
Rachma Harumni, S.Pd

Anggota :
1. Alif Mufid Al-Ghazy
2. Dewi Rasya Saepuloh
3. Farhan Hardiansyah
4. Muhammad Prayogo Dirmawilis
5. Lumbantobing, Wessel Tuarni Whisner
6. Nabilla Marsya
7. Nazwa Allyyanti Permana
8. Ryandi Saputra
9. Yohana Adetia

X IPA 2
SMA NEGERI 14 BANDUNG
2022/2023
LATAR BELAKANG
Pencemaran tentu saja dapat menyebabkan dampak bagi kehidupan manusia. Salah satunya
pencemaran air, adapun pengertian pencemaran air itu sendiri adalah suatu perubahan keadaan disuatu
tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Pencemaran
air tentu saja menjadi suatu dampak besar bagi keberlangsungan hidup manusia, tanpa air manusia tidak
akan bisa bertahan hidup. Pencemaran air disebabkan oleh jumlah manusia dan kegiatan manusia yang
beragam.
Pencemaran yang mengakibatkan penurunan kualitas air dapat berasal dari limbah rumah tangga
dan sekolah. Adanya sumber air tanah yaitu dari air hujan yang meresap kedalam tanah melalui pori-pori
atau retakan dalam formasi batuan dan akhirnya mencapai ke permukaan air tanah, permukaan seperti
sungai, danau, dan reservoir yang meresap melalui tanah ke dalam lajur jenih, menjadi salah satu sumber
air bersih yang dapat digunakan sehari-hari.
Maka dari itu kami melakukan sebuah penelitian mengenai ketersediaan air bersih di lingkungan
sekitar sekolah kami, tepatnya di komplek PUSSENIF untuk mencari tahu kondisi air bersih yang
digunakan mesih aman ketersediaannya atau justru sebaliknya.

TUJUAN
Tujuan kami melakukan penelitian ini untuk memenuhi tugas biologi dan mencari tahu
bagaimana solusi atas permasalahan ketersediaan air bersih dan kondisi air di Komplek
PUSSENIF.

LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pencemaran Air
Pencemaran air merupakan kondisiyang diakibatkan adanya masukan beban
pencemar/limbah buangan yangberupai gas, bahan yang terlarut, dan partikulat. Pencemar yang
masuk kedalam badan perairan dapat dilakukan melalui atmosfer, tanah, limpasan/run offdari
lahan pertanian, limbah domestik, perkotaan, industri, dan lain-lain(Effendi, 2003).Pencemaran
terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan timbulnya perubahan yang
tidak diharapkan, baik yang bersifat fisik, kimiawi, maupun biologis. Menurut PP 82 tahun 2001,
pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air menurun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan tidak lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

B. Sumber Pencemar
Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan
menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung:
a) Sumber langsung(point source)
Sumber langsung merupakan sumber pencemaran yang berasal dari titik tertentu yang ada
di sepanjang badan air penerima dengan sumber lokasi yang jelas. Titik lokasi
pencemaran terutama berasal dari pipa pembuangan limbah industri yang tidak mengolah
limbahnya maupunpembuangan hasil pengolahan limbah di IPAL (Instalasi Pengolahan
Air Limbah) yang masuk ke badan air penerima(Sarminingsih dkk, 2014).
b) Sumber tidak langsung(non-pointsource)
Sumber tak langsung merupakan sumber yang berasal dari kegiatan petanian,
peternakan,industri kecil/menengah, dan domestik yang berupa penggunaan dari barang
konsumsi(Irsanda dkk, 2014).

C. Bahan Pencemar (Polutan)


Bahan pencemar (polutan) merupakan bahan-bahan yang berasal dari alam tersebut atau
yang bersifat asing memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga peruntukan ekosistem tersebut
terganggu. Sumber pencemaran yang masuk ke badan perairan dibedakan atas pencemaran yang
disebabkan oleh alam polutan alamiah) dan pencemaran karena kegiatan manusia (polutan
antropogenik). Polutan alamiah adalah polutan yang memasuki suatu lingkungan (misal badan
air) secara alami, misalnya akibat letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir, dan fenomena
alam yang lain. Polutan jenis ini biasanya sukar dikendalikan (Effendi, 2003). Polutan
antropogenik adalah polutan yang disebabkan oleh aktivitas manusia, misalnya kegiatan
domestik (perumahan),kegiatan perkotaan, maupun kegiatan industri. Intensitas polutan
antropogenik dapat dikendalikan dengan cara mengontrol aktivitas yang menyebabkan
timbulnyapolutan tersebut. Berdasarkan sifat toksiknya, polutan/pencemar dibedakan menjadi
dua, yaitu polutan toksik (toxic pollutans) dan polutan tidak toksik (non-toxic pollutans)
(Effendi, 2003).
a. Polutan toksik/Beracun
Polutan toksik biasanya berupa bahan-bahan yang bukan hahan alami, misalnya
pestisida. detergen, dan bahan artifisial Iainnya. Polutan berupa bahan yang bukan
alami dikenal dengan istilah xenobiotik (polutan artificial), yaitu polutan yang
diproduksi oleh manusia (man-made substances). Polutan toksik dapat mengakibatkan
kematian (lethal) maupun bukankematian(sub-lethal), misalnya terganggunya
pertumbuhan, tingkah laku, dan karakteristik morfologi berbagai organisme akuatik.
Polutan yang berupa bahan-bahan kimia bersifat stabil dan tidak mudah mengalami
degradasi sehingga bersifat persisten di alam dalam kurun waktu yang lama.
b. Polutan Tidak Toksik/Tidak Beracun
Polutan tak toksik terdiri atas bahan-bahan tersuspensi dan nutrien. Polutan/pencemar
tak toksik biasanya telah berada pada ekosistem secara alami. Sifat destruktif
pencemar ini muncul apabila berada dalam jumlah yang berlebihan sehingga dapat
mengganggu kesetimbangan ekosistem melalui perubahan prosesfisika-kimia perairan.
Bahan tersuspensi dapat mempengaruhi sifat fisika perairan, antaralain meningkatkan
kekeruhan sehingga menghambat penetrasi cahaya matahari. Dengan demikian.
intensitas cahaya matahari pada kolom air menjadi lebih kecil dan intensitas yang
dibutuhkan untuk melangsungkan proses fotosintesis. Keberadaan nutrien/unsur
harayang berlebihan dapat memacu terjadinya pengayaan (eutrofikasi) perairan dan
dapat memicu pertumbuhan mikroalgadantumbuhanairsecarapesat(blooming),yang
selanjutnya dapat mengganggu kesetimbangan ekosistem akuatik secara keseluruhan.

D. pH atau konsentrasi ion hydrogen


pH menyatakan intensitas keasaman atau alkalinitas dari suatu larutan yang mewakili
konsentrasi ion hidorgen didalamnya. Dalam suatu larutan selalu terdapat beberapa pemisahan
molekul-molekul, olehsebab ituterdapat hidrogen bebasdan ion hidroksil. Kelebihan salahsatu
molekul itulah yang menyebabkan larutan menjadi asam atau mengandung alkali. Apabila
terdapat kelebihan ion hidrogen, maka air akan menjadi asam; kekurangan ion hidrogen
menyebabkan air menjadi alkali (basa). Larutan yang netral memilihi pH sama dengan 7 (tujuh),
air menjadi asam apabila pH kurang dari 7 dan akan menjadi basa apabila pH air lebih dari 7
(Soemarwoto, 1986).

METODE
A. Alat dan Bahan
 Kertas lakmus pH
 Botol kosong
 Sample Air
B. Langkah-langkah
1. Mengumpulkan data dengan mewawancarai masyarat
2. Mengambil sample air yang digunakan masyrakat untuk kehidupan sehari-hari
3. Meneliti kadar pH yang digunakan masyarakat.

DATA HASIL PENGAMATAN


No Alamat Penelitian pH Air Jenis
1 Jl. Pramuka III 6 Air Sumur

2. Jl. Pramuka III 6 PDAM

3. Jl. Pramuka XV 7 PDAM

4. SMPN 27 Bandung 7 Resapan

5. Jl. Pramuka XV 6 PDAM

6. Jl. Pramuka XV 6 PDAM

PEMBAHASAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada lingkungan komplek Pussenif.

B. Deskripsi Data
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dikarenakan sumber info didapat
melalui wawancara narasumber dengan beberapa warga lingkungan komplek Pussenif. Dengan
hasil sebagai berikut :
Dalam wawancara tersebut, terdapat beberapa pertanyaan yang diajukan mengenai air yang
dikonsumsi oleh responden. Berikut adalah pembahasan dari hasil wawancara tersebut:
1. Kualitas Higienis Air Responden menyatakan bahwa air yang mereka konsumsi
dianggap cukup higienis karena airnya bersih. Hal ini menunjukkan bahwa mereka
merasa puas dengan kualitas air yang mereka dapatkan.
2. Ketersediaan Air Responden mengungkapkan bahwa ketersediaan air yang mereka
butuhkan untuk kehidupan sehari-hari sangat tercukupi. Mereka merasa bahwa
persediaan air di tempat mereka sangat melimpah.
3. Penyuluhan tentang Air Bersih Responden mengungkapkan bahwa baru-baru ini ada
kegiatan penyuluhan tentang air bersih. Informasi ini menunjukkan adanya upaya untuk
memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada responden mengenai pentingnya air
bersih.
4. Tanggapan Terhadap Kondisi Air Responden memberikan tanggapan yang positif
terhadap kondisi air di tempat mereka. Mereka menyebutkan bahwa airnya bagus dan
sangat jernih, yang menunjukkan bahwa kualitas air yang mereka rasakan sangat
memuaskan.
5. Pengolahan Air untuk Diminum Responden menjelaskan bahwa air yang mereka
gunakan untuk diminum diolah dengan cara dimasak hingga mendidih. Proses perebusan
air merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kuman dan bakteri yang mungkin
terdapat dalam air.
6. Sumber Air Responden menyatakan bahwa air yang mereka gunakan berasal dari sumur.
Ini menunjukkan bahwa mereka menggunakan sumber air tanah sebagai pasokan utama.
7. Ketersediaan Air di Komplek PUSSENIFF Responden menyatakan bahwa ketersediaan
air di komplek PUSSENIFF sangat bagus dan tercukupi. Hal ini menunjukkan bahwa
komplek tersebut memiliki sistem penyediaan air yang memadai.
8. Warna Air Responden menjelaskan bahwa air yang mereka konsumsi tidak berwarna
dan jernih. Informasi ini menunjukkan bahwa air yang mereka dapatkan memiliki
kualitas yang baik dan tidak mengandung zat-zat berwarna yang dapat merusak
kesehatan.
9. Bau Air Responden menyatakan bahwa air yang mereka gunakan tidak berbau. Hal ini
menunjukkan bahwa air yang mereka konsumsi tidak mengandung zat-zat yang dapat
memberikan aroma yang tidak diinginkan.

Dalam wawancara tersebut, mayoritas tanggapan dari responden menunjukkan bahwa


mereka puas dengan kualitas air yang mereka konsumsi. Mereka merasa bahwa air yang mereka
dapatkan bersih, higienis, tidak berwarna, tidak berbau, dan cukup tercukupi. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi air di tempat tersebut dianggap memenuhi standar kesehatan dan
kebutuhan sehari-hari. Dilanjut dengan wawancara kedua, dengan hasil sebagai berikut :
Dalam wawancara kedua, terdapat beberapa pertanyaan yang diajukan mengenai air yang
dikonsumsi oleh responden. Berikut adalah pembahasan dari hasil wawancara tersebut:
1. Kualitas Higienis Air Responden menyatakan bahwa air yang mereka konsumsi
dianggap cukup layak untuk digunakan sehari-hari. Meskipun tidak disebutkan secara
eksplisit mengenai kehigienisan air, namun mereka merasa bahwa air yang mereka
dapatkan memenuhi standar kebersihan yang diperlukan.
2. Ketersediaan Air Responden menyatakan bahwa ketersediaan air yang mereka
butuhkan untuk kehidupan sehari-hari sangat mencukupi. Hal ini menunjukkan bahwa
mereka merasa puas dengan pasokan air yang tersedia di tempat mereka.
3. Penyuluhan tentang Air Bersih Responden mengungkapkan bahwa hingga saat ini
belum ada kegiatan penyuluhan tentang air bersih. Informasi ini menunjukkan bahwa
belum ada upaya yang dilakukan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman
kepada responden mengenai pentingnya air bersih.
4. Tanggapan Terhadap Kondisi Air Responden menyatakan bahwa untuk saat ini mereka
merasa kondisi air di tempat mereka layak untuk digunakan. Meskipun tidak dijelaskan
secara rinci mengenai kondisi air, namun tanggapan tersebut menunjukkan bahwa
mereka tidak mengalami masalah yang signifikan terkait kualitas atau kebersihan air.
5. Pengolahan Air untuk Diminum Informasi mengenai pengolahan air untuk diminum
tidak disebutkan dalam wawancara kedua.
6. Sumber Air Responden menyatakan bahwa air yang mereka gunakan berasal dari
sumur. Ini menunjukkan bahwa mereka menggunakan sumber air tanah sebagai
pasokan utama. Tetapi tidak semua sumur menjadi pasokan utama, karena warga ada
yang menggunakan sumur dan PDAM.
7. Ketersediaan Air di Komplek PUSSENIFF Responden menyatakan bahwa ketersediaan
air di komplek PUSSENIFF dianggap higienis karena telah beralih dengan air pompa
dan bukan berasal dari PDAM. Hal ini menunjukkan bahwa komplek tersebut telah
melakukan upaya untuk menyediakan air yang bersih dan higienis.
8. Warna Air Responden menjelaskan bahwa air yang mereka konsumsi tidak berwarna.
Informasi ini menunjukkan bahwa air yang mereka dapatkan memiliki kualitas yang
baik dan tidak mengandung zat-zat berwarna yang dapat merusak kesehatan.
9. Bau Air Responden menyatakan bahwa terkadang air yang mereka gunakan memiliki
bau, yang mungkin dipengaruhi oleh cuaca. Hal ini menunjukkan bahwa ada
kemungkinan bahwa kondisi cuaca dapat mempengaruhi aroma air yang mereka
konsumsi.

Dalam wawancara tersebut, mayoritas tanggapan dari responden menunjukkan bahwa


mereka merasa puas dengan kualitas dan ketersediaan air yang mereka konsumsi. Meskipun
tidak semua aspek terkait air dibahas secara rinci, tanggapan mereka menunjukkan bahwa air
yang mereka dapatkan layak digunakan dan tidak memiliki masalah yang signifikan terkait
kebersihan atau kualitasnya.

C. Temuan Hasil Analisis


Hasil penelitian menggunakan kertas lakmus pH menunjukkan bahwa pH air yang diuji
memiliki nilai pH 6 dan 7. Berikut adalah pembahasan dari hasil penelitian tersebut:
1. pH Air Sumur 6
Air sumur yang diuji memiliki nilai pH sebesar 6. pH merupakan skala pengukuran
keasaman atau kebasaan dalam larutan, dengan rentang nilai pH antara 0 hingga 14.
Pada skala pH, angka 7 menunjukkan kondisi netral, di bawah 7 menunjukkan
keasaman, dan di atas 7 menunjukkan kebasaan.\
Dalam hal ini, air sumur memiliki nilai pH sebesar 6, yang sedikit lebih rendah dari
kondisi netral. Hal ini menunjukkan bahwa air sumur tersebut memiliki sifat yang sedikit
lebih asam daripada air yang netral. Meskipun nilai pH 6 tidak tergolong sangat asam,
perlu dicatat bahwa perubahan sedikit pun dalam skala pH dapat berdampak pada sifat
dan kecocokan air untuk digunakan dalam berbagai keperluan.

2. pH Air 7
Air yang diuji kedua memiliki nilai pH sebesar 7, yang menunjukkan kondisi air netral.
Air netral memiliki keseimbangan antara keasaman dan kebasaan, sehingga tidak
cenderung bersifat asam atau basa. Kondisi air dengan pH 7 menunjukkan bahwa air
tersebut memiliki tingkat keasaman yang seimbang dan cocok untuk digunakan dalam
berbagai keperluan. Air dengan pH netral biasanya dianggap aman dan cocok untuk
konsumsi manusia, penggunaan rumah tangga, dan keperluan umum lainnya.

Pentingnya mengetahui nilai pH air adalah untuk memahami sifat dan karakteristik air
tersebut. Nilai pH air dapat mempengaruhi rasa, keamanan, dan kecocokan air untuk
berbagai keperluan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai pH air meliputi
sumber air, lingkungan sekitar, aktivitas manusia, dan kondisi geologi.

Dalam penelitian ini, meskipun hanya terdapat dua nilai pH yang diuji, yaitu 6 dan 7,
informasi ini memberikan gambaran awal mengenai sifat keasaman air sumur dan netral.
Untuk penelitian yang lebih komprehensif, penting untuk melakukan pengujian lebih
lanjut dan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas air
seperti keberadaan zat kimia, mikroorganisme, dan parameter lainnya. Hasil penelitian
ini memberikan informasi awal mengenai tingkat keasaman air yang diuji menggunakan
kertas lakmus pH. Untuk penelitian lanjutan, dapat dilakukan pengujian lebih mendalam
dengan menggunakan metode-metode analisis yang lebih akurat dan komprehensif untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap tentang kualitas air tersebut.

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai