Anda di halaman 1dari 22

I.

Judul Percobaan : Kekuatan Medan Ligan


II. Hari/ Tanggal Percobaan : Selasa, 18 November 2014 pukul 13.00 WIB
III. Selesai Percobaan : Selasa, 18 November 2014 pukul 16.00 WIB
IV. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan amoium dan air.
2. Mengenal cara mencari panjang gelombang pada absorbansi maksimum.
3. Mengenal variabel yang mempengaruhi panjang gelombang maksimum.
V. Dasar Teori
Ion unsur transisi dapat mengikat molekul-molekul atau ion-ion yang memiliki
pasangan elektron tak berikatan (ligan) dengan ikatan kovalen koordinasi yang
membentuk ion kompleks. Ion kompleks adalah gabungan ion (atom pusat) dengan ion
atau molekul lain (ligan) membentuk ion baru.
Berdasarkan ligan yang diikat oleh atom pusat dalam ion kompleks, maka ada dua
macam ion kompleks:
a. Ion kompleks positif : terbentuk apabila ion logam transisi (atom pusat) berikatan
dengan ligan yang merupakan molekul netral, sehingga ion kompleks yang terbentuk
bermuatan positif.
b. Ion kompleks negatif : terbentuk apabila ion logam transisi (atom pusat) berikatan
dengan ligan yang merupakan ion negatif.
Teori medan kristal tentang senyawa koordinasi menjelaskan bahwa dalam
pembentukan kompleks terjadi interaksi elektrostatik antara ion logam (atom pusat)
dengan ligan. Jika ada empat ligan yang berasal dari arah yang berbeda berinteraksi
langsung dengan atom pusat/ion logam, maka akan mendapatkan pengaruh medan ligan
lebih besar dibandingkan dengan orbital-orbital lainnya.
Bila pada ion kompleks diberikan energi dalam bentuk cahaya, maka elektron
pada orbital yang lebih rendah energinya dapat tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi
energinya. Dengan menyerap cahaya yang energinya sama.
Suatu larutan memiliki warna tertentu karena menyerap sebagian dari komponen
cahaya tampak. Makin kecil panjang gelombang cahaya yang diserap (makin besar
energinya) maka makin besar harga absorbansinya atau makin kuat ikatan antara ion
logam dan ligan. Ditinjau dari muatan ligannya, maka ion logam dengan muatan yang
lebih besar akan menghasilkan harga absorbansi yang lebih besar pula karena lebih
mudah mempolarisasikan elektron yang terdapat dalam ligan.
Metode analisis spektrometri adalah metode analisis yang paling banyak dipakai
di dalam Kimia analisis, khususnya pada spektra elektromagnetik daerah ultraviolet dan
tampak. Aplikasinya meliputi bidang Kimia Klinik, Kimia Lingkungan dan bidang-
bidang lain. Keuntungan dari metode analisis spektrometri adalah peralatannya yang
mudah didapat dan biasanya cukup mudah dioperasikan. Prinsip metode analisis
spektrometri adalah larutan sampel menyerap radiasi elektromagnetik dan jumlah
intensitas radiasi yang diserap oleh larutan sampel dihubungkan dengan konsentrasi analit
(zat/unsur yang akan dianalisis) dalam larutan sampel. (Wahyuni, 2007).
Senyawa koordinasi merupakan senyawa yang tersusun atas atom pusat dan ligan
(sejumlah anion atau molekul netral yang mengelilingi atom atau kelompok atom pusat
tersebut) dimana keduanya diikat dengan ikatan koordinasi. Ditinjau dari konsep asam-
basa Lewis, atom pusat dalam senyawa koordinasi berperan sebagai asam Lewis
(akseptor penerima pasangan elektron), sedangkan ligan sebagai basa Lewis (donor
pasangan elektron). (Nuryono,2003).
Kemagnetan senyawa kompleks misalnya, ditentukan dari banyaknya elektron tak
berapsangan pada orbital d atom pusat, akibat dari kekuatan ligan yang mendesaknya,
apakah ligan tersebut kuat atau lemah. Jika ligan tsb kuat elektron cenderung untuk
berpasangan (spin rendah), jika ligan tsb lemah elekton lebih suka untuk tidak
berpasangan (spin tinggi).
Senyawa kompleks dapat berupa non-ion, kation atau anion, bergantung pada
muatan penyusunnya. Muatan senyawa kompleks merupakan penjumlahan muatan ion
pusat dan ligannya. Jika senyawa kompleks bermuatan disebut ion kompleks/spesies
kompleks. Bilangan koordinasi pada senyawa kompleks menyatakan banyaknya ligan
yang mengelilingi atom atau sekelompok atom pusat sehingga membentuk kompleks
yang stabil. (Vogel, 1990).
Bilangan koordinasi 6, berarti banyaknya ligan yang mengelilingi berjumlah 6.
Bilangan koordinasi setiap atom pusat bersifat khas dan karateristik bergantung pada sifat
alamiah logam, keadaan oksidasi, dan ligan-ligan lain dalam molekul.
Antara atom pusat dengan ligannya terhubung oleh ikatan koordinasi, hanya salah
satu pihak yaitu ligan yang menyumbangkan pasangan elektron untuk digunakan
bersama, perpindahan kerapatan elektron pun terjadi dari ligan ke atom pusat. Namun,
jika kerapatan elektron tersebar merata diaantara keduanya, maka ikatan kovalen
sejatipun akan terbentuk.
Reaksi pembentukan senyawa kompleks dapat dirumuskan sebagai berikut :
M + nL MLn dimana,
M = ion logam
L = ligan yang mempunyai pasangan elektron bebas
n = bilangan koordinasi senyawa kompleks yang terbentuk (biasanya 2, 4, dan 6).
Berdasarkan banyaknya pasangan elektron yang didonorkan, ligan dapat
dikelompokkan menjadi,
a. Ligan Monodentat yaitu ligan yang hanya mampu memberikan satu pasang elektron
kepada satu ion logam pusat dalam senyawa koordinasi. Misalnya : ion halida, H2O
dan NH3.
b. Ligan Bidentat yaitu ligan yang mempunyai dua atom donor sehingga mampu
memberikan dua pasang elektron. Dalam pembentukan ikatan koordinasi, ligan
bidentat akan menghasilkan struktur cincin dengan ion logamnya (sering disebut
cincin kelat). Ligan bidentat dapat berupa molekul netral (seperti diamin, difosfin,
disulfit) atau anion (C2O42-, SO42-, O22-).
c. Ligan Polidentat yaitu ligan-ligan yang memiliki lebih dari dua atom donor. Ligan
ini dapat disebut tri, tetra, penta, atau heksadentat, bergantung pada jumlah atom
donor yang ada. Ligan polidentat tidak selalu menggunakan semua atom donornya
untuk membentuk ikatan koordinasi. Misalnya : EDTA sebagai heksadentat mungkin
hanya menggunakan 4 atau 5 atom donornya bergantung pada ukuran dan
stereokimia kompleks.
Berdasarkan jenis ikatan koordinasi yang terbentuk, ligan dapat dikelompokkan
sebagai berikut.
a. Ligan yang tidak mempunyai elektron sesuai untuk ikatan dan orbital kosong
sehingga ikatan yang terbentuk hanya ikatan , seperti H-, NH3, SO32-, atau RNH2.
b. Ligan yang mempunyai dua atau tiga pasang elektron bebas yang selain membentuk
ikatan , juga dapat membentuk ikatan dengan ion logam, seperti N3-, O2-, OH-, S2-,
NH2-, R2S, R2O, NH2, dan ion benzena.
c. Ligan yang memiliki orbital -antiikatan kosong dengan tingkatan benzen rendah
yang dapat menerima elektron yang orientasinya sesuai dari logam, seperti CO, R 3P,
CN-, py, dan acac.
d. Ligan yang tidak ada pasangan elektron bebasnya, tetapi memiliki elektron ikatan-,
seperti alkena, alkuna, benzena, dan anion siklopentadienil.
e. Ligan yang membentuk dua ikatan dengan dua atom logam terpisah dan kemudian
membentuk jembatan. Sebagai contoh, OH-, O2-, CO. (Nuryono, 2003)

VI. Alat dan Bahan


1. Alat alat
a. Labu ukur 10 mL 2 buah
b. Pipet gondok 2 mL 1 buah
c. Pipet gondok 5 mL 1 buah
d. Pipet ukur 5 mL 1 buah
e. Gelas kimia 100 mL 4 buah
f. Gelas kimia 250 mL 4 buah
g. Alat alat gelas lain 2 buah
h. Spektrofotometer UV Vis 1 set
2. Bahan
a. Larutan amonium 1 M
b. Larutan io Cu2+ 0,1 M
VII. Prosedur Percobaan
1. Labu 1

2mL Larutan Cu2+


0,1M

- Dimasukkan labu ukur 10 ml


- Diencerkan dengan air sampai
tanda batas

Larutan ion Cu2+ 0,02 M

- Diukur absorbansinya pada = 700


850 nm
- Dicermati grafik dan ditentukan panjang
gelombang pada absorbansi maximum

Aborbansi

2. Labu 2

2 mL
Larutan Cu2+ 0,1 M

- Dimasukkan labu ukur 10 ml


+ 5 ml ammonium 1 M
- Diencerkan dengan air sampai tanda
batas

Larutan ion Cu2+ dalam campuran ammonium 1 M (50:50)

- Diukur absorbansinya pada =


350700 nm
- Dicermati grafik dan ditentukan
panjang gelombang pada
absorbansi maximum

Absorbansi
3. Labu 3

2 mL Larutan ion
Cu2+ 0,1 M

- Dimasukkan labu ukur 10 ml


+ larutan ammonium 1M 2,5 ml
- Diencerkan dengan air sampai
tanda batas

Larutan ion Cu2+ dalam campuran ammonium 1M (75:25)

- Diukur absorbansinya pada =


350 700 nm
- Dicermati grafik dan ditentukan
panjang gelombang pada
absorbansi maximum

Absorbansi
VIII. Hasil Pengamatan
No. Prosedur percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
2+ 2+
1. Labu 1 : Larutan Cu 0,1M Cu + 6H2O Absorbansi maksimum
: larutan berwarna [Cu(H2O)6]2+ sebesar 0,244 dengan
2mL Larutan Cu2+
0,1M biru muda (++) panjang gelombang
810,40 nm
- Dimasukkan labu ukur 10 ml
- Diencerkan dengan air sampai Diencerkan
tanda batas menjadi larutan
ion Cu2+ 0,02 M :
Larutan ion Cu2+ 0,02 M
Larutan berwarna
- Diukur absorbansinya pada = 700 biru muda (+)
850 nm
- Dicermati grafik dan ditentukan panjang
gelombang pada absorbansi maximum Nilai Absorbansi :
0,244

Aborbansi
Panjang
gelombang :
810,40 nm
2. 2 mL Larutan Cu2+ 0,1M Cu2+ + 6H2O Absorbansi maksimum
Larutan Cu2+ 0,1 M : larutan berwarna [Cu(H2O)6]2+ + 4NH3 sebesar 0,351 dengan
biru muda (++) [Cu(H2O)3NH3)3]2+ panjang gelombang
- Dimasukkan labu ukur 10 ml
+ 5 ml ammonium 1 M Ditambahkan 609,80 nm
- Diencerkan dengan air ammonium 1 M :
sampai tanda batas
Larutan berwarna
Larutan ion Cu2+ dalam campuran ammonium 1 M (50:50) biru tua (++)

- Diukur absorbansinya pada Diencerkan


= 350700 nm dengan air :
- Dicermati grafik dan
ditentukan panjang Larutan berwarna
gelombang pada absorbansi biru tua (+)
maximum
Absorbansi
Nilai Absorbansi :
0,351

Panjang
gelombang :
609,80 nm
3. Larutan Cu2+ 0,1M Cu2+ + 6H2O
2 mL Larutan ion
Cu2+ 0,1 M : larutan berwarna [Cu(H2O)6]2+ + 4NH3 Absorbansi maksimum
biru muda (++) [Cu(H2O)4NH3)2]2+ sebesar 0,598 dengan
- Dimasukkan labu ukur 10 ml Ditambahkan panjang gelombang
+ larutan ammonium 1M 2,5 ml
- Diencerkan dengan air sampai ammonium 1 M : 609,20 nm
tanda batas Larutan berwarna
biru tua (++)
Larutan ion Cu2+ dalam campuran ammonium 1M (75:25)
Diencerkan
- Diukur absorbansinya pada = dengan air :
350 700 nm
- Dicermati grafik dan Larutan berwarna
ditentukan panjang gelombang biru tua (+)
pada absorbansi maximum

Absorbansi Nilai Absorbansi :


0,598

Panjang
gelombang :
609,20 nm
IX. Analisis dan Pembahasan
Pada percobaan kekuatan medan ligan kali ini yang bertujuan untuk
mengetahui dan memahami teori medan kristal dan mampu membedakan kekuatan
medan antara ligan air dan amonia. Pada percobaan ini dibuat 3 variasi larutan yang
akan kami dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer dengan range panjang
gelombang 550-850 nm. Dipilihnya rentang panjang gelombang tersebut karena
kebanyakan ion-ion logam transisi mengabsorb radiasi di daerah spektrum ultra violet
atau cahaya tampak yaitu sekitar 400nm-700nm. Variasi yang kami buat beda adalah
kadar ammonia (NH3) dalam larutan.
Pada percobaan pertama yaitu larutan A terdapat larutan Cu2+ 2 mL yang
diencerkan dalam labu ukur 10 mL dengan menggunakan 8 mL aquades. Larutan B
terdiri dari larutan Cu2+ (50:50), terdiri dari 2 mL, ammonia 5 mL, dan air yang
ditambahkan sampai tanda batas. Larutan C terdiri dari larutan Cu2+ (75:25), terdiri
dari 2 mL, dan ammonia 5 mL, dan air yang ditambahkan sampai tanda batas.
Fenomena yang teramati ketika masing-masing larutan tersebut dibuat adalah
terbentuknya larutan yang berwarna biru. Semakin banyak ammonia yang terkandung
dalam larutan kompleks Cu2+ maka semakin tua warna biru yang terlihat. Hal ini
karena perbedaan tingkat energi orbital atom yang berikatan dalam masing-masing
larutan. Larutan ammonia (NH3), H2O dan Cu2+ merupakan bahan utama dalam
percobaan kami kali ini karena larutan tersebut dapat membentuk senyawa kompleks
dimana Cu2+ atom pusat sedangkan H2O adalah ligan. Setelah kami memperoleh 3
larutan yang berbeda, yaitu larutan A, larutan B dan larutan C. Kemudian dari tiap
larutan tersebut kami ukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometri
UV- vis sehingga kami peroleh grafik antara absorbansi dengan panjang gelombang.
Dari grafik tersebut kita juga memperolah data absorbansi maksimum. Untuk larutan
blanko yaitu larutan yang komposisinya sama seperti larutan yang dianalisis namun
tanpa sampel yang dianalisis. Untuk percobaan ini larutan blankonya adalah air.
Sebelum sampel diukur absorbansinya, perlu diukur terlebih dahulu absorbansi
larutan blanko. Larutan blanko dengan absorbansi nol dan transmitansi 100% (tidak
menyerap radiasi), digunakan sebagai standar untuk mengukur absorbansi kompleks.
Larutan A B C
Absorbansi Maksimum 0,244 0,351 0,598
Panjang Gelombang
810,40 609,80 609,20
Maksimum (nm)

Dari panjang gelombang maksimum diatas dapat ditentukan nilai 10 Dq-nya


yaitu sebagai berikut:
Larutan A B C
Nilai 10 Dq

Dari nilai 10Dq tersebut dapat ditentukan besar kekuatan ligan air dan
ammonia. Nilai 10 Dq pada larutan yang mengandung ligan ammonia lebih besar
dibandingkan dengan larutan yang mengandung ligan air murni. Karena ada dua
faktor yang mempengaruhi harga 10 Dq. Pertama adalah muatan ion logam. Makin
banyak muatan ion, makin besar pula harga 10 Dq-nya. Kedua adalah sifat ligan.
Seiring dengan meningkatnya kekuatan ligan maka meningkat pula harga 10 Dq-nya.
Hal ini menandakan bahwa ligan ammonia mempunyai kekuatan ligan yang lebih
kuat. Dan hasil ini sesuai urutan kekuatan ligan atau deret spektrokimia.

Kompleks larutan A
Pada larutan A yang kami lakukan yaitu mengencerkan larutan Cu2+ 0,1M
menjadi 0,2 M dengan cara mengambil 2 ml Cu2+ 0,1M kemudian ditambah dengan
aquades pada labu ukur 10 mL sampai tanda batas sehingga terbentuk Cu2+ 0,02 M.
Warna larutan tersebut adalah adalah biru (++) jernih, hampir semua kompleks
besarnya harga Dq sama dengan energi yang frekuensi terletak pada spektra daerah
tampak, karena ada kaitan antara warna dengan frekuensi maka warna suatu kompleks
bergantung pada frekuensi yang diserap. Warna kompleks adalah komplemen warna
cahaya yang diserap. Sehingga ketika kompleks berwarna biru, di mana warna biru
yang terbentuk menyerap warna komplemennya yaitu merah dengan panjang
gelombang sekitar 610-800 nm. Larutan kemudian diuji dengan spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang 700-850 nm, dan didapatkan panjang gelombang
maksimum 810,40 nm dengan absorbansi 0,244. Hasil ini cukup sesuai dengan teori
dimana komplemen warna hijau biruan berada pada rentang 610-800 nm. Pada larutan
A ini terbentuk kompleks [Cu(H2O)6]2+ heksaquotembaga(II) dimana atom pusatnya
adalah ion Cu2+ dan ligannya adalah air. Reaksi ditunjukkan sebagai berikut:
Cu2+(aq) + 6 H2O(l) [Cu(H2O)6]2+(aq)
Senyawa tersebut dapat diketahui bahwa bilangan koordinasi untuk Cu2+
adalah 6 sesuai dengan banyaknya ligan yang terikat ada atom pusatnya. Ke-6 ligan
ini akan menempati orbital kosong pada orbital di logam Cu+2.
Cu: 3d 4s 4p 4d
Cu2+: 3d 4s 4p 4d
Kemudian ion Cu2+ berikatan dengan ligan H2O sehingga mengalami
hibridisasi. Diperkirakan hibridisasinya adalah sp3d2 dengan geometri molekul
oktahedral karena PEI=6 dan bersifat paramagnetik. Hibridisasi senyawa kompleks
diatas menurut VBT (Valence Bond Theory/Teori Ikatan Valensi) dimana ada 6 ligan
H2O sebagai berikut :

Energy eksitasi elektron dari t2g ke eg sebesar . Karena


ligan H2O termasuk ligan yang mempunyai kuat ligan sedang mendekati lemah maka
tolakan yang terjadi antara energi pada orbital t2g dengan eg tidak terlalu besar. Oleh
karenanya nilai perbedaan energy kedua orbital tersebut tidak terlalu tinggi.

Kompleks pada larutan B


Pada larutan B, langkah pertama mencampurkan 2 mL Cu2+, 5 mL ammonia
dan air dalam labu ukur 10 mL. Larutan ini menghasilkan warna biru (++) jernih.
Warna yang terbentuk dalam larutan adalah biru (+) (kompleks berwarna biru maka
kompleks tersebut menyerap wana komplemennya yaitu jingga dengan panjang
gelombang sekitar 590-620 nm). Pada larutan ini, ammonia dan air adalah ligannya.
Senyawa kompleks yang terbentuk adalah [Cu(H2O)3(NH3)3]2+ ,
tetraamindiaquotembaga(II).
Reaksi yang terjadi adalah:
Cu+ +6H2O [Cu(H2O)6]2+ + 4 NH3 [Cu(H2O)3(NH3)3]2+
Hibridisasi senyawa kompleks diatas menurut VBT (Valence Bond
Theory/Teori Ikatan Valensi) dimana ada 3 ligan H2O dan 3 ligan NH3 sebagai berikut
:
Diketahui hibridisasi [Cu(H2O)3(NH3)3]2+ adalah sp3d2 dengan geometri
oktahedral karena PEI=6 dan bersifat paramagnetik.
Larutan kemudian diuji dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 350-700nm, dan didapatkan panjang gelombang maksimum 609,80 nm
dengan absorbansi 0,351. Hasil ini cukup sesuai dengan teori dimana komplemen
warna biru kehijauan berada pada rentang 590-620nm. Perbedaan dengan larutan
pertama adalah pada larutan B ini, energi 10 Dq akan lebih besar yaitu
karena adanya substitusi ligan NH3sehingga menyebabkan energi
Dq bertambah besar, dimana pada larutan uji pertama hanya ada substitusi ligan H2O.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kekuatan medan ligan NH3 lebih besar dari H2O
karena menimbulkan energi Dq yang besar, dimana energi yang besar ini akan
membuat splitting orbital eg dan t2g semakin besar. Splitting yang besar menandakan
ligan yang masuk adalah ligan kuat. Dalam larutan ini secara otomatis ligan NH3
menggantikan ligan yang lebih lemah yaitu H2O. Kekuatan medan ligan H2O dan NH3
ini sesuai dengan deret spektrokimia.

Kompleks Pada Larutan C


Pada larutan B, langkah pertama mencampurkan 2 mL Cu2+, 2,5 mL
ammonia dan air dalam labu ukur 10 mL. Warna biru(+) yang terbentuk menyerap
wana komplemennya yaitu jingga dengan panjang gelombang sekitar 590-620 nm.
Larutan C dengan perbandingan antara ammonia dengan air (25:75). Penambahan
kadar ammonia yang berlebih ini akan meningkatkan besarnya nilai absorbansi
(dilihat pada hasil percobaan).
Seperti sudah dikatakan sebelumnya bahwa dalam larutan ini air dan amonia
berfungsi sebagai ligan, sedangkan Cu adalah logam pusat. Jika ikatan yang terjadi
adalah antara logam dengan ligan maka senyawaan yang dibentuk disebut senyawa
kompleks. Dimana senyawa kompleks yang terbentuk adalah [Cu(H2O)4(NH3)2]2+
atau ion diaminatetraakuotembaga(II). Karena penambahan air lebih kecil daripada
amonia, maka ion Cu2+ yang stabil dalam air [Cu(H2O)6]2+ disubstitusi oleh 4 ligan
H2O dan 2 ligan NH3 . Reaksinya ditunjukkan sebagai berikut:
[Cu(H2O)6]2+(aq) + 2NH3(aq) [Cu(H2O)4(NH3)2]2+(aq) + H2O(l)
Hibridisasi senyawa kompleks diatas menurut VBT (Valence Bond
Theory/Teori Ikatan Valensi) dimana ada 4 ligan H2O dan 2 ligan NH3 sebagai
berikut :

Dari hibridisasi diatas dapat diketahui bahwa hibridisasi kompleks


[Cu(H2O)4(NH3)2]2+ adalah sp3d2 dengan geometri molekul oktahedral karena PEI
= 6 dan bersifat paramagnetik. Larutan kemudian diuji dengan spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang 350-700 nm, dan didapatkan panjang gelombang
maksimum 609,20 nm dengan absorbansi 0,598. Hasil ini cukup sesuai dengan teori
dimana komplemen warna biru kehijauan berada pada rentang 590-620 nm.
Besar nilai Dq larutan uji ketiga berbeda dengan larutan uji kedua, dimana
energi Dq larutan uji keiga akan lebih kecil yaitu . Dari
perbandingan energi Dq larutan uji ketiga dan kedua, energi Dq larutan uji kedua
lebih besar karena adanya substitusi ligan H2O yang lebih banyak sehingga
menyebabkan energi Dq bertambah besar, sedangkan pada larutan uji ketiga
terbentuk substitusi ligan NH3 yang lebih banyak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kekuatan medan ligan NH3 lebih besar dari H2O karena menimbulkan energi Dq yang
besar, dimana energi yang besar ini akan membuat splitting orbital eg dan t2g
semakin besar. Splitting yang besar menandakan ligan yang masuk adalah ligan kuat.
Dalam larutan ini secara otomatis ligan NH3 menggantikan ligan yang lebih lemah
yaitu H2O, namun ligan NH3 yang menggantikan H2O tidak sebanyak larutan uji 3.
Larutan Blanko
Untuk larutan blanko, langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan
akuades ke dalam gelas ukur 10 mL (labu ukur dapat diganti dengan gelas ukur).
Kemudian diuji dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400-600
nm, nilai absorbansi yang didapatkan adalah 0.00. Larutan blanko digunakan sebagai
larutan pembanding (control).
X. Kesimpulan
1. Semakin besar nilai panjang gelombang yang dihasilkan, semakin kecil nilai Dq,
yaitu:
maks larutan uji pertama > maks larutan uji kedua < makslarutan uji ketiga
= 810,50 nm > 609,0 nm < 612,5 nm
Dq larutan uji pertama < Dq larutan uji kedua < Dq larutan uji ketiga =
< <
2. Kekuatan medan ligan NH3lebih besar daripada H2O, karena NH3memiliki nilai
Dq yang besar sehingga mengakibatkan splitting yang besar pula.
3. Semakin banyak ligan NH3yang tersubstitusi maka pada spektrometri UV-VIS
akan terbaca panjang gelombang yang semakin kecil, sehingga nilai Dq akan
semakin besar.

XI. Jawaban Pertanyaan


1. Jelaskan perbedaa kekuatan ligan atara ligan ammonium dan air!
Jawaban:
Dari data yang telah diperoleh dari percobaan didapatkan bahwa air memiliki
energy 30 kkal/mol lebih rendah daripada ammonia yang sebesar 40 kkal/mol.
Hal ini juga dikarenakan panjang gelombang air lebih kecil yaitu 609 nm sesuai
tabel pembagian daerah UV-Visibel nilai panjang gelombangnya maksimum 609
karena warna yag diserap pada lartan II ini adalah jingga sehingga pada panjang
gelombang ini sample menyerap maksimal sinar yang ditembakan dari
spektrofotometer. Perbedaan kekuatan medan ligan juga disebabkan oleh ligan
H2O yang bersifat sebagai ligan lemah. Ligan lemah dalam kompleks
menyebabkan elektron memiliki spin tinggi (high spin) pada tingkat energi eg,
karena pada ion Cu(II) elektron di orbital d lebih mudah ditempatkan pada arah
energi orbital yang lebih tinggi sebagai elektron sunyi (tidak berpasangan)
daripada ditempatkan pada kamar orbital yang sama, namun sebagai elektron
berpasangan. Sebab pada kamar yang sama akan terjadi gaya tolak menolak antara
dua elektron jika akan berpasangan. Oleh karena energi untuk tolak menolak (P)
lebih besar daripada harga 10 Dq, justru ada interaksi tingkat energi atas dengan
energi bawah menyebabkan jarak t2g dan eg menjadi lebih pendek sehingga energi
10 Dq menjadi lebih kecil.
2. Tuliskan reaksi yang terjadi dalam percobaan tersebut!
Jawaban:

[Cu(H2O)6]2+ + 4NH3 [Cu(H2O)3(NH3)3] 2+ + H2O


[Cu(H2O)6]2+ + 4NH3 [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ + H2O

3. Faktor faktor apakah yag mempengaruhi warna ion kompleks logam transisi!
Jawaban:
Warna-warna cerah yang terlihat pada kebanyakan senyawa koordinasi dapat
dijelaskan dengan teori medan kristal ini. Jika orbital-d dari sebuah kompleks
berpisah menjadi dua kelompok seperti yang dijelaskan di atas, maka ketika
molekul tersebut menyerap foton dari cahaya tampak, satu atau lebih elektron
yang berada dalam orbital tersebut akan meloncat dari orbital-d yang berenergi
lebih rendah ke orbital-d yang berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaam atom
yang tereksitasi. Perbedaan energi antara atom yang berada dalam keadaan dasar
dengan yang berada dalam keadaan tereksitasi sama dengan energi foton yang
diserap dan berbanding terbalik dengan gelombang cahaya. Karena hanya
gelombang-gelombang cahaya () tertentu saja yang dapat diserap (gelombang
yang memiliki energi sama dengan energi eksitasi), senyawa-senyawa tersebut
akan memperlihatkan warna komplementer (gelombang cahaya yang tidak
terserap). Seperti yang dijelaskan di atas, ligan-ligan yang berbeda akan
menghasilkan medan kristal yang energinya berbeda-beda pula, sehingga kita bisa
melihat warna-warna yang bervariasi. Untuk sebuah ion logam, medan ligan yang
lebih lemah akan membentuk kompleks yang -nya bernilai rendah, sehingga
akan menyerap cahaya dengan yang lebih panjang dan merendahkan frekuensi .
Sebaliknya medan ligan yang lebih kuat akan menghasilkan yang lebih besar,
menyerap yang lebih pendek, dan meningkatkan .
4. Gambarkan grafik panjang gelombang terhadap absorbansi dari masing masing
pengamatan anda!
Jawaban:

Grafik Antara Panjang Gelombang vs


Absorbansi
1000

800
Absorbansi

600

400 y = -469,41x + 863,14


R = 0,5399
200

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
Panjang Gelombang (nm)

5. Hitunglah besar energi 10 Dq ketiga larutan tersebut (gunakan persamaan 1, lihat


contoh perhitungan energi kompleks Ti)!
Jawaban:
Besar energi 10 Dq pada larutan pertama

Besar energi 10 Dq pada larutan kedua


Besar energi 10 Dq pada larutan ketiga

6. Dari hasil percobaan, apa yang dapat anda simpulkan?


Jawaban:
Semakin besar nilai panjang gelombang yang dihasilkan, semakin kecil nilai
Dq, yaitu:
maks larutan uji pertama > maks larutan uji kedua < makslarutan uji
ketiga = 810,50 nm > 609,0 nm < 612,5 nm
Dq larutan uji pertama < Dq larutan uji kedua < Dq larutan uji ketiga =
< <
Kekuatan medan ligan NH3lebih besar daripada H2O, karena NH3memiliki
nilai Dq yang besar sehingga mengakibatkan splitting yang besar pula.
Semakin banyak ligan NH3yang tersubstitusi maka pada spektrometri UV-VIS
akan terbaca panjang gelombang yang semakin kecil, sehingga nilai Dq akan
semakin besar.

XII. Daftar Pustaka


Nuryono. 2003. Kimia Koordinasi. Yogyakarta: Laboratorium Kimia Anorganik
Jurusan Kimia FMIPA UGM.
Wahyuni, Endang Tri. 2007. Handout Analisis Istrumental I Spectrohotometer UV
VIS. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Tim Dosen Kimia Anorganik. 2014. Penutun Praktikum Kimia Anorganik III.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Jurusan Kimia.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Besar energi 10 Dq pada larutan pertama

Besar energi 10 Dq pada larutan kedua

Besar energi 10 Dq pada larutan ketiga


Grafik Antara Panjang Gelombang vs
Absorbansi
900
800
700
600
Absorbansi

500
400 y = -469,41x + 863,14
300 R = 0,5399
200
100
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
Panjang Gelombang (nm)
LAMPIRAN GAMBAR

Labu 1 : Larutan ion Diencerkan dengan air Larutan ion Cu2+


Cu2+ 0,1 M 0,02M

Labu 2 : Larutan ion Diencerkan dengan air Larutan ion Cu2+


Cu2+ 0,1 M + dalam campuran
Ammonium Ammonium 1M
(50:50)
Labu 3 : Larutan ion Diencerkan dengan air Larutan ion Cu2+
Cu2+ 0,1 M + dalam campuran
Ammonium Ammonium 1M
(75:25)

Dari kanan ke kiri :


Tabung I, Tabung II,
Tabung III.

Anda mungkin juga menyukai