Aborbansi
2. Labu 2
2 mL
Larutan Cu2+ 0,1 M
Absorbansi
3. Labu 3
2 mL Larutan ion
Cu2+ 0,1 M
Absorbansi
VIII. Hasil Pengamatan
No. Prosedur percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
2+ 2+
1. Labu 1 : Larutan Cu 0,1M Cu + 6H2O Absorbansi maksimum
: larutan berwarna [Cu(H2O)6]2+ sebesar 0,244 dengan
2mL Larutan Cu2+
0,1M biru muda (++) panjang gelombang
810,40 nm
- Dimasukkan labu ukur 10 ml
- Diencerkan dengan air sampai Diencerkan
tanda batas menjadi larutan
ion Cu2+ 0,02 M :
Larutan ion Cu2+ 0,02 M
Larutan berwarna
- Diukur absorbansinya pada = 700 biru muda (+)
850 nm
- Dicermati grafik dan ditentukan panjang
gelombang pada absorbansi maximum Nilai Absorbansi :
0,244
Aborbansi
Panjang
gelombang :
810,40 nm
2. 2 mL Larutan Cu2+ 0,1M Cu2+ + 6H2O Absorbansi maksimum
Larutan Cu2+ 0,1 M : larutan berwarna [Cu(H2O)6]2+ + 4NH3 sebesar 0,351 dengan
biru muda (++) [Cu(H2O)3NH3)3]2+ panjang gelombang
- Dimasukkan labu ukur 10 ml
+ 5 ml ammonium 1 M Ditambahkan 609,80 nm
- Diencerkan dengan air ammonium 1 M :
sampai tanda batas
Larutan berwarna
Larutan ion Cu2+ dalam campuran ammonium 1 M (50:50) biru tua (++)
Panjang
gelombang :
609,80 nm
3. Larutan Cu2+ 0,1M Cu2+ + 6H2O
2 mL Larutan ion
Cu2+ 0,1 M : larutan berwarna [Cu(H2O)6]2+ + 4NH3 Absorbansi maksimum
biru muda (++) [Cu(H2O)4NH3)2]2+ sebesar 0,598 dengan
- Dimasukkan labu ukur 10 ml Ditambahkan panjang gelombang
+ larutan ammonium 1M 2,5 ml
- Diencerkan dengan air sampai ammonium 1 M : 609,20 nm
tanda batas Larutan berwarna
biru tua (++)
Larutan ion Cu2+ dalam campuran ammonium 1M (75:25)
Diencerkan
- Diukur absorbansinya pada = dengan air :
350 700 nm
- Dicermati grafik dan Larutan berwarna
ditentukan panjang gelombang biru tua (+)
pada absorbansi maximum
Panjang
gelombang :
609,20 nm
IX. Analisis dan Pembahasan
Pada percobaan kekuatan medan ligan kali ini yang bertujuan untuk
mengetahui dan memahami teori medan kristal dan mampu membedakan kekuatan
medan antara ligan air dan amonia. Pada percobaan ini dibuat 3 variasi larutan yang
akan kami dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer dengan range panjang
gelombang 550-850 nm. Dipilihnya rentang panjang gelombang tersebut karena
kebanyakan ion-ion logam transisi mengabsorb radiasi di daerah spektrum ultra violet
atau cahaya tampak yaitu sekitar 400nm-700nm. Variasi yang kami buat beda adalah
kadar ammonia (NH3) dalam larutan.
Pada percobaan pertama yaitu larutan A terdapat larutan Cu2+ 2 mL yang
diencerkan dalam labu ukur 10 mL dengan menggunakan 8 mL aquades. Larutan B
terdiri dari larutan Cu2+ (50:50), terdiri dari 2 mL, ammonia 5 mL, dan air yang
ditambahkan sampai tanda batas. Larutan C terdiri dari larutan Cu2+ (75:25), terdiri
dari 2 mL, dan ammonia 5 mL, dan air yang ditambahkan sampai tanda batas.
Fenomena yang teramati ketika masing-masing larutan tersebut dibuat adalah
terbentuknya larutan yang berwarna biru. Semakin banyak ammonia yang terkandung
dalam larutan kompleks Cu2+ maka semakin tua warna biru yang terlihat. Hal ini
karena perbedaan tingkat energi orbital atom yang berikatan dalam masing-masing
larutan. Larutan ammonia (NH3), H2O dan Cu2+ merupakan bahan utama dalam
percobaan kami kali ini karena larutan tersebut dapat membentuk senyawa kompleks
dimana Cu2+ atom pusat sedangkan H2O adalah ligan. Setelah kami memperoleh 3
larutan yang berbeda, yaitu larutan A, larutan B dan larutan C. Kemudian dari tiap
larutan tersebut kami ukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometri
UV- vis sehingga kami peroleh grafik antara absorbansi dengan panjang gelombang.
Dari grafik tersebut kita juga memperolah data absorbansi maksimum. Untuk larutan
blanko yaitu larutan yang komposisinya sama seperti larutan yang dianalisis namun
tanpa sampel yang dianalisis. Untuk percobaan ini larutan blankonya adalah air.
Sebelum sampel diukur absorbansinya, perlu diukur terlebih dahulu absorbansi
larutan blanko. Larutan blanko dengan absorbansi nol dan transmitansi 100% (tidak
menyerap radiasi), digunakan sebagai standar untuk mengukur absorbansi kompleks.
Larutan A B C
Absorbansi Maksimum 0,244 0,351 0,598
Panjang Gelombang
810,40 609,80 609,20
Maksimum (nm)
Dari nilai 10Dq tersebut dapat ditentukan besar kekuatan ligan air dan
ammonia. Nilai 10 Dq pada larutan yang mengandung ligan ammonia lebih besar
dibandingkan dengan larutan yang mengandung ligan air murni. Karena ada dua
faktor yang mempengaruhi harga 10 Dq. Pertama adalah muatan ion logam. Makin
banyak muatan ion, makin besar pula harga 10 Dq-nya. Kedua adalah sifat ligan.
Seiring dengan meningkatnya kekuatan ligan maka meningkat pula harga 10 Dq-nya.
Hal ini menandakan bahwa ligan ammonia mempunyai kekuatan ligan yang lebih
kuat. Dan hasil ini sesuai urutan kekuatan ligan atau deret spektrokimia.
Kompleks larutan A
Pada larutan A yang kami lakukan yaitu mengencerkan larutan Cu2+ 0,1M
menjadi 0,2 M dengan cara mengambil 2 ml Cu2+ 0,1M kemudian ditambah dengan
aquades pada labu ukur 10 mL sampai tanda batas sehingga terbentuk Cu2+ 0,02 M.
Warna larutan tersebut adalah adalah biru (++) jernih, hampir semua kompleks
besarnya harga Dq sama dengan energi yang frekuensi terletak pada spektra daerah
tampak, karena ada kaitan antara warna dengan frekuensi maka warna suatu kompleks
bergantung pada frekuensi yang diserap. Warna kompleks adalah komplemen warna
cahaya yang diserap. Sehingga ketika kompleks berwarna biru, di mana warna biru
yang terbentuk menyerap warna komplemennya yaitu merah dengan panjang
gelombang sekitar 610-800 nm. Larutan kemudian diuji dengan spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang 700-850 nm, dan didapatkan panjang gelombang
maksimum 810,40 nm dengan absorbansi 0,244. Hasil ini cukup sesuai dengan teori
dimana komplemen warna hijau biruan berada pada rentang 610-800 nm. Pada larutan
A ini terbentuk kompleks [Cu(H2O)6]2+ heksaquotembaga(II) dimana atom pusatnya
adalah ion Cu2+ dan ligannya adalah air. Reaksi ditunjukkan sebagai berikut:
Cu2+(aq) + 6 H2O(l) [Cu(H2O)6]2+(aq)
Senyawa tersebut dapat diketahui bahwa bilangan koordinasi untuk Cu2+
adalah 6 sesuai dengan banyaknya ligan yang terikat ada atom pusatnya. Ke-6 ligan
ini akan menempati orbital kosong pada orbital di logam Cu+2.
Cu: 3d 4s 4p 4d
Cu2+: 3d 4s 4p 4d
Kemudian ion Cu2+ berikatan dengan ligan H2O sehingga mengalami
hibridisasi. Diperkirakan hibridisasinya adalah sp3d2 dengan geometri molekul
oktahedral karena PEI=6 dan bersifat paramagnetik. Hibridisasi senyawa kompleks
diatas menurut VBT (Valence Bond Theory/Teori Ikatan Valensi) dimana ada 6 ligan
H2O sebagai berikut :
3. Faktor faktor apakah yag mempengaruhi warna ion kompleks logam transisi!
Jawaban:
Warna-warna cerah yang terlihat pada kebanyakan senyawa koordinasi dapat
dijelaskan dengan teori medan kristal ini. Jika orbital-d dari sebuah kompleks
berpisah menjadi dua kelompok seperti yang dijelaskan di atas, maka ketika
molekul tersebut menyerap foton dari cahaya tampak, satu atau lebih elektron
yang berada dalam orbital tersebut akan meloncat dari orbital-d yang berenergi
lebih rendah ke orbital-d yang berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaam atom
yang tereksitasi. Perbedaan energi antara atom yang berada dalam keadaan dasar
dengan yang berada dalam keadaan tereksitasi sama dengan energi foton yang
diserap dan berbanding terbalik dengan gelombang cahaya. Karena hanya
gelombang-gelombang cahaya () tertentu saja yang dapat diserap (gelombang
yang memiliki energi sama dengan energi eksitasi), senyawa-senyawa tersebut
akan memperlihatkan warna komplementer (gelombang cahaya yang tidak
terserap). Seperti yang dijelaskan di atas, ligan-ligan yang berbeda akan
menghasilkan medan kristal yang energinya berbeda-beda pula, sehingga kita bisa
melihat warna-warna yang bervariasi. Untuk sebuah ion logam, medan ligan yang
lebih lemah akan membentuk kompleks yang -nya bernilai rendah, sehingga
akan menyerap cahaya dengan yang lebih panjang dan merendahkan frekuensi .
Sebaliknya medan ligan yang lebih kuat akan menghasilkan yang lebih besar,
menyerap yang lebih pendek, dan meningkatkan .
4. Gambarkan grafik panjang gelombang terhadap absorbansi dari masing masing
pengamatan anda!
Jawaban:
800
Absorbansi
600
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
Panjang Gelombang (nm)
500
400 y = -469,41x + 863,14
300 R = 0,5399
200
100
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
Panjang Gelombang (nm)
LAMPIRAN GAMBAR