Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
O O
Dengan adanya electron menyendiri pada oksigen suatu senyawa karbonil dapat
mengadakan ikatan hydrogen (tetapi tidak dengan senyawa karbonil lain, kecuali jika
senyawa itu mempunyai suatu hydrogen asam untuk ikatan hydrogen). Akibat kemampuan
membentuk ikatan hydrogen ini adalah dapat larutnya aldehid dan keton yang berbobot
molekul rendah, dalam air sama seperti alcohol. Tetapi karena aldehid atau keton tidak
dapat membentuk ikatan hydrogen dengan yang lainnya, titik didihnya cukup rendah dari
pada alcohol padanannya(Fessenden;1982).
O H O
R O R H
Tabel sifat fisis beberapa aldehida dan keton (Sitorus, marham; 2010)
Keton tak mudah dioksidasi, tetapi aldehid sangad mudah teroksidasi menjadi asam
karboksilat. Sementara keton tidak menjalankan reaksi yang serupa karena pada oksidasi
terjadi pemutusan ikatan karbon-karbon menghasilkan dua asam karboksilat masing-masing
mengandung atom karbon yang jumlahnya lebih sedikit dari pada keton semula.
O O
Oksidator
R O H R O OH
Asam Karboksilat
Aldehid
O O O
Oksidator kuat
R
+OH O R
R O CH2 R O OH
Keton Asam Karboksilat I Asam Karboksilat II
Reagen Tollens
Yakni larutan perak-amonia digunakan sebagai reagensia uji untuk aldehid direduksi
oleh aldehid menjadi logam perak, sedangkan aldehid dioksidasi menjadi asam yang
bertalian. Keton tidak dioksidasi oleh reagen tollens merupakan oksidator lemah.
O O
R O H + 2 Ag(NH3)2OH R O ONH4 + 2Ag + 2NH3 + H2O
Aldehid Reagen Tollens Cermin perak
O
Reagen Fehling atau Benedict mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator lemah. Ion
tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid tetapi tidak dapat mrngoksidasi gugus keton.
O O
R O H + Cu2+ + OH- R O O- + Cu2O + 3H2O
Aldehid
Endapan merah bata
O
OH
B. Reaksi dengan Alkohol
Alcohol dapat mengadisi suatu gugus karbonil. Produk adisi satu molekul pada suatu
aldehid desubut hemiasetal, sedangkan produk dua molekul alcohol (dengan hilangnya
H2O) disebut asetal. Reaksi ni dikatalis dengan asam kuat
O OR OR
ROH, H ROH, H
OH OR
C. Reaksi dengan Natrium bisulfit
Reaksi yang lazim dari senyawa-senyawa karbonil ialah reaksi adisi kepada ikatan
rangkap karbonil. Reagen biasanya sebagai suatu nukleofil. Aldehid dan beberapa keton
yang tidak mengandung gugus yang besar disekelilingi atom karbon. Karbonil bereaksi
dengan larutan perak natrium bisulfit menghasilkan adisi yang berwujud hablur berwarna
putih. Hasil ini bila bereaksi dengan asam akan membebaskan kembali senyawa karbonil,
sehingga reaksi ini kadang-kadang berguna untuk memisahkan senyawa karbonil dari
campurannya dengan senyawa-senyawa lain.
O OH
- +
R O H + HSO3 Na R C SO3-Na+
Imina mudah terhidrolisis (dipaksa pisah oleh air). Tahap awal hidrolisis adalah protonasi
nitrogen imina. Jika suatu gugus elektronegatif terikat pada nitrogen imina itu, maka kebasaan
nitrogen ituberkurang dan hidrolisis terkurangi (Fessenden;1982).
Pasangan electron bebas pada atom nitrogen amoniak dan senyawa-senyawa lain yang
sejenis menyebabkan senyawa-senyawa ini boleh bereaksi menghasilkan fenilhidrazon
setelah hasil reaksi yang mula-mula terbentuk membebaskan satu mol air. Hasil ini sering
kali berwujud hablur, sehingga ia dapat digunakan (melalui titik lelehnya) untuk mengenal
aldehid dan keton. Reaksi yang sama dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin menghasilkan 2,4-
dinitrofenilhidrazon yang biasanya mempunyai titik leleh yang lebih tinggi.
OH
C=O + H2N NH C C=N NH
NH
Fenilhidrasin Fenilhidrazon
OH H2O
C=O + H2NOH C C=NOH
NHOH
Hidroksil amin Oksim
Reaktivitas Hidrogen Alfa
Ikatan karbon-hidrogen biasanya stabil, nonpolar dan pasti tidak bersifat asam. Tetapi
dengan adanya suatu gugus karbonil terjadilah hydrogen alfa yang bersifat asam. Jika suatu
hydrogen berposisi alf terhadap dua gugus karbonil, maka hydrogen ini cukup asam
sehingga dapat dibentuk gayam dengan mengolah senyawa itu dengan suatu alkoksida
(Fessenden;1982).
Atom hydrogen yang terikat pada atom karbon disebelah atom karbonil yang disebut
atom karbon alfa, ialah bersifat asam lemah. Ini disebabkan karena muatan dari anion yang
bertalian (anion enolat) dapat diserahkan ke atom oksigen yang elektronegatif.
O O O
C C R + B- BH + C C R C C R
Atom hydrogen yang terikat pada atom karbon alfa dari aldehiddan keton mudah
diganti oleh halogen didalam larutan biasa. Reaksi ini, didasarkan pada reaksi yang cepat
antara ion enolat dengan halogen. Oleh karena pengaruh tarikan electron dari halogen, maka
atom hydrogen yang masih ada pada atom karbon alfa akan lebih asam, dan lebih mudah
tertukar oleh halogen. Oleh karena itu, gugus metil yang terikat pada atom karbon karbonil
mudah sekali diubah menjadi senyawa trihakometil oleh halogen dari basa.
O O
- -
R C CH3 + I2 + 3OH R C CI3 + 3H2O + 3I
Senyawa trihalo yang dihasilkan ini mudah sekali diuraikan oleh basa menghasilkan
haloform. Oleh karena itu, reaksi ini dapat digunakan untuk menyediakan iodoform,
bromoform atau kloroform.
O O
Oleh karena anion enolat ialah suatu nukleofil, maka ia dapat ditambah kepada gugus
karbonil. Reaksi ini akan menghasilkan suatu ikatan karbon-karbon yang baru, sehingga
sangat berguna di dalam sintesis. Bila aldehid direaksikan dengan larutan basa yang encer,
ia akan berkondensasi sesamanya menghasilkan aldol yang bila dipanaskan akan
menyingkirkan air menghasilkan aldehid tak jenuh, yakni krotonaldehid.
O O
-
H3C C H OH H2C C H
O O O
H+
H-
OH O
panas O
H3C CH CH2 C H H3CCH=CHCH
-2H2O
O O
O
-
C H + H3 C C CH3 OH CH CH C CH CH
-2H2O
D. Rancangan Percobaan
1) Alat dan Bahan
Alat
- Tabung reaksi 20 buah
- Pipet tetes 9 buah
- Rak tabung 1 buah
- Termometer 1 buah
- Erlenmeyer 100 mL 1 buah
- Gelas kimia 250 mL 2 buah
- Gelas kimia 100 mL 1 buah
- Corong Buchner 1 buah
- Labu Penyaring 1 buah
- Pembakar Bunsen 1 buah
- Spatula 1 buah
- Gelas ukur 10 mL 2 buah
- Kaki 3 1 buah
- Spiritus 1 buah
- Kompor Listrik 1 buah
- Statif 1 buah
- Helting blok 1 buah
- Pipa kapiler 1 buah
- Kaca Arloji 2 buah
Bahan
- Sikloheksanon 12 tetes
- Isopropil alcohol 5 tetes
- Etanol
- Fehling A 10 ml
- Fehling B 10 ml
- Larutan NaOH 5% 6 ml 5 tetes
- Larutan AgNO3 5% 2 ml
- Larutan NH4OH 2%
- Larutan jenuh natrium bisulfit 5 mL
- HCl 5 tetes
- Reagen Fenilhidrasin 5 mL
- Larutan iodium 20 mL
- Air es 100 mL
- Aseton 3 mL 1 tetes
- Benzaldehid 7 tetes
- Formaldehid 10 tetes
2) Alur Percobaan
1. Uji Tollens
2 mL AgNO3 5%
Reagen Tollens
Tabung 1
1 mL Reagen Tollens
Hasil Pengamatan
Tabung 2
1 mL Reagen Tollens
Hasil Pengamatan
Tabung 3
1 mL Reagen Tollens
Hasil Pengamatan
5 tetes formaldehid
- ditambahkan 5 mL
air
- dikocok
Formalin
Tabung 4
1 mL Reagen Tollens
Hasil Pengamatan
10 mL fehling A
- ditambahkan 10 mL fehling B
Reagen Fehling
Tabung 1
5 mL reagen
Benedict/ Fehling
- Ditambahkan beberapa tetes formaldehid
- dimasukkan dalam air mendidih 10 15 menit
- diamati perubahan
Hasil Pengamatan
Tabung 2
5 mL reagen
Benedict/ Fehling
Hasil Pengamatan
Tabung 3
5 mL reagen Benedict/
Fehling
- Ditambahkan beberapa tetes aseton
- dimasukkan dalam air mendidih 10 15 menit
- diamati perubahan
Hasil Pengamatan
Tabung 4
5 mL reagen
Benedict/ Fehling
- Ditambahkan beberapa tetes sikloheksanon
- dimasukkan dalam air mendidih 10 15 menit
- diamati perubahan
Hasil Pengamatan
3. Adisi Bisulfit
5 mL larutan jenuh
natrium bisulfit
mL fenilhidrazin
- ditentukan titik lelehnyadimasukkan dalam
tabung reaksi
- ditambahkan 5 tetes benzaldehid
- ditutup & diguncangkan kuat 1-2 menit
hingga menghablur
- fenilhidrazon disaring dengan corong
penyaring
- hablur dicuci dengan air dingin
- dihablurkan kembali dengan etanol/
methanol
- dibiarkan hablur kering
- ditentukan titik lelehnya
Pengamatan
2,5 mL fenilhidrazin
- dimasukkan dalam tabung reaksi
- ditambahkan 5 tetes sikloheksanon
- ditutup & diguncangkan kuat 1-2 menit
hingga menghablur
- fenilhidrazon disaring dengan corong
penyaring
- hablur dicuci dengan air dingin
- dihablurkan kembali dengan etanol/
methanol
- dibiarkan hablur kering
- ditentukan titik lelehnya
Hasil Pengamatan
5 mL 2,4-dinitrofenilhidrazin2,5
Hasil Pengamatan
5 mL 2,4-dinitrofenilhidrazin
- dimasukkan dalam tabung reaksi
- ditambahkan 5 tetes sikloheksanon
- ditutup & diguncangkan kuat 1-2 menit
hingga menghablur
- fenilhidrazon disaring dengan corong
penyaring
- hablur dicuci dengan air dingin
- dihablurkan kembali dengan etanol/
methanol
- dibiarkan hablur kering
- ditentukan titik lelehnya
Hasil Pengamatan
5. Pembuatan Oksim
4 mL H2O
Hasil Pengamatan
6. Reaksi Haloform
5 tetes Aseton
Hasil Pengamatan
5 tetes isopropil alkohol
Hasil Pengamatan
5 tetes 2-pentanon
Hasil Pengamatan
5 tetes 3-pentanon
Hasil Pengamatan
7. Kondensasi Aldol
a.
4 mL larutan 1%
NaOH
Bau asetaldehid
Bau krotonaldehid
b. 10 mL etanol
-dimasukkan dalam labu 50 mL
-ditambahkan 1 mL aseton
-ditambahkan 2 mL benzaldehid
-ditambahkan 5 mL larutan 5% NaOH
-disambungkan dengan kondensor dan
direfluks selama 5 menit
- labu didinginkan
- hablur dikumpulkan dengan penyaring
Buchner
Hasil Reaksi
- dihablurkan kembali dengan etanol
- dicatat titik lelehnya
Hasil Pengamatan
G. Analisis dan Pembahasan
1. Uji tollens
Pada percobaan pertama bertujuan untuk menguji aldehid dan keton dengan
mereaksikan reagen tollens. Pertama-tama larutan AgNO3 5% (tidak berwarna) di
tambah 2 tetes larutan NaOH 5% (tidak berwarna) menghasilkan endapan Ag2O yang
berwarna coklat persamaan reaksinya yaitu:
2AgNO3(aq) + 2NaOH(aq) Ag2O(s) + 2NaN3(aq) + H2O(aq)
Kemudian endapan tersebut di tambah larutan NH4OH 2% hingga endapan larut. Hal ini
menunjukkan bahwa NH4OH 2% berfungsi sebagai pelarut endapan yang terbentuk oleh
perak. Persamaan reaksinya
AgNO3(s) + NH4OH(aq) 2Ag(NH3)2+ + 3OH-
Hasil reaksi tersebut yang selama ini dikenal sebagai reagen tollens. Reagen tollens
tersebut mengandung perak-amoniak. Reagen ini dibuat saat akan melakukan praktikum
hal ini dikarenakan agar tidak terkontaminasi dengan unsure yang ada di udara yang
akan mempengaruhi hasil praktikum. Uji tollens prinsipnya yaitu terjadi reaksi oksidasi
dan reduksi. Pada tabung 1 yang di isi 1 ml reagen tollens (tidak berwarna) di tambah 2
tetes benzaldehid dan didiamkan selama 10 menit untuk mengetahui terjadi atau
tidaknya reaksi, jika tidak terjadi perubahan pada larutan, tabung di letakkan di dalam
air panas yang bersuhu 35oC- 50oC selama 5 menit. Air panas disini berfungsi sebagai
pemercepat terjadinya reaksi benzaldehid dengan reagen tollens. Dalam reaksi ini
terbentuk endapan cermin perak yang menunjukkan bahwa reaksi tersebut berjalan
dengan sempurna, reaksi ini sesuai dengan persamaan reaksi
O O
CH(aq) + 2Ag(NH3)2OH(aq) COH(aq) + 2Ag(s) + 2NH3+(aq)
Dalam hal ini menunjukkan bahwa benzaldehid dapat mereduksi tollens menghasilkan
cermin perak
Pada tabung 2 di isi 1 ml reagen tollens (tidak berwarna) di tambah 2 tetes larutan aseton
(tidak berwarna) dan didiamkan selama 10 menit untuk mengetahui terjadi atau tidaknya
reaksi, jika tidak terjadi perubahan pada larutan, tabung di letakkan di dalam air panas
yang bersuhu 35oC- 50oC selama 5 menit. Air panas disini berfungsi sebagai pemercepat
terjadinya reaksi aseton dengan reagen tollens. Dalam percobaan ini tidak terjadi
perubahan
CH3COCH3(aq) + 2Ag(NH3)2OH(aq)
Hal ini sesuai dengan teori bahwa aseton hanya dapat dioksidasi oleh oksidator kuat
sedangkan dengan oksidator lemah tidak akan mengalami reaksi.
Pada tabung 3 di isi 1 ml reagen tollens (tidak berwarna) di tambah 2 tetes larutan
sikloheksanon (kuning (-)) dan didiamkan selama 10 menit untuk mengetahui terjadi
atau tidaknya reaksi, jika tidak terjadi perubahan pada larutan, tabung di letakkan di
dalam air panas yang bersuhu 35oC- 50oC selama 5 menit. Air panas disini berfungsi
sebagai pemercepat terjadinya reaksi aseton dengan reagen tollens. Dalam percobaan ini
terbentuk endapan hitam. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya reaksi antara
sikloheksanon dengan tollens. Hal tersebut menyimpang dari teori yang menyatakan
bahwa keton sulit dioksidasi oleh oksidator lemah. Kemungkinan hal ini dipengaruhi
oleh kesalahan dalam pengambilan sikloheksanon. Dimana pipet yang digunakan
kemungkinan terkena larutan benzaldehid sehingga terbentuk endapan hitam. Maka
reaksinya yaitu
O O
O(aq) + 2Ag(NH3)2OH(aq) + CH(aq) COH(aq) + 2Ag(s) + 2NH3+(aq)
O(aq)
Pada tabung 4 di isi 1 ml reagen tollens (tidak berwarna) di tambah 2 tetes formalin
(tidak berwarna) dan didiamkan selama 10 menit untuk mengetahui terjadi atau tidaknya
reaksi, jika tidak terjadi perubahan pada larutan, tabung di letakkan di dalam air panas
yang bersuhu 35oC- 50oC selama 5 menit. Air panas disini berfungsi sebagai pemercepat
terjadinya reaksi formalin dengan reagen tollens. Dalam percobaan ini terbentuk
endapan hitam reaksi ini sama dengan persamaan reaksi
O
O
HCH(aq) + 2Ag(NH3)2OH(aq) HCONH4(aq) + 2Ag(s) + 2NH3+(aq)
Tetapi seharusnya formalin menghasilkan cermin perak namun dalam percobaan yang
kami lakukan terbentuk endapan hitam yang menunjukkan bahwa reaksi berjalan tidak
sempurna hal ini di karenakan
2. Uji fehling dan benedict
Pada percobaan kedua bertujuan untuk menguji aldehi dan keton dengan mereaksikan
reagen fehling. Pertama-tama 10 ml larutan fehling A(biru) yang mengandung CuSO4
ditambahkan 10 ml larutan Fehling B (tidak berwarna) yang mengandung gugus -OH
larutan berubah menjadi berwarna biru(+) yang dikenal sebagai larutan Fehling. Pada
tabung 1 diisi 5 ml reagen fehling di tambah 5 tetes formaldehid setelah itu tabung
diletakkan di dalam air mendidih pada penangas air, didiamkan selama 10-15 menit. Air
panas di sini sebagai pemercepat reaksi. Dalam percobaan ini di hasilkan endapan merah
bata yaitu Cu2O maka reaksi tersebut sesuai dengan persamaan reaksi
O O
HCH(aq) + 2Cu2+(aq) + 5OH- HCO-(aq) + Cu2O(s) + 3H2O(aq)
(aq)
Maka formaldehid dapat dioksidasi oleh reagen fehling yang merupakan oksidator
lemah.
Pada tabung 2 tidak dilakukan percobaan karena tidah adanya larutan n-heptaldehid.
Pada tabung 3 diisi 5 ml reagen fehling ditambah 5 tetes aseton setelah itu tabung
diletakkan di dalam air mendidih pada penangas air, didiamkan selama 10-15 menit. Air
panas di sini sebagai pemercepat reaksi. Dalam percobaan ini larutan tidak mengalami
perubahan
O OH
+ H2NNH C
CH(aq) NHNH
H
H2O
C=N NH
H
pada percobaan selanjutnya yaitu 2,5 ml larutan fenilhidrazin ditambah 5 tetes
sikloheksanon menghasilkan hablur fenilhidrazon yang berwarna putih lalu disaring
untuk memisahkan hablur dengan larutannya setelah itu hablur di cuci untuk
memisahkan sisa-sisa larutan yang menempel pada hablur dengan air dingin setelah itu
di tambah etanol untuk menghablurkan kembali hablur yang terbentuk. Hablur yang
terbentuk dikeringkan pada desikator untuk menentukan titik leleh dari sikloheksanon.
Pada percobaan tersebut diperoleh titik leleh sikloheksanon yaitu 76oC. persamaan dari
reaksi tersebut yaitu
OH
=O + H2NNH
NHNH
H2O
= NNH
sehingga titik leleh antara benzaldehid dengan sikloheksanon dapat di ketahui dari
perbedaannya yaitu titik didih benzaldehid lebih tinggi di bandingkan dengan
sikloheksanon hal ini di karenakan pada benzaldehid terdapat ikatan hydrogen sedngkan
pada sikloheksanon tidak terdapat ikatan hydrogen.
Pada percobaan 2,4-dinitrofenilhidrazin dengan benzaldehid tidak dilakukan karena
bahan tidak tersedia begitu pula dengan percobaan 2,4-dinitrofenilhidrazin dengan
siloheksanon tidak dilakukan.
5. Pembuatan oksim
Pada percobaan ini tidak dilakukan karena bahan yang digunakan tidak tersedia.
6. Reaksi Haloform
Pada percobaan ini bertujuan untuk menggantikan atom hydrogen yang terikat pada
atom karbon alfa dari aldehid dan keton pada halogen di dalam larutan basa. Percobaan
pertama yaitu 5 tetes aseton ditambahkan dengan 3 ml larutan NaOH 5%. NaOH
berfungsi sebagai pemutus gugus metil yang terikat pada atom karbonil menjadi
senyawa trihakometil dan sebagai pengurai dari senyawa trihalo. Selanjutnya di
tambahkan iodium hingga warna larutan tidak berubah lagi. Dalam reaksi ini terbentuk
endapan kuning (-) dan berbau obat hal ini menunjukkan bahwa terbentuknya iodoform
dalam reaksi tersebut sehingga persamaan reaksinya yaitu
O O
H3CCCH3(aq) + 3I2(aq) + NaOH(aq) H3CCONa(aq) + CHI3(s)
Pada percobaan kedua yaitu 5 tetes isopropil alkohol ditambahkan dengan 3 ml larutan
NaOH 5%. NaOH berfungsi sebagai pemutus gugus metil yang terikat pada atom
karbonil menjadi senyawa trihakometil dan sebagai pengurai dari senyawa trihalo.
Selanjutnya di tambahkan iodium hingga warna larutan tidak berubah lagi. Dalam reaksi
ini terbentuk endapan kuning (-) dan berbau obat hal ini menunjukkan bahwa
terbentuknya iodoform dalam reaksi tersebut sehingga persamaan reaksinya yaitu
CH3 O
H3CCOH(aq) + 3I2(aq) + NaOH(aq) H3CCONa(aq) + CHI3(s)
Pada percobaan untuk menguji 2-pentanon dan 3-pentanon tidak dilakukan karena bahan
yang digunakan tidak tersedia.
7. Kondensasi Aldol
Pada percobaan ini tidak dilakukan karena bahan yang digunakan tidak tersedia
H. Kesimpulan
1. Aldehid bereaksi dengan reagen Tollens membentuk Asan karboksilat dan menghasilkan
cermin perak
- Keton tidak bereaksi dengan Tollens sehingga tidak menghasilkan cermin perak
- Benzaldehid dan formalin berekasi dengan reagen Tollens menghasilkan cermin
perak
- Formaldehid (aldehida) bereaksi denagn reagen Fehling dan Benedict membentuk
endapan merah bata Cu2O
- Aseton dan sikloheksanon (keton) tidak bereaksi dengan benedict
2. Formaldehid (Aldehida) bereaksi dengan fehling membentuk endapan merah bata
- Aseton tidak bereaksi dengan fehling
- Sikloheksanon tidak bereaksi dengan fehling
3. Aseton yang direaksikan dengan NaHSO3 akan mengadisi aseton dan membentuk larutan
yang sama dengan larutan sebelumnya dan membentuk hablur saat ditambah etanol.
Hablur yang ditetesi HCl pekat menjadi larut hal ini menunjukkan bahwa reaksi berjalan
reversibel
4. Titik leleh benzaldehida 142OC
5. Titik leleh sikloheksanon 76OC
6. Gugus metil yang terikat pada atom karbon karbonil diubah menjadi senyawa
trihalometil oleh halogen dan basa. Senyawa trihalometri mudah diuraikan oleh basa
menghasilkan haloform.
I. Jawaban Pertanyaan
1. Tuliskan persamaan reaksi untuk reaksi-reaksi berikut:
a. Reaksi tollens dengan formaldehid!
O O
O O
-
C H + H3C C CH3 OH
-2H2O
CH CH C CH CH
Dibenzal aseton
Mengetahui Praktikan,
(.............................................) (.............................................)