Judul Percobaan:
Identifikasi Gugus Aldehid, Keton dan Karboksilat
B. Hari/tanggal Percobaan:
Selasa, 12 Maret 2019, 07.30 WIB
C. Selesai Percobaan:
Selasa, 12 Maret 2019, 12.00 WIB
D. Tujuan Percobaan:
1. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus aldehid.
2. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus keton.
3. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus karboksilat.
4. Membedakan antara gugus aldehid, keton dan karboksilat yang terdapat di
dalam senyawa organik.
E. Dasar Teori
1. Aldehid
a) Pengertian Aldehid
Aldehid adalah suatu senyawa yangmengandung sebuah gugus
karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen.
Nama IUPEC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti
akhiran “ana” dengan “al”. Nama umumnya didasarkan nama asam
karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida(Petrucci, 1992).
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah
atom C sama padanama alkana yang mempunyai jumlah atom sama.
Pembuatan aledhida adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer,
reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi alkana,reaksi Stephens
dan untuk pembuatan aldehida aromatik (Fessenden, 1999).
Aldehid mempunyai setidaknya satu atom Hidrogen (H) yang
terikat pada gugus karbonilnya. Rumus umus dari aldehid adalah R –
COH. Penamaan secara IUPAC pada aldehid adalah dengan mengganti
huruf “a” pada alkana menjadi “al” sehinnga menjadi alkanal. Tata cara
penamaan adalah rantai terpanjang yang memiliki gugus fungsi
karbonil (Sudjadi, 1985).
1
Gambar 1. Struktur umum aldehid
b) Sifat-sifat Aldehid
Aldehid mengandung gugus karbonil polar sehingga senyawa ini
bersifat polar dengan gaya antar molekul yang lebih kuat daripada
hidrokarbon. Namun, aldehid tidak mempunyai ikatan yang kuat di
antara molekul-molekulnya (Damayanti, 2016).
Aldehid tidak memiliki ikatan O-H, sehingga tidak memungkinkan
untuk melakukan ikatan hidrogen antarmolekul. Sedangkan alkohol
dapat membentuk ikatan hidrogen antarmolekul, sehingga
menyebabkan gaya tarik antarmolekul lebih kuat. Hal inilah yang
menyebabkan titik didih alkohol relatif lebih tinggi daripada aldehida
dan keton (Damayanti, 2016).
Berdasarkan kelarutannya, aldehida merupakan senyawa yang larut
dalam pelarut organik. Namun, karena aldehida memiliki atom oksigen
dengan pasangan elektron bebas, maka aldehida dapat mengalami
ikatan hidrogen dengan molekul air. Selain itu, senyawa karbonil yang
memiliki berat molekul rendah dapat larut dalam air karena terjadi
ikatan hidrogen antara molekul air dengan gugus karbonil yang bersifat
polar (Damayanti, 2016).
2. Keton
a) Pengertian Keton
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah
gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau
sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon
karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak
mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil
(Achmadi, 1992).
2
Gambar 2. Struktur umum keton
b) Sifat-sifat Keton
Karakteristik dari sebuah keton ialah berupa cairan tak berwarna,
umumnya larut dalam air, bersifat polar, lebih mudah menguap
daripada alkohol dan asam karboksilat, mempunyai titik didih yang
relatif lebih tinggi daripada senyawa non polar, serta dapat direduksi
oleh gas H2 menghasilkan alkohol sekundernya. Keton memiliki sifat
yang sulit teroksidasi dan kurang reaktif terhadap adisi nukleofilik.
Keton dapat digunakan sebagai pelarut (Damayanti, 2016).
3. Pengujian Aldehid dan Keton
a) Reagen Tollens
Reagen tollens adalah senyawa perak nitrat yang apabila
dipanaskan bersama aldehid akan membentuk asam karboksil dan perak
itu sendiri. Dengan dilepaskannya perak dari reagen tollens oleh
aldehid, maka reaksi ini juga disebut tes cermin perak untuk aldehid
(Pine, 1988).
Uji tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk
membedakan mana yang termasuk senyawa aldehid dan mana yang
termasuk senyawa keton. Aldehid lebih mudah dioksidasi dibanding
keton. Oksidasi aldehid menghasilkan asam dengan jumlah atom
karbon yang sama (Hart, 1990).
Pereaksi Tollens sering disebut sebagai perak amoniakal,
merupakan campuran dari AgNO3 dan amonia berlebihan. Gugus aktif
pada pereaksi tollens adalah Ag2O yang bila tereduksi akan
menghasilkan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada
tabung reaksi yang akan menjadi cermin perak. Oleh karena itu,
pereaksi tollens sering disebut pereaksi cermin perak (Riswiyanto,
2005).
3
Aldehid Reagen Asam Cermin
Tollens karboksilat perak
b) Reagen Fehling
Pada prinsipnya, pereaksi fehling (Fehling A/CuSO4 + Fehling
B/campuran NaOH dan natrium tartrat) merupakan oksidator lemah
(pereaksi organik) yang positif ketika menghasilkan warna merah bata
setelah dilakukan proses pemanasan. Ketika bereaksi dengan aldehid
atau gula pereduksi. Hal ini yang menyebabkan dihasilkannya endapan
merah bata karena ini berasal dari Fehling yang memiliki ion Cu 2+
direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan
berwarna merah bata (Cu2O) (Hart, 1990).
c) Reagen Benedict
Reagen benedict digunakan dalam uji kimia untuk mendeteksi gula
pereduksi dalam larutan yang dirancang oleh kimiawan Amerika, yaitu
S.R. Benedict. Reaksi ini terdiri atas larutan tembaga sulfat (CuSO4),
Natrium karbonat (Na2SO3), dan Natrium sitrat. Jika benedict
dipanaskan bersama larutan aldehid akan terjadi oksidasi menjadi
asamkarboksilat. Benedict akan mengalami reduksi menjadi Cu2O yang
mengendap pada bagian bawah tabung (Sumardjo, 1997).
4
Natrium Endapan hijau
Aldehid Benedict karboksilat kekuningan
Gambar 5. Reaksi benedict dengan aldehid
d) Senyawa Bisulfit
Aldehida dan keton tertentu yang tidak dihalangi oleh gugus besar
yang menempel pada keton karbon karbonil, dapat bereaksi dengan
larutan natrium bisulfit jenuh membentuk kristal putih.
+ -
R Na O3 S
- +
C O + HOSO2 Na CH O
R R H
Gambar 3. Reaksi natrium bisulfit dengan keton
Senyawa adisi ini mungkin dapat diubah kembali ke senyawa
karbonil yang asli dengan perlakuan asam. Oleh karena itu, reaksi
tersebut dapat digunakan untuk memisahkan senyawa karbonil dari
campuran dengan zat lain (Achmadi, 1992).
e) Fenilhidrazin
Fenilhidrazin bereaksi dengan aldehida dan keton membentuk
fenilhidrazon.
5
f) ReaksiHaloform
Senyawa keton yang memiliki gugus metil keton, dapat mengalami
halogenasi dalam suasana basa. Gugus metil keton memiliki tiga
prroton-α yang akan mengalami halogenasi sebanyak tiga kali,
menghasilkan trihalo metil keton. Trihalo metil keton jika bereaksi
dengan basa atau ion hidroksida akan menghasilkan asam karboksilat.
Pergantian proton yang cepat akan menghasilkan ion karboksilat dan
haloform (kloroform, bromoform, atau iodorform). Keseluruhan reaksi
tersebut dinamakan reaksi haloform (Damayanti, 2016).
g) Kondensasi Aldol
Suatu senyawa aldehida yang mempunyai hidrogen-α jika
direaksikan dengan basa kuat akan mengalami reaksi yang dikenal
dengan nama kondensasi aldol. Contoh paling sederhana dari
kondensasi aldol adalah reaksi dari dua molekul asetaldehida dengan
sedikit katalis basa yang akan menghasilkan 3-hidroksibutanal
(Damayanti, 2016).
4. Asam Karboksilat
a) Pengertian Asam Karboksilat
Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang
mengandung gugus karboksil, -COOH. Gugus karboksil mengandung
gugus karbonil dan sebuah gugus hidroksil; antar aksi dari kedua gugus
ini mengakibatkan suatu kereaktifan kimia yang unik dan untuk asam
karboksilat (Fessenden, 1999).
6
Gambar 4. Struktur umum asam karboksilat
7
Ester asam karboksilat ialah senyawa yang mengandung gugus
-COOR dengan R dapat berbentuk alkil. Ester dapat dibentuk berkat
reaksi langsung antara asam karboksilat dengan alkohol.Secara
umum reaksinya adalah:
RCOOH + R’OH → RCOOR + H2O
(Sudjadi, 1986)
3. Reaksi Pembentukan Garam
Garam organik yang membentuk memiliki sifat fisik dari garam
anorganik padatannya, NaCl dan KNO3 adalah garam organik yang
meleleh pada temperatur tinggi larut dalam air dan tidak berbau
(Cahyono, 1991).
F. Alat dan Bahan
a) Alat
No Nama Jumlah
1 Tabung reaksi 10 buah
2 Termometer 1 buah
3 Erlenmeyer 250 mL 1 buah
4 Corong kaca 1 buah
5 Penjepit kayu 1 buah
6 Pembakar spiritus 1 buah
7 Gelas kimia 100 mL 1 buah
8 Gelas kimia 600 mL 1 buah
9 Gelas ukur 10 mL 1 buah
10 Rak tabung reaksi 1 buah
11 Kaki tiga 1 buah
12 Seng 1 buah
13 Pipet tetes 10 buah
b) Bahan
No Nama Jumlah
1 Larutan AgNO3 1 mL
2 Larutan NaOH 5% ±6 mL
3 Larutan NH4OH 2% secukupnya
8
4 Fehling A 5 mL
5 Fehling B 5 mL
6 Benzaldehid 22 tetes
7 Formalin 2 tetes
8 Aseton 17 tetes
9 Sikloheksanon 47 tetes
10 Reagen Benedict 10 Ml
11 Formaldehid 10 tetes
12 Asetaldehid 20 tetes
13 NaHSO3 jenuh 2,5 Ml
14 Etanol ±5 Ml
15 HCl pekat 25 tetes
16 Fenilhidrazin 5 Ml
17 Aquades secukupnya
18 Larutan Iodium 2 Ml
19 Isopropil alkohol 5 tetes
20 Larutan NaOH 1% 4 mL
21 Larutan CH3COOH 5 mL
22 Larutan KMnO41 N 2 mL
23 Larutan NaCH3COOH 10% 5 mL
24 Larutan FeCl3 3 mL
25 K4FeCN6 secukupnya
9
G. ALUR
Pembuatan Reagen
a. Reagen Tollens
1 mL larutan AgNO3 5 %
Dimasukkan kedala tabung reaksi yang sudah dicuci dengan sabun, air dan air suling
Ditambahkan 1 tetes larutan NaOH 5%
Dicampurkan
Ditambahkan tetes demu tetes larutan NH4OH 2% sambil dikocok sampai endapan larut
Reagen Tollens
b. Reagen Fehling
5 mL Fehling A
Reagen Fehling
1. Uji Tollens
a. Uji Aldehid
Hasil Pengamatan 10
Hasil Pengamatan
b. Uji Keton
Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
5 mL Fehling A
Reagen Fehling
Tabung 1 Tabung 2
11
Tabung 3
Hasil Pengamatan
Tabung 1 Tabung 2
Tabung 3
Hasil Pengamatan
12
3. Adisi Bisulfit
Hablur
Disaring
Hablur Filtrat
Hasil pengamatan
4. Pengujian dengan Fenilhidrasin
Dicuci dengan sedikir air dingin Dicuci dengan sedikir air dingin
Ditambahkan sedikir metanol/etanol Ditambahkan sedikir metanol/etanol
Dikerngkan di kaca arloji Dikerngkan di kaca arloji
Diuji titik lelehnya Diuji titik lelehnya
13
5. Reaksi Haloform
Tabung I Tabung II
Endapan kuning
Endapan kuning
Catat baunya
Catat baunya
Hasil pengamatan
Hasil pengamatan
6. Kondensasi Aldol
4 mL NaOH 1%
Hasil pengamatan
14
7. Identifikasi Karboksilat
5 mL Asam cuka
Hasil pengamatan
Filtat Residu
Hasil pengamatan
15
I. Analisis dan Pembahasan
Aldehid dan keton mempunyai gugus fungsi yang sama, yaitu gugus
karbonil C Osehingga aldehid dan keton dapat menjalankan reaksi-reaksi
yang sama pula. Aldehid umumnya dapat bereaksi lebih cepat daripada keton
terhadap suatu reagen yang sama karena atom karbon karbonil aldehid lebih
kurang terlindung daripada keton. Oleh karena itu, percobaan ini bertujuan
untuk mengidentifikasi senyawa yang mengandung gugus aldehid maupun
keton, serta membedakan gugus-gugusnya dalam senyawa organik.
Asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus
karboksil, -COOH. Gugus karboksil mengandung gugus karbonil dan sebuah
gugus hidroksil. Dalam percobaan, kami akan mengidentifikasi senyawa yang
mengandung gugus karboksilat.
1) Uji Tollens
Pada percobaan pertama, kami akan membedakan senyawa yang
mengandung gugus aldehid dan senyawa yang mengandung gugus keton
menggunakan reagen tollens. Reagen tollens merupakan larutan basa dari
perak nitrat. Larutan ini tak berwarna.
Dalam membuat dan mereaksikan reagen tollens dengan senyawa lain,
alat yang digunakan dipastikan benar-benar bersih agar hasil reaksinya
dapat terbentuk. Untuk itu, kami mencuci semua alat dengan sabun dan
aquades lalu mengeringkannya dalam oven selama beberapa jam.
Pertama, kami menyiapkan terlebih dahulu 1 mL larutan AgNO3 5%
tidak berwarna yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian,
ditambahkan 1 tetes larutan NaOH 5% yang tidak berwarna. Perubahan
yang terjadi yaitu larutan berubah menjadi coklat serta ada endapan coklat.
2AgNO3(aq) + 2NaOH(aq) Ag2O(s) + 2NaNO3(aq)+ H2O(l)
Setelah itu, ditambahkan larutan NH4OH 2% yang tidak berwarna
hingga endapan larut. Larutan terus dikocok hingga dihasilkan larutan yang
tidak berwarna dengan reaksi sebagai berikut:
Ag2O(s) + 2NH4OH(aq) 2[Ag(NH3)2]OH(aq) + 3H2O(l)
Sesuai tujuan percobaan, kemudian kami mereaksikan reagen tollens
tersebut dengan senyawa aldehid yang dalam hal ini sampel benzaldehid dan
32
formalin. Untuk senyawa keton, kami menggunakan sampel aseton dan
sikloheksanon. Dengan cara yang sama, kami memasukkan 1 mL reagen
tollens ke dalam empat tabung reaksi yang akan diisi masing-masing
sampel. Kemudian, kami memasukkan 2 tetes sampel ke dalam tabung
reaksi. Lalu dikocok dan didiamkan selama 10 menit.
Dalam teori, jika aldehid direaksikan dengan reagen tollens maka akan
terbentuk asam karboksilat. Pada saat itu ion perak akan direduksi menjadi
logam perak. Perak biasanya mengendap seperti cermin pada tabung reaksi
(Damayanti, 2016).
Tabung dengan sampel formalin menunjukkan hasil yang positif
sesuai teori. Larutan berubah menjadi abu-abu dan terdapat cermin perak.
Hasil ini membuktikan bahwa formalin merupakan senyawa yang
mengandung gugus aldehid. Dalam hal ini, reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
O
C OH C OH
33
Pada tabung dengan sampel aseton, perubahan yang terjadi yaitu
berwarna kuning jernih, sehingga reaksi:
CH3COCH3 (aq) + 2[Ag(NH3)2]OH (aq)
O (aq) + 2[Ag(NH3)2]OH(aq)
Gugus keton tidak reaktif dengan pereaksi tollens karena gugus keton
hanya dapat bereaksi dengan oksidator kuat, contohnya adalah kalium
permanganat (Winarno, 2008). Uji yang dilakukan sudah tepat karena
sampel aseton dan sikloheksanon tidak membentuk cermin perak.
2) Uji Fehling dan Benedict
Reagen fehling dan reagen benedict digunakan untuk membedalan
senyawa yang mengandung gugus aldehid dan senyawa yang mengandung
gugus keton. Pereaksi fehling dan benedict merupakan larutan basa
berwarna biru dari tembaga sulfat yang susunannya sedikit berbeda.
a) Uji Fehling
Untuk membuat reagen fehling, kami memasukkan 5 mL fehling A
ke dalam erlenmeyer. Larutan ini berwarna bitu muda. Kemudian,
ditambahkan dengan fehling 5 mL yang tidak berwarna. Setelah dikocok
hingga homogen, larutan ini menjadi berwarna biru. Reaksi yang terjadi
adalah:
2KNaC4H4O6 (aq) + 2Cu2+ (aq) + 2OH- (aq) Cu[C4H4O6]22- (aq)
+Cu(OH)2 (aq) + 2Na+ (aq) + 2K+(aq) + 2H+ (aq)
Selanjutnya adalah menguji sampel aldehid dan keton menggunakan
reagen fehling. Reagen fehling dibagi rata ke dalam empat tabung reaksi
yang secara berturut-turut akan diberi sampel formaldehid, asetaldehid,
aseton, dan sikloheksanon. Kemudian, masing-masing sampel
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda sebanyak 5 tetes.
34
Kemudian, keempat tabung reaksi dimasukkan ke penangas air yang
mendidih. Setelah 10 menit, diamati perubahan yang terjadi.
Menurut teori, jika aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat
dengan pereaksi benedict dan fehling, maka akan diperoleh endapan
tembaga oksida (Cu2O) yang berwarna merah cerah (Damayanti, 2016).
Pada tabung reaksi dengan sampel formaldehid, terjadi perubahan
yaitu dengan terdapatnya endapan berwarna merah dengan larutan
berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa uji fehling menghasilkan
hasil yang positif yaitu terdapatnya gugus aldehid pada formaldehid.
Mekanisme reaksi yang terjadi adalah:
O
H H (aq)
C + 2Cu 2+
+ 4OH- Cu2O (s) + 2H2O (l) + 2H2O (l) +
HCOO- + H+
Aldehida yang dalam hal ini adalah formaldehid akan teroksidasi
menjadi asam asetat. Hal ini ditunjukkan oleh bilangan oksidasi C yang
mulanya 0 menjadi +4. Sedangkan pada reagen fehling, ion Cu2+
tereduksi menjadi Cu+. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi redoks.
Pada tabung reaksi dengan sampel asetaldehid, tidak terjadi
perubahan sehingga larutannya tetap berwarna biru. Hal ini tidak sesuai
dengan teori karena seharusnya produk dari reaksi ini terdapat endapan
merah yang menunjukkan adanya gugus aldehid. Kegagalan uji ini
diduga karena tidak maksimalnya proses pemanasan yang dilakukan,
sehingga reaksi yang terjadi adalah:
35
dapat mengoksidasi senyawa yang mengandung gugus keton. Reaksi
pada aseton dan sikloheksanaon, secara berturut-turut adalah:
b) Uji Benedict
Pada uji benedict, tahapan yang dilakukan sama dengan uji fehling,
yang membedakan adalah penggunaan reagen.Jika benedict dipanaskan
bersama larutan aldehid akan terjadi oksidasi menjadi asamkarboksilat.
Benedict akan mengalami reduksi menjadi Cu2O yang mengendap pada
bagian bawah tabung (Sumardjo, 1997).
Tabung reaksi dengan sampel formaldehid mengalami perubahan
menjadi berwarna kehijauan. Hal ini menunjukkan bahwa formaldehid
berhasil diuji sebagai senyawa yang memiliki gugus aldehid, yang mana
sesuai dengan reaksi berikut:
O
36
O
CH3 C H 2Cu
+ (aq)2+ +4OH-
Pada tabung reaksi yang berisi sampel aseton, tidak terjadi
perubahan dengan tetapnya warna larutan yaitu biru. Tabung reaksi
sampel sikloheksanon warnanya menjadi biru (++). Dalam hal ini,
keduanya tidak dapat bereaksi dengan reagen benedict karena tidak
memiliki gugus aldehid, melainkan termasuk senyawa keton. Reaksinya
sebagai berikut:
CH3 C + CH (aq)
2Cu3 2+(aq)+ 4OH-(aq)
3) Adisi Bisulfit
Percobaan ketiga ini bertujuan untuk mengidentifikasi gugus keton
dengan senyawa bisulfit dan mengetahui reaksi adisi bisulfit terhadap
keton.Reaksi adisi merupakan pemutusan ikatan rangkap menjadi ikatan
tunggal.Keton memiliki gugus karbon karbonil yang mana dapat diadisi.
Dalam hal ini, sampel keton yang digunakan adalah aseton.
Pertama, kami memasukkan 2,5 mL larutan jenuh NaHSO 3 yang tidak
berwarna ke dalam erlenmeyer. Kemudian, didinginkan sebentar pada suhu
ruang. Pendinginan ini berfungsi untuk memperlambat jalannya reaksi
sehingga memudahkan dalam pengamatan saat terbentuknya endapan.
Dalam keeadaan temperatur rendah atom hidrogen yang seharusnya
menguap menjadi terperangkap dan memperlambat jalannya reaksi.
Kemudian,ditambakan 1,25 mL aseton yang diberikan tetes demi tetes. Hal
ini dimaksudkan agar reaksi berjalan dengan perlahan. Lalu, ditunggu
selama 5 menit agar reaksi benar-benar berjalan dengan
sempurna.Selanjutnya adalah penambahan etanol sebanyak 5 mL. Terjadi
perubahan pada larutan menjadi putih keruh dan terdapat endapat putih.
37
Fungsi penambahan etanol adalah untuk mempermudah pengamatan pada
hablur yang dihasilkan, sehingga reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
O OH
CH3
Dalam reaksi, dapat dilihat bahwa terjadi pemutusan pada gugus
karbonil yang ditunjukkan dengan endapan putih pada larutan. Gugus
karbonil ini berisfat polar, sehingga dapat dimasuki suatu nukleofil dalam
karbon karbonil dan suatu elektrofil pada oksigen kabonil. Dalam hal ini,
nukleofil menyerang ikatan pi dalam keton sehingga dapat terputus dan
membentuk ikatan tunggal dengan nukleofil. Rintangan sterik gugus
karbonil pada aseton tidak terlalu kuat yang mana membuat nukleofil
mampu menyerangan ikatan pi secara langsung dan menghasilkan hablur
sebagai hasil dari pemutusan ikatan.
Langkah selanjutnya adalah menyaring larutan. Dihasilkan residu atau
hablur yang berwarna putih dan filtrat tidak berwarna yang tidak digunakan.
Residu dari kertas saring dimasukkan ke dalam gelas kimia. Kemudian,
ditambahkan larutan HCl pekat yang tidak berwarna tetes demi tetes. Fungsi
penambahan HCl pekat adalah membebaskan kembali senyawa karbonil
sehingga hablur menjadi larut. Setelah penambahan pada tetes 25, larutan
menjadi tidak berwarna yang mana hablur telah larut. Persamaan reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
OH
38
Berdasarkan percobaan, dapat ditarik kesimpulan bahwa senyawa
bisulfit dapat mengidentifikasi gugus keton dengan menghasilkan hablur
yang berwarna putih.
4) Pengujian dengan Fenilhidrazin
Percobaan keempat bertujuan untuk membedakan senyawa yang
mengandung gugus aldehid dan gugus keton berdasarkan titik lelehnya
dengan menggunakan fenilhidrazin. Sampel yang digunakan untuk aldehid
adalah benzaldehid, sedangkan sampel untuk keton adalah sikloheksanon.
Sebanyak 5 mL larutan fenilhidzrin dimasukkan ke dalam dua tabung
reaksi secara merata. Larutan ini berwarna jingga. Pada tabung 1
ditambahkan 10 tetes benzaldehid, sedangkan tabung 2 ditambahkan
sikloheksanon dengan jumlah yang sama. Pada kedua tabung, tidak ada
perubahan yang terjadi, larutan tetap berwarna jingga. Kemudian, tabung
ditutup dan diguncangkan selama 1-2 menit. Hal ini bertujuan untuk
menghomogenkan endapan-endapan agar ketika disaring tidak tertinggal
banyak di dalam tabung reaksi. Pada tabung 1, dihasilkan larutan jingga
keruh dan terdapat endapan jingga atau hablur yang mengendap. Pada
tabung 2, dihasilkan endapan yang berwarna coklat gelap, kedua larutan
disaring dengan corong kaca yang diberi kertas saring. Setelah disaring,
endapan dicuci dengan sedikit air dingin dikarenakan pada keadaan dingin
endapan akan tetap menggumpal. Setelah itu, endapan juga dicuci dengan
etanol untuk membersihkan endapan dari filrrat yang masih tersisa.
Untuk menguji titik leleh, dibutuhkan sampel yang berbentuk padat
sehingga ketika berubah wujud menjadi cair, dapat dilihat titik lelehnya.
Maka, endapan dipindahkan ke kaca arloji dan dikeringkan dalam desikator.
Butuh waktu 2 hari hingga endapan dalam desikator benar-benar kering atau
memadat. Padatan itu kemudian dimasukkan ke dalam pipa kapiler untuk
diuji titik lelehnya. Lalu, dimasukkan ke dalam melting block yang telah
diletakkan di atas kompor listrik dan dipasangi termometer. Kami
menggunakan cahaya dari handphone untuk memperhatikan apakah padatan
sudah meleleh atau belum. Padatan dari tabung 1 meleleh pada suhu suhu
120°C, sedangkan padatan dari tabung 2 meleleh pada suhu 80°C
39
Dalam hal ini, titik leleh dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kereaktifan gugus aldehid dan gugus keton dengan turunan amina yaitu
fenilhidrazin. Benzaldehid bereaksi dengan fenilhidrazin melalui
mekanisme reaksi sebagai berikut:
O
H
C
H(aq) + NH2 N (aq)
C N NH
+ H2O(l)
H
(s)
N N
(aq) + H2O(l)
H
40
dibutuhkan untuk melelehkannya lebih sedikit dan membuat titik lelehnya
lebih kecil daripada benzil fenilhidrazon.
5) Reaksi Haloform
Percobaan kelima ini bertujuan untuk mengetahui reaksi keton dengan
halogen yang menghasilkan haloform. Dalam uji ini, sampel keton yang
digunakan adalah aseton. Halogenasi alfa merupakan dasar suatu uji kimia,
yang disebut uji iodoform, untuk metil keton. Gugus metil dari suatu metil
keton diiodinasi bertahap sampai terbentuk iodoform (CHI3) padat berwarna
kuning (Fessenden, 1999). Selain itu, kami juga akan melakukan pengujian
dengan isopropil alkohol.
Pertama, kami memasukkan 3 mL larutan NaOH 5% yang tidak
berwarna ke dalam tabung reaksi. Kemudian, menambahkan aseton yang
tidak berwarna sebanyak 5 tetes. Warna larutan tetap tidak berwarna.
Setelah itu, ditambahkan larutan iodium yang berwarna kuning. Perubahan
yang terjadi yaitu larutan berwarna kuning muda dan terdapat endapan
kuning. Aroma yang dihasilkan menyengat seperti aroma iodin povidion.
Dalam hal ini, persamaan reaksi yang terjadi adalah:
O O
OH-
H3C C CH3 (aq) + 3I2(aq) CH3 C O- (aq) + CHI3(s)
Persamaan reaksi tersebut menunjukkan bahwa hasil dari uji ini adalah
idoform yang berwarna kuning serta ion asetat. Penambahan NaOH pada
percobaan digunakan untuk menghadirkan susasana basa sehingga dapat
membentuk ion asetat.
Senyawa keton yang memiliki gugus metill keton, dapat mengalami
halogenasi dalam suasana basa. Gugus metil keton memiliki tiga proton-α
yang akan mengalami halogenasi sebanyak tiga kali, menghasilkan trihalo
metil keton. Trihalo metil keton jika bereaksi dengan basa atau ion
hidroksida akan menghasilkan asam karboksilat. Pergantian proton yang
cepat akan menghasilkan ion karboksilat dan haloform (klorofom,
bromoform, atau iodoform) (Damayanti, 2016). Berikut tahapan reaksi
ketika mengalami halogenasi sebanyak tiga kali :
41
O O O
-
OH I2
CH3 C CH3 CH3 C CH2- CH3 C CH2I + I-
O O O
OH- I2
CH3 C CH2I CH3 C CHI- CH3 C CHI2 + I-
O O O
-
OH I2
CH3 C CHI2 CH3 C CI2- CH3 C CI3 + I-
O O O O
OH- OH OH O-
Uji ini tidaklah spesifik untuk metil keton. Iod merupakan zat
pengoksidasi lembut dan senyawa yang dapat dioksidasi menjadi suatu
senyawa karbonil metil juga akan menunjukkan uji positif (Fessenden,
1999). Oleh karena itu, kami juga melakukan pengujian terhadap senyawa
isopropil alkohol.
Dengan cara yang sama seperti keton, maka senyawa aseton diganti
dengan senyawa isopropil alkohol yang tidak berwarna. Hasil yang didapat
yaitu larutan berwarna kuning muda, dan terdapat endapan kuning. Hal ini
seuai dengan persamaan reaksi yaitu:
OH O O
I2 I2
CH3 CH CH3 CH3 C CH3 CH3 C O- + CHI3
OH- OH-
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa aseton dan isopropil aklohol
dapat membentuk haloform yang dalam percobaan ini adalah iodoform,
yang dibuktikan dengan adanya endapan berwarna kuning.
6) Kondensasi Aldol
Percobaan kelima bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gugus
aldehid melalui reaksi kondensasi aldol. Reaksi kondensasi adalah reaksi
penggabungan dari dua atau lebih molekul yang sama atau berlainan dengan
atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil seperti air. Reaksi kondensasi
aldol merupakan reaksi antara senyawa aldehid yang memiliki hidrogen-α
42
dengan basa kuat. Produk yang dihasilkan disebut aldol karena mengandung
aldehid dan alkohol.
Pertama, 4 mL larutan NaOH 1% yang tidak berwarna dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian, ditambahkan 0,5 mL asetaldehid sebagai
sampel senyawa aldehid. Larutan tetap tidak berwarna. Kemudian, larutan
dikocok dan muncul gelembung. Setelah dikocok agak lama, larutan
berubah menjadi keruh. Kemudian, larutan dipanaskan selama 3 menit.
Setelah diangkat, perubahan yang terjadi yaitu larutan keruh berkurang dan
terbentuk endapan yang berbau tajam. Dalam hal ini, reaksi yang terjadi
yaitu:
Reaksi di atas merupakan reaksi dimana suatu spesis enol atau ion
enolat dari suatu aldehida yang dalam hal ini asetaldehida, bereaksi dengan
gugus karbonil dari asetaldehida lainnya, membentuk senyawa 3-
hidroksibutanal, yaitu senyawa aldehida-alkohol atau aldol. Katalis yang
digunakan adalah NaOH yang bersifat basa. Namun, katalis asam juga dapat
digunakan dalam reaksi aldol. Berikut adalah tahapan-tahapan reaksi
kondensasi aldol sebelum membentuk aldol:
43
Gambar 6. Tahapan reaksi kondensasi aldol
44
6CH3COO-(aq) + 3Fe3+(aq) + 2H2O(l)
[Fe3(OH)2(CH3COO)6]+(aq) + 2H+ (aq)
Dalam hal ini, ion kompleks yang terjadi ditunjukkan dengan
warna larutan yang berwarna merah bata. Atom pusat dari ion kompleks
ini adalah Fe, sedangkan ligannya adalah OH dan CH3COO.
Selanjutnya adalah mendidihkan larutan hingga ion kompleks larut
dan terdapat endapan yang berwarna merah kecoklatan dengan larutan
yang tidak berwarna. Mekanisme reaksinya yaitu:
[Fe3(OH)2(CH3COO)6]+(aq) + 4H2O(l) 3Fe(OH)2CH3COO(s)
+ 3CH3COOH + H+
Sesuai dengan reaksi, endapan tersebut mengandung ion feri.
Kemudian larutan disaring dan dihasilkan endapan merah kecoklatan dan
filtrat yang tidak berwarna. Filtrat kemudian ditambahkan beberapa tetes
K4FeCN6 yang berwarna kuning cerah. Penambahan K4FeCN6 digunakan
untuk menunjukkan apakah filtrat masih mengandung ion feri atau tidak.
Larutan yang dihasilkan yaitu berwarna kuning muda. Selanjutnya,
warna larutan ini dibandingkan dengan warna larutan K4FeCN6dan
didapatkan warna yang serupa. Hal ini menunjukkan bahwa ion feri
sudah mengendap sempurna dan tidak ada dalam filtrat. Karena, jika
masih terdapat ion feri, warna larutan akan berbeda dengan larutan
K4FeCN6. Namun, hasil yang didapatkan adalah warna yang sama yang
mana membuktikan bahwa K4FeCN6 tidak bereaksi dengan ion feri.
45
J. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan identifikasi gugu aldehid, keton, dan karboksilat
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Uji reagen tollens digunakan untuk mengidentifikasi senyawa aldehid
dengan ditandai terbentuknya endapan cermin perak. Sedangkan pada
senyawa keton tidak dapat bereaksi dengan reagen tollens.
2. Uji reagen fehling dan benedict digunakan untuk mengidentifikasi senyawa
adlehid. Uji fehling yang positif menghasilkan endapan merah bata,
sedangkan uji benedict yang positif menghasilkan endapan kehiajaun.
Senyawa keton tidak dapat bereaksi dengan reagen benedict.
3. Uji adisi bisulfit digunakan untuk memutus ikatan rangkap pada keton
menjadi ikatan tunggal. Ikatan tunggal dapat bebas dan menjadi ikatan
rangkap kembali dengan penambahan asam pekat.
4. Uji fenilhidrazin menunjukkan bahwa keton dan aldehid dapat membentuk
reaksi adisi dengan turunan amina. Titik leleh senyawa dari aldehid 100℃,
sedangkan titik leleh senyawa dari keton 80℃. Maka, dapat diketahui bahwa
titik leleh senyawa aldehid lebih tinggi dibandingkan titik leleh senyawa
keton.
5. Uji haloform menunjukkan bahwa aseton dan isopropil alkohol dapat
bereaksi dengan I2 dalam suasana basa dengan membentuk endapan
iodoform yang merupakan endapan berwarna kuning.
6. Uji kondensasi aldol menunjukkan bahwa asetaldehid dapat mengalami
reaksi kondensasi aldol dan menghasilkan krotonaldehid yang ditandai
dengan aroma yang menyengat..
7. Uji identifikasi karboksilat menunjukkan bahwa adanya ion asetat dalam
larutan serta menunjukkan adanya ion feri dalam larutan.
46
K. Datar Pustaka
Achmadi, Suminar. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung:
ITB.
Cahyono, Bambang. 1991. Segi Praktis dan Metode Pemisahan Senyawa
Organik.Semarang: UNDIP Press.
Damayanti, Latifah Adelina & Ikhsan, Jaslin. 2016. Aldehida dan Keton.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Fessenden, Ralp J., & Fessenden, Joan S. 1999. Kimia Organik Edisi III.
Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam.
Suminar Achmadi, Penerjemah. Jakarta : Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar Edisi Keempat. Suminar Achmadi,
Penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Pine, dkk. 1988. Kimia Organik I. Bandung: ITB.
Riswiyanto. 2005. Kimia Organik. Jakarta: Eralngga.
Sudjadi, 1985. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Sudjadi, 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Sumardjo, D. 1997. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan ProgramStrata1FakultasBioeksakta.Jakarta:EGC.
Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
47