100 X a X 100
Kadar vit C = v sampel x berat sampel ( mg )
Bahan
- Larutan I2 0,01N
- Larutan amilum 1%
- Buah lemon
Lemon
-dikupas
-ditimbang sebanyak 10 gram
-dihancurkan dengan mortal
alu
Slurry
Volume Iodium
-diulang sebanyak 3x
-dihitung kadar vitamin C
Kadar Vit C
20mL Aquades
+ 3 tetes amilum 1%
-ditirasi degan larutan standart iodum 0,01N
Pada percobaan ini, bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C dalam buah. Buah yang
kami pilih adalah buah jeruk lemon, yang diuji menggunakan metode iodimetri atau titrasi
langsung. Titrasi iodometri dilakukan dengan larutan I2 0,01 N sebagai titran. Iodimetri adalah
titrasi langsung dan merupakan metode penentuan atau penetapan kuantitatif yang dasar
penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi
antara sampel dengan ion iodida. Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I 2 sebagai pentiternya.
Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor , sebab bila suatu unsur
bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan elektron), maka harus ada suatu unsur yang
bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap elektron).
Kemudian langkah selanjutnya adalah mengupas kulit jeruk yang berwarna kuning dan
menimbangnya dengan menggunkan neraca analitik sebanyak 10,888 gram, diusahakan
mendekati 10 gram. Kemudian jeruk dihancurkan menggunakan mortar sambil di tambahkan
sedikit aquades untuk mempermudah. Jeruk dihancurkan sampai terbentuk slurry berwarna
kuning. Slurry itu merupakan bagian dengan konsentrasi terbesar.Slurry yang diperoleh
dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dan ditambahkannya dengan aquades sampai tanda
batas pada labu ukur. Kegunaan di masukkan kedalam labu ukur untuk pengenceran agar
volume titran yang di perlukan tidak terlalu banyak,selain itu hal ini dilakukan agar titik
akhir titrasi mudah diidentifikasi, kemudian larutan dalam labu ukur didiamkan kurang lebih
selama 15 menit sambil kadang-kadang dikocok agar larutan tetap berwarna kuning.Lalu
larutan selanjutnya di saring dan didapatkan residu berupa slurry dan filtrat berwarna kuning.
Filtrat berwarna kuning diambil sebanyak 10 mL secara triplo ( tiga kali pengulangan),
dimasukkan kedalam ketiga Erlenmeyer tersebut dan ditambahkan 20 mL aquades dan 3
tetes amilum 1% , amilum ini berfungsi sebagai indikator. Penggunaan amilum karena
amilum memliki kelebihan sebagai indikator yaitu amilum memiliki sifat yang tak dapat
larut dalam air dingin, ketidak stabilan suspensinya dalam air dan dengan iod memberi suatu
kompleks yang tak larut dalam air. Kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan I2
0,001N yang berwarna coklat kemerahan( seperti warna betadine). Iodin digunakan sebagai
titran karena iodin dapat bereaksi dengan vitamin C, dimana vitamin C dapat mereduksi I 2
menjadi I- sehingga kadar vitamin C dapat ditentukan. Proses titrasi dilakukan sampai terjadi
perubahan larutan dari tidak berwarna menjadi biru atau sama seperti larutan blanko yang
telah di buat sebelumnya, tujuannya yaitu sebagai pembanding titik akhir titrasi . Warna biru
yang dihasilkan merupakan iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah
mencapai titik akhir, dimana asam askorbat yang terkandung pada sampel berikatan dengan
iodium, dan apabila ditetesi dengan iodium berlebih maka selanjutnya akan bereaksi dengan
amilum(amilum iodida), karena iodium terperangkap didalamnya sehingga menimbulkan
perubahan warna menjadi biru pada larutan. Berikut ini reaksi yang terjadi antara vitamin C
dengan iodium :
C6H8O6 + I2 C6H6O6 + 2I- + 2H+
Pada titrasi pertama, diperoleh volume I2 sebanyak 0,8 mL. Pada titrasi kedua diperoleh
volume I2 sebanyak 0,7 mL. Pada titrasi ketiga, diperoleh volume I 2 sebanyak 0,8 mL.
Volume I2 yang diperoleh dari titrasi pertama, kedua dan ketiga, selanjutnya digunakan unutk
menghitung kadar vitamin C, dengan menggunakan rumus :
V I x N I x 0,88 mg
2 2
=a mg ( I )
0,01 N
a x fp [ 20 mL
10 mL]=B mg ..(II )
100 gram mg
Bx =Hasil . (III )
Berat awal (dalam mg) 100 gram
a
=fp x x 100 ..( IV )
Berat aawal(dalam mg)
Kadar vitamin C rata rata dalam 100 gram diperoleh dari rata-rata hasil perhitungan
pada persamaan (IV) dengan volume yang berbeda pada tiap titrasi.
Kadar vitamin C yang diperoleh relatif sangat kecil dan tidak sesuai dengan kadar
vitamin C jeruk lemon pada 100 gram secara teori. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor
yang terjadi selama percobaan berlangsung yaitu, factor kemungkinan adalah pertama jeruk
lemon yang pakai selama proses percobaan sudah terlalu masak sehingga kadar vitamin C yang
terkandung relatif sudah berkurang dan sedikit, kedua karena sifat vitamin C yang sangat mudah
teroksidasi yang mungkin vitamin C yang terbentuk telah rusak saat proses pendiaman yang
terlalu lama, ketiga kecilnya vitamin C juga dapat disebabkan karena amilum yang mudah
terurai oleh bakteri, dan dimungkinkan juga karena larutan I2 yang digunakan sudah banyak yang
menguap atau tereduksi menjadi I-.
KESIMPULAN
- Cara penentuan kadar dari vitamin C pada jeruk lemon dapat dilakukan dengan
menggunakan metode titrasi iodometri atau tutrasi langsung, dengan menggunakan
larutan I2 0,1 N sebagai titran,dan amilum sebagai indikator berhentinya titik akhir titrasi.
- Kadar % rata-rata vitamin C jeruk lemon yang didapat sebesar 12,390%.