Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PT. Wilmar Nabati Indonesia


Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

BAB III
UNIT UTILITAS DAN PENDUKUNG LAINNYA

3.1. Unit Utilitas


Unit Utilitas merupakan unit penunjang utama dalam memperlancar
jalannya proses produksi. Oleh karena itu, segala sarana dan prasarananya harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kelangsungan operasi suatu
pabrik. Sebagai fasilitas penunjang suatu pabrik yang mengolah suatu produk,
artinya sumber dari sarana penunjang ini mutlak berada dalam lingkungan pabrik
tetapi bisa disuplay dari tempat lain yakni dari sumber yang berbeda. Tujuannya
yaitu untuk mempermudah proses produksi. Sarana unit utilitas dalam suatu
pabrik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

a. Jenis bahan baku yang diolah


Kebutuhan sarana utilitas untuk jenis pabrik yang mengolah bahan baku
padat berbeda dengan pabrik yang mengolah bahan baku cair. Perbedaan
dapat dilihat dari jenis alat utilitas dan besar kecilnya kemampuan sarana ini
dalam penyediaan daya untuk proses.
b. Kerumitan proses yang terjadi
Ada kalanya suatu industri dalam mengolah bahan baku menjadi produk
melalui proses yang banyak dan rumit, sehingga dibutuhkan unit lain
sebagai sarana penunjang unutk memperlancar proses produksi.

Adapun sarana utilitas yang dimiliki PT WINA Dumai meliputi:


1. Unit Pengolahan Air (Water Treatment Plant)
2. Unit Steam Boiler (media pemanas untuk vacuum dan steam)
3. Unit Penyedia Listrik
4. Unit Pengolahan Limbah

34
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

3.1.1. Unit Pengolahan Air


Unit pengolahan air di PT WINA Dumai bersumber air yang berasal dari
air sumur yang di olah untuk dijadikan air proses, air umpan boiler, dan air
kebutuhan pabrik. PT WINA Dumai memilih menggunakan air sumur dari pada
air sungai disebabkan karena perbedaan kandungan yang dapat dilihat pada Tabel
3.1.

Tabel 3.1 Perbedaan Kandungan Antara Air Bawah Tanah dan Air Sungai
sebagai Sumber Pengolahan Air.
Air bawah Tanah Air Sungai
Padatan terlarut Tinggi Rendah
Padatan tersuspensi Rendah Tinggi
Besi dan Mangan Tinggi Rendah
Kualitas Konstan Berubah
Temperatur Konstan Berubah
Sumber: Departement Utility PT WINA I Dumai (2016)

Kebutuhan air di PT WINA Dumai diperoleh dari air bawah tanah dengan
kedalaman ± 100 meter. Pengolahan air PT WINA Dumai terdiri dari beberapa
tahapan sebagai berikut:
a. Pengendapan
Pengendapan merupakan tahap awal dari pengolahan air. Air bawah
permukaan yang diinjeksikan akan ditampung sementara di dalam bak
sedimentasi, proses ini berfungsi untuk pengendapan padatan yang ikut terinjeksi
yang akan mengendap secara gravitasi tanpa bantuan bahan kimia, sedangkan
partikel-partikel yang lebih kecil terikut bersama air menuju unit pengolahan
selanjutnya.
b. Clarification
Klarifikasi merupakan proses penghilangan kekeruhan di dalam air. Air dari
screening dialirkan ke dalam Clarifier setelah diinjeksikan larutan alum,
Al2(SO4)3 dan larutan soda abu (Na2CO3). Larutan Al2(SO4)3 berfungsi sebagai
koagulan utama dan larutan (Na2CO3) sebagai koagulan tambahan yang berfungsi
sebagai bahan pembantu untuk mempercepat pengendapan dan penetralan pH.

35
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

Setelah pencampuran yang disertai pengadukan maka akan terbentuk flok-


flok yang akan mengendap di dasar Clarifier karena gaya gravitasi, sedangkan air
jernih akan keluar melimpah (over flow) yang selanjunya akan masuk ke
penyaring pasir (sand filter) untuk penyaringan.
c. Filtrasi
Filtrasi berfungsi untuk memisahkan flok dan koagulan yang masih terikut
bersama air. Penyaring pasir (sand filter) yang digunakan terdiri dari 3 lapisan,
yaitu: Lapisan I terdiri dari pasir hijau (green sand) setinggi 24 in = 60,96 cm,
Lapisan II terdiri dari anterakit setinggi 12 in = 30,48 cm, Lapisan III terdiri dari
batu kerikil (gravel) setinggi 3,37 in=8,56 cm.
Bagian bawah penyaring dilengkapi dengan strainer sebagai penahan.
Selama pemakaian, daya saring sand filter akan menurun. Untuk itu perlu
regenerasi secara berkala dengan cara pencucian balik (back washing). Dari sand
filter, air dipompakan ke menara air sebelum didisribusikan untuk berbagai
kebutuhan.
d. Demineralisasi
Air untuk umpan boiler harus murni dan bebas dari garam-garam terlarut
untuk itu diperlukan proses demineralisasi. Alat demineralisasi dibagi atas:
1. Cation Exchanger
Penukar kation berfungsi untuk mengikat logam-logam alkali dan
mengurangi kesadahan (hardness) air yang digunakan. Proses yang terjadi
adalah pertukaran antara kaion Al+2, Fe+2, Mn+2, Zn+2 dan kation lain yang
larut dalam air dengan kation hidrogen dari resin. Adapun reaksi yang
terjadi adalah:
Na2R + Al+2 Error! Reference source not found.
AIR +2 Na+
Na2R + Fe+2 Error! Reference source not found.
FeR +2 Na+
Na2R + Mn+2 Error! Reference source not found.
+
MnR +2 Na

36
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

Untuk meregenerasi dipakai Nacl berlebih dengan reaksi:


AIR + 2 NaCl Error! Reference source not found.
Na2R + AlCl2
FeR + 2 NaCl Error! Reference source not found.
Na2R + FeCl2
MnR + 2 NaCl Error! Reference source not found.
Na2R + MnCl2
2. Anion Exchanger
Penukar anion berfungsi untuk menukar anion yang terdapat dalam air
dengan ion hidroksida dari resin. Reaksi dengan terjadi:

+3
2 ROH + SO Error! Reference source not found.
RSO + 2 OH-
ROH + NO3-Error! Reference source not found.
RNO3- + OH-
Untuk regenarasi dipakai larutan NaOH denbgan reaksi:

R2SO3 + 2 NaOH Error! Reference source not found.


Na2SO4 + 2 ROH
RNO3- + NaOH Error! Reference source not found.
NaNO3 +ROH
3. Reverse Osmosis
Setelah melaui proses unit demineralisasi PT WINA Dumai, air kembali
dialirkan ke dalam RO kemudian mengalirkannya kembali ke dalam
gatridges berfungsi sebagai penyaring. Permeat yang keluar kemudian
dialirkan ke feed tank sebelum kembali diproses deaerator. Proses
Pengolahan Air di PT WINA Dumai dapat dilihat pada Gambar 3.1.

37
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

PI PI PI PI
01 02 03 04

s s s
Flow Switch 02 03 04

5 Micron Ultraviolet
Catridge Filter Water Sterilizer

Pre-R.O
Catridges Filter
PI PI
06 05

s
I0 Reverse Osmosis Unit s
Motorized 05
Ball Valve

Multi Media Actived


Sand Filter Carbon Filter
Permeate
Raw Water Booster Pump Storage Tank

Cool Water Storage

Reject Water Storage Tank

Gambar 3.1 Proses Pengolahan Air di PT WINA 1 Dumai


(sumber: Dept. Utility (Congent Plant) PT WINA I Dumai)

Tujuan proses penjernihan air baku adalah :


a. Menghilangkan / meminimalkan padatan tersuspensi (suspended solid )
b. Membantu mengurangi kandungan besi dari air baku
Syarat air yang digunakan sebagai air umpan boiler antara lain:
- pH berkisar antara 7 – 7.5
- TDS (Total Dissolved Solid) < 100 ppm
- Total Hardness < 35 ppm
- Kandungan Klorida < 25 ppm
- Kandungan SiO2 < 25 ppm

3.1.2. Unit Steam Boiler


Boiler adalah alat yang berfungsi untuk merubah energi panas dari
pembakaran bahan bakar menjadi energi panas yang dikandung oleh uap air.
Artinya adalah boiler ini berfungsi untuk memproduksi uap yang nantinya uap

38
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

tersebut dapat dipergunakan dalam berbagai kebutuhan. Alur Proses di Boiler dan
Penggunaannya dapat dilihat pada Gambar 3.2.

SCREW
PENUMPUKAN SILO SCRAPER HOPER
CONVEYOR

UDARA UDARA
KELUAR KELUAR
MOBIL

CONVEYOR
CHEMICAL BOILER
FUEL FEEDING

TURBIN
RO WATER

STEAM REFINERY

FRAKSINASI

TANK FARM

DEMINT PLANT BLOW DOWN LIMBAH

Gambar 3.2. Alur Proses di Boiler dan Penggunaannya


(sumber: Dept. Utility (Congent Plant) PT WINA I Dumai)

PT WINA Dumai menggunakan boiler dengan tipe Water Tube Boiler cara
kerjanya proses pengapian terjadi diluar pipa, kemudian panas yang dihasilkan
memanaskan pipa yang berisi air dan sebelumnya air tersebut dikondisikan
terlebih dahulu melalui economizer, kemudian steam yang dihasilkan terlebih
dahulu dikumpulkan di dalam sebuah steam-drum.
Sampai tekanan dan temperatur sesuai P =30 kg/cm2 (29.0352 atm), melalui
tahap secondary superheater dan primary superheater baru steam dilepaskan ke
pipa utama distribusi. Didalam pipa air, air yang mengalir harus dikondisikan
terhadap mineral atau kandungan lainnya yang larut didalam air tesebut. Hal ini
merupakan faktor utama yang harus diperhatikan terhadap tipe ini.

3.1.3. Unit Pengadaan Listrik


Pengadaan listrik oleh PT WINA I Dumai disuplay dari Perusahaan Listirik
Negara (PLN). PT WINA Dumai juga menyediakan listrik tambahan berupa

39
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

generator set sebanyak 12 unit yang digunakan apabila terjadi pemadaman listrik
dari PLN. Listrik yang dihasilkan oleh generator set dialirkan untuk kebutuhan
pabrik, laboratorium, dan kebutuhan kantor.

3.2. Unit Pendukung (pengolahan limbah, laboratorium,dll)


3.2.1. Effluent Treatment Plant (Pengolahan Limbah)
Limbah dari suatu pabrik harus diolah sebelum dibuang ke badan air atau
atmosfer, karena limbah tersebut mengandung bermacam-macam zat yang dapat
membahayakan alam sekitar maupun manusia itu sendiri. Demi kelestarian
lingkungan hidup, maka setiap pabrik harus mempunyai unit pengolahan limbah.
Sistem pengolahan air limbah refinery yang dijalankan PT WINA
merupakan sistem yang memiliki fokus pada perawatan air limbah secara fisika.
Namun, PT WINA Dumai masih terus melakukan pengembangan terhadap sistem
pengolahan limbahnya meskipun sistem yang telah terpasang saat ini mampu
mengolah air limbah sehingga kualitasnya dapat memenuhi standar yang
ditetapkan dan dikategorikan sebagai aman untuk dilepaskan ke badan air.
Air limbah yang masuk kedalam waste water treatment system di PT.
WINA sebagian besar adalah air sisa produksi proses refinery. Adapun untuk air
general seperti air hujan akan masuk kedalam sistem drainase yang berupa parit
besar, lalu kemudian dilepaskan ke laut. Untuk air yang berasal dari sisa produksi,
biasanya masih terdapat kandungan minyak yang mungkin tumpah pada saat
proses produksi pengolahan minyak dijalankan.
Pada proses pretreatment ini, kegiatan difokuskan pada upaya untuk
memisahkan minyak dari air. Proses pemisahan minyak dari air ini dilakukan
dengan menggunakan mekanisme oil trapping. Mekanisme ini memungkinkan
pemisahan minyak dari air dengan memanfaatkan perbedaan masa jenis minyak
dan air. Air yang memiliki masa jenis yang lebih besar akan berada dibawah dan
pindah kedalam kolam pemprosesan selanjutnya secara under flow, sementara
minyak akan masuk kedalam kolam kecil sebelum kemudian dipompakan
kedalam bak penampungan minyak.

40
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

Didalam kolam kecil sebelum dipompakan kedalam bak penampungan,


minyak akan dipanaskan dengan steam yang bertujuan untuk mencegah minyak
membeku. Aliran air yang akan masuk kedalam kolam perawatan air akan
diperlambat sehingga memungkinkan waktu yang lama untuk proses pengendapan
padatan tersuspensi didalam air limbah.

Sumber-sumber limbah PT WINA I Dumai adalah sebagai berikut:


a. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan pada proses Refinery dan Fraksinasi PT
WINA Dumai sebagian berasal dari proses filtrasi pada Niagara Filter
yang dapat dimanfaatkan sebagai tanah timbun. Limbah padat yang lainnya
berasal dari proses pengolahan limbah cair oleh filter press yang disebut
dengan spent earth ditampung untuk diolah kembali.
b. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan PT WINA Dumai berasal dari sumber-sumber
berikut:
- Refinery dan Fraksinasi
Limbah cair berasal dari air sisa pendinginan cooling tower dengan pH
10.
- Boiler
Limbah cair berasal dari proses pretreatment air umpan boiler untuk
menghasilkan steam pH 7-12.
Pengolahan limbah cair ini menggunakan kolam penampungan (holding
tank) yang kemudian ditambahkan larutan H2SO4 (sulfate acid) yang berguna
untuk menetralkan air limbah dari pH 10-12 menjadi pH 8-7. Setelah penambahan
asam sulfat diberikan larutan pembentuk flok N-8173 (Nalco 8173). Berikut
adalah bahan kimia yang digunakan untuk pengolahan limbah:
- Tawas (Al2SO4) : bahan kimia yang dipakai sebagai pengikat kotoran
yang larut didalam air limbah

41
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

- Cautic Soda ex. Pencucian Niagara Filter: buangan dari proses


pencucian caustic soda dari Plant yang digunakan untuk menaikkan
pH air limbah,
- Nalco 8173 adalah bahan kimia yang diperlukan untuk mengikat flog-
flog.
Deskripsi proses:
a. Sumber air limbah berasal dari masing-masing fatrap di semua area PT
WINA Dumai dan ditampung di Bak Holding dengan kapasitas bak sebesar
245 m3.
b. Air dipompakan menuju separator 1 yang berfungsi untuk memisahkan
lumpur dan air dengan cara pencampuran bahan kimia Al2SO4 di separator 1
yang berkapasitas 3375 m3.
c. Setelah proses pemisahan lumpur dan air di separator 1, air limbah dialirkan
ke separator 2 berkapasitas 3375 m3 yang berfungsi untuk membuat
gumpalan partikel lumpur dengan cara di Mixer.
d. Proses selanjutnya setelah lumpur menggumpal adalah di Daf System yang
berfungsi untuk memisahkan air dan lumpur dengan memberikan sikulasi
udara dan juga memakai atau menggunakan pompa pressure. Pada proses
ini juga akan terjadi pemindahan lumpur ke sludge tank dengan skum
skimmer.
e. Air yang sudah dipindahkan dari lumpur pada proses di Daf System,
kemudian diolah di Bio tank dengan memberi udara atau angina
menggunakan pompa compressor yang berguna untuk mensupply O2 pada
bakteri selama 3x24 jam, sebelum di endapkan selama 8 jam selanjutnya air
yang sudah diendapkan ditransfer ke Bio tank 2.
f. Air limbah yang ditampung di Bio Tank 2, diproses kembali dengan cara
disupply O2 menggunakan compressor pada bakteri selama 2 x 24 jam,
kemudian air diendapkan selama 8 jam untuk diperiksa apakah kualitas air
sudah sesuai dengan Baku Mutu Lingkungan dan layak untuk dipakai
kembal maupun dibuang ke lingkungan.

42
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

g. Setelah air dinyatakan layak pakai atau memenuhi kualitas dan baku mutu
lingkungan, air disaring menggunakan Filter Bag ukuran 5 atau 10 mikron
yang berfungsi untuk mengurangi benda padat atau kadar TSS sebelum di
transfer ke sand filter untuk disaring kembali.
h. Tahapan terakhir sebelum air lmbah di buang ke lingkungan atau dipakai
kembali untuk air pendingin cooling tower dan cleaning area pabrik, air
disaring kembali pada sand filter yang berfungsi untuk menjernihkan air
setelah disaring sebelumnya menggunakan filter bag 5-10 mikron. Sand
filter terdiri dari :
- Pasir untuk proses penjernihan
- Batu untuk proses pengikat lumut dan kotoran
- Ijuk untuk proses penghilangan bau dan air
Blok Diagram Proses Pengolahan Air Limbah PT WINA I Dumai dapat dilihat
pada Gambar 3.3.
Oil storage
tank
Oil Oil collecting Un - loading
separating tank Transfer to tank
pool Oil storage farm MNA
tank MNMNA

Drain
Water

Reactor pool Sediment pool - Clarifier


-1&2 3, 4 & 5 Outlet

Filter
Drain
Gambar 3.3 Blok Diagram Proses Pengolahansludge
Air Limbah PT WINA I Dumai
(sumber: Dept. Utility PT WINA I Dumai)

Pengolahan Lumpur

43
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

a. Dalam proses pengolahan air limbah akan menghasilkan lumpur yang sudah
dipisahkan dengan bantuan pencampuran bahan kimia dan lainnya.
b. Lumpur yang dipisahkan di DAF System ini akan dikumpulkan di sludge
tank yang berukuran 1.3 x 0.8 x 1.8 m untuk selanjutnya dikeringkan
menggunakan mesin filter press.
c. Lumpur hasil pengeringan tersebut dikumpulkan pada wadah yang sudah
dibuat untuk selanjutnya dimanfaatkan kelingkungan sebagai pupuk
tanaman maupun tanah timbun, dan sisa air yang dihasilkan saat proses
pengeringan dikembalikan ke bak holding untuk diproses kembali.
Standar hasil dari pengolahan limbah di PT WINA I Dumai dapat dilihat
pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Standar Hasil Pengolahan Limbah PT WINA Dumai


No Parameter Keterangan

1 Ph 6–9

2 Chemical on demand (COD) 150 (ppm)

3 Biologycal on demand (BOD) 75 (mg O2/L)

4 Phospat value 5 (mg/L)

5 Total suspended solid (TSS) 60 (ppm)


(Sumber: Departement Quality Assurance PT WINA I Dumai)

3.2.2. Penentuan Standar Mutu


Penentuan standar mutu dilakukan pad asetiap jam terhadap produk yang
dihasilkan dari setiap unit proses pengolahan. Hal ini bertujuan untuk menjaga
kualitas produk yang dihasilkan sesuai standar mutu yang diharapkan perusahaan.
Untuk itu harus dilakukan pengawasan, mulai dari CPO yang masuk, BPO,
RBDPO, Olein, dan Stearin. Sampel yang akan diuji standar mutunya dapat
dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Jenis Sampel Yang Ditentukan Standar Mutunya


Sampel Standar yang Ditentukan

44
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

CPO masuk (bahan baku) Kadar air, %FFA


CPO untuk produksi %FFA, Warna, Kadar Air
RBDPO %FFA, Warna
BPO Warna
Bleaching earth bekas Oil Loss
PFAD %FFA
Loading %FFA, Sleep Melting Point,
IV, Warna
Holding IV
Olein %FFA, Warna, Cloud Point
Stearin %FFA, Warna
Sumber: Departement Quality Assurance PT WINA I Dumai

Adapun metode yang digunakan untuk menentukan standar mutu tersebut antara
lain:
1. Free Fatty Acid (FFA)
Penentuan kadar FFA merupakan penentuan jumlah asam lemak bebas yang
terkandung pada minyak. Hal ini sangat penting dilakukan karena jika minyak
memiliki kadar FFA yang telalu tinggi dapat mengakibatkan ketengikan pada
minyak. Bau tengik ini diakibatkan teroksidasinya ikatan rangkap dari rantai
asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak sehingga membentuk
peroksida. Batas kandungan FFA adalah 0.1 %.
Penentuan kadar FFA dilakukan dengan cara:
a. Ditimbang sampel dalam erlenmeyer
- Untuk CPO : ± 5 gram
- Untuk PFAD : ± 0.3 gram
- Untuk BPO : ± 5 gram
- Untuk RPO : ± 20 gram
- Untuk RBDOL : ± 20 gram
b. Ditambahkan 50 ml pelarut yang netral, panaskan dan tambahkan 2 – 3
tetes indikator PP.
c. Diaduk sampel kuat-kuat selama titrasi dengan NaOH sampai warna
merah muda pertama yang intensitasnya sama dengan pelarut sebelum

45
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

ditambahkan kedalam sampel. Warna tersebut tidak boleh berubah


selama 30 detik.

Untuk menghitung kandungan FFA, dirumuskan sebagai berikut:

FFA sebagai Asam Palmitat ml NaOH  25.6  N NaOH


%FFA   100%
gram sampel

FFA sebagai Asam Laurat ml NaOH  20  N NaOH


%FFA   100%
gram sampel

FFA sebagai Asam Oleat ml NaOH  28.2  N NaOH


%FFA   100%
gram sampel

2. Iodine Value (IV)


Iodine Value adalah bilangan yang menyatakan banyaknya ikatan rangkap
dalam suatu senyawa. Semakin tinggi nilai IV maka semakin banyak ikatan
rangkap yang terkandung dan semakin banyak pula oleinnya. Faktor yang
mempengaruhi kandungan olein dalam CPO adalah Sumber bahan baku, umur
tanaman, penanganan setelah pemetikan buah, dan stearin yang terikut pada
olein.
Analisa IV bertujuan sebagai barometer penentuan recipe yang akan
ditambahkan pada proses kristalisasi dan menentukan kualitas minyak goreng
pada Storage Tank. Prinsipnya adalah semakin tinggi ikatan rangkap pada
minyak atau lemak maka akan semakin tinggi iod yang diserapnya (IV tinggi).
Penentuan kadar IV dapat dilakukan dengan cara:
a. Ditimbang sampel dengan teliti sesuai dengan jenis minyak yang
dianalisa IV (lihat tabel SOP) dan dimasukan kedalam erlenmeyer tutup
asah.
b. Ditambahkan 10 ml larutan cycloheksana dan dikocok.
c. Ditambahkan 10 ml Wijs solution, ditutup kemudian dikocok dan
disimpan ditempat gelap selama 30 menit.

46
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

d. Ditambahkan 10 ml larutan KI 15% melalui tutup iodine flask, tutup


iodine flask diangkat perlahan sedikit agar larutan KI masuk melalui
dinding iodine flask.
e. Ditambahkan 100 ml aquades.
f. Dititrasi dengan Na2S2O3 0.1 N sampai terbentuk warna kuning pucat.
g. Ditambahkan 1 – 2 ml indikator amylum
h. Dititrasi kembali hingga terbentuk warna biru tepat hilang

Perhitungan :

3. Peroxide Value (PV)


PV adalah bilangan yang menyatakan banyaknya miliekuivalen peroxide
tiap 1000 gram sampel oleh oksidasi KI dalam minyak. Jika PV besar maka
minyak akan mudah tengik. Prosedur penentuan PV adalah:
a. Ditimbang 5 ± 0.05 gram sampel ke dalam erlenmeyer bertutup 250 ml.
b. Ditambahkan larutan campuran asam asetat dengan kloroform dengan
perbandingan 3 : 2 sebanyak 30 ml.
c. Diaduk sampel hingga larut, ditambahkan 0.5 ml larutan KI jenuh
menggunakan pipet mohr.
d. Dikocok erlenmeyer selama 1 menit dan ditambahkan 30 ml aquades
secepat mungkin.
e. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0.01 N secara perlahan dan dengan
pengocokan yang kuat.
f. Dilanjutkan titrasi sampai warna kuning hampir hilang.
g. Ditambahkan 1 – 2 ml indikator amylum
h. Dititrasi dengan Na2S2O3 0.01 N hingga warna biru tepat hilang.
Berikut rumus penentuan kadar PV dalam minyak:

47
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

PV 
ml sampel  ml blangko  N Na 2S2O3
100%
gram sampel

4. Moisture (Kadar Air)


Kadar Air dalam minyak harus dipantau karena kadar air yang tinggi pada
minyak akan mempercepat timbulnya bau tengik pada minyak. Berrikut
prosedur penentuan kadar air:
a. Sampel dicairkan menurut prosedur pencairan yang sesuai.
b. Dikeringkan cawan penguap terlebih dahulu dalam oven 130C selama
15 menit dan biarkan dingin di dalam desikator.
c. Ditimbang 10 gram sampel yang telah dicairkan ke dalam cawan
penguap, lalu masukan kedalam oven pada suhu 132 C selama ±30
menit.
d. Dikeluarkan cawan dari oven dan dibiarkan dingin dalam desikator
selama 15 menit sebelum ditimbang dengan pendekatan 0. 1 mg.

5. Cloud Point (CP)


Cloud Point atau titik kabut adalah temperatur terendah yang mampu
dicapai oleh minyak sebelum minyak membeku. Penentuan Cloud Point
dengan cara:

a. Dipanaskan minyak sebanyak 60 ml dalam gelas piala diatas hot plate


beberapa menit sampai ±120ºC dan dinginkan beberapa menit.
b. Dimasukan ke dalam water batch yang berisi air dingin, kemudian
diaduk dengan thermometer.
c. Temperatur Cloud Point tercapai ketika minyak sudah mulai berkabut.

6. Color

48
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

Warna menunjukan kualitas dari minyak olahan. Diharapkan minyak tidak


berwarna gelap, dangan semakin gelapnya warna minyak hasil olahan maka
mutu minyak akan semakin rendah sehingga akan menurunkan harga jual
minyak tersebut.
Pengukuran warna minyak dilakukan secara instrument dengan alat
lovibond colorimeter. Warna minyak diperoleh dari peralatan dengan
membandingkan antara warna minyak sampel dengan warna standar.
Prosedur peralatan lovibond colorimeter adalah:
a. Dimasukan sampel kedalam sel lovibond pada ukuran sel yang tepat.
b. Dihidupkan sumber cahaya dan lihat dengan lensa mata.
c. Diatur warna pada rak untuk mencocokan warna dari sampel dengan
standarnya.
d. Nyatakan hasil:
Lovibond color, s” cell: (rR) / (yY) / (bB) / (nN)
Dimana:
s adalah ukuran cell yang digunakan
r adalah nomor pembacaan untuk merah
y adalah nomor pembacaan untuk kuning
b adalah nomor pembacaan untuk biru
n adalah nomor pembacaan untuk netral (jika perlu)

7. Deterioration Of Bleachibility Index (DOBI)


DOBI merupakan nilai yang menentukan kepucatan CPO menggunakan
spektrofotometer. Alat ini bekerja berdasarkan panjang gelombang. Prinsipnya
adalah analisi ini meliputi pengukuran spektrofotometri pada larutan sampel
dalam pelarut iso-oktana atau n-heksana (konsentrasi 0.5 – 1 %) terhadap
pelarut. Prosedur penentuan DOBI adalah:
a. Ditimbang minyak yang sudah homogen seberat 0.1 gram dengan batas
ketelitian 0.1 mg dan dimasukan kedalam labu ukur 25 ml. Dilarutkan
sampel sampai garis batas.

49
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. Wilmar Nabati Indonesia
Jl. Datuk Laksamana kel Buluh kasap Kec. Dumai Timur.

b. Diisi kuvet dengan larutan minyak yang telah dibuat dan diukur
absorbansinya pada 269 nm dan 446 nm dengan pelarut sebagai
blangkonya.
c. Jika larutan berkonsetrasi tinggi, dicairkan lagi dengan memipet 2 ml
larutan kedalam labu ukur 10 ml dan dilarutkan sampai tanda batas.
d. Diukur absorbansi larutan ini pada panjang gelombang 269 nm dan 446
nm dengan pelarut sebagai blangkonya. Dihitung DOBI dan β – karoten
dengan rumus di bawah ini :
Error! Reference source not found.

50

Anda mungkin juga menyukai