Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perumahan merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia disamping

sandang dan pangan, masalah perumahan merupakan masalah yang mempunyai

pengaruh didalam kehidupan manusia sehari-hari. Akhir-akhir ini dengan

bertambahnya populasi penduduk serta kurangnya lahan untuk membangun

rumah, sehingga sering muncul masalah kesehatan pada rumah dan

lingkungannya (Meriyanda, 2013). Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal

yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang mempunyai layak sanitasi,

mempunyai sarana pembuangan limbah, mempunyai ventilasi rumah yang baik,

memiliki kepadatan hunian rumah yang sesuai dan mempunyai lantai rumah yang

tidak terbuat dari tanah (Dinkes Jabar Prov, 2017).

Salah satu upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

dilakukan melalui Peningkatan advokasi kebijakan pembangunan berwawasan

kesehatan; Pengembangan regulasi dalam rangka promosi kesehatan; Penguatan

gerakan masyarakat dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

melalui kemitraan antara lembaga pemerintah dengan swasta, dan masyarakat

madani; serta Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan

kesehatan masyarakat, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) serta Upaya

Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) termasuk pengembangan rumah sehat

(Kemenkes RI, 2017).


Cakupan rumah sehat Provinsi Jawa Barat adalah 73,02%. Sebanyak 14

kabupaten/kota cakupannya lebih tinggi dari cakupan Provinsi. Cakupan rumah

sehat tertinggi berada di Kota Bekasi (94%) dan cakupan terendah di Kota

Tasikmalaya (21,90%). Kabupaten Kuningan memiliki presentase rumah sehat

yaitu sebesar 59,40%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kabupaten

Kuningan memiliki hampir setengah (40,6%) rumah yang tidak memenuhi syarat

kesehatan dari jumlah rumah yang ada. Semakin tinggi cakupan rumah sehat suatu

wilayah, maka akan semakin kecil risiko penghuni rumah tersebut menjadi sakit

(Dinkes Jabar Prov, 2017).

Kondisi rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor

risiko penularan penyakit. Penelitian menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal

di daerah pemukiman yang tidak memenuhi syarat kesehatan mempunyai kejadian

penyakit menular yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang tinggal

di lingkungan pemukiman yang lebih baik (Keman, 2005). Penyakit yang

berhubungan dengan kondisi hygiene bangunan perumahan adalah infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA) dan tuberkulosis (Depkes RI, 2007; Yusup dan

Sulistyoni, 2005). Sedangkan penyakit yang berhubungan dengan penyediaan air

bersih dan sanitasi lingkungan adalah diare.

Data yang diperoleh dari profil kesehatan Indonesia 2009 menunjukkan

bahwa penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan diare masih

mendominasi sepuluh penyakit terbanyak, sedangkan penyakit tuberkulosis

merupakan salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global

dalam Millenium Development Goals (Kemenkes RI, 2010). Infeksi saluran


pernapasan akut (ISPA), diare dan tuberkulosis merupakan penyakit utama pada

masyarakat di Provinsi Jawa Barat. Profil kesehatan menunjukkan bahwa penyakit

infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan diare merupakan penyakit tertinggi

pada sepuluh penyakit utama, sedangkan penyakit tuberkulosis menduduki posisi

pertama kasus baru di Pulau Jawa Bali (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2010).

Adapun faktor-faktor yang berperan dalam penerapan rumah sehat tidak

terlepas dari faktor individu itu sendiri seperti pengetahuan atau persepsi,

kesadarannya untuk hidup sehat, faktor lingkungannya seperti ketersediaan

jamban keluarga, tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah

serta faktor dan pengelolaan sanitasi lingkungan dari pemerintah daerah

(Meriyanda, 2013). Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang sangat

berperan dalam penyebaran penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA),

diare, dan tuberkulosis. Faktor lingkungan rumah tersebut meliputi kondisi fisik

rumah dan sarana sanitasi dasar (Oktafiany, 2012).

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tentang indikator rumah sehat di Desa

Kadugede dengan cara melakukan analisis situasi melalui identifikasi masalah,

dari identifikasi tersebut kemudia merumuskan dan memecahkan serta

mengevaluasi masalah kesehatan yang ada.


1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran tentang indikator rumah sehat di Desa

Kadugede.

2. Mampu melakukan identifikasi masalah mengenai rumah sehat di Desa

Kadugede.

3. Mampu melakukan prioritas masalah mengenai rumah sehat di Desa

Kadugede.

4. Mampu membuat kerangka akar masalah mengenai rumah sehat di

Desa Kadugede.

5. Mampu melakukan identifkasi akar penyebab masalah mengenai

rumah sehat di Desa Kadugede.

6. Mampu membuat alternatif pemecahan masalah mengenai rumah sehat

di Desa Kadugede.

1.4. Manfaat Penulisan

a. Bagi masyarakat Desa Kadugede Kecamatan Kadugede

1. Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat membantu masyarakat

dalam pemecahan masalah yang dihadapi.

2. Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat menumbuhkan

kesadaran pada masyarakat akan pentingnya mengenai rumah sehat.

b. Bagi STIKes Kuningan

1. Mendapat masukan sebagai bahan perbandingan teori dan praktek di

lapangan mengenai rumah sehat.


2. Menjadi bahan informasi dalam pengembangan proses pembelajaran

di kampus.

c. Bagi Mahasiswa

1. Meningkatkan wawasan atau pengetahuan tentang rumah sehat.

2. Mahasiswa mampu berinteraksi dengan masyarakat di luar kampus

dengan baik dan benar.


BAB II

METODE KEGIATAN

2.1. Lokasi

Kegiatan survei yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi S1

Kesehatan Masyarakat STIKes Kuningan, yaitu di wilayah Desa Pangkalam blok

Wage, Kecamatan Ciawigebang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

2.2. Waktu

Kegiatan pelaksanaan survei rumah sehat dilaksanakan pada tanggal 10

Januari 2020 dan kegiatan ini berlangsung selama ... hari.

2.3. Tahapan Diagnosis Komunitas/Problem Solving Cycle

Problem Solving Cycle (siklus solusi masalah) adalah proses muncul mental

yang melibatkan penemuan masalah, analisis dan pemecahan masalah. Tujuan

utama dari pemecahan masalah adalah untuk mengatasi kendala dan mencari

solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah. Tahapan Community

Diagnosis masalah kesehatan masyarakat terdiri dari 5 langkah, antara lain

sebagai berikut :

1. Identifikasi Masalah

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam melakukan Community

Diagnosis masalah kesehatan masyarakat adalah melakukan identifikasi masalah.

Identifikasi masalah berarti kita harus mampu mengenali permasalahan kesehatan


yang terdapat di masyarakat yang harus didasarkan pada fakta dan informasi, baik

secara langsung melalui data primer maupun tidak langsung dengan menggunakan

data sekunder.

2. Penentuan Prioritas Masalah

Setelah menemukan data primer dan sekunder, maka dilakukan

identifikasi masalah kesehatan. Berbagai masalah kesehatan yang berhasil

diidentifikasi selanjutnya disusun menjadi salah satu daftar masalah kesehatan.

Terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan untuk menentukan

prioritas masalah, salah satunya USG (Urgency, Seriously, Growth).

Metode USG (Urgency, Seriously, Growth) merupakan salah satu alat

untuk menyusun urutan prioritas masalah kesehatan yang harus diselesaikan.

Caranya adalah dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan

perkembangan masalah kesehatan dengan menentukan skala nilai 1-5 yang dimuat

dalam matriks tabel. Masalah kesehatan yang memiliki total skor yang paling

tinggi merupakan masalah prioritas. Dalam metode ini, kriteria yang

dipertimbangkan dalam menentukan prioritas masalah adalah :

a. Urgency, berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan

untuk menyesuaikan masalah kesehatan tersebut. Semakin mendesak

suatu masalah untuk diselesaikan, maka makin tinggi urgensi

masalah tersebut, sehingga semakin tinggi pula nilai skornya.

b. Seriousness, berkaitan dengan dampak dari masalah tersebut

terhadap masyarakat. Dampka ini terutama yang menimbulkan

kerugian bagi masyarakat. Semakin tinggi dampak masalah tersebut


terhadap masyarakat, maka semakin serius masalah tersebut,

semakin tinggi pula nilai skor yang di dapat.

c. Growth, berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat

berkembang masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat

pertumbuhannya. Suatu masalah yang cepat prioritas untuk diatasi

permasalahan tersebut.

3. Kerangka Akar Penyebab Masalah

Untuk dapat mengidentifikasi dan menganalisis akar penyebab atau

faktor risiko dari prioritas masalah kesehatan, metose yang dapat digunakan

adalah fish bone diagram atau analisis pohon masalah serta mengacu pada konsep

H.L Blum atau teori lainnya. Fish bone merupakan beupa gambar ikan yang

terdiri dari kepala, duri dan ekor. Bagian kepala ikan menggambarkan suatu

masalah kesehatan prioritas yang akan dicari penyebabnya atau faktor risiko

utamanya. Duri besar menggambarkan faktor risiko utama serta terdiri dari duri-

duri kecil yang merupakan akar penyebab atau faktor risiko yang lebih spesifik.

Arah panah duri besar menuju tulang belakang ikan dan arah panah duri besar

menuju tulang belakang ikan dan arah panah tulang kecil mengarah kepada tulang

besar.

4. Identifikasi Akar Penyebab Masalah Kesehatan di Masyarakat

Metode yang digunakan dalam langkah keempat ini adalah dengan

melakukan survei lapangan ke masyarakat sebagai subyek atau sasaran, untuk

mencari penyebab dari prioritas masalah kesehatan. Untuk mendapatkan data

tersebut dapat menggunakan data kuantitatif dan kualitatif untuk konfirmasi.


Dalam langkah keempat ini wajib dilakukan penetapan prioritas penyebab atau

risiko masalah kesehatan setelah sebelumnya dilakukan proses identifikasi dan

analisis mengenai kerangka akar penyebab atau faktor risiko masalah kesehatan.

Metode yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan prioritas

penyebab misalnya metode MCUA (Multiple Utility Assesment) dengan kriteria

berdasarkan urgenitas atau urgeniti penyebab (penting dan segera diatasi atau

tidak), relevansi atau kesesuaian program (menjadi kebijakan atau program atau

kegiatan institusi atau daerah tersebut). Skala penyebab (besar atau banyaknya

atau tingginya jumlah penyebab), dan sebagainya. Kisaran angka pemberian nilai

atau skor yaitu 1-4. Nilai atau skor tersebut dapat dianalogikan mulai dari

penyebabnya yang sangat berpengaruh dengan masalah diberikan nilai atau skor

tinggi 4, berpengaruh diberikan nilai atau skor 3, cukup berpengaruh diberikan

nilai atau skor 2, dan kurang berpengaruh diberikan nilai atau skor 1 selanjutnya,

melakukan perkalian anatara nilai atau skor dengan bobot (S x B) pada kriteria

yang telah diberikan pada masing-masing kolom penyebab. Selain itu, melakukan

penjumlahan hasil dari perkalian anatara nilai atau skor dengan bobot (S x B)

untuk masing-masing penyebab. Penyebab masalah yang memiliki jumlah

perkalian tertinggi sampailah yang kemudian dipilih menjadi prioritas penyebab

masalah.

5. Menyusun Saran Alternatif Penyelesaian Masalah

Setelah mengidentifikasi dan mengetahui penyebab atau faktor risiko

masalah kesehatan, maka diperlukan alternatif penyelesaian (solusi) masalah

kesehatan dalam bentuk saran atau rekomendasi sebagai bentuk pengendalian dan
pencegahan permasalahan kesehatan tersebut. Metode yang dapat digunakan

untuk mengidentifikasi alternatif solusi yaitu dengan cara brainstorming dan

penggunaan how-how diagram. Hal demikian harus didasarkan atas bukti atau

data dan informasi yang kuat (dapat berdasarkan pengalaman dan pengerahuan

yang dimiliki serta mendapatkan saran yang relevan dengan program kesehatan di

wilayah tersebut).

Setelah ditemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah kesehatan

masyarakat, maka selanjutnya dilakukan analisis kelayakan dari masing-masing

alternatif solusi tersebut dengan pendekatan force field analysis. Pertimbangan

dalam memprioritaskan penyelesaian masalah dengan metode force field analysis

adalah adanya faktor pendukung dan penghambat, antara lain kebijakan yang

mendukung program atau alternatif solusi tersebut, cara atau teknologi yang cepat

dan tepat untuk mengatasi masalah, kemudahan untuk dilaksanakan atau

dikerjakan, orang yang mau dan mampu mengerjakan, ketersediaan dana,

swadaya masyarakat, serta relevansi dengan program kesehatan, maka alternatif

tersebut layak dipilih atau diprioritaskan.

2.4. Pengolahan dan Analisis Data

Menurut George R. Terry bahwa “Pengolahan data adalah serangkaian

operasi atas informasi yang di rencanakan guna mencapai tujuan atau hasil yang

diinginkan”. Sedangkan Menurut Sutarman (2012:4) menyatakan bahwa

“Pengolahan data adalah proses perhitungan/transformasi data input menjadi

informasi yang mudah dimengerti ataupun sesuai dengan yang diinginkan”

(Heriana, 2016).
1. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau

kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah :

a. Lengkap : semua pertanyaan sudah terisi jawabannya

b. Jelas : jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca

c. Relevan : jawaban yang tertulis apakah relevan dengan

pertanyaannya

d. Konsisten : apakah antara beberapa pertanyaan usia dengan

pertanyaan jumlah anak. Bila di pertanyaan usia terisi 15 tahun dan

di pertanyaan jumlah anak 9, ini berarti tidak konsisten.

2. Coding

Merupakan kegiatan mengolah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk

mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entri

atau memasukkan data.

3. Processing

Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah

melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data

agar dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara memasukkan

data dari kuesioner ke paket program kuesioner. Terdapat beberapa macam

paket program yang dapat digunakan untuk pemrosesan data dengan

masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu paket


program yang akan digunakan untuk entry data adalah paket program SPSS

for Windows.

4. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan

apakah ada kesalahan data atau tidak (pembersihan data). Kesalahan

tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita memasukkan data ke komputer.

Berikut akan diuraikan secara rinci cara meng-cleaning data :

a. Mengetahui missing data

Cara mendeteksi adanya missing data adalah dengan melakukan list

(distribusi frekuensi) dari variabel yang ada. Misalnya data yang diolah

100%, kemudian dikeluarkan variabel jenis kelamin dan pendidikan.

Dalam tabel jenis kelamin tidak ada yang hilang (missing), sedangkan

pada tabel pendidikan ada 5% yang hilang (missing), karena total

jumlahnya hanya 95 (harusnya 100). Hal itu sudah dijelaskan di atas

bahwa ada kemungkinan kesalahan tersebut terjadi ketika memasukan

data ke komputer.

b. Mengetahui variasi data

Dengan mengetahui variasi data akan diketahui apakah data yang

dimasukkan benar atau salah. Cara mendeteksi dengan mengeluarkan

distribusi frekuensi masing-masing variabel.

c. Mengetahui konsistensi data

Cara mendeteksi adanya ketidakkonsistenan data dengan

menghubungkan dua variable.


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Penilaian Rumah Sehat

Berdasarkan pedoman teknis penilaian rumah sehat menurut Direktorat

Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI, 2007.

Pedoman teknis ini disusun berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

: 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan.

Tabel 3.1 Penilaian Rumah Sehat


No Aspek Penilaian Kriteria Nilai Bobot
I. KOMPONEN RUMAH 31
c.Ada, bersih, dan tidak rawan
1 Langit-langir 2
kecelakaan
c.Permanen (tembok/pasangan bata
2 Dinding atau batu yang di plester), papan 2
kedap air
c.Di plester/ubin/keramik/papan
3 Lantai 2
(rumah panggung)
4 Jendela kamar tidur b. Ada 1
5 Jendela ruang keluarga b. Ada 1
c.Ada, luas ventilasi permanen >10%
6 Ventilasi 2
dari luas lantai
b.Ada, luas ventilasi <10% dari luas
7 Lubang asap dapur 1
lantai dapur
c.Terang dan tidak silau sehingga
8 Pencahayaan dapat dipergunakan untuk membaca 2
dengan normal
JUMLAH 434
II. SARANA SANITASI 25
c.Ada, milik sendiri dan tidak
1 Sarana air bersih 2
memenuhi syarat
e.Ada, leher angsa, ada tutup,
2 Jamban 4
disalurkan ke septic tank
d.Ada, diresapkan tetapi tidak
Saluran Pembuangan Air
3 mencemari sumber air (jarak sumber 3
Limbah (SPAL)
air >10 m)
4 Sarana pembuangan sampah c.Ada, kedap air dan tidak ada tutup 2
JUMLAH 275
III. PERILAKU PENGHUNI 44
1 Membuka jendela kamar c.Setiap hari 2
Membuka jendela ruang c.Setiap hari
2 2
keluarga
3 Membersihkan halaman rumah c.Setiap hari 2
Membuang tinja bayi dan balita c.Setiap hari ke jamban
4 2
ke jamban
Membuang sampah ke tempat c.Setiap hari ke tempat sampah
5 2
sampah
JUMLAH 440
TOTAL HASIL PENILAIAN 1.149
(Sumber: Data primer, 2020)

Pada tabel 3.1 menunjukkan bahwa hasil penilaian rumah sehat yang

dilakukan di salah satu rumah di Desa Kadugede, blok Cibogo termasuk dalam

rumah sehat dengan total hasil penilaian adalah 1149. Dengan rincian aspek

penilaian komponen rumah sebesar 434, sarana sanitasi 275, dan perilaku

penghuni 440. Rumah yang memenuhi syarat sesuai dengan kriteria dari Depkes,

2007 adalah dengan hasil penilaian sebesar 1068, sedangkan yang tidak

memenuhi adalah < 1068.

3.2. Tahap Diagnosis Komunitas/Problem Solving Cycle

1. Identifikasi Masalah

Dari hasil penilaian rumah sehat yang dilakukan di salah satu rumah di

Desa Kadugede, blok Cibogo yang di tunjang oleh kuesioner dari regulasi

Depkes, 2007. Survei penilaian rumah sehat dilakukan untuk mencari

masalah didalam rumah tersebut, sebagai dasar untuk menentukan solusi

dalm rangka menyelesaikan masalah yang ada didalam rumah tersebut.

Dimana hasil rumusan identifikasi masalah tersebut merupakan masalah

yang dianggap sebagai suatu hal yang sangat penting berdasarkan kebutuhan

perilaku penghuni rumah tersebut. Adapun masalah-masalah yang saya

temukan, adalah :

a) Lubang Asap Dapur


Komponen rumah yang belum memenuhi syarat adalah lubang asap

dapur. Karena, didalam dapur tidak ada lubang asap yang khusus hanya ada

3 buah jendela dan yang selalu dibuka setiap hari hanya 2 buah jendela

dikarenakan 1 buah jendela yang terletak di ujung kiri tidak bisa dibuka

karena terhalang oleh rak piring. Meskipun sudah 2 buah jendela dibuka

saat aktifitas memasak berlangsung, tetapi tetap saja asap dari hasil

memasak tersebut selalu membuat pengap dan menimbulkan bau yang

kurang enak sehingga tersebar ke ruangan yang lain seperti ruang makan

dan ruang keluarga.

b) Sarana Air Bersih

Kondisi sarana air bersih dalam rumah tersebut kurang memenuhi

syarat kesehatan. Masalahnya adalah ketika cuaca sedang hujan deras maka

air yang ada didalam rumah berubah menjadi sangat keruh tetapi tidak

berbau dan terkadang air tersebut berbau seperti bau kaporit sehingga saat

dimasak untuk konsumsi air minum air tersebut menjadi berasa dan tidak

baik untuk dikonsumsi sehari-hari. Sarana air yang digunakan untuk

konsumsi dan digunakan sehari-hari bersumber dari PDAM.

c) Sarana Pembuangan Sampah

Tempat sampah yang tersedia dirumah ada 4 buah, 1 buah berada di

kamar depan, 1 buah di dapur, dan 2 buah di halaman belakang rumah.

Masalahnya adalah keempat tempat sampah tersebut tidak ada tutup

dibiarkan terbuka dan untuk sampah organik dan anorganik disatukan tidak

dilakukan pemilahan. Sehingga terkadang ada lalat yang masuk ke dalam


rumah lewat jendela yang terbuka, yang sepertinya mencium aroma sampah

basah dari ditempat sampah yang terbuka. Lalat tersbut juga kadang terbang

sampai ke ruang makan dan hinggap di makanan yang tersedia di meja.

2. Penentuan Prioritas Masalah

Dari beberapa masalah yang saya temukan dalam identifikasi masalah,

langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah. Dalam hal ini,

saya melibatkan penghuni rumah untuk menentukan prioritas masalah.

Selain masalah yang saya temukan, berdasarkan hasil survei yang saya

peroleh juga para penghuni rumah merasakan hal itu sendiri. Metode yang

digunakan untuk menentukan priorotas masalah adalah metode USG.

Kepner dan Tragoe (1981) menyatakan pentingnya suatu masalah

dibandingkan masalah lainnya dapat dilihat dari tiga faktor yaitu Urgency,

Seriousness, Growth. Dari hasil musyawarah diharapkan dapat dirumuskan

alternatif pemecahan masalah tersebut. Adapun hasil penentuan prioritas

masalah menggunakan metode USG adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Matriks USG (Urgency, Seriousness, Growth)

Kriteria
No Masalah Kesehatan Total Prioritas
U S G
1 Lubang asap dapur 4 4 4 12 1
2 Sarana air bersih 3 3 2 8 2
3 Sarana pembuangan sampah 2 2 2 6 3
(Sumber: Data Primer, 2020)

Berdasarkan matriks USG pada tabel 3.2 diatas, terdapat 3 masalah

kesehatan di salah satu rumah penghuni yaitu, masalah lubang asap dapur,

sarana air bersih, dan sarana pembuangan sampah. Berdasarkan hasil

perhitungan matriks USG tersebut, dapat diketahui bahwa lubang asap


dapur adalah masalah yang di prioritaskan. Nilai/skor yang diberikan

didapat dari hasil musyawarah dengan penghuni rumah. Pada kategori

Urgency (U) lubang asap dapur mendapatkan nilai/skor yang paling tinggi,

yaitu 4. Karena jika masalah ini tidak segera diatasi maka akan berdampak

buruk untuk kesehatan paru para penghuni rumah, bau yang ditimbulkan

dari asap masakan akan mengganggu bahkan mencemari suhu udara

ruangan.

Pada kriteria Seriousnes (S), masalah lubang asap dapur mendapatkan

nilai/skor 4. Karena jika masalah ini terus dibiarkan maka penjamah

makanan yang memasak makanan akan menjadi tidak nyaman karena ruang

dapur yang ukuran nya kecil serta lubang asap dapur yang terbatas akan

membuat ruang dapur menjadi panas dan membuat tubuh si penjamah

makanan berkeringat. Keringat yang ditubuh penjamah tersebut

dikhawatirkan bisa mengkontaminasi makanan jika penjamah tersebut tidak

menggunakan celemek serta tidak memperhatikan kualitas sanitasi

makanan. Pada kategori Growth (G), masalah lubang asap dapur diberi

nilai/skor 4. Karena hal ini, apabila tidak dikendalikan akan menimbulkan

kapasitas fungsi paru menurun.

3. Kerangka Akar Penyebab Masalah

Berdasarkan analisis prioritas masalah yang ada di salah satu rumah

Desa Kadugede, selanjutnya dalam menyusun kerangka akar penyebab

masalah saya menggunkan fish bone. Adapun hasilnya sebagai berikut :


Pelayanan Kesehatan Lingkungan

Ukuran dapur kecil

Ventilasi dapur
terbatas

Kebiasaan individu
tidak membuka
semua jendela dapur

Kurangnya kesadaran
individu untuk membuka
semua jendela dapur saat
memasak

Genetik Perilaku
Gambar 3.1 Fish Bone Analisis Akar Penyebab Masalah Lubang Asap Dapur di salah satu rumah

Desa Kadugede Tahun 2020

Berdasarkan gambar 3.1 dapat diketahui faktor penyebab utama masalah

lubang asap dapur berdasarkan konsep H.L Blum yaitu perilaku, pelayanan

kesehatan, lingkungan dan genetik. Faktor penyebab yang pertama adalah

lingkungan. Dimana faktor ini disebabkan oleh terbatasanya ventilasi dapur.

Ventilasi/jendela yang ada didapur ada 3 buah, tetapi hanya 2 jendela yang selalu

dibuka karena jendela yang 1 terhalang oleh rak piring jadi tidak bisa dibuka.

Selain itu juga ukuran dapur yang kecil sangat berpengaruh sehingga tidak semua

asap bisa keluar lewat jendela tetapi malah menyebar ke ruangan yang lain dekat

dengan dapur. Faktor penyebab yang kedua adalah perilaku. Berdasarkan faktor

perilaku, penyebab masalah lubang asap dapur yang menjadi prioritas adalah

kebiasaan individu serta kurangnya kesadaran untuk membuka semua jendela

dapur saat memasak.

Berdasarkan penyusunan fish bone diagram tersebut diketahui bahwa terdapat

2 akar penyebab masalah di salah satu rumah Desa Kadugede, yaitu terbatasnya

ventilasi dapur dan kurangnya kesadaran serta kebiasaan individu yang tidak

membuka semua jendela dapur saat memasak.

4. Identifikasi Akar Penyebab Masalah

Metode yang digunakan dalam menentukan prioritas akar penyebab

masalah adalah metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment). Nilai/skor

ditentukan melalui musyawarah dengan penghuni rumah. Adapun hasil penentuan

prioritas penyebab masalah sebagai berikut :


Tabel 3.3 Matriks MCUA (Multiple Criteria Utility Assesmemt) Untuk Penentuan Prioritas

Penyebab Masalah Lubang Asap Dapur Di salah satu rumah Desa Kadugede Tahun

2020

Penyebab Masalah sampah


Kurangnya kesadaran serta
Bobot Terbatasnya ventilasi kebiasaan individu yang
NO Kriteria
% dapur tidak membuka semua
jendela dapur saat memasak
Skor SxB Skor SxB
1 Urgensi 40 3 1,2 4 1,6
2 Relevansi 35 3 1,05 4 1,4
3 Skala Penyebab 25 3 0,75 4 1
Jumlah S X B 3 4
Prioritas 2 1
(Sumber: Data Primer, 2020)

Berdasarkan perhitungan matriks MCUA, terdapat 2 nilai tabel, yaitu tabel

bobot yang mempunyai satuan konstanta yang sudah menjadi ketetapan dan tabel

skor. Nilai skor didapat dari hasil penentuan prioritas masalah dengan

menggunakan metode USG (Urgency, Seriousnes, Growth). Nilai bobot akan di

operasikan berdasarkan perhitungan atau di kali nilai skor (S x B), sehingga

mendapatkan hasil yang telah tertera pada tabel di atas. Pada tabel 3.3 terdapat 2

penyebab masalah lubang asap dapur di salah satu rumah Desa Kadugede yatiu

kurangmya kesadaran serta kebiasaan individu yang tidak membuka semua

jendela dapur saat memasak dan terbatasnya ventilasi dapur. Setelah dilakukan

penilaian dan analisis didapatkan hasil dari akar penyebab masalah yang menjadi

prioritas pertama adalah kurangmya kesadaran serta kebiasaan individu yang tidak

membuka semua jendela dapur saat memasak dengan bobot 4. Anggota keluarga

rumah memang tidak ada yang sadar akan pentingnya membuka jendela setiap

hari sehingga asap yang dihasilkan dari dapur menyebar ke beberapa ruangan

yang lain dan mengganggu aktifitas orang rumah.


Lalu akar prioritas masalah yang kedua adalah terbatasnya ventilasi dapur.

Karena jendela yang ada diapur hanya ada 3 dan hanya 2 jendela yang bisa dibuka

serta ukuran ruang dapur yang kecil maka asap yang dihasilkan dari masakan

membuat ruang dapur agak pengap dan suhu ruang dapur menjasi agak panas.

Lubang asap dapur yang baik adalah yang memenuhi syarat kesehatan rumah

sehat karena sangat berpengaruh untuk kesehatan serta kenyamanan bagi

penghuni rumah tersebut.

5. Alternatif Solusi Pemecahan Masalah

Metode yang digunakan dalam menentukan solusi alternatif dalam

memecahkan masalah dengan menggunakan metode How-How Diagram. Adapun

hasilnya sebagai berikut :

Kurangnya kesadaran
serta kebiasaan
individu yang tidak Memindahkan
membuka semua rak piring dekat
jendela dapur saat jendela
memasak

Membuka pintu
belakang saat
memasak

Gambar 3.2 How-How Diagram Dalam Mencari Alternatif Solusi Pemecahan Masalah
Berdasarkan Gambar 3.8 Alternatif solusi dalam memecahkan masalah

menggunakan How-How Diagram, memunculkan 2 alternatif solusi yang akan

dilaksanakan oleh penghuni rumah tersebut, yang diharapkan alternatif solusi ini

bisa bermanfaat dan bisa terealisasikan. Berikut adalah alternatif solusi yang akan

dilaksanakan :

1. Memindahkan rak piring dekat jendela

Ruang dapur yang ada dirumah tersebut terdapat 3 jendela dan hanya 2

jendela yang selalu dibuka, satu jendela lagi tidak bisa dibuka karena

terhalang oleh rak piring. Ukuran rak piring yang digunakan sebenarnya

ukuran yang kecil sehingga mudah dipindahkan agar jendela bisa tetap

dibuka.

2. Membuka pintu samping dapur saat memasak

Solusi kedua yang diberikan adalah membuka pintu belakang saat

memasak, 2 jendela saja memang tidak cukup untuk mengeluarkan asap dari

hasil kegiatan memasak sehingga saya menyarankan saat mulai memasak

buka juga pintu samping dekat dapur agar asap dari memasak keluar lewat

pintu tersebut dan tidak menyebar ke ruangan yang lain.


BAB IV

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai