Anda di halaman 1dari 6

STUDI DESULFURISASI DAN DEASHING BATUBARA SECARA KIMIA

MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM NITRAT (HNO3)


(Studi Kasus: Lapisan Batubara Paluda, Desa Pattapa, Kecamatan Pujananting, Kabupaten Barru,
Provinsi Sulawesi Selatan)

Rahmad Fitra Tri Andika, Sufriadin, Sri Widodo


Departemen Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

SARI: Batubara Sulawesi memiliki kadar sulfur total dan abu yang relatif tinggi, sehingga belum dapat
dimanfaatkan secara optimal, hal ini mendorong upaya peningkatan mutu batubara Sulawesi.
Berbagai teknologi diharapkan mampu memberikan solusi terhadap penurunan kadar sulfur total dan
abu. Oleh karena itu diperlukan metode yang tepat untuk mengurangi kandungan sulfur total pada
batubara Sulawesi agar dapat dimanfaatkan. Batubara Sulawesi yang dianalisis dalam penelitian ini
yakni Batubara Paluda, yang diambil dari Desa Pattapa, Kecamatan Pujananting, Kabupaten Barru,
Provinsi Sulawesi Selatan. Desulfurisasi dan deashing batubara secara kimia menggunakan larutan
asam dinilai dapat diterapkan pada batubara Sulawesi untuk mengurangi kandungan sulfur total dan
abu. Metode ini merupakan pelindian batubara secara kimia menggunakan asam nitrat (HNO 3) pada
suhu 80oC. Berdasarkan hasil analisis awal, didapatkan kadar sulfur total pada batubara Paluda
sebesar 1,40% dan kadar abu sebesar 20,58%, sehingga belum dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bakar industri dan diperlukan solusi berupa desulfurisasi dan deashing. Setelah dilakukan pelindian,
didapatkan nilai kadar sulfur total terendah sebesar 0,90%, yang diturunkan 35,94% dari kadar sulfur
total awal. Sedangkan nilai kadar abu sebesar 14,71%, yang diturunkan 28,52% dari kadar abu awal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan asam nitrat untuk menurunkan kadar sulfur total
batubara dapat diterapkan karena telah memenuhi standar untuk dapat digunakan sebagai bahan
bakar industri, sedangkan untuk kadar abu batubara belum memenuhi standar, sehingga masih
dibutuhkan teknologi yang lain untuk menurunkan kadar abu batubara Paluda.

Kata Kunci: Batubara, asam nitrat, desulfurisasi, sulfur total, deashing

ABSTRACT: Sulawesi coal has a relatively high total sulfur and ash content, so it can’t be utilized
optimally, it encourages efforts to improve the quality of Sulawesi coal. Various technologies are
expected to provide a solution to the decrease total sulfur and ash content. Therefore, appropriate
methods are needed to reduce total sulfur content in Sulawesi coal to be utilized. The Sulawesi coal
analyzed in this research was Paluda Coal, it taken from Pattapa Village, Pujananting Subdistrict,
Barru Regency, South Sulawesi Province. Desulfurization and deashing of coal chemically using acid
solutions were assessed to be applicable for Sulawesi coal to reduce total sulfur and ash content. This
method was a chemical leaching of coal using nitric acid (HNO3) at 80 oC. Based on the result of
preliminary analysis, the total sulfur content of Paluda coal was 1.40% and the ash content was 20.58%,
so it can’t be used as industrial fuel, and desulfurization and deashing solution is needed. After
leaching, the lowest total sulfur content was 0.90%, decreased 35.94% from initial total sulfur content.
While the value of ash content was 14.71%, decreased 28.52% from initial ash content. The results
showed that the use of nitric acid to reduce the total sulfur content of coal can be applied because it
meets the standards to use as industrial fuel, while the ash content of coal has not met the standard,
so it still needed another technologies to reduce Paluda coal ash content.

Keywords: Coal. nitric acid, desulfurization, total sulfur, deashing

1
1. PENDAHULUAN Provinsi Sulawesi Selatan (Gambar 1), yang
diambil secara ply pada seam batubara
menggunakan metode channel sampling.
Batubara adalah sumber energi tidak
terbarukan yang paling penting dari fosil.
Batubara juga merupakan bahan bakar yang
paling umum di pembangkit listrik termal.
Dalam beberapa tahun terakhir, dengan
kenaikan harga minyak mentah dan gas alam
dan kekurangan sumber daya minyak dan gas,
industri energi di seluruh dunia telah berfokus
pada percepatan pengembangan industri kimia
batubara (Kawatra, dan Eisele 2001).

Kualitas batubara Indonesia hanya sebagian


kecil termasuk kategori kualitas sedang-tinggi
yaitu berupa sub-bituminus (26,63%) dan
bituminus (14,38%), kualitas tinggi beruba
antrasit (0,36%). Sisanya sebagian besar masih
tergolong batubara mudah dengan kualitas
rendah, yaitu berupa lignit (58,6%). Kualitas
batubara asal Sulawesi Selatan tergolong N
rendah, sebab kandungan sulfur dan abu relatif
tinggi, namun kalornya relatif tinggi, yaitu
menghampiri 7000 kkal/kg, dapat Gambar 1. Lokasi Pengambilan Conto Batubara
dipertingankan dijadikan sumber energi Paluda ( ).
alternatif (Soyartono dan Indria., 2000,
Pada lokasi pengambilan conto hanya terdapat
Mandasini dan Aladin., 2005).
satu seam batubara, yang dijumpai dengan
Batubara Sulawesi memiliki kadar sulfur total ketebalan yang tipis yakni 1,10 m dengan
yang relatif tinggi, sehingga dinilai belum dapat kenampakan batubara semi terang dan kusam
dimanfaatkan bagi kebutuhan industri, hal ini dengan fraktur even. Pirit mudah dideteksi dan
mendorong upaya peningkatan mutu batubara dijumpai mengisi fraktur setelah batubara
Sulawesi. Berbagai teknologi diharapkan mampu mengalami retakan.
memberikan solusi terhadap hal tersebut. Oleh
Total empat conto batubara yang diambil dari
karena itu diperlukan metode yang tepat yang
lapangan kemudian dibersihkan dan
mampu mengurangi kandungan sulfur pada
dikeringkan pada suhu kamar, kemudian
batubara sulawesi agar batubara Sulawesi dapat
dicampur dan dibagi menggunakan metode
dimanfaatkan.
quartering. Conto batubara terlebih dahulu
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dipreparasi hingga berukuran 65# sebelum
perlu dilakukan. Desulfurisasi dan deashing digunakan untuk tahap percobaan.
batubara secara kimia dengan larutan asam
2.2 Tahap Percobaan
dinilai dapat diterapkan pada batubara Sulawesi
untuk mengurangi kandungan sulfur. Metode ini Percobaan diawali dengan melakukan analisis
merupakan pelindian secara kimia yang mikroskopis untuk mengetahui kondisi dan
dilakukan dengan cara melindi batubara keterdapatan mineral pirit yang terkandung
menggunakan asam nitrat (HNO3), sehingga dalam batubara Paluda.
kadar sulfur total dan abu pada batubara
diharapkan dapat dikurangi. Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui
karakteristik dari batubara Paluda, yang
meliputi penentuan kadar abu, kadar air
2. METODE PENELITIAN (inherent moisture), zat terbang dan karbon
tetap (fixed carbon) yang dianalisis
menggunakan muffle furnace yang diimbangi
2.1 Conto Batubara standar ASTM. Sedangkan kadar sulfur total
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan batubara Paluda dianalisis menggunakan alat
conto batubara Paluda, Kabupaten Barru, analisis LECO SC-144DR.

2
Asam nitrat (HNO3) terlebih dahulu diencerkan Hasil analisis awal (Tabel 1) menunjukkan
menggunakan aquades untuk mendapatkan bahwa kadar sulfur total batubara Paluda
konsentrasi asam yang diinginkan. Desulfurisasi sebesar 1,40% dan kadar abu 20,58% sehingga
dan deashing batubara secara kimia kemudian belum memenuhi standar untuk dijadikan bahan
dilakukan menggunakan asam nitrat (HNO3) bakar industri, sehingga dibutuhkan solusi
yang dilakukan dengan kondisi suhu 80oC dan untuk meningkatkan mutu batubara Paluda.
fraksi 65#, serta menggunakan variabel waktu
reaksi yang berkisar antara 5, 15, 30, 45, 60 dan 3.2 Analisis Pengaruh Waktu Reaksi Terhadap
120 menit dan konsentrasi asam yang berkisar Kadar Sulfur Total dan Abu
antara 5,10,15,20, dan 25% HNO3.
Desulfurisasi dan deashing batubara secara
kimia menggunakan asam nitrat (HNO3) telah
dilakukan dan menunjukkan hasil perubahan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN kadar sulfur total dan abu (Tabel 2).

3.1 Karakteristik Batubara Paluda Tabel 2. Data Hasil Desulfurisasi dan Deashing
Variabel Sulfur
Hasil analisis mikroskopis (Gambar 2) No Waktu Konsentrasi
Kode
Total
Abu
Percobaan (%)
menunjukkan kenampakan mineral pirit yang (menit) HNO3 (%) (%)
1 Analisis Awal P1 1,40 20,58
memiliki tekstur sangat halus, tidak 2 15 10 P2 1,23 14,71
terdistribusi merata pada seluruh substansi 3 30 5 P3 1,13 16,81
batubara dan tidak mengisi rekahan dalam 4 30 10 P4 1,06 15,54
5 30 15 P5 0,99 16,50
batubara, sehingga dapat diketahui bahwa 6 30 20 P6 1,07 16,41
mineral pirit pada yang diamati pada analisis 7 30 25 P7 0,90 16,31
8 45 10 P8 1,09 19,52
mikroskopis batubara Paluda terbentuk selama 9 60 10 P9 1,07 18,09
proses penggambutan (peatification) batubara 10 120 10 P10 1,24 19,45
terjadi, atau terbentuk secara syngenetic,
sedangkan keterdapatan pirit epigenetic juga Hasil penelitian menunjukkan perubahan kadar
dimungkinkan karena pada kondisi lapangan, sulfur total dari hasil desulfurisasi batubara
pirit mudah dideteksi terutama karena fraktur dengan konsentrasi HNO3 10% dan lama waktu
mengisi setelah batubara mengalami retakan reaksi yang berbeda (Tabel 3).
(Widodo et al., 2016).
Tabel 3. Hasil Penurunan Kadar Sulfur Total
dari Waktu Desulfurisasi Yang Berbeda.

Variabel
Sulfur
Waktu Kode
Konsentrasi Total
reaksi Percobaan
HNO3 (%) (%)
(menit)
15 10 P2 1,23
30 10 P4 1,06
45 10 P8 1,09
60 10 P9 1,07
120 10 P10 1,24

Tabel 3 menunjukkan kadar sulfur total yang


200 µm
didapatkan setelah melakukan pencucian
berkisar dari 1,06% hingga 1,24% yang berhasil
Gambar 2. Kenampakan Mikroskopis Mineral diturunkan dari kadar awal. Kadar sulfur total
Pirit pada Batubara Paluda. terendah ditemukan pada waktu reaksi 30 menit,
yakni sebesar 1,06%, dan kadar sulfur total
Tabel 1. Data Analisis Awal Conto Batubara
tertinggi pada waktu reaksi 120 menit, yakni
Paluda.
sebesar 1,24%.
Berat Sulfur Zat Karbon
No. Abu Kelembaban Data perubahan kadar sulfur total pada Tabel 3
Conto Total Terbang Tetap
Conto (%) (%) kemudian digambarkan dalam bentuk grafik
(gr) (%) (%) (%)
(Gambar 3) yang menunjukkan pengaruh waktu
P1 1,01 1,40 20,58 1,98 35,88 41,56
reaksi terhadap perubahan kadar sulfur total
yang relatif menurun pada rentang waktu 15-30

3
menit, kemudian kadar sulfur total mulai nitrat mampu terdekomposisi dan larut seiring
meningkat kembali pada rentang waktu 45–120 bertambahnya waktu reaksi, kemudian
menit. Gambar 3 menunjukkan bahwa waktu membentuk fasa baru dan bereaksi dengan
reaksi kurang berpengaruh terhadap perubahan material anorganik yang terkandung dalam
sulfur total, dan lama waktu reaksi yang optimal batubara, sehingga membentuk kristal-kristal
untuk menurunkan kadar sulfur total batubara senyawa anorganik baru yang tertinggal sebagai
Paluda adalah selama 30 menit. abu/residu hasil pembakaran batubara.

Gambar 3. Grafik Pengaruh Waktu Pencucian Gambar 4. Grafik Pengaruh Waktu Deashing
Terhadap Perubahan Kadar Sulfur Terhadap Perubahan Kadar Abu.
Total.
3.3 Analisis Pengaruh Konsentrasi Asam Nitrat
Hasil penelitian menunjukkan perubahan kadar (HNO3) Terhadap Kadar Sulfur Total dan
abu (ash) dari hasil deashing batubara dengan Abu
konsentrasi HNO3 10% dan lama waktu reaksi Hasil penelitian menunjukkan perubahan kadar
yang berbeda (Tabel 4). sulfur total dari hasil desulfurisasi batubara
Tabel 4. Hasil Penurunan Kadar Sulfur Total dengan waktu reaksi selama 30 menit dan
dari Waktu Desulfurisasi Yang Berbeda. konsentrasi HNO3 yang berbeda (Tabel 5):

Variabel Tabel 5. Hasil Penurunan Kadar Sulfur Total


Kode dari Konsentrasi HNO3 Yang Berbeda.
Waktu
Konsentrasi Abu (%)
reaksi Percobaan Variabel
HNO3 (%) Sulfur
(menit) Kode
Waktu
15 10 P2 14,71 Konsentrasi Total
reaksi Percobaan
30 10 P4 15,54 HNO3 (%) (%)
(menit)
45 10 P8 19,52
30 5 P3 1,13
60 10 P9 18,09
120 10 P10 19,45 30 10 P4 1,06
30 15 P5 0,99
Tabel 4 menunjukkan kadar abu setelah proses 30 20 P6 1,07
deashing berkisar antara 14,71% hingga 19,52% 30 25 P7 0,90
yang berhasil diturunkan dari kadar abu awal.
Kadar abu terendah ditemukan pada waktu Tabel 5 menunjukkan kadar sulfur total setelah
reaksi 15 menit, yakni sebesar 14,71%, dan kadar proses desulfurisasi berkisar antara 0,90%
abu tertinggi ditemukan pada waktu pencucian hingga 1,13%. Kadar sulfur total terendah
45 menit, yakni sebesar 19,52%. Data ditemukan pada konsentrasi asam 25% yakni
menunjukkan kadar abu relatif meningkat pada sebesar 0,90%, dan menunjukkan bahwa
rentang waktu 15-120 menit dan waktu batubara dari hasil proses desulfurisasi dengan
pencucian yang optimal untuk menurunkan asam nitrat telah memenuhi standar kadar
kadar abu batubara Paluda adalah selama 15 sulfur total dibawah 1% sehingga proses ini
menit. dapat diterapkan untuk mengurangi kadar
Data dari Tabel 4 menunjukkan bahwa kadar sulfur total batubara Paluda.
abu meningkat seiring bertambahnya lama Data dari Tabel 5 menunjukkan pengaruh
waktu reaksi batubara, hal tersebut konsentrasi larutan asam nitrat (HNO3)
digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar 4). terhadap perubahan kadar sulfur total yang
Hal tersebut disebabkan nitrogen pada asam

4
relatif menurun pada konsentrasi 5, 10, dan 15%, konsentrasi asam 10%, yakni sebesar 15,54%,
sedangkan pada konsentrasi 20% kadar sulfur dan kadar abu terendah ditemukan pada
total terjadi peningkatan kadar dari 0,99% konsentrasi asam 5%, yakni sebesar 16,81%.
menjadi 1,07% kemudian kadar kembali berhasil
diturunkan hingga 0,90% pada konsentrasi asam Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa kadar
nitrat 25%. Kadar sulfur total yang didapatkan abu menurun seiring naiknya konsentrasi HNO3.
setelah pencucian berkisar dari 0,90% hingga Hal tersebut digambarkan dalam bentuk grafik
1,13%. Hal tersebut digambarkan dalam bentuk (Gambar 6).
grafik (Gambar 5).

Gambar 6. Grafik Pengaruh Konsentrasi HNO3


Gambar 5. Grafik Pengaruh Konsentrasi HNO3 Terhadap Perubahan Kadar Abu.
Terhadap Perubahan Kadar Sulfur
Total. Gambar 6 menunjukkan serangan asam nitrat
(HNO3) relatif meningkat seiring naiknya
Gambar 5 menunjukkan kadar sulfur total konsentrasi asam yang digunakan, dan
menurun seiring bertambahnya konsentrasi ditemukan anomali (perubahan ekstrim) pada
asam yang digunakan dan didapati bahwa konsentrasi asam nitrat 10%. Hal tersebut
konsentrasi asam nitrat 25% merupakan dipengaruhi oleh pirit yang tidak terdistribusi
lingkungan yang sesuai untuk menurunkan merata pada seluruh substansi batubara. Hasil
kadar sulfur total (desulfurisasi) batubara, hal perubahan kadar abu juga sangat dipengaruhi
tersebut menunjukkan bahwa serangan asam oleh posisi keterdapatan pirit dalam partikel
nitrat (HNO3) terhadap sulfur relatif meningkat batubara, karena asam nitrat hanya mampu
seiring naiknya konsentrasi asam. bereaksi dengan mineral pirit yang terdapat
pada bagian luar partikel batubara, sedangkan
Hasil penelitian menunjukkan perubahan kadar pirit yang berada pada bagian dalam batubara
abu (ash) dari hasil proses deashing batubara sulit untuk dijangkau dan dihilangkan oleh asam
dengan waktu reaksi selama 30 menit dan nitrat, sehingga grafik dapat menunjukkan
konsentrasi HNO3 yang berbeda (Tabel 6). anomali perubahan kadar.
Tabel 6. Hasil Penurunan Kadar Sulfur Total 3.4 Analisis Persentase Penurunan Kadar
dari Konsentrasi HNO3 Yang Berbeda. Sulfur Total dan Abu.
Variabel Data perubahan kadar sulfur total dan abu
Waktu Kode Abu kemudian digunakan untuk menghitung
Konsentrasi Percobaan (%) persentase penurunan kadar, yang dapat
reaksi
HNO3 (%) dihitung dengan menggunakan persamaan
(menit)
30 5 P3 16,81 berikut:
w % − r %
30 10 P4 15,54 PST % = [ × %].........................(1)
w %
30 15 P5 16,5
A u w % −A u r %
30 20 P6 16,41 PA % = [ × %]..........................(2)
A u w %

30 25 P7 16,31
Keterangan:
PST : Penurunan Kadar Sulfur Total (%).
Tabel 7 menunjukkan bahwa kadar abu setelah
PA : Penurunan Kadar Abu (%).
proses deashing berkisar antara 15,54% hingga
ST : Kadar Sulfur Total (%).
16,81%, yang berhasil diturunkan dari kadar abu
Abu : Kadar Abu (%).
awal. Kadar abu tertinggi ditemukan pada

5
Hasil persentase penurunan ditunjukkan pada berhasil diturunkan sebesar 28,52% dari kadar
tabel berikut: abu awal. Hal tersebut digambarkan dalam
bentuk diagram (Gambar 7).
Tabel 8. Penurunan Kadar Sulfur Total dan Abu
Batubara Paluda.

Kode Penurunan kadar Penurunan


Percobaan sulfur total (%) kadar abu (%)
P2 12,1 28,52
P3 19,57 18,32
P4 24,56 24,49
P5 28,9 19,83
P6 23,42 20,26
P7 35,94 20,75
P8 22,42 5,15
P9 23,49 12,1
P10 11,74 5,49 Gambar 7. Diagram Persentase Penurunan
Kadar Sulfur Total dan Abu
Tabel 7 menunjukkan persentase penurunan Batubara Paluda, Percobaan (P)
kadar sulfur total yang berkisar pada 11,74%
hingga 35,94% dengan persentase terendah
ditemukan pada waktu reaksi 120 menit dan UCAPAN TERIMA KASIH
konsentrasi asam 10%, yang telah berhasil
diturunkan sebesar 11,74% dari kadar sulfur
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
total awal, dan kadar sulfur total tertinggi pada
saudara Akmal Saputno, ST., Rudiantom P.
waktu 30 menit dan konsentrasi 25%) yang telah
Angi, Yulianus Mendaun dan saudari Yuni
berhasil diturunkan sebesar 35,94% dari kadar
Wulan Agriani, ST., yang telah membantu
sulfur total awal.
selama tahap preparasi dan proses percobaan,
Persentase penurunan abu berkisar antara kepada saudara Rezky Agung, ST. yang telah
5,15% hingga 28,52% dengan persentase membantu dalam pembuatan peta lokasi, serta
terendah ditemukan pada waktu reaksi 45 menit kepada seluruh anggota Laboratorium Analisis
dan konsentrasi asam 10%, yang berhasil dan Pengolahan Bahan Galian Departemen
diturunkan sebesar 5,15% dari kadar abu awal, Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin
dan kadar abu tertinggi ditemukan pada waktu yang telah membantu dalam penyelesaian
15 menit dan konsentrasi asam 10%, yang telah penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Kawatra, S. K., and Eisele, T.C., 2001, Coal Desulfurization-High Efficiency Preparation Methods, New
York: Taylor & Francis, pp.1-60.

Mandasini., dan Aladin, A., 2005, “Karakterisasi, Desulfurisai dan Deashing Batubara Patukku Secara
Flotasi (Efek Waktu dan Dimensi Kolom)”, Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui
Pemanfaatan Sumber Daya Alam Untuk Pengembangan Produk dan Energi Alternatif, Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Musilim Indonesia.

Suyartono and Indria, B., 2000, “The Future of Coal and it’s Industry in Indonesia”, Indonesian Mining
Journal, Vol. 6, pp. 78-85.

Widodo, S., Sufriadin., Imai, A., and Anggayana, K., 2016, “Characterization of Some Coal Deposits
Quality by Use of Proximate and Sulfur Analysis in The Southern Arm Sulawesi, Indonesia”,
International Journal of Engineering and Science Applications, Vol. 3, pp. 137-144.

Anda mungkin juga menyukai