Anda di halaman 1dari 6

PENETAPAN KADAR ION LOGAM DENGAN ATOMIC ABSORPTION

SPECTROFOTOMETRY (AAS)
1
Eko Fahrul Umam
2
Bilal Mubarak Ahmad, 3Falah Azizah Elmaria, 4Diaz Ayu Widyasari, 5Firda Apriyani, 6Nahla
Qurrotu’ain, 7Pratiwi Nur Kinasih, 8Risma Ramjani, 9Siti Fikroh Masyruroh.
*
Kelompok 2 Praktikum Kimia Analisis Instrumen
Program Studi Kimia, FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta 15412
ABSTRAK
Kontaminasi logam berat dalam makanan dengan kadar melebihi ambang batas aman yang telah
ditetapkan dapat menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan konsumen. Garam merupakan
salah satu bahan makanan yang besar kemungkinan tercemar kontaminasi logam berat salah
satunya tembaga. Tembaga bersifat racun bagi makhluk hidup. Analisis kadar logam pada
garam dapat dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometer serapan atom (SSA).
Pada praktikum ini preparasi sampel menggunakan destruksi basah yaitu sampel ditambahkan
dengan HNO3, dilakukan pengukuran larutan standar kemudian dilakukan pengukuran sampel
dan didaptkan konsentrasi logam Cu. Hasil pengukuran didapatkan pada sampel garam tidak
ditemukan cemaran logam Cu didalamnya.
Kata Kunci : Garam, Tembaga, AAS

I. PENDAHULUAN
Banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh manusia telah banyak menimbulkan berbagai
macam efek yang buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup. Suatu tatanan lingkungan dapat
mengalami pencemaran disebabkan oleh banyak hal seperti limbah dan polusi udara.
Pencemaran yang berasal dari kegiatan manusia baik secara sadar maupun tidak sadar telah
masuk kedalam berbagai wilayah. Tercemarnya badan perairan, udara, dan tanah dapat
menyebabkan semua makhluk hidup yang berada di sekitar wilayah tersebut berpotensi untuk
menyerap dan mengakumulasi logam berat.
Kontaminasi logam berat dalam makanan dengan kadar melebihi ambang batas aman yang
telah ditetapkan dapat menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan konsumen. Toksisitas akut
dari logam-logam berat umumnya dapat menimbulkan gangguan saluran pencernaan. Logam
berat tersebut merupakan logam yang bersifat komulatif didalam tubuh (Kusnoputranto, 1996).
Salah satu metode penelitian untuk analisa kuantitatif unsur logam berat adalah
spektrofotometri serapan atom (SSA). Spektrofotometer serapan atom sangat cocok digunakan
untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam pada konsentrasi rendah. Selain itu analisis dengan
SSA juga mempunyai kepekaan yang tinggi, disamping pelaksanaannya yang sederhana
gangguannya juga sedikit.
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Garam
Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan
kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80 %) serta senyawa lainnya
seperti Magnesium Chlorida, Magnesium Sulfat, Calsium Chlorida dan lain-lain. Garam
mempunyai sifat/karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk density
(tingkat kepadatan) sebesar 0,8 – 0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 801oC (Burhanuddin,
2001).
Pembuatan garam di Indonesia adalah dengan sistem penguapan air laut menggunakan sinar
matahari (solar energy) diatas lahan tanah, namun ada beberapa daerah memproduksi garam
dengan cara memasak karena kondisi tanah yang berpori yaitu propinsi Aceh dan Bali
(Burhanuddin, 2001).
Penggunaan garam secara garis besar dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok yaitu
(Burhanuddin, 2001) :
1. Garam untuk konsumsi manusia.
2. Garam untuk pengasinan aneka pangan
3. Garam untuk industri
2.2. Tembaga
Tembaga (Cu) adalah logam dengan nomor atom 29, massa atom 63,546, titik lebur 1083
°C, titik didih 2310 °C, jari-jari atom 1,173 A° danjari-jari ion Cu2+ 0,96 A°. Tembaga adalah
logam transisi (golongan I B) yang berwarna kemerahan, mudah regang dan mudah ditempa.
Tembaga bersifat racun bagi makhluk hidup. Logam Cu termasuk logam berat essensial, jadi
meskipun beracun tetapi sangat dibutuhkan manusia dalam jumlah yang kecil. Toksisitas yang
dimiliki Cu baru akan bekerja bila telah masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah yang
besar atau melebihi nilai toleransi organisme terkait (Palar, 1994).
Paparan Tembaga dalam waktu yang lama pada manusia akan menyebabkan terjadinya
akumulasi bahan-bahan kimia dalam tubuh manusia yang dalam periode waktu tertentu akan
menyebabkan munculnya efek yang merugikan kesehatan penduduk (Widowati, 2008).

2.3. Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS)


Analisis kadar logam berat seperti Pb, Cu, dan Cd dapat dilakukan dengan metode Atomic
Absorbtion Spectrophotometer (AAS). Pemilihan metode spektrometri serapan atom karena
mempunyai sensitifitas tinggi, mudah, murah, sederhana, cepat, dan cuplikan yang dibutuhkan
sedikit (Supriyanto, dkk., 2007). Analisis menggunakan AAS juga lebih sensitif, spesifik untuk
unsur yang ditentukan, dan dapat digunakan untuk penentuan kadar unsur yang konsentrasinya
sangat kecil tanpa harus dipisahkan terlebih dahulu.
AAS merupakan instrumen yang digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur dalam
senyawa berdasarkan serapan atomnya. Digunakan untuk analisis senyawa anorganik, atau
logam (golongan alkali tanah unsur transisi). Spektrum yang diukur adalah pada daerah UV-
Vis. Sampel yang diukur harus dalam bentuk larutan jernih. Metode AAS berprinsip pada
absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang
tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.
Sampel diatomisasi dengan nyala maupun dengan tungku. Atomisasi temperatur harus
benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses atomisasinya sempurna. Biasanya
temperatur dinaikkan secara bertahap, untuk menguapkan dan sekaligus mendisosiasikan
senyawa yang dianalisis. Sumber radiasi harus bersifat sumber yang kontinyu. Sejumlah energi
radiasi yang diserap sebagai fungsi konsentrasi unsur dalam nyala merupakan dasar
spektroskopi serapan atom. Untuk beberapa unsur seperti logam alkali K dan Na, nyala udara
asetilen cukup panas tidak hanya menghasilkan atom-atom dalam keadaan dasar namun juga
menaikan jumlah atom ke keadaan elektronik tereksitasi.

III.METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 mei 2018 di laboratorium lingkungan, Pusat
Laboratorium Terpadu (PLT) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.2. Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian kali ini adalah Flame Atomic Absorption
Spectrophotometer Shimadzu F7000 (AAS Flame), Timbangan analitik, Hotplate, dan alat-alat
gelas pada umumnya.
3.3. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian kali ini berbagai macam garam rumah tangga sebagai
sample; asam nitrat, aquades, larutan standar induk Cu 10 ppm yang digunakan untuk recovery
saat pengukuran. Sedangkan standar Cu yang digunakan untuk membuat kurva kalibrasi dibuat
dengan range Cu 0,2 ppm ; 1 ppm ; 2 ppm ; 3 ppm ; 4 ppm ; dan 6 ppm.
3.4. Prosedur Penelitian
a. Pembuatan Larutan Standar Induk Tembaga (Cu)
Pembuatan kurva kalibrasi tembaga (Cu), dibutuhkan enam titik konsentrasi standar (Cu)
yaitu pada konsentrasi 0,2 ppm ; 0,5 ppm ; 1 ppm ; 2 ppm ; 3 ppm ; dan 4 ppm. Dalam proses
pembuatan larutan standar cuprum, pertama – tama disiapkan larutan standar induk cuprum 100
ppm (sudah tersedia). Kemudian, dipipet 10 mL standar cuprum 100 ppm dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 mL. Lalu, ditambahkan aquades hingga tanda tera. Maka, didapatkan
larutan standar cuprum 100 ppm. Larutan standar konsentrasi yang dibutuhkan dibuat dengan
mengencerkan larutan standar cuprum 100 ppm.
b. Pembuatan Larutan Uji (sampel garam)
Pada proses preparasi sample, pertama disiapkan sample garam dengan berbagai merek
sebanyak 7 buah. Masing – masing erlenmeyer diberi label CA ; DA ; EA ; FA ; GA ; AA ; dan
BA. Kemudian ditimbang sample garam tersebut masing – masing duplo ke dalam erlenmeyer.
Jadi, total penimbangan pada preparasi adalah sebanyak 14 buah ditambah 1 blanko. Kemudian,
ditambahkan dengan aquades sampai larut. Lalu, dilakukan penambahan asam nitrat (HNO3)
pekat sebanyak 1 mL. Kemudian disaring ke dalam labu ukur 100 mL dengan kertas saring
whattman 42. Lalu, ditepatkan dengan aquades sampai tanda tera.
c. Pengukuran Konsentrasi Logam Cu
Dilakukan pengukuran standar Cu yang telah dibuat sebelumnya. Standar Cu diinjek ke
dalam alat spektrofotometer serapan atom flame F7000 sampai didapatkan grafik standar Cu.
Kemudian injek dibersihkan dengan aquades. Selanjutnya sample yang telah di terakan pada
labu ukur 100 mL kemudian dilakukan pengujian pengukuran logam Cu dengan alat
Spektrofotometer Serapan Atom Flame F7000 sampai didapatkan konsentrasi dari masing -
masing logam Cu tersebut.

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum ini dilakukan penentuan konsentrasi logam Cu dalam beberapa sampel
garam yang dijual di pasaran menggunakan spektrofotometer serapan atom. Sebelum
pengukuran sampel, dilakukan penentuan kurva kalibrasi dengan pengukuran absorbansi
dilakukan pada berbagai konsentrasi nitrit, yaitu 0,2; 0,5; 1; 2; 3; dan 4 ppm pada Tabel 1
Tabel 1. Data Pengukuran Larutan Standar Cu
Larutan Konsentrasi Absorbansi
Standar ID Larutan (ppm) Larutan Standar
Standar 1 0,2 0.0470
Standar 2 0,5 0.1213
Standar 3 1,0 0.2178
Standar 4 2,0 0.4149
Standar 5 3,0 0.5983
Standar 6 4,0 0.7749
Data absorbansi dibuat kurva kalibrasi seperti pada Gambar 1, untuk menghubungkan antara
absorbansi dengan konsentrasi.

Kurva Kalibrasi Standar


0.9
0.8
y = 0.1905x + 0.0227
0.7
Absorbansi (nm)

R² = 0.9989
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Konsentrasi (mg/L)

Gambar 2. Kurva kalibrasi standar


Di dapat persamaan regresi y = 0.1905x + 0.0227 dengan kolerasi R² = 0,9989 mendekati nilai
1. Hasil pengujian parameter linieritas dalam penelitian ini sudah memenuhi persyaratan yang
ada. Pembuatan kurva kalibrasi bertujuan untuk menghitung kadar logam pada sampel garam
yang dianalisis menggunakan spektrofotometer AAS.
Identifikasi cemaran logam Cu pada garam konsumsi dengan menganalisa 8 sampel garam
menggunakan spektrofotometer serapan atom. Kadar logam Cu dalam sampel garam dapat
dilihat pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Data absorbansi dan konsentrasi cemaran Cu

Konsentrasi
No. Sample ID Absorbansi (A)
sebenarnya (ppm)
1 Garam CA -0,1171 0,0004
2 Garam DA -0,1155 0,0007
3 Garam EA -0,1176 0,0003
4 Garam FA -0,1171 0,0004
5 Garam GA -0,1187 0,0001
6 Garam AA -0,1187 0,0001
7 Garam BA -0,1171 0,0004

Kadar logam Cu dalam sampel garam konsumsi yang didapat dalam penelitian kali ini secara
keseluruhan memberikan hasil negatif atau bisa disebut tidak ada. Menurut SNI 01-4435-2000
disebutkan bahwa syarat mutu garam beriodium untuk cemaran tembaga adalah maksimal 10
ppm. Kontaminasi logam berat Cu pada garam bisa disebabkan dari bahan baku air laut yang
telah tercemar logam-logam berat yang ikut terbawa saat proses pembuatan garam. Maka perlu
dilakukan proses pencucian garam secara mekanis sesuai dengan persyaratan teknis pengolahan
garam beriodium yang telah diatur dalam Peraturan Mentri Perindustrian No 42/M-
IND/PER/11/2005. Gejala yang timbul pada keracunan Cu akut pada manusia adalah mual,
muntah, sakit perut, hemolisis netrofisis, kejang dan akhirnya mati. Pada keracunan kronis, Cu
tertimbun dalam hati dan menyebabkan hemolisis. Hemolisis terjadi karena tertimbunya H2O2
dalam sel darah merah sehingga terjadi oksidasi dari lapisan sel yang mengakibatkan sel
menjadi pecah. Definisi suhu dapat menyebabkan anemia dan pertumbuhan terhambat
(Darmono, 1995).

V. PENUTUP
Kesimpulan
Analisis cemaran logam berat dalam suatu bahan pangan dapat dilakukan menggunakan alat
spektrofotometer AAS. Pada penelitian kali ini tidak ditemukan cemaran logam Cu dalam pada
semua sampel garam yang diuji.
DAFTAR PUSTAKA

Kusnoputranto, H. (1996). Pengantar Toksikologi Lingkungan. Jakarta: Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia.
Darmono, S. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI Press.

Anda mungkin juga menyukai