Anda di halaman 1dari 14

Praktikum Sanitasi dan Kemasan

Pangan

LOGAM BERAT
TEMBAGA (CU)
PADA IKAN

KELOMPOK 3 :
1. Farida Zaenur Yani (2019340036)
2. Mareta Windi Daramurli (2019340008)
3. Novia Angel Sijabat (2019340056)
4. Tessa Rahmania (2019340003)
5. Anastacia Melya Sumarjo (2019340042)
PENDAHULUAN
Pencemaran lingkungan air terjadi karena pembuangan limbah yang
dihasilkan industri yang dibuang ke badan air. Pada dasarnya limbah industri
terbagi atas limbah cair, padat dan gas. Limbah industri ini merupakan bahan
toksik yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup, terutama yang
melibatkan logam berat dalam proses produksinya. Logam berat merupakan
komponen yang banyak terdapat di alam, beberapa diantaranya berperan
dalam kehidupan makhluk hidup sedangkan sebagian merupakan kelompok
bahan toksik yang berbahaya jika melebihi kapasitasnya

Logam Cu merupakan salah satu logam yang dihasilkan


oleh industri. Logam Cu digolongkan kedalam logam berat
esensial dalam konsentrasi yang sangat kecil, akan tetapi
bila pada kosentrasi tinggi logam Cu akan menjadi racun
bagi makhluk hidup
TEMBAGA (CU)
Cuprum atau tembaga adalah mineral
yang memiliki banyak manfaat bagi tubuh.
Tembaga mendukung kinerja pembuluh
darah, sistem saraf, dan sistem imun,
berperan dalam pertumbuhan tulang,
serta membantu pembentukan sel darah.
Kebutuhan tembaga umumnya dapat
dipenuhi dari konsumsi makanan sehari-
hari. Akan tetapi, beberapa kondisi dapat
menyebabkan peningkatan kebutuhan
mineral ini, sehingga perlu dicukupi dari
suplemen. Kondisi tersebut antara lain luka
bakar, diare, penyakit Celiac, penyakit
ginjal, dan penyakit pankreas.
MEKANISME KONTAMINASI CU

DALAM TUBUH
Tembaga yang terkandung di dalam makanan akan dikonsumsi manusia melalui
jalur oral. Kemudian tembaga tersebut secara cepat memasuki aliran darah dan
didistribusikan ke seluruh tubuh.
Meskipun tembaga merupakan salah satu logam esensial yang dibutuhkan oleh
manusia untuk metabolisme dalam hemoglobin dan dapat diekskresikan melalui
rambut, keringat, darah menstruasi, feses serta urine akan tetapi proses tersebut
membutuhkan waktu yang cukup lama sehinga logam berat tersebut dapat
terakumulasi di dalam jaringan tubuh terutama pada bagian hati dan ginjal.
Oleh sebab itu, apabila konsentrasi logam tembaga yang masuk ke dalam tubuh
tinggi maka tembaga tersebut akan bersifat racun di dalam tubuh karena akan sulit
tereksresikan
CARA PENANGGULANGAN
PEMCEMARAN
Proses pencegahan terjadinya pencemaran lebih baik daripada
penanggulangan pencemaran yang telah terjadi. Usaha-usaha tersebut
dapat dilakukan, diantaranya melalui menjaga air tanah agar tetap bersih
misalnya (Palar, 2004) :
1. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan
ataupemukiman
2. Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencermari
lingkungan atauekosistem
3. Pengawasan terhadap penggunaan jenis pestisida dan zat–zat kimia
lain yang dapat menimbulkan pencemaran
4. Memperluas gerakan penghijauan
5. Tindakantegas terhadapperilakupencemaranlingkungan
6. Memberikan kesadaran terhadap masyaratkat tentang arti lingkungan
hidup sehingga manusia lebih lebih mencintai lingkungan hidupnya
7. Melakukan intensifikasi pertanian
BIOREMOVAL / BIOABSORBSI
Bioremoval adalah terakumulasinya bahan
penyebab polusi ataupolutan dalam suatu
perairan oleh material biologi, dan material
tersebut mempunyai kemampuan untuk untuk membentuk ikatan antara logam
merecovery polutan sehingga dapat berat dengan mikroorganisme maka
dibuang dan ramah terhadap lingkungan bioabsorpsi merupakan kemampuan
material biologi untuk mengakumulasikan
logam berat melalui media metabolisme
ataujalur psiko-kimia. Proses bioabsorpsi
ini dapat terjadi karena adanya material
biologi yang disebut biosorben dan
adanya larutan yang mengandung logam
berat dengan afinitas yang tinggi sehingga
mudah terikat pada biosorben
KASUS KERACUNAN AKIBAT

TEMBAGA (CU)
Salah satu kasus yang terjadi akibat paparan tembaga (Cu) adalah kasus
keracunan. Kasus keracunan tembaga (Cu) akut pernah terjadi di New Delhi, India.
Kasus ini disebabkan oleh garam CuSO4 atau tembaga (II) sulfat dan
menyebabkan sekitar 250 orang terserang keracunan. Adapun gejala keracunan
yang timbul yaitu adanya rasa logam pada saluran pernapasan penderita, adanya
rasa terbakar pada epigastrium (bagian atas perut) dan muntah yang terjadi
secara berulang-ulang, mengalami diare pada hari pertama dan kedua setelah
terpapar CuSO4 dan terjadinya pendarahan pada saluran gastrointestinal (usus

Sedangkan pada penelitian di tahun 2019, dari 30 responden, sebanyak 21


responden berpotensi besar memiliki risiko kesehatan nonkarsinogenik ketika
mengonsumsi ikan nila yang 30 terpajan tembaga (Cu) (Anggraini and Anwar,
2019). Untuk risiko kesehatan yang dirasakan oleh masyarakat berdasarkan
wawancara adalah diare disertai sakit kepala, sakit kepala, diare, mual serta
muntah.
Analisis Logam Berat Tembaga (Cu) Pada Produk
Ikan Kemasan Kaleng

Ikan yang dikemas dalam kemasan kaleng dapat


terkontaminasi logam berat yang berasal dari
komponen kaleng, alat-alat produksi dan proses
pengemasan. Kontaminasi logam berat akan
berbahaya bila masuk ke dalam metabolisme tubuh
dalam jumlah melebihi ambang batas yang ditentukan
oleh Balai Pengawasan Obat-obatan dan Makanan
(BPOM). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
logam berat Tembaga (Cu) dengan tiga merek berbeda
yang di ambil secara acak. Pada pengujian kualitatif
digunakan larutan Ditizon 0,005% b/v untuk
mengetahui adanya kandungan logam berat tembaga
(Cu) pada sampel.
Metode Penelitian

Alat Bahan

Sampel ikan kemasan kaleng produksi


Instrumen Spektroskopi Serapan Atom
Sulawesi Utara

Alat-alat gelas Aquabides

Neraca Analitik HNO3 65%

Hot Plate Larutan NaOH 1N

Tanur Kertas saring

Larutan Standar Cu 1000 ppm

Larutan ditizon 0,005% b/v


Metode Penelitian
Analisis Kualitatif Sampel Analisis Kuantitatif Sampel
Uji Warna

Timbang 20 g sampel ke dalam gelas piala


Diambil 2 gram sampel ikan kemasan
ukuran 250 mL
kaleng lalu dipanaskan di hotplate.
Tambah aquades 20 mL dan 5 mL HNO3
Masukkan sampel kedalam tanur dan
65%.
ditanur pada suhu 550 0C selama 30
Panaskan pada hot plate
menit.
Saring dengan kertas saring kedalam labu
Setelah ditanur kemudian sampel
takar 50 mL dan diencerkan dengan
ditambah HNO3
menggunakan aquades sampai tanda
Saring dan diencerkan menggunakan
batas.
aquabides kedalam labu takar 50 mL.
Masukkan 5 mL sampel ke dalam tabung
Sampel dibaca di spektrofotometer
reaksi
serapan atom.
Tambahkan larutan NaOH 1N hingga pH 3,5
Penentuan secara kuantitatif dilakukan
kemudian tambahkan 5mL larutan ditizon
pada panjang gelombang 324,7 dengan
0,005% b/v
menggunakan spektrofotometer serapan
kocok, apabila terbentuk warna ungu
atom
berarti sampel mengandung Cu (Vogel,
1985).
Hasil dan Pembahasan

Analisis Kualitatif

Tabel 1 di samping menunjukan bahwa


ketiga sampel yang telah diuji dengan
tiga kali pengulangan (sembilan kali
pengujian) tidak mengandung logam
berat tembaga (Cu). Hal ini dapat dilihat
dari warna kuning yang terbentuk pada
semua sampel yang diuji. Sedangkan
sampel dapat dikatakan positif apabila
berwarna ungu.
Hasil dan Pembahasan

Penetapan kadar logam berat tembaga (Cu) dilakukan


Analisis Kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom
(SSA) pada panjang gelombang 324,75 nm.
Hasil pada tabel di samping memperlihatkan bahwa
konsentrasi logam Cu pada sampel 306 sebesar 0,0178
mg/Kg, sampel 307 sebesar 0,0143 mg/Kg, dan sampel
308 tidak mengandung logam Cu.
Hasil tersebut menunjukan bahwa sampel yang
digunakan masih dibawah ambang batas yang telah
ditetapkan oleh BPOM berdasarkan S.K Dirjen BPOM No.
03725/B/SK/VII/89 yaitu 20,0 mg/Kg.
Tidak tercemarnya sampel dari cemaran logam Cu
membuktikan bahwa sampai dengan penentuan, belum
tercemar oleh wadah penyimpanan maupun
kontaminan lainnya.
KESIMPULAN

Hasil analisis logam Cu dalam sampel ikan kemasan


kaleng di Sulawesi Utara (Manado) menunjukkan
bahwa konsentrasi logam berat tembaga (Cu) tidak
melampaui batas maksimum cemaran logam dalam
makanan berdasarkan SK Dirjen Pengawasan Obat
dan Makanan No : 03725/B/SK/VII/89 dan aman untuk
dikonsumsi.

Anda mungkin juga menyukai