Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

ENVIRONMENTAL HEALTH LABORATORY

LOGAM BERAT MAKANAN

Dosen Pengampu:

Ike Dian Wahyuni, S. KL, M. KL

Oleh:

Divia Irsadioni

1711.13251.287

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA


PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN LINGKUNGAN
MALANG
2020
Lembar Persetujuan

Laporan

Environmental Health Laboratory

Logam Berat Makanan

Disusun oleh:

Divia Irsadioni

NIM. 1711.13251.287

Malang, Agustus 2020

Menyetujui untuk Diuji

(Ike Dian Wahyuni, S.KL., M.KL)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan kadang menghasilkan

dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif

maupun negatif. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah

turunnya kualitas pangan. Salah satu faktor pencemaran pangan yang paling

penting adalah limbah logam berat. Logam berat merupakan istilah yang

digunakan untuk unsur-unsur transisi yang mempunyai massa jenis atom

lebih besar dari 6 g/cm3 . Merkuri (Hg), timbal (Pb), dan sianida adalah

contoh logam berat yang sering mengontaminasi bahan pangan

(Widyaningrum dkk, 2017).

Udang merupakan sumberdaya perikanan yang terdapat di sepanjang

sungai. Keberadaanya sangat penting dalam memenuhi kebutuhan akan

lauk pauk sebagai sumber protein hewani yang baik dalam menunjang

perkembangan tubuh. Rasanya yang gurih rnenjadikan udang galah sangat

popular, baik sebagai komoditas konsumsi masyarakat setempat maupun

sebagai komoditas ekspor. Produk perikanan yang baik haruslah memenuhi

standar kesehatan dan keamanan konsumsi seperti terbebas dari zat-zat

logam berat yang berbahaya seperti merkuri (Triana dkk, 2012).

Merkuri (Hg) adalah salah satu jenis logam berat yang sangat berbahaya,

sangat beracun dan sangat bioakumulatif (Chen, dkk., 2012). Sebagai unsur,

merkuri (Hg) berbentuk cair keperakan pada suhu kamar. Merkuri

membentuk berbagai persenyawaan baik anorganik (seperti oksida, klorida,

dan nitrat) maupun organik. Merkuri dapat menjadi senyawa anorganik

melalui oksidasi dan kembali menjadi unsur merkuri (Hg) melalui reduksi.
Merkuri anorganik menjadi merkuri organik melalui kerja bakteri anaerobic

tertentu dan senyawa ini secara lambat berdegredasi menjadi merkuri

anorganik. Merkuri mempunyai titik leleh 38,87 dan titik didih 35 C (Kamsiati

dkk, 2018).

Beras merupakan bahan pangan penting dan menjadi makanan pokok

lebih dari setengah penduduk dunia, termasuk Indonesia. Konsumsi beras di

Indonesia pada tahun 2016 mencapai 98,01 kg/kapita/tahun yang jika

dikonversikan dengan jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 258,7 juta

jiwa pada tahun 2016 (BPS, 2017), maka konsumsi beras di Indonesia

mencapai lebih dari 25,35 juta ton. Oleh karena itu ketersediaan beras

merupakan hal yang penting untuk dipenuhi. Limbah limbah rumah tangga,

hasil penambangan atau industri serta penggunaan pupuk kimia dan

penyalahgunaan pestisida seringkali membuat produk pertanian seperti

beras memiliki potensi terkontaminasi logam berat (Syahfitri dkk, 2011).

Salah satunya adalah sianida.

Sianida adalah kelompok senyawa yang mengandung gugus siano

(−C≡N) yang terdapat dialam dalam bentuk-bentuk berbeda. Sianida di alam

dapat diklasifikasikan sebagai sianida bebas, sianida sederhana, kompleks

sianida dan senyawa turunan sianida. Tingkat ketoksikan sianida ditentukan

jenis, konsentrasi dan pengaruhnya terhadap organisme hidup (Pitoi, 2015).

Ikan merupakan komoditi pangan yang dihasilkan dari perairan antara lain

ikan, udang, kerang atau kepiting dan cumi-cumi. Ikan pada umumnya lebih

banyak dikenal daripada hasil perikanan yang lain karena paling banyak di

tangkap dan dikonsumsi. Menurut tempat hidupnya terapat tiga golongan

ikan yaitu ikan laut, ikan darat (ikan air tawar) dan ikan migrasi (Warsito dkk,

2015). Ikan asin atau ikan kering merupakan hasil proses penggaraman dan

pengeringan. Ikan ini mempunyai kadar air rendah karena penyerapan oleh
garam dan penguapan oleh panas. Beberapa jenis ikan yang biasanya

diawetkan menjadi ikan asin atau ikan kering adalah ikan kakap, tenggiri,

tongkol, kembung, layang, teri, petek, mujair, dan lain–lain (Antoni, 2010).

Semakin berkembangnya industri di Indonesia membuat kondisi mutu ikan di

perairan mengalami penurunan. Penurunan kualitas mutu ikan ikan di

perairan ini disebabkan oleh terkontaminasinya zat berbahaya logam berat

seperti timbal.

Keberadaan logam berat dalam lahan, air, dan udara yang dapat

mengontaminasi produk pangan dapat membahayakan kesehatan manusia.

Udang, ikan asin dan juga beras menjadi produk pangan yang dicurigai

terdapat logam berat dan jmakanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat

Indonesia. Leh karena itu dilakukanlah pengujian logam berat makanan pada

udang, ikan asin dan juga beras.

1.2 Tujuan

1.2.1 tujuan umum

a. untuk mengetahui keberadaan logam berat pada makanan

1.2.2 tujuan khusus

a. Untuk mengetahui kadar logam berat pada sampel uji

b. Untuk mengetahui prosedur kerja logam berat makanan pada sampel

uji

c. Untuk mengetahui efek logam berat terhadap kesehatan manusia


BAB II

METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat

Pengambilan Sampel Udang

Hari, tanggal : Minggu, 23 agustus 2020

Waktu : 10.00 wib

Tempat : pasar sulfat

Pengambilan Sampel beras

Hari, tanggal : Minggu, 23 agustus 2020

Waktu : 09.00 wib

Tempat : pasar pasuruan

Pengambilan Sampel ikan asin

Hari, tanggal : Minggu, 23 agustus 2020

Waktu : 15.00 wib

Tempat : pasar blimbing

Pemeriksaan Sampel :

Hari & tanggal : senin, 24 agustus 2020

Waktu : 11 WIB – selesai

Tempat : laboratorium kesehatan lingkungan STIKES

Widyagama Husada Malang

2.2 Alat Dan Bahan

2.2.1 Alat dan bahan merkuri

Alat

a. beaker glass (50 ml) 3 buah

b. spatula

c. pipet tetes
d. rak tabung reaksi

e. tabung reaksi

f. neraca digital

g. saringan

h. gelas ukur

Bahan

a. sampel uji (udang)

b. hand scoon

c. masker

d. tissue

e. alumunium foil

f. kassa

Reagent

a. botol pereaksi merkuri

b. kertas strip merkuri

2.2.2 alat dan bahan sianida

Alat

a. beaker glass (50 ml) 3 buah

b. spatula

c. rak tabung reaksi

d. tabung reaksi

e. komparator disk

f. neraca digital

g. saringan

h. gelas ukur

Bahan

a. sampel uji (beras)


b. hand scoon

c. masker

d. tissue

e. alumunium foil

Reagent

a. 1 buah reagen CN-1

b. 1 buah reagen CN-2

2.2.3 alat dan bahan timbal

Alat

a. beaker glass (50 ml) 3 buah

b. spatula

c. rak tabung reaksi

d. tabung reaksi

e. pH indikator

f. neraca digital

g. saringan

h. gelas ukur

Bahan

a. sampel uji (ikan asin)

b. hand scoon

c. masker

d. tissue

e. alumunium foil

f. kassa

g. plumbum test strip

Reagent
a. reagent pb-1

2.3 Prosedur Pratikum

2.3.1 prosedur praktikum merkuri

a. Menimbang sampel uji (udang) yang telah di haluskan sebanyak 25 gram

di neraca digital

b. Siapkan beaker glass dan masukkan sampel makanan 25 gr dalam

volume 50 ml aquadest dan hancurkan dengan pengaduk sampai larut

seluruhnya, untuk sampel minuman yang sudah cair tidak perlu

dilakukan perlakuan awal.

c. Siapkan tabung reaksi masukkan 5 ml sampel serta tambahkan reagent

“mercury – 1 “ sebanyak 3 tetes di aduk hingga merata.

d. Siapkan “kertas mercury” teteskan sampel sebanyak 3 tetes pada

perlakuan “ 3 “ pada permukaannya dan diamkan beberapa saat

e. Jika sampel mengandung mercury, kertas mercury akan terjadi

perubahan warna menjadi biru keunguan semakin tinggi konsentrasi

mercury semakin pekat warna birunya.

f. Untuk lebih meyakinkan bandingkan dengan standard mercury yang di

perlakukan sebagai sampel.

g. Bandingan dengan deret standart warna / Color Chart Mercury untuk

mengetahui kandungan Mercury pada sampel.

2.3.2 prosedur praktikum sianida

a. Timbang sampel uji (beras) menggunakan neraca digital sebanyak 25 gr

b. Siapkan beaker glass dan masukkan sampel makanan 25 gr dalam

volume 50 ml aquadest dan hancurkan dengan pengaduk sampai larut

seluruhnya, untuk sampel minuman yang sudah cair tidak perlu dilakukan

perlakuan awal.

c. Masukkan sampel kedalam tabung uji sebanyak 5 ml.


d. Teteskan 1-3 reagent pada sampel yang akan diuji

e. Aduk beberapa kali dan diamkan selama 1 menit agar bereaksi

f. Perlahan tekan test strips kepermukaan sample agar terendam pada

zone reaksi

g. Setelah 1 menit, bandingkan bahan bereaksi dengan skala warna

2.3.3 prosedur praktikum timbal

a. Menimbang sampel uji (ikan asin) yang telah di haluskan sebanyak 25

gram di neraca digital

b. Masukkan sampel yang telah dimbal ke dalam beaker glass yang berisi

larutan aquadest sebanyak 50 ml

c. Aduk hingga homogen

d. Bilas tabung reaksi dengan sampel yang akan diuji dan masukkan 5 ml

sampel

e. Tambahkan 3 tetes reagent (asam cuka) dan aduk dengan hati-hati

f. Ambil test strips kemudian masukkan pada larutan yang akan diuji

selama 1 detik

g. Bandingkan Test strip tadi dengan skala warna yang ada pada tabung

test strip setelah 2 menit.


BAB III

HASIL PRAKTIKUM

3.1 Data Hasil Pengamatan

Berdasarkan praktikum pengujian merkuri didapati hasil:

Tabel 3.1 Data Hasil Praktikum

No. Sampel Jenis yg Hasil Keterangan


Merkuri Sampel kontrol
diuji
1. Udang Merkuri 50 100 0 Mengandung merkuri
2 Ikan asin Timbal - 0 0 Tidak mengandung

timbal
3 beras Sianida - 0 0 Tidak mengandung

sianida

Berdasarkan pada tabel 3.1 dari ketiga sampel uji dengan parameter

merkuri, timbal dan sianida, yang positif mengandung logam berat yaitu

udang dengan hasil sebesar 100 mg/kg.

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Analisa Prosedur

4.1.1Merkuri

1. Pada praktikum pengujian merkuri hal pertama yang dilakukan adalah

mempersiapkan alat dan bahan.

2. Menimbang sebanyak 25 gr udang yang sudah dhaluskan menggunakan

neraca digital.

3. Menuangkan aquades sebanyak 50 ml kedalam beaker glass.

Penggunaan aquades berfungsi sebagai pelarut untuk melarutkan

(Handayani, A dan Hermita.W, 2015). Lalu campurkan sampel udang

yang sudah ditimbang ke dalam larutan aquades

4. Aduk hingga homogen, pengadukan ini bertujuan untuk menghasilkan

larutan sampel. Dikarenakan larutan sampel terlalu pekat, maka

dilakukan penyaringan menggunakan kain kassa

5. Memasukkan larutan sampel ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml

menggunakan gelas ukur dan diberi label. Label ini berfungsi untuk

menandai sebuah larutan agar tidak tertukar

6. Terdapat 3 jenis larutan sampel yang dimasukkan ke dalam tabung

reaksi yaitu merkuri, control dan sampel

7. Memasukkan reagent merkuri dan juga pereaksi ke dalam tabung yang

berlabelkan “merkuri”. Lalu masukkan pereaksi kedalam tabung yang

berlabelkan “sampel”. Untuk tabung yang berlabelkan control tidak diberi

perlakuan apapun sebagai pembanding.

8. Setelah memasukkan reagent ke dalam larutan sampel, dikocok hingga

homogen. Hal ini bertujuan agar larutan dan juga reagent tercampur

dengan sempurna
9. Mengambil semua larutan sampel menggunakan pipet tetes dan

teteskan pada kertas strip merkuri hingga semua bagian kertasnya

terpenuhi dan dikibaskan.

10. Lakukan pembacaan setelah beberapa saat pada color chart yang

terdapat pada botol strip merkuri

4.1.2 Sianida

1. Pada praktikum pengujian sianida hal pertama yang dilakukan adalah

mempersiapkan alat dan bahan

2. Menimbang sebanyak 25 gr beras menggunakan neraca digital

3. Menuangkan aquades sebanyak 50 ml kedalam beaker glass.

Penggunaan aquades berfungsi sebagai pelarut untuk melarutkan

(Handayani, A dan Hermita.W, 2015). Lalu campurkan sampel beras

yang sudah ditimbang ke dalam larutan aquades. Dan aduk hingga

homogen

4. Memasukkan larutan sampel ke dalam tabung reaksi sebanyak 6 ml

menggunakan gelas ukur dan diberi label. Label ini berfungsi untuk

menandai sebuah larutan agar tidak tertukar

5. Terdapat 2 jenis larutan sampel yang dimasukkan ke dalam tabung

reaksi yaitu control dan sampel

6. Menambahkan 1 microspoon cn-1 dan 1-3 tetes cn-2 ke dalam tabung

yang berlabel “sampel”. Untuk tabung yang berlabelkan control tidak

diberi perlakuan apapun sebagai pembanding.

7. Celupkan kertas strip ke dalam semua tabung dan dikibaskan

8. Melakukan pembacaan setelah beberapa saat pada color chart

4.1.3 Timbal

1. Pada praktikum pengujian timbal hal pertama yang dilakukan adalah

mempersiapkan alat dan bahan


2. Menimbang sebanyak 25 gr ikan asin yang sudah dihaluskan

menggunakan neraca digital

3. Menuangkan aquades sebanyak 50 ml kedalam beaker glass.

Penggunaan aquades berfungsi sebagai pelarut untuk melarutkan

(Handayani, A dan Hermita.W, 2015). Lalu campurkan sampel ikan asin

yang sudah ditimbang ke dalam larutan aquades. Dan aduk hingga

homogen

4. Memasukkan larutan sampel ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml

menggunakan gelas ukur dan diberi label. Label ini berfungsi untuk

menandai sebuah larutan agar tidak tertukar

5. Terdapat 2 jenis larutan sampel yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi

yaitu control dan sampel

4.2 Analisa Hasil

4.2.1 Merkuri

Hasil yang didapat pada praktikum logam berat makanan adalah 100

untuk merkuri yang didapat pada sampel udang. Menurut SNI 7387-2009

merkuri memiliki batas aman pangan dalam golongan ikan yaitu 1,0 mg/kg

sama halnya dengan peraturan BPOM Nomor 5 Tahun 2018, batas

maksimum untuk logam berat merkuri pada pangan seperti ikan yaitu 1,0

mg/kg maka sampel udang melebihi standart batas aman.

Merkuri, ditulis dengan simbol kimia Hg yang berarti “perak cair” (liquid

silver) adalah jenis logam sangat berat yang berbentuk cair pada temperatur

kamar, berwarna putih-keperakan, memiliki sifat konduktor listrik yang cukup

baik, tetapi sebaliknya memiliki sifat konduktor panas yang kurang baik.

Merkuri membeku pada temperatur –38.90C dan mendidih pada temperatur

3570C. Merkuri adalah unsur kimia sangat beracun (toxic), dapat bercampur

dengan enzim didalam tubuh manusia menyebabkan hilangnya kemampuan


enzim untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang penting.

Logam Hg ini dapat terserap kedalam tubuh melalui saluran pencernaan dan

kulit (Mirdat dkk, 2013).

Berdasarkan sifat fisik dan kimianya merkuri (Hg) memiliki urutan sifat

toksisitas yang paling tinggi diantara logam berat lainnya. Tingkat atau daya

racun logam berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah)

sebagai berikut merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb),

krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co) (Sutamihardja dkk, 1982). Sebagian

besar logam merkuri akan terakumulasi dalam ginjal, otak, hati, dan janin

( Auliyah, dkk.2018).

Pengaruh merkuri terhadap kesehatan manusia yaitu akut dan kronis.

Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui

dengan mengamati gejala - gejala berupa : peradangan pada tekak

(pharyngitis), dyspaghia, rasa sakit pada bagian perut, mual - mual dan

muntah, murus disertai dengan darah dan shock. Bila gejala - gejala awal ini

tidak segera diatasi, penderita selanjutnya akan mengalami pembengkakan

pada kelenjar ludah, radang pada ginjal (nephritis), dan radang pada hati

(hepatitis). Keracunan kronis yang disebabkan oleh merkuri, peristiwa

masuknya sama dengan keracunan akut, yaitu melalui jalur pernafasan dan

makanan. Akan tetapi pada peristiwa keracunan kronis, jumlah merkuri yang

masuk sangat sedikit sekali sehingga tidak memperlihatkan pengaruh pada

tubuh. Namun demikian masuknya merkuri ini berlangsung secara terus

menerus sehingga lama kelamaan jumlah merkuri yang masuk dan

mengendap dalam tubuh menjadi sangat besar dan melebihi batas toleransi

yang dimiliki tubuh sehingga gejala keracunan mulai terlihat (chamid dkk,

2010).

4.2.2 Sianida
Hasil yang didapat pada praktikum logam berat makanan adalah 0 atau

negatif untuk sianida yang didapat pada sampel beras. Untuk sianida, batas

aman pada pangan yaitu 1,0 mg/kg.

Sianida adalah senyawa kimia dari kelompok Siano, yang terdiri dari 3

buah atom karbon yang berikatan dengan nitrogen (C=N), dan dikombinasi

dengan unsur-unsur lain seperti kalium atau hidrogen. Secara spesifik,

sianida adalah anion CN- . Senyawa ini ada dalam bentuk gas, liquid (cairan)

dan solid (garam). Kata “sianida” berasal dari bahasa Yunani yang berarti

“biru” yang mengacu pada hidrogen sianida yang disebut Blausäure ("blue

acid") di Jerman. Sianida dapat terbentuk secara alami maupun dibuat oleh

manusia dan memiliki sifat racun yang sangat kuat dan bekerja dengan

cepat. Contohnya adalah HCN (hidrogen sianida) dan KCN (kalium sianida)

(Cahyawati dkk, 2017).

Sianida bersifat sangat letal karena dapat berdifusi dengan cepat pada

jaringan dan berikatan dengan organ target dalam beberapa detik. Sianida

dapat berikatan dan menginaktifkan beberapa enzim, terutama yang

mengandung besi dalam bentuk Ferri (Fe3+) dan kobalt. Kombinasi kimia

yang dihasilkan mengakibatkan hilangnya integritas struktural dan efektivitas

enzim. Sianida dapat menyebabkan terjadinya hipoksia intraseluler melalui

ikatan yang bersifat ireversibel dengan cytochrome oxidase a3 di dalam

mitokondria. Cytochrome oxidase a3 berperan penting dalam mereduksi

oksigen menjadi air melalui proses oksidasi fosforilasi. Akibatnya adalah

terjadi pergeseran dalam metabolisme dalam sel yaitu dari aerob menjadi

anaerob (Cahyawati dkk, 2017).

4.2.3 Timbal

Sedangkan untuk timbal, Menurut SNI 7387-2009 batas aman pada

pangan seperti ikan yaitu 0,4 mg/kg. Sedangkan menurut WHO batas aman
sianida yaitu 50 mg/kg. maka untuk sampel ikan asin tidak terdapat

kontaminasi dari logam berat ini karena hasil kedua sampel negatif.

Timbal (Pb) termasuk dalam kelompok logam berat golongan IVA dalam

Sistem Periodik Unsur kimia, mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom

207,2, berbentuk padat pada suhu kamar, bertitik lebur 327,4 0C dan

memiliki berat jenis sebesar 11,4/l. Pb jarang ditemukan di alam dalam

keadaan bebas melainkan dalam bentuk senyawa dengan molekul

lain,misalnya dalam bentuk PbBr2 dan PbCl2 (Gusnita, 2012).

Timbal (Pb) mempunyai sifat persisten dan toksik serta dapat

terakumulasi dalam rantai makanan. Absorpsi timbal di dalam tubuh sangat

lambat, sehingga terjadi akumulasi dan menjadi dasar keracunan yang

progresif. Keracunan timbal ini menyebabkan kadar timbal yang tinggi dalam

aorta, hati, ginjal, pankreas, paru-paru, tulang, limpa, testis, jantung dan otak

(Raharjo.dkk.2018).

US EPA telah mengklasifikasikan bahwa timbal termasuk senyawa

karsinogenik yang tergabung dalam kelompok B2. Timbal memungkinkan

efek yang karsinogenik pada hewan, namun belum pada manusia karena

kurangnya informasi yang memadai. International Agency for Research on

Cancer (IARC) mengklasifikasikan bahwa senyawa-senyawa timbal

anorganik memungkinkan efek karsinogenik pada manusia (Grup 2A), yang

didapat berdasarkan data yang terbatas untuk efek karsinogenik pada

manusia dan bukti yang cukup pada hewan.8 American Conference of

Governmental Industrial Hygienists (ACGIH) mengungkapkan bahwa

meskipun timbal dikategorikan sebagai senyawa yang karsinogenik namun

untuk paparan melalui jalur selain biasanya atau inhalasi, tidak menunjukkan

adanya risiko karsogenik. Data yang diperoleh dari studi epidemiologi

menunjukan bahwa data dari hasil percobaan tidak cukup untuk


mengkonfirmasi adanya peningkatan risiko kanker pada manusia yang

terpapar (Raharjo dkk, 2018).

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

a. kadar logam berat merkuri yang terdapat pada sampel udang yaitu 100,

sedangkan untuk sianida adalah 0 atau nedati. Dan untuk timbal juga 0

atau negatf pada sampel ikan asin. Pada praktikum logam berat ini

sampel yang memiliki hasil negatif hanya 1 yaitu udang

b. prosedur kerja logam berat makanan baik merkuri, sianida dan timbal

pada bagian awal sama yaitu ditimbang sebesar 25 gr dan dilarutkan

dalam aquades 50 ml. setelah itu dimasukkan pada tabung reaksi masing

masing larutan sampel sebanyak 5ml dinamai uji sampel dan kontrol. Lalu

diberi reagen dan setelah itu diujo menggunakan kertas strip merkuri,

sianida dan juga timbal.

c. dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh ketiga jenis logam berat ini

secara akut adalah mual, pusing dan gangguan pada organ dalam. Untuk

gangguan kronis dalam skala kecil, logam berat tidak menimbulkan efek

karsinogenik

5.2 Saran

a. bagi masyarakat

meminimalisir atau mengehentikan pembuangan limbah domestik atau

limbah rumah tangga ke sembarang tempat terlebih untuk produk yang

perpotensi untuk mencemari bahan pangan

b. bagi petani untuk tidak menyalahgunakan pestisida saat penyemprotan

c. bagi penyedia usaha untuk tidak membuang limbah bekas produksi

terutama untuk produksi bahan bahan yang dapat mencemari lingkungan

dan juga bahan pangan

DAFTAR PUSTAKA
Auliyah .2018. Kadar Logam Berat Merkuri (Hg) Pada Kerang Hijau Di

Purwokerto Kabupaten Banyumas Tahun 2018. Keslingmas. Vol 38 (2) ,

Hal: 124-243

Cahyawati, P, N, Zahran, I, Jufri, M, I, & Noviana. 2017. Keracunan Akut

Pestisida. Jurnal Lingkungan & Pembangunan. Vol 1 (1), Hal: 80-87

Chamid, C, Yulianita, N, & Renosori, P. 2010. Kajian Tingkat Konsentrasi Merkuri

(Hg) Pada Rambut Masyarakat Kota Bandung. Hal: 107-131

Gusnita, D. 2012 Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) Di Udara Dan Upaya

Penghapusan Bensin Bertimbal. Berita Dirgantara. Vol 13 (3), Hal: 95-101

Kamsiati, E, Dharmawati, E, & Haryadi, Y. 2018. Karakter Fisik Dan Kimia Beras

Indigenous Dari Lahan Pasang Surut Di Kalimantan Tengah. PANGAN.

Vol 27 (2), Hal: 107-116

Mirdat, Patadungan, Y, S, & Isrun. 2013. Status Logam Berrat Merkuri (Hg)

Dalam Tanah Pada Kawasan Pengolahan Tambang Emas Di Kelurahan

Poboya, Kota Palu. Vol 1 (2), Hal: 127-134

Pitoi, M, M. 2015. Sianida: Klasifikasi, Toksisitas, Degradasi, Analisis (Stusi

Pustaka). JURNAL MIPA UNSTRAT. Vol 4 (1), Hal: 1-4

Raharjo, P, Raharjo, M, & Setiani, O. 2018. Analisis Resiko Kesehatan Dan

Kadar Timbal Dalam Darah: (Studi Pada Masyarakat Yang

Mengkonsumsi Tiram Bakau (Crassostrea Gigas) Di Sungai Tapak

Kecamatan Tugu Kota Semarang ). Jurnal Kesehatan Lingkungan

Indonesia. Vol 17 (1), Hal: 9-15

SNI. Standart nasional Indonesia. 2009. SNI 7378: 2009: Jakarta

Syahfitri, W, Y, N, Damastuti, E, & Kurniawati, S. 2011. Penentuan Logam Berat

Cr, Co, Zn, Dan Hg Pada Beras Dan Kedelai Dari Wilayah Kota Bandung.

PTNBR-BATAN. Hal: 213-219


Triana, L, Nurjazuli, & Endah, N. 2012. Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri

Pada Air Dan Udang Di Sugai Mandor Kecamatan Mandor Kabupaten

Landak. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Vol 11 (2), Hal: 144-

152

Widaningrum, Miskiyah & Suismono. 2017. Bahaya Kontaminasi Logam Berat

Dalam Sayuran Dan Alternatif Pencegahan Cemarannya. Buletin

Tenologi Pascapanen Pertanian. Vol 3, Hal: 16-27

LAMPIRAN

Lampiran Gambar 1.
Gambar.2

Gambar 1. Sampel uji

Review prosedur praktikum

Gambar.3 Gambar.4
lampiran gambar 2. sampel
Penimbangan Penimbangan sampel
“Udang” “Beras”
Gambar.5 Gambar.6

Penimbangan sampel Mengaduk sampel dengan


“Udang” aquadest

Gambar.7 Gambar.8

Menyaring pada sampel Memasukkan sampel ke


tabung reaksi
Lampiran gambar 3.

Gambar.9 Gambar.10

Menanmbahkan reagent Melakukan pembacaan pada


pada sampel sampel

Gambar.11 Gambar.12

Membandingkan hasil Membandingkan hasil


dengan indikator dengan indikator
Lampiran gambar 4.

Gambar.13

Membandingkan hasil
dengan indikator

Anda mungkin juga menyukai