Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PROKSIMAT

Dosen Pengampu : Dr.Yuliati Sipahutar, S.Pi.,M.M.

DISUSUN OLEH:
ANJELLITA DIVYA NINGRUM (56203213400)

POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN KAMPUS LAMPUNG


TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar
ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan tersebut termasuk komoditas yang banyak dikembangkan
oleh para petani. Hal ini dikarenakan permintaan pasar yang cukup tinggi, rasa dagingnya yang enak,
harga yang relatif stabil serta pemeliharaannya yang mudah. Selain itu, ikan kakap merah (Lutjanus
sp.) yang dapat dikembangkan dalam usaha budidaya dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Ikan nila dan ikan kakap merah merupakan bahan pangan yang mengandung gizi yang cukup tinggi
dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Analisis proksimat merupakan suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan
zat makanan dari suatu bahan. Tujuan analisis adalah untuk mengetahui secara kuantitatif
komponen utama suatu bahan makanan. Analisis proksimat menggolongkan komponen yang ada
pada bahan makanan berdasarkan komposisi kimia dan fungsinya yaitu air, abu, protein kasar,
lemak kasar dan berat ekstrak tanpa nitrogen atau tergolong sebagai karbohidrat
(Sudarmadji,2007).

2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum
1. Mengetahui metode pengujian kadar air
2. Mengetahui metode pengujian kadar protein
3. Mengetahui metode pengujian kadar lemak
4. Mengetahui metode pengujian kadar abu
5. Mengetahui metode pengujian kadar karbohidrat
6. Mengetahui metode pengujian TVB-N
BAB II
METODELOGI
2.1 Ikan Nila
kan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk dalam famili
Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika (Boyd, 2004). Ikan ini merupakan jenis ikan yang di
introduksi dari luar negeri, ikan tersebut berasal dari Afrika bagian Timur di sungai Nil, danau
Tangayika, dan Kenya lalu dibawa ke Eropa, Amerika, Negara Timur Tengah dan Asia. Ikan ini
merupakan spesies ikan yang berukuran besar antara 200 - 400 gram, sifat omnivora sehingga
bisa mengkonsumsi makanan berupa hewan dan tumbuhan (Amri dan Khairuman, 2003)
2.2 Kadar air
Kadar air merupakan pemegang peranan penting, kecuali temperatur maka aktivitas air
mempunyai tempat tersendiri dalam proses pembusukan dan ketengikan. Kerusakan bahan
makanan pada umumnya merupakan proses mikrobiologis, kimiawi, enzimatik atau kombinasi
antara ketiganya. Berlangsungnya ketiga proses tersebut memerlukan air dimana air bebas yang
dapat membantu berlangsungnya proses tersebut (Anonim, 2010)
Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan. Dalam
hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan tersebut yaitu berdasarkan bobot
kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah (wet basis). Dalam penentuan kadar air bahan
pangan biasanya dilakukan berdasarkan obot basah. Dalam perhitungan ini berlaku rumus
sebagai berikut: KA = (Wa / Wb) x 100% (Taib, 1988).

2.3 Kadar Abu

Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat
pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri atas 96% bahan anorganik dan air, sedangkan
sisanya merupakan unsur mineral yang juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Alat
yang digunakan antara lain: desikator, tanur pengabuan, cawan porselen, nampan stainless,
penjepit, timbangan analitik, dan oven. Cawan porselen disterilisasi di dalam tanur pengabuan
pada suhu 600°C selama 30 menit, cawan dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit
kemudian ditimbang bobot kosongnya (A). Sampel sebanyak 1 g (C) dimasukkan ke dalam cawan
porselen. Cawan berisi sampel dimasukan ke dalam tanur pengabuan pada suhu 600°C selama
empat jam. Cawan diangkat dan dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit. Cawan
porselen berisi sampel yang sudah diabukan (B) ditimbang. Analisis duplo dilakukan untuk kontrol
ketelitian analisis
2.4 Kadar Lemak

Lemak merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam zat
pelarut non polar seperti aseton, alkohol, eter, benzene, kloroform. Alat yang digunakan antara
lain: timbangan analitik, oven, desikator, alat soxhiet, kapas bebas lemak, kertas saring dan labu
lemak, dan petroleum benzene boiling range 60°C-80°C. Sampel 1 g (W) disimpan ke dalam
kertas saring lalu dimasukan ke dalam thimbles dan disumbat dengan kapas. Sampel
dimasukkan ke dalam alat soxtec bersama labu lemak yang sudah diketahui bobotnya (W1) dan
telah diisi 75 mL petroleum benzene lalu diekstraksi dengan alat soxtec pada suhu 135°C selama
70 menit. Sampel diangkat dan dikeringkan dalam oven labu lemak yang telah berisi ekstrak
lemak sampel (W2) lalu didinginkan dalam desikator hingga dingin, kemudian ditimbang hingga
mendapatkan hasil bobot tetap. Analisis duplo dilakukan untuk kontrol ketelitian analisis

2.5 Kadar Protein

Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup. Senyawa ini terutama
berfungsi sebagai zat pembentuk struktur sel, misalnya dalam rambut, wol, kolagen, jaringan
penghubung, dan membran sel. Selain itu pula dapat berfungsi sebagai zat yang aktif misalnya
enzim, hormon, hemoglobine, toksin, antibodi, dan protein yang terikat pada gen.

Protein umumnya dari 20 jenis asam amino. Asam amino mempunyai sifat asam yang
basa yang unik karena memiliki sekaligus gugus asam dan gugus basa. Berdasarkan sifat-sifat
tersebut, kita dapat melakukan pemisahan, identifikasi, dan penentuan jumlah asam amino dalam
campuran, bahkan menentukan komposisi asam amino dalam suatu protein.

Terbentuknya struktur tertier molekul protein menyebabkan molekul tersebut memiliki


konformasi tertentu, yang merupakan karakteristik dari setiap molekul protein. Fungsi molekul
protein ditentukan oleh konformasinya. Jika oleh karena suatu faktor lingkungan, konformasi
suatu molekul protein berubah, fungsi protein tersebut terganggu, atau bahkan hilang sama
sekali. Molekul protein yang mengalami perubahan konformasi diakatakan telah mengalami
denaturasi.

Faktor-faktor lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya denaturasi protein


adalah Ph, suhu, dan bahan kimia tertentu. Penurunan pH mengakibatkan suasana lingkungan
menjadi lebih asam, dan akan diikuti dengan perubahan bentuk yang dominan setiap asam-basa
konjugat.
Bentuk asam akan menjadi lebih dominan dari pada basa konjugatnya. Gugus R yang
semula bermuatan negatif akan menjadi tidak bermuatan, sedangkan yang semula tidak
bermuatan akan menjadi bermuatan positip. Peningkatan pH akan berakibat sebaliknya, yaitu
menyebabkan pergeseran kesetimbangan setiap pasangan asam-basa konjugatnya. Dengan 7
demikian perubahan pH dapat memperlemah atau bahkan menghilangkan ikatan ion dalam
molekul protein, sehingga mendorong terjadinya denaturasi.

2.6 Uji TVB

TVB adalah adalah senyawa basa menguap untuk menentukan perubahan mutu secara
biokimia pada jaringan tubuh ikan akibat sistem enzimatik yang berantakan pasca kematian ikan
(Jaya dkk., 2006). Kadar TVBN digunakan untuk mengukur tingkat kesegaran ikan maupun
produk olahan ikan dan sebagai batasan kelayakan untuk dikonsumsi.

Total Volatile Base (TVB) atau disebut juga basa yang mudah menguap dan terbentuk
dalam otot jaringan ikan yang sebagian besar terdiri atas amonia, trimethylamine (TMA) dan
dimethylamine (DMA) yang kadarnya berbeda-beda antara jenis ikan yang satu dengan lainnya
atau dengan jenis ikan yang sama.
BAB III

METODE

1.1. Kadar air

a. Alat
- Oven vacum.
- Blender atau alat penghancur.
- Cawan poselin.
- Alat penjepit/tang.
- Desikator.
- Sendok contoh stainless stel.
- Timbangan analitik, kepekaan 0,01 mgr
b. Prosedur kerja
Prosedur analisis kadar air sebagai berikut: cawan yang akan digunakan dioven
terlebih dahulu selama 30 menit pada suhu 100-105 ˚C, kemudian didinginkan dalam
desikator untuk menghilangkan uap air dan ditimbang (A). Sampel ditimbang
sebanyak 2 gr dalam cawan yang sudah dikeringkan (B) kemudian dioven pada suhu
100-105 ˚C selama 6 jam lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan
ditimbang (C). Tahap ini diulangi hingga dicapai bobot yang konstan. Kadar air
dihitung dengan rumus:

𝐵−𝐶
Kadar air =𝐵−𝐴 × 100%

Keterangan :
A : berat cawan kosong dinyatakan dalam gram
B : berat cawan + sampel awal dinyatakan dalam gram
C : berat cawan + sampel kering dinyatakan dalam gram

1.2. Kadar lemak

a. Alat
- set Soxtec System
- Neraca digital
- Oven
- Desikator
- Selubung Lemak
- Lumpang

b. Prosedur kerja
1) Persiapan Alat dan Sampel
- Cuci ectraction cup, keringkan dengan oven dan dinginkan dalam
desikator, kemudian timbang beratnya. Untuk selonsong lemak keringkan
didalam oven
- . Sampel ikan dihancurkan dengan lumpang. Kemudian timbang diatas
kertas saring sebanyak ± 2 gram (catat beratnya). Bungkus sampel
dengan kertas saring, lalu masukkan kedalam selonsong lemak, dan
tempelkan besi selonsong dengan magnet yang ada di dalam alat
ekstraksi (dalam posisi boiling).
- Isi masing-masing ectraction cup dengan 50 ml N-Hexana. Masukkan
ectraction cup dengan menurunkan pemanas (hot plate) dengan menekan
tuas.
2) Proses Ekstraksi (manual)
- Rubah posisi alat dalam keadaan boiling, dan buka kran dengan posisi
vertikal. Masukkan selongsong lemak dan nyalakan alat. Dalam proses
boiling membutuhkan waktu 25 menit. 14
- Setelah proses boiling selesai, dan ubah posisi alat dalam keadan rinsing.
- Dalam proses rinsing membutuhkan waktu 40 menit
- Setelah rinsing selesai, tutup kran pelarut (horizontal), proses recovery
solvent akan berlangsung selama 10 menit
- .Setelah selesai alumunium cup dinginkan dalam desikator selama 15
menit, jika masih terdapat N-Hexana diovenkan terlebih dahulu selama 30
menit.
- Ambil selonsong lemak, buang sampelnya. Siapkan beaker glass untuk -
menampung sisa N-hexana, buka kran pelarut untuk mengalirkan sisa N-
hexana

𝐵−𝐴
Kadar lemak = 𝑥
× 100%
Keterangan :
A : berat labu alas bulat kosong dinyatakan dalam gram
B : berat sampel dinyatakan dalam
X: berat labu alas bulat dan lemak hasil ekstraksi dalam gram

1.3. Kadar abu

a. Alat
- Timbangan analitik , kepekaan 0,1 mg.
- Cawan abu porselin.
- Tungku pengabuan.
- Blender atau alat penghancur.
- Alat penjepit/tang.
- Desikator.
- Sendok stainless steel
b. Prosedur kerja
1) Persiapan Contoh :
- Untuk ikan dan hasil-hasil perikanan : contoh dirajang kecilkecil sehingga
homogen. Kemudian homogenatnya dimasukkan ke dalam botol plastik yang
bersih atau botol gelas serta ditutup rapat. Simpan contoh dalam
refrigenerator atau freezer sampai contoh akan digunakan. Homogenisasikan
contoh pada saat akan ditimbang.
- Untuk tepung ikan : Hancurkan contoh sampai halus dengan blender atau alat
lain yang sesuai sehingga partikelnya dapat melewati ayakan No. 20. Simpan
contoh dalam botol plastik atau botol gelas yang bersih dan tertutup rapat.
2) Tahap Analisa :
- -Pijarkan cawan abu porselin sampai merah dalam tungku pengabuan yang
bersuhu sekitar 650 oC selama 1 jam. Suhu tungku pengabuan harus
dinaikkan bertahap.
- Setelah suhu tungku pengabuan turun menjadi sekitar 100 - 200oC, ambil
cawan abu porselin dan dinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian
berat cawan abu porselen kosong.
- Ke dalam cawan abu porselin masukkan 2 gr contoh yang telah dihomogenkan
kemudian masukkan kedalam tungku 13 pengabuan. Suhu dinaikkan secara
bertahap sampai 650 oC (150 – 350 – 650) selama 4 jam. Total pemanasan
dilakukan salama 5 jam atau 1 malam (sampai abu berwarna keputihputihan
jika belum abukan lagi).
- Setelah suhu tungku pengabuan turun menjadi sekitar 100 - 200oC. Ambil
cawan abu porselin dalam desikator selama 30 menit dengan menggunakan
alat penjepit dan timbang beratnya (B).

𝐵−𝐶
Kadar air = × 100%
𝐵−𝐴

Keterangan :

A : berat cawan kosong dinyatakan dalam gram

B : berat cawan + sampel awal dinyatakan dalam gram

C : berat cawan + sampel kering dinyatakan dalam gram

1.4. Kadar protein

a. Alat
-1 Set Kjeltec TM 2100
- Tabung Protein
- Buret
- Labu Ukur
- Neraca
- Gelas Ukur
- Pipet gondok
- Beaker glass
- Corong
- Tissue
b. Bahan
- H2SO4 pekat
- Campuran katalis k2SO4 dan CuSO4 (3:1)
- NaOH 4 %
- Indikator metil red
- Indikator blue cresol green - Indikator sampuran bromocresol green dan metil red
- HCl 0,1 N
- Larutan Boraks 0,1 N.
C . prosedur kerja
1) Pembuatan larutan HCl dengan larutan boraks 0,1 N
- Siapkan buret 50 ml yang bersih dan bilaslah dangan sedikit larutan HCl yang
akan dibakukan. Isilah buret tersebut dengan larutan HCl.
- Pipet 20 ml larutan boraks 0,1 N dengan mengunakan pipet gondok dan
pindahkan ke dalam erlenmeyer yang bersih.
- Tambahkan 2 atau 3 tetes indikator metil red.
- Titrasi larutan ini dengan larutan HCl dari buret sampai larutan berubah warna
menjadi merah muda.
- Ulangi titrasi sekali lagi dan hitung normalitas HCl.
2) Penyetingan Alat
- Untuk alat destruksi temperatur pemanasannya 410 ˚C, jika temperatur berubah
maka perlu di set ulang. Tekan tombol SET, pada monitor akan muncul
temperatur awal. Ubah temperatur dengan menekan tombol ↑ dan ↓, setelah itu
lepas tombol SET.
- Untuk destilasi dibutuhkan 60 ml NaOH selama 5 menit. Cara penyetingannya
dengan tekan tombol kuning(jangan dilepas), nyalakan alat destilasi. Setelah itu,
setting alat 16 dengan menekan tombol NaOH dan ≈, angka pada monitor akan
naik. Tekan sampai menunjukan angka 60 dan 5, kemudian lepaskan tombol
kuning.
- Sebelum digunakan, pastikan semua selang dan kabel terpasang, dan keran air
dalam keadaan menyala.
3) Destruksi - Panaskan alat destruksi
- Timbang sampel yang telah dihomogenkan 1,00 – 0,50 gram (catat bobot sampel)
ke dalam tabung protein sebanyak 5 sampel dan 1 blanko (tanpa sampel)
- Timbang 3 gr Campuran Katalis, masukkan secara merata ke masing-masing labu
- Masukan H2SO4 pekat sebanyak 12 ml ke dalam masingmasing tabung protein,
secara perlahan melalui dinding labu
- Buka kran air yang terhubung pada tutup alat destruks Masukkan ke alat destruksi
lalu ditutup, biarkan selama 1 jam, atau hingga warna larutan menjadi transparan
(tidak keruh).
- Dinginkan larutan, tambahkan 70 ml aquadest secara perlahan melalui dinding
labu.
4) Destilasi
- Buka kran air, pastikan pemanas telah terisi.Masukkan tabung protein ke dalam
alat destilasi satu persatu.
- Nyalakan alat dan setel 60 ml NaOH 40 % selama 5 menit
- Isi erlenmeyer 250 / 300 ml dengan asam borak 4% sebanyak 25 ml, ditambah 20
tetes ind protein (metil merah (MM) : Brom Kresol Green (BCG) ; 2 : 3).
Pastikan air pada pemanas mendidih, lalu tekan tombol kuning
- Tunggu hingga alat berhenti bekerja, dan hasil berubah warna pada Erlenmeyer
menjadi hijau dan ada letupanletupan kecil. - Buang larutan di tabung protein pada
aliran air. Dan titrasi larutan hasil destilasi dengan HCl 0,1 N.

(𝑁×𝑉)×14,007×6,25
Kadar protein =𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ ×1000 × 100%

1.5. Uji TvB

a. Alat
- Stomacher Cawan Conway
- Gelas beker
- Pipet ukur
- Oven
- Mikroburet
- Corong Gunting
- Kain lap
- Kertas sarin Erlenme
b. Bahan
- H2SO4 pekat
- Campuran katalis k2SO4 dan CuSO4 (3:1)
- NaOH 4 %
- Indikator metil red
- Indikator blue cresol green
- Indikator sampuran bromocresol green dan metil red
- HCl 0,1 N
- Larutan Boraks 0,1 N

c. Prosedur kerja
sampel ditimbang sebanyak 0,1-0,5 g, dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100 ml,
ditambahkan dengan 1/4 buah tablet kjeltab, kemudian didekstruksi (pemanasan
dalam keadaan mendidih) sampai larutan menjadi hijau jernih dan SO2 hilang. Larutan
dibiarkan dingin dan dipindahkan ke labu 50 ml dan diencerkan dengan akuades
sampai tanda tera, dimasukkan ke dalam alat destilasi, ditambahkan dengan 5-10 ml
NaOH 30-33% dan dilakukan destilasi. Destilat ditampung dalam larutan 10 ml asam
borat 3% dan beberapa tetes indikator (larutan bromcresol green 0,1% dan 29 larutan
metil merah 0,1% dalam alkohol 95% secara terpisah dan dicampurkan antara 10 ml
bromcresol green dengan 2 ml metil merah) kemudian dititrasi dengan larutan HCl
0,02 N sampai larutan berubah warnanya menjadi merah muda. Kadar protein dihitung
dengan rumus:
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN

4.1. Kadar air


Analisis kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Prinsipnya adalah
menguapkan molekul air (H2O) bebas yang ada dalam sampel kemudian sampel
ditimbang sampai Selisih bobot sebelum dan sesudah pengeringan merupakan
banyaknya air yang diuapkan. Hasil pengamatan terhadap kadar air ikan nila basah
(tabel 1) menunjukkan uji kadar air pada ikan nila basah yang didapat nilai rerata sampel
A dari dua kali penimbangan sebesar 72,75%, dan untuk sampel B sebesar 68,47%.

Sampel Penimbangan 1 Penimbangan 2 Rata rata


A 71,5% 74% 72,75%
b 65,02% 71,92% 68,47%
Table 1. hasil kadar air ikan nila basah

kadar Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kusnandar (2014) diketahui bahwa air
dapat menjadi penentu keawetan dan tingkat kestabilan produk dimana berhubungan
dengan aktivitas kimiawi dan pembusukan oleh mikroorganisme. Kadar air merupakan
air bebas yang terikat secara fisik dalam jaringan matriks bahan seperti matriks dan
kapiler (Winarno, 2008). Kadar air juga dapat digunakan sebagai indicator untuk
menunjukan jumlah relative energy (Dempson et al., 2004).

𝐵−𝐶
Kadar air =𝐵−𝐴 × 100%

Keterangan :

A = berat cawan contoh

B = berat cawan +contoh awal

C = berat cawan +contoh kering

Rendahnya nilai kadar air pada ikan nila basah sebagian besar disebabkan oleh
banyaknya molekul air yang menguap selama proses pengeringan menggunakan oven
pada suhu 75ᵒC selama 36 jam. Penggunaan oven mampu menurunkan kandungan air
dalam bahan seiring dengan pengaturan durasi dan asin ini disebabkan oleh kondisi ikan
yang telah berada dalam fasekadar air kritis dan titik jenuh. Metode pengeringan
berprinsip pada kecepatan penguapan molekul air pada suatu bahan dalam satuan waktu
yang akhirnya akan mengalami penurunan sampai pada fase kejenuhan tertentu.

4. 2. Kadar abu
Analisis kadar abu dilakukan menggunakan metode oven. Prinsipnya adalah
pembakaran atau pengabuan bahanbahan organik yang diuraikan menjadi air (H2O) dan
karbondioksida (CO2) tetapi zat anorganik tidak terbakar. Zat anorganik ini disebut abu.

Sampel Penimbangan 1 Penimbangan 2 Rata rata


A 2,57% 2,34% 2,45%
b 2,92% 2,78% 2,85%
Table 2. hasil kadar abu ikan nila basah

Pengujian kadar abu diperlukan untuk suatu bahan pangan karena pengujian
kadar abu dapat menunjukkan total mineral dalam suatu bahan pangan. Dari hasil
perhitungan kadar abu pada ikan nila basah diperoleh hasil nilai rerata sampel A 2,45%
dan sampel B 2,85%. Penetapan kadar abu bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar abu
yang di peroleh dari suatu bahan pangan yang di uji. Analisis kadar abu suatu bahan
pangan dapat di lakukan dengan dua metode yaitu metode kering dan metode basah.
Pada pratikum ini sampel yang di gunakan ikan nila basah. Kandungan abu dan
komposisinyatergantung pada suatu bahan. Mineral terdapat dalam suatu bahan yaitu
dua macam garam organik dan anorganik. semakin lamanya waktu pengeringan semakin
tinggi kadar abu.

𝐵−𝐶
Kadar air = × 100%
𝐵−𝐴

Keterangan :

A : berat cawan kosong dinyatakan dalam gram

B : berat cawan + sampel awal dinyatakan dalam gram

C : berat cawan + sampel kering dinyatakan dalam gram Kadar protein

4.3 kadar protein


Analisis kadar protein dilakukan dengan metode Kjeldahl. Prinsipnya adalah
oksidasi bahan-bahan berkarbon dan konversi nitrogen menjadi amonia oleh asam sulfat,
selanjutnya amonia bereaksi dengan kelebihan asam membentuk amonium sulfat.
Amonium sulfat yang terbentuk diuraikan dan larutan dijadikan basa dengan NaOH.
Amonia yang diuapkan akan diikat dengan asam borat. Nitrogen yang terkandung dalam
larutan ditentukan jumlahnya dengan titrasi menggunakan larutan baku asam.

Protein merupakan komposisi terbesar setelah setelah kadar air. Hasil pengujian
kadar protein pada ikan nila basah menunjukkan nilai rerata pada sampel A sebesar
21,86%, sedangkan sampel B sebesar 20,52%.

(𝑁×𝑉)×14,007×6,25
Kadar protein =𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡20×𝑁𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘 × 100%
Normalitas lar.HCL = 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ ×1000
𝑉ℎ𝑐𝑙

Keterangan :

v = titrasi sampel

N = normalitas HCL standar yang di gunakan

14,007 = berat atom nitrogen

6,25 = factor konversi protein untuk ikan

Komposisi protein bisa dijadikan sebagai acuan kualitas ikan. Semakin tinggi
kadar protein semakin baik ikan tersebut karena memiliki zat pembangun tubuh yang lebih
banyak.

4.4 Kadar lemak


Analisis kadar lemak dilakukan dengan metode sokhle. Prinsipnya adalah lemak
yang terdapat dalam sampel diekstrak dengan menggunakan pelarut lemak non polar. Hasil
pengamatan terhadap kadar lemak ikan lidah asin kering tertera rata rata nilai dari masing
masing sampel dengan dua kali penimbangan. Sampel A sebesar 4,95% dan sampel B
sebesar 4,90%.

𝐵−𝐴
Kadar lemak = 𝑥
× 100%

Keterangan :

B = berat labu lemak + berat sampel kering


A = berat labu lemak

x = berat contoh

semakin kecil kadar air maka kadar lemak semakin besar karena ketika air berkurang baik
lemak maupun protein akan meningkat.

4.5. uji TVB


Pada proses pertama yakni menghomogenkan 10gr sampel ikan dengan larutan
TCA 7% sebanyak 30ml. Siapkan cawan dan teteskan larutan H3BO3 2%. Sebanyak 1ml
di bagian inner cawan, teteskan 1ml titrasi ke salah satu bagian cawan luas.
Teteskan 1ml titrat ke salah satu bagian cawan luar. Teteskan 1ml larutan K2CO3,
ke salah satu sisi luar. Terakhir teteskan indikator sebanyak 2 tetes pada bagian dalam
cawan. Tutup cawan lalu inkubator selama 24 jam dengan suhu 35°C, selanjutnya ulangi
langkah sama Pnamun mengganti larutan titrat dengan larutan TCA 5% untuk membuat
sampel blanko. Proses titrasi pengujian TVB-N dan perhitungan nilai TVB-N. sampel yang
berada di dalam cawan conway yang sudah diinkubasi selama 24 jam akan di titrasi
dengan 50ml larutan NaOH. Lalu di dapat hasil titrasi larutan sampel dan larutan blanko
dengan larutan NaOH yakni 0,25 untuk larutan sampel blanko.
Tanda sampel dan blanko yang telah di titrasi adalah terjadi perubahan warna
pada sampel dan blanko. Dan hasil yang didapati kadar TVB-N ikan berada pada 22,41
mg.N/100g yang artinya masih pada batas yang aman dan ikan tersebut mati dalam
keadaan segar

BAB V

PENUTUP

4.2. KESIMPULAN
Total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan uji TVB-N, Uji proksimat, Uji
Formalin, dan Uji Ph, memakan waktu yang cukup lama dan proses yang berbeda-beda.
Walaupun ikan selalu disimpan dalam suhu dingin tetapi pada setiap akan melakukan
pengujian ikan harus di thawing dan dibiarkan beberapa waktu pada suhu ruang, pada
saat tersebut ikan yang menjadi sampel uji mengalami kemunduran mutu ataupun nilai
gizinya. Sehingga ada beberapa pengujian yang hasilnya tidak akurat karena sampel ikan
yang digunakan sudah tidak segar. Semua proses pengujian dilakukan sesuai metode
kerja dari diktat praktik keahlian 2022. Uji TVB-N dilakukan untuk mengetahui kesegaran
ikan yang akan diuji. Setiap hasil pengujian selalu dibandingkan dengan standar yang
sesuai dengan SNI. Jika terdapat perbedaan yang cukup jauh maka akan dianalisa,
terdapat 2 kemungkinan yaitu kesalahan pada proses praktikum atau kesalahan pada
proses perhitungan.

Anda mungkin juga menyukai