Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KANDUNGAN TEMBAGA (Cu) DAN TIMBAL (Pb) DALAM BEBERAPA

PRODUK SAYUR KACANG-KACANGAN KALENG SECARA SPEKTROFOTOMETRI


SERAPAN ATOM

ANALYSIS OF COPPER (Cu) AND LEAD (Pb) CONTENT IN CANNED PEAS BY


ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

Mardiyono1, Nur Hidayati2


1
Fakultas Farmasi, 2Fakultas Biologi Universitas Setia Budi
Jl. Let. Jen. Sutoyo, Mojosongo, Surakarta 57127

ABSTRAK
Sayur kacang-kacangan dalam kaleng merupakan hasil olahan kacang-kacangan yang telah
diawetkan dengan penambahan garam, gula, dan bahan tambahan lain untuk menunjang
kualitas produk olahan tersebut dan dikemas dalam kaleng. Kontaminasi logam mungkin
dapat disebabkan karena alat yang digunakan dalam produksi, air yang digunakan serta
wadah kaleng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya tembaga dan timbal
dalam produk sayur kacang-kacangan dalam kaleng, dan kesesuaiannya dengan batas
kadar maksimum yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan
No : 03725/B/SK/VII/89. Spektrofotometri serapan atom (SSA) merupakan metode yang
spesifik dan sensitif untuk mendeteksi adanya logam dalam sayur kacang-kacangan dalam
kaleng. Sampel sayur kacang-kacangan dalam kaleng harus didestruksi untuk
menghilangkan senyawa senyawa organik dengan cara pengabuan didalam furnace. Abu
yang didapat dibasahi dengan aquaregia (HCl : HNO 3 = 1 : 3) untuk melarutkan logam,
kemudian ditambah aquabidestilata sampai 20,00 ml. sampel dianalisis dengan
menggunakan SSA. Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan semua sampel
mengandung tembaga dan timbal. Pengawasan mutu terhadap Kadar tembaga yang
diperoleh pada sampel A = (1,5719 ± 0,1464) mg/kg, sampel B = (0,9645 ± 0,1682) mg/kg,
sampel C = (1,6451 ± 0,0885) mg/kg, sampel D = (1,7180 ± 0,1003) mg/kg, sampel E =
(1,4519 ± 0,0929) mg/kg. Kadar timbal yang diperoleh pada sampel A = (1,9411 ± 1,1669)
mg/kg, sampel B = (1,2467 ± 0,0566) mg/kg, sampel C = (0,6526 ± 0,0068) mg/kg, sampel
D = (1,7914 ± 0,0499) mg/kg, sampel E = (1,2239 ± 0,0465) mg/kg. Kadar tembaga dan
timbal yang diperoleh pada semua sampel tidak melampaui batas maksimum yang
ditetapkan oleh DirJen Pengawasan Obatdan Makanan. Menurut Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan No : 03725/B/SK/VII/89 batas maksimum untuk tembaga
sebesar 5,0 mg/kg, sedangkan untuk timbal sebesar 2,0 mg/kg.
Kata kunci: tembaga dan timbal, sayur kacang-kacangan dalam kaleng, spektrofotometri
serapan atom
ABSTRACT
Canned peas is a product made by preservating peas with salt, sugar, and other ingredient
addition to support the quality product and packed with can. The metal contamination may
be caused by the product equipment, water and tin packages. This research aimed to know
the presence of copper and lead in canned peas product and their maximum standard which
is allowed by DirJen Pengawasan Obat dan Makanan 03725/B/SK/VII/89. Atomic absorption
spectrophotometry is a sensitive and specific method to detect metal in canned peas
product. The canned peas sample must be destructed for the organic substances by ashing
them in furnace. The ash solved with aquaregia (HCl : HNO 3= 1 : 3) to solve the metal, then
added with aquabidestilata until 20,00 ml, the sample is analyzed with atomic absorption
spectrophotometer. The result from this research showed that all sample content copper and
lead. Quality control of concentration copper in sample A = (1,5719 ± 0,1464) mg/kg,
sample B = (0,9645 ± 0,1682) mg/kg, sample C = (1,6451 ± 0,0885) mg/kg, sample D =
(1,7180 ± 0,1003) mg/kg, sample E = (1,4519 ± 0,0929) mg/kg. The concentration of lead in
sample A = (1,9411 ± 1,1669) mg/kg, sample B = (1,2467 ± 0,0566) mg/kg, sample C =
(0,6526 ± 0,0068) mg/kg, sample D = (1,7914 ± 0,0499) mg/kg, sample E = (1,2239 ±
0,0465) mg/kg. The concentration of copper and lead do not exceed the maximum limit from
DirJen Pengawasan Obat dan Makanan No: 03725/B/SK/VII/89 for copper, that is 5,0 mg/kg
for copper and 2,0 mg/kg for lead.

Key words : copper and lead, canned peas, atomic absorption spectrophotometry

PENDAHULUAN

Sayur kacang-kacangan dalam kaleng digemari masyarakat karena praktis dalam


penyajiannya, dan banyak dimanfaatkan sebagai pelengkap dalam hidangan sayuran segar
seperti sup dan capcai. Juga disajikan bersama sambal goreng hati yang tidak pernah
absen di tempat perjamuan atau pesta. Sayur kacang-kacangan dalam kaleng merupakan
hasil olahan kacang-kacangan yang telah diawetkan dengan penambahan garam, gula, dan
bahan tambahan lain untuk menunjang kualitas produk olahan tersebut dan dikemas dalam
kaleng. Tujuan dari pengalengan ini adalah untuk mencegah makanan tersebut menjadi
busuk atau rusak dan untuk mengawetkan bahan makanan tersebut, sehingga masih dapat
dimakan atau dikonsumsi, oleh karenanya bahan makanan tersebut harus masih dalam
keadaan yang tidak berubah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengalengan
sayur kacang-kacangan, yaitu bahan dijaga tidak mengalami kerusakan baik kerusakan
karena mikrobiologis maupun secara mekanis.
Kontaminasi logam dapat disebabkan dari air yang digunakan, alat yang digunakan
untuk produksi dan bahan tambahan yang digunakan dalam memproduksi sayur kacang-
kacangan dalam kaleng (Suksmadji, 1987). Logam berat biasanya menimbulkan efek-efek
khusus pada makhluk hidup, dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat menjadi
bahan racun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup. Sebagai contoh logam tembaga
(Cu) dan timbal (Pb) (Palar, 1994). Keracunan dapat terjadi dengan mengkonsumsi air yang
banyak mengandung tembaga dan juga menghirup debu atau uap tembaga.
Efek keracunan utama yang timbul adalah terjadinya kerusakan ataupun iritasi
pada selaput lendir yang berhubungan hidung akibat debu atau uap tembaga
(Winarno,1992). Keracunan akut mengakibatkan pendarahan pada saluran pencernaan,
pada hati terjadinya nekrosis hati, dan gangguan pada sistem pernafasan. Keracunan kronis
yang disebabkan oleh Cu menyebabkan penumpukan tembaga di hati yang dapat
menimbulkan nekrosis hati atau serosis hati. Keracunan yang ditimbulkan oleh
persenyawaan logam Pb dapat terjadi karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke
dalam tubuh. Keracunan tersebut dapat bersifat akut maupun kronik. Proses masuknya Pb
ke dalam tubuh dapat melalui beberapa cara yaitu melalui makanan, minuman, udara dan
perembesan pada selaput kulit (Palar, 1994). Keracunan timbal terutama disebabkan karena
terjadinya pencemaran timbal dalam lingkungan. Timbal yang terlepas ke dalam lingkungan
menjadi berbahaya karena timbal tidak dapat dimusnahkan dan tidak dapat terurai menjadi
zat lain bila terakumulasi dalam tanah dalam waktu yang relatif sama (Sunu, 2001).
Pengawasan mutu terhadap adanya cemaran tembaga, timbal dalam beberapa
produk sayur kacang-kacangan dalam kaleng, diperlukan suatu metode yang baik dan dapat
dipakai dalam mendeteksi ada tidaknya logam berat serta berapa banyak kadar cemaran
yang ada. Metode analisa SSA adalah salah satu metode analisa kimia yang dilakukan
berdasarkan besaran sifat-sifat timbul atau berubah akibat adanya interaksi materi dengan
berbagai bentuk energi panas, energi radiasi, energi kimia, dan energi listrik. Metode ini
sangat tepat untuk analisis logam pada konsentrasi rendah, analisisnya cepat, ketelitiannya
sampai tingkat rumit, dan tidak memerlukan pemisahan pendahuluan (Khopkar, 1990).
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan permasalahan apakah terdapat
tembaga (Cu) dan timbal (Pb) dalam beberapa produk sayur kacang – kacangan dalam
kaleng yang dianalisis secara SSA, berapakah kadar tembaga (Cu) dan timbal (Pb) yang
terkandung dalam beberapa produk sayur kacang-kacangan dalam kaleng yang dianalisis
secara SSA, apakah kadar tembaga (Cu) dan timbal (Pb) dalam beberapa produk sayur
kacang-kacangan dalam kaleng melampaui batas maksimumnya atau tidak menurut
suratkeputusan Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Nomor
:03725/B/SK/VII/89?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya tembaga (Cu) dan
timbal (Pb) dalam beberapa produk sayur kacang-kacang dalam kaleng, untuk mengetahui
besarnya kadar tembaga (Cu) dan timbal (Pb) dalam beberapa produk sayur kacang-
kacangan dalam kaleng dan untuk mengetahui kadar tembaga (Cu) dan timbal (Pb) dalam
beberapa produk sayur kacang-kacangan dalam kaleng melampaui batas maksimumnya
atau tidak menurut surat keputusan DirJen Pengawasan Obat dan Makanan Nomor :
03725/B/SK/VII/89.

METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat

Bahan : 5 merk (A,B,C,D dan E) sediaan produk sayur kacang-kacangan dalam kaleng,
larutan standar tembaga, dan timbal dengan konsentrasi 1000 ppm,aqua bidestilata, asam
nitrat (1:1), asam klorida (1:1), dan gas yang digunakan untuk logam timbal AA (udara-
asetilen), gas untuk logam tembaga AA (udara-asetilen).
Alat : neraca analitik, cawan porselin, oven, blender, furnace/ tanur, labu takar,
spektrofotometri serapan atom perkin elmer model 3110.

Preparasi sampel
Sampel dalam kaleng dikeluarkan, kemudian diblender agar homogen. Ditimbang
dengan seksama lebih kurang 5,00 g sampel, dalam krus porselen yang bersih (sudah
direndam dengan HNO3 10% terlebih dahulu dan dibilas dengan aquabidestilata kemudian
dikeringkan). Sampel dikristalkan didalam oven selama semalam pada suhu 110˚C, lalu
sampel dipanaskan dalam furnace pada suhu 550˚C selama 6 jam sampai menjadi abu.
Cawan dikeluarkan dari dalam furnace dan dibiarkan menjadi dingin. Abu harus putih dan
pada dasarnya harus bebas karbon, sediaan dilarutkan dengan aquaregia 3-5 ml sambil
dipanaskan diatas kompor listrik. Kemudian dipindahkan ke dalam labu takar 20,00 ml dan
cukupkan volumenya dengan penambahan aquabidestilata.

Mekanisme kerja spektrofotometri serapan atom


Alat spektrofotometri serapan atom yang akan digunakan untuk menganalisis sampel
dihidupkan dan dipanaskan sekitar 5 – 10 menit, lalu sampel standard dimasukkan ke dalam
alat SSA untuk dianalisis dan diperoleh kurva standardnya. Sampel sayur kacang-kacangan
dalam kaleng dimasukan ke dalam alat SSA untuk dianalisis setelah selesai pembuatan
kurva standar. Masing-masing sampel yang akan dianalisis akan diperoleh data absorbansi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis sampel secara kualitatif


Analisis kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan satu persatu lampu katoda
berongga tembaga dan lampu katoda berongga timbal. Panjang gelombang yang digunakan
untuk tembaga yaitu 324,75 nm, sedang panjang gelombang yang digunakan untuk timbal
yaitu 283,31 nm. Kedua lampu katoda berongga memberikan absorbansi. Sampel A, B, C,
D, dan E mengandung tembaga dan timbale (Tabel 1; Gambar 1).
Analisis sampel secara kuantitatif

Data kurva kalibrasi tembaga (Cu)

Tabel 1. Absorbansi larutan standar tembaga (Cu) secara spektrofotometri serapan atom

No. Konsentrasi (ppm) Absorbansi (Ao)


1. 1,0 0,117
2. 2,5 0,296
3. 5,0 0,569
4. 7,5 0,851

Dari konsentrasi dan absorbansi yang diperoleh, dapat dibuat suatu grafik kurva
kalibrasi tembaga seperti di bawah ini:

Gambar 1. Grafik kurva kalibrasi tembaga

Serapan yang dihasilkan dari larutan sampel diinterpolasikan pada kurva kalibrasi,
maka kadar unsur dalam larutan sampel dapat ditentukan.

Pembuatan kurva kalibrasi timbal (Pb)

Tabel 2. Absorbansi larutan standar timbal (Pb) secara spektrofotometri serapan atom

No. Konsentrasi (ppm) Absorbansi (Ao)


1. 1,0 0,020
2. 2,0 0,047
3. 4,0 0,097
4. 8,0 0,199

Dari konsentrasi dan absorbansi yang diperoleh, dapat dibuat suatu grafik kurva
kalibrasi tembaga seperti di bawah ini (Gambar 2) :
Gambar 2. Grafik kurva kalibrasi timbal

Serapan yang dihasilkan dari larutan sampel diinterpolasikan pada kurva kalibrasi,
maka kadar unsur dalam larutan sampel dapat ditentukan.Absorbansi logam berat tembaga
(Cu) dan timbal (Pb) dalam beberapa produk sayur kacang – kacangan dalam kaleng secara
spektrofotometri serapan atom. Data absorbansi logam berat tembaga (Cu) dan timbal (Pb)
dalam beberapa produk sayur kacang-kacangan dalam kaleng secara spektrofotometri
serapan atom dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Data absorbansi tembaga (Cu) dan timbal (Pb) dalam beberapa produk sayur
kacang-kacangan dalam kaleng secara spektrofotometri serapan atom
No Sampel Tembaga Timbal
1 Sampel A1 0,0560 0,0210
A2 0,0423 0,0050
A3 0,0621 0,0046
A4 0,0591 0,0128
A5 0,0507 0,0139
2 Sampel B1 0,0357 0,0068
B2 0,0397 0,0059
B3 0,0317 0,0055
B4 0,0337 0,0062
B5 0,0367 0,0060
3 Sampel C1 0,0548 0,0020
C2 0,0580 0,0020
C3 0,0683 0,0019
C4 0,0616 0,0018
C5 0,0598 0,0020
4 Sampel D1 0,0502 0,0052
D2 0,0600 0,0062
D3 0,0650 0,0070
D4 0,0546 0,0068
D5 0,0588 0,0060
5 Sampel E1 0,0517 0,0063
E2 0,0622 0,0050
E3 0,0495 0,0062
E4 0,0506 0,0063
E5 0,0564 0,0056
Tabel 4. Data regresi logam berat tembaga (Cu) dan timbal (Pb) dalambeberapa produk
sayur kacang – kacangan dalam kaleng secara spektrofotometri serapan atom.

No Sampel Tembaga Timbal


1 Sampel A1 0,4196 1,0133
A2 0,2976 0,3855
A3 0,4793 0,3698
A4 0,4472 0,6916
A5 0,3724 0,7347
2 Sampel B1 0,2389 0,4562
B2 0,2745 0,4208
B3 0,2033 0,4052
B4 0,2211 0,4326
B5 0,2478 0,4248
3 Sampel C1 0,4089 0,2678
C2 0,4374 0,2678
C3 0,5291 0,2639
C4 0,4694 0,2599
C5 0,4534 0,2678
4 Sampel D1 0,3679 0,3934
D2 0,4552 0,4326
D3 0,4997 0,4640
D4 0,4071 0,4562
D5 0,4445 0,4248
5 Sampel E1 0,3813 0,4365
E2 0,4748 0,3855
E3 0,3617 0,4326
E4 0,3715 0,4362
E5 0,4231 0,4091

Tabel 5. Data kadar (mg/kg) tembaga (Cu) dan timbal (Pb) dalam beberapa produk sayur
kacang-kacangan dalam kaleng secara spektrofotometri serapan atom

1. Data kadar tembaga


No. Kelompok Kadar (mg/kg) Kadar + SD (mg/kg)
Sampel Kadar 1 Kadar 2 Kadar 3 Kadar 4 Kadar 5
1. A 1,4259 1,0114* 1,6105 1,5198 1,2656 1,4555 + 0,0850
2. B 0,8450 0,9709* 0,7191 0,7821 0,8765 0,8057 + 0,0403
3. C 1,4118 1,5102 1,8268* 1,6207 1,5654 1,5270 + 0,0514
4. D 1,2836 1,5882 1,7435* 1,4204 1,5509 1,4608 + 0,0798
5. E 1,3212 1,6452* 1,2533 1,2872 1,4660 1,3319 + 0,0540

2.Data kadar timbal

No. Kelompok Kadar (mg/kg) Kadar + SD (mg/kg)


Sampel Kadar 1 Kadar 2 Kadar 3 Kadar 4 Kadar 5
1. A 3,4437* 1,3101 1,2568 2,3504 0,4969 1,8536 + 0,3818
2. B 1,6137* 1,4885 1,4333 1,5302 1,5026 1,4887 + 0,0245
3. C 0,9246 0,9246 0,9112 0,8974* 0,9246 0,9213 + 0,0039
4. D 1,3726* 1,5094 1,6189 1,5917 1,4822 1,5506 + 0,0376
5. E 1,5125 1,3358* 1,4989 1,5155 1,4175 1,4854 + 0,0264
* = data yang dicurigai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel sayur kacang-kacangan dalam kaleng
yang diteliti mengandung tembaga dan timbal, dengan kadar yang berbeda-beda pada tiap
sampel.
Pada sampel A mengandung tembaga dengan kadar purata (1,4555 + 0,0850) mg/kg
; timbal dengan kadar purata (1,8536 + 0,3818) mg/kg. Pada sampel B mengandung
tembaga dengan kadar purata (0,8057 + 0,0403) mg/kg ; timbal dengan kadar purata
(1,4887 + 0,0245) mg/kg. Pada sampel C mengandung tembaga dengan kadar purata
(1,5270 + 0,0514) mg/kg ; timbal dengan kadar purata (0,9213 + 0,0039) mg/kg. Pada
sampel D mengandung tembaga dengan kadar purata (1,4608 + 0,0798) mg/kg ; timbal
dengan kadar purata (1,5506 + 0,0376) mg/kg. Pada sampel E mengandung tembaga
dengan kadar purata (1,3319 + 0,0540) mg/kg ; timbal dengan kadar purata (1,4854 +
0,0264) mg/kg (Tabel 3-5).
Variasi kadar tembaga dan timbal pada beberapa sampel ini kemungkinan
disebabkan peralatan produksi yang digunakan. Tembaga dan timbal serta campurannya
banyak digunakan sebagai pelapis alat-alat produksi dalam pembuatan kaleng karena
sifatnya yang tahan terhadap korosi. Tembaga sering digunakan sebagai pelapis pipa-pipa
air adanya korosi atau pengkaratan dalam pipa menyebabkan air yang digunakan tercemar
bahan-bahan tersebut. Selain itu adanya perbedaan pengambilan bahan-bahan tanaman
yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan sayur kacang-kacangan dalam kaleng.
Akumulasi tembaga dan timbal pada masing- masing tanaman tidak sama, hal ini ditentukan
dari tinggi rendahnya kandungan tembaga dan timbal dalam tanah dan lokasi penanaman.
Tembaga dan timbal merupakan logam berat yang sangat berbahaya jika masuk
kedalam tubuh dengan kadar tinggi, sehingga mengakumulasi organ dalam tubuh dan
menimbulkan keracunan dalam metabolisme tubuh. Mungkin selama ini belum diperoleh
laporan tentang adanya keracunan sebagai akibat pencemaran logam dalam bahan
makanan dalam kaleng, tapi bukan berarti tidak terdapat pencemaran, hal ini disebabkan
belum intensifnya pengawasan terhadap pencemaran logam dalam bahan makanan dalam
kaleng. Efek samping belum terlihat karena mungkin masih dalam batas tidak
membahayakan kesehatan dan gejalanya baru akan timbul setelah beberapa waktu yang
lama disebabkan akumulasi dalam tubuh dalam jumlah besar.
Kadar tembaga dan timbal pada semua sampel dibandingkan dengan ketentuan
dalam surat keputusan Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Nomor :
03725/B/SK/VII/89 mengenai sayur kacang-kacangan dalam kaleng tidak melampaui batas
yang ditetapkan.
Batas maksimum tembaga untuk sayur kacang-kacangan dalam kaleng menurut
surat keputusan Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Nomor :
03725/B/SK/VII/89 sebesar 5,0 mg/kg, sedangkan batas maksimum untuk timbal sebesar
2,0 mg/kg.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :


1. Hasil analasis kualitataif yang dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri serapan
atom terhadap beberapa sampel sayur kacang-kacangan dalam kaleng ternyata
mengandung tembaga dan timbal.
2. Berdasarkan hasil analisis terhadap tembaga dan timbal kemudian dibandingkan dengan
ketentuan didalam surat keputusan DirJen Pengawasan Obat dan Makanan Nomor :
03725/B/SK/VII/89, maka semua sampel sayur kacang-kacangan dalam kaleng tidak
melampaui batas maksimumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A., Edward, R.A.,Fleet, G.H., Wootton, M., 1987, Ilmu Pangan, Universitas
Indonesia, Jakarta,
Darmono, 2001, Lingkungan Hidup dan Pencemarannya Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam, Universitas Indonesia, Jakarta
Fardiaz, S., 1992, Polusi Air dan Udara, Kanisius, Bogor
Frank, C.Lu., 1995, Toksikologi Dasar Asas, Organ Sasaran, dan Penelitian Resiko,
Indonesia University Press, Jakarta
Garrat, D.C., 1964, The Quantitative Analysis of Drug, Third Edition, Chapman and Hall,
LTD, Tokyo, Jepang
Gunanjar, 1985, Spektrofotometri Serapan Atom, PPNY-Batan, Yogyakarta
Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia, Jakarta
Palar, H.,2002, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta
Rahayu, E., Berlian, N., 1994, Budidaya Polong, Pucuk dan Baby Kapri, Penebar Swadaya,
Jakarta
Sartono, 2002, Racun dan Keracunan, Widya Medika, Jakarta.
Sediaoetomo, A.J., 2002, Ilmu Gizi, Dian Rakyat, Jakarta.
Sjamsudin, U., 1995, Logam Berat dan Antagonis, Farmakologi dan Terapi edisi 4,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Soemirat, J.,2003, Toksikologi Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Suksmadji, B., 1987, Pengalengan Bahan Makanan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Sunarjono, H., 2002, Bertanam 30 Jenis Sayur, Penebar Swadaya, Jakarta
Sunu, P., 2001, Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001, Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai