Anda di halaman 1dari 8

IDENTIFIKASI CEMARAN LOGAM BERAT PADA TEMPE DI

PENGRAJIN TEMPE X DAN Y KOTA BENGKULU

Eldania Risalatuzain, Betty Yosephin, Yenni Okfrianti

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu, Jurusan Gizi


risalatuzain@gmail.com

Abstract: Tempe fermentation process, hygiene is very influential on the resulting


product. Industry tempe Indonesia which has applied hygiene principles about 5%.
Contamination of heavy metals food need to be awere that the realization of
assurance and food safety. Metal can cause poisoning (toxicity) and this very
danger for living beings (animalsand humans), such metals include lead (Pb),
mercury (Hg), arsenic (As), and cadmium (Cd). The purpose of this study is to
determine contamination of heavy metals in tempe in craftsmen tempe X and Y of
the city of Bengkulu. Design this research is descriptive a qualitative observational
approach using laboratory test in tempeh craftsmen tempe X and Y of the City of
Bengkulu. There area test conducted in the laboratory, namely cadmium (Cd), lead
(Pb), tin (Sn), and mercury (Hg). Result of this study showed that the maximun
limit of the terms of the according to the BSN 2015. The conclusion of this reserch
is that the heavy metal content of lead, cadmium, mercury on tempe X and Y
craftsmen in Bengkulu City within safe limits of tempe quality requirements
according to BSN 2015.This research suggestions can identify tempe content from
other tempe quality requirements.
Keywords : Tempe, Quality Requirements Tempeh, Heavy Metals

Abstrak:Proses fermentasi tempe, higiene memegang peran penting untuk


menghasilkan produk yang sehat. Industri tempe Indonesia yang telah menerapkan
prinsip higienesekitar 5%. Cemaran logam berat pada makanan perlu diketahui
agar terwujudnya keterjaminan dan keamanan makanan. Logam dapat
menyebabkan keracunan (toksisitas) dan ini sangat berbahaya bagi makhluk hidup
(hewan dan manusia), logam tersebut meliputi timbal (Pb), merkuri (Hg), Arsen
(As), dan kadmium (Cd). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui cemaran logam
berat pada tempe di pengrajin tempe X dan Y Kota Bengkulu. Desain penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan observasional menggunakan
pemeriksaan laboratorium pada tempe di pengrajin tempe X dan Y Kota Bengkulu.
Penelitian yang dilakukan terdapat 4 uji di laboratorium yaitu kadmium (Cd),
timbal, (Pb), timah (Sn), dan merkuri (Hg). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
terdapat kandungan logam berat pada tempe di pengrajin X dan Y tetapi masih
dibawah batas maksimum dari syarat mutu tempe menurut BSN 2015. Kesimpulan
penelitian ini bahwa kandungan logam berat timbal, cadmium, timah, dan merkuri
pada pengrajin tempe X dan Y Kota Bengkulu dalam batas aman dari syarat mutu
tempe menurut BSN 2015. Saran penelitian ini dapat mengidentifikasi kandungan
tempe dari syarat mutu tempe lainnya.
Kata Kunci: Tempe, Syarat Mutu Tempe, Logam Berat

Kedelai merupakan sebagai sumber hari dan sudah populer dikalangan


antioksidan isoflavon. Kedelai juga masyarakat. Sudah ada berbagai produk
mudah diperoleh dalam makanan sehari- olahan dari kedelai yang sudah banyak

009
010 Jurnal Media Kesehatan, Volume 11 Nomor 2, Desember 2018, hlm. 009-016

dimanfaatkan masyarakat untuk kedelai dan dilanjutkan dengan proses


memenuhi kebutuhan zat gizi dalam fermentasi. Proses pembuatan tempe yaitu
bahan makanan (Astuti, S., 2008). meliputi dari pencucian kedelai,
Beberapa produk olahan berbahan dasar perebusan, perendaman, pengupasan kulit
kedelai yaitu tempe, tahu, tauco, kecap, kedelai, inokulasi, pembungkusan hingga
tauge dan sebagai bahan campuran fermentasi (Sarwono, 2004). Pada proses
makanan ternak (Marliah Ainun, dkk., fermentasi tempe, higiene sangat
2012). berpengaruh terhadap produk yang
Konsumsi kedelai rat-rata per dihasilkan (Mutiara, 2010).
kapita per tahun nasional adalah yaitu 8.5 Prinsip-prinsip higiene meliputi proses
kg/kapita/tahun (Astawan, 2015). produksi dengan 2 kali pemanasan,
Konsumsi protein nabati kacang kedelai di kebersihan dan kesehatan pekerja, serta
daerah Kota Bengkulu berdasarkan hasil kebersihan lingkungan dan alat-alat yang
laporan Dinas Badan Ketahanan Pangan digunakan selama proses produksi
tahun 2016 yaitu 37.8 kkal/kapita/hari (Bintara 2013; Bintara & Maskar 2012).
sedangkan pada tahun 2017 konsumsi Hanya saja industri tempe Indonesia yang
protein nabati kacang kedelai di Kota telah menerapkan prinsip higiene sekitar
Bengkulu yaitu 45.6 kkal/kapita/hari 5% (SNI, 2009).
(Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, Cemaran atau kontaminasi yaitu
2017). masuknya suatu kontaminan kedalam
Tempe merupakan jenis makanan makanan. Kontaminan ini merupakan
yang mudah rusak dan penyimpanan bahan biologi ataupun kimia, bahan asing
tempe tidak lama hanya 2-3 hari saja. atau bahan yang tidak sengaja masuk atau
Tetapi tempe memiliki komposisi zat gizi ditambahkan ke dalam makanan yang
yang lebih baik. Kandungan komposisi zat menyebabkan keamanan pangan (Rauf,
gizi tempe dalam 100 gram adalah 20.8 g R., 2013). Kontaminasi silang melalui
protein, 8.8 g lemak, 13.5 g karbohidrat, manusia atau peralatan yang tercemar.
0.19 mg vitamin B1 dan 155 mg kalsium, Kontaminasi langsung melalui bahan yang
tetapi sedikit mengandung serat (Jubaidah, digunakan untuk pembuatan tempe, yakni
Siti, 2016). kedelai dan air yang digunakan untuk
Cara membuat tempe terdiri dari 2 merebus, merendam maupun mencuci
bagian besar, yaitu proses pemasakan kedelai.
EldaniaRisalatuzain, dkk, IdentifikasiCemaranLogamBeratPada Tempe… 011

Ada beberapa unsur logam mengidentifikasi cemaran logam berat


termasuk dalam elemen mikro merupakan yaitu kadmium (Cd), timbal (Pb), timah
kelompok dari logam berat yang tidak (Sn), dan merkuri (Hg) pada tempe di
memiliki fungsi biologis disampulkan dari pengrajin tempe X dan Y Kota Bengkulu.
penelitian tentang kontaminasi logam
BAHAN DAN CARA KERJA
berat pada makanan serta dampaknya
pada kesehatan. Logam berat Penelitian ini menggunakan studi
menyebabkan keracunan (toksisitas) dan deskriptif dengan pendekatan
ini sangat berbahaya bagi makhluk hidup observasional. Sampel dalam penelitian
(hewan dan manusia), logam tersebut ini adalah tempe dari pengrajin X dan Y
meliputi timbal (Pb), merkuri (Hg), arsen Kota Bengkulu. Pada sampel tempe X
(As), dan kadmium (Cd)(Agustina, Titin., yang dipilih yaitu tempe pengrajin tempe
2010). yang telah menerapkan higiene dan
Menurut Badan Standarisasi sanitasi. Pada sampel tempe Y yang
Nasional (BSN) (2015) bahwa syarat dipilih yaitu tempat pengrajin tempe yang
mutu tempe menurut SNI 3144-2015 yaitu belum menerapkan higiene dan sanitasi.
dilihat dari organoleptik (bau, warna, dan Penentuan sampel ditentukan dengan
rasa), kadar air, kadar abu, kadar lemak, menggunakan lembar ceklist penilaian
kadar protein, kadar serat kasar, cemaran tempat produksi. Pengumpulan data
mikroba (Salmonella negatif/25 g), dilakukan dengan mengujikan sampel
cemaran arsen dan cemaran logam berat produks tempe di laboratorium yang
(kadmium, timbal, merkuri, dan timah). terakreditasi oleh Komisi Akreditas
Syarat mutu tempe kedelai menurut BSN Nasional (KAN).
2015 dilihat dari cemaran logam seperti
HASIL
kadmium (Cd) maks 0.2 mg/kg, timbal
(Pb) maks 0.25 mg/kg, timah (Sn) maks Kandungan Logam Berat Tempe X
40 mg/kg, dan merkuri (Hg) 0.03 mg/kg. Berdasarkan penelitian dilakukan
Oleh karena itu pencemaran logam berat uji laboratorium empat cemaran logam
pada makanan perlu diketahui agar yaitu Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Timah
terwujudnya keterjaminan dan keamanan (Sn), dan Merkuri (Hg).
makanan. Tujuan dari penelitian ini adalah
Tabel 1. Cemaran Logam Berat Pada Tempe X
Cemaran Logam Satuan Persayaratan SNI Hasil
012 Jurnal Media Kesehatan, Volume 11 Nomor 2, Desember 2018, hlm. 009-016

Kadmium (Cd) mg/kg Maks 0.2 < 0.004


Timbal (Pb) mg/kg Maks 0.25 < 0.031
Timah (Sn) mg/kg Maks 40 < 0.8
Merkuri (Hg) mg/kg Maks 0.03 < 0.005

Berdasarkan Tabel 1. dapat Kandungan Logam Berat Tempe Y


diketahui bahwa dari 4 uji logam berat Berdasarkan penelitian dilakukan
pada tempe X kandungan kadmium, uji laboratorium empat cemaran logam
timbal, timah, dan merkuri dibawah batas yaitu Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Timah
maksimum atau berada dalam batas
(Sn), dan Merkuri (Hg).
normal.

Tabel 2. Cemaran Logam Berat Pada Tempe Y


Cemaran Logam Satuan Persayaratan SNI Hasil
Kadmium (Cd) mg/kg Maks 0.2 < 0.004
Timbal (Pb) mg/kg Maks 0.25 < 0.031
Timah (Sn) mg/kg Maks 40 < 0.8
Merkuri (Hg) mg/kg Maks 0.03 < 0.005

Berdasarkan Tabel 2. dapat BBIA (Balai Besar Industri Agro) Bogor


diketahui bahwa dari 4 uji logam berat yang telah terakreditas KAN (Komisi
pada tempe Y kandungan kadmium, Akreditas Nasional) untuk melihat
timbal, timah, dan merkuri dibawah batas kandungan logam berat yang terdapat
maksimum atau berada dalam batas didalam tempe. Adapun beberapa
normal. pengujian yang dilakukan pada penelitian
ini yaitu kadmium (Cd), timbal (Pb).
PEMBAHASAN
Timah (Sn) dan merkuri (Hg).
Keamanan pangan sangat penting Jika kandungan logam berat
untuk semua bahan pangan, salah satunya melebihi syarat SNI dan dikonsumsi oleh
terhindar dari cemaran logam berat pada tubuh manusia akan menyebabkan
makanan. Untuk mengetahui kandungan meracunan (toksisitas). Penelitian Titin
logam suatu produk pangan memenuhi Agustin (2010) menyatakan bahwa ada
syarat sesuai SNI (Standar Nasional bebarapa unsur logam yang termasuk
Indonesia) yang ditetapkan atau tidak, elemen mikro merupakan kelompok
perlu dilakukan pengujian (BPOM RI, logam berat yang tidak mempunyai fungsi
2009). Maka dari itu dilakukan pengujian biologik sama sekali. Logam tersebut
lebih lanjut di laboratorium Badan sangat berbahaya dan dapat menyebabkan
Penelitian dan Pengembangan Industri keracunan (toksisitas) pada makhluk
EldaniaRisalatuzain, dkk, IdentifikasiCemaranLogamBeratPada Tempe… 013

hidup (hewan dan manusia) yaitu timbal logam berat setiap sampel, akan tetapi
(Pb), merkuri (Hg), arsen (As), dan kandungannya masih dalam kategori batas
kadmium (Cd). aman kandungan logam berat dari syarat
Keberadaan logam berat dalam mutu tempe berdasarkan SNI yang berarti
bahan pangan dapat memenuhi pada setiap sampel masih aman untuk
proses pengolahan, terutama pada saat dikonsumsi oleh masyarakat.
ketika dilakukan penggilingan kedelai, Tempe X yang dipilih yaitu
alat penggilingan yang digunakan telah merupakan dari pengrajin tempe yang
berkarat atau perebusan dalam wadah telah menerapkan prinsip higiene dan
yang terbuat dari logam serta dengan sanitasi, baik dari peralatan, tempat
kondisi produk asam sehingga produksi, dan proses produksi. Tempe Y
memungkinkan terjadinya kontaminasi yang dipilih yaitu dari pengrajin tempe
silang dari alat ke dalam bahan pangan yang tidak menerapkan prinsip higiene
(Arsyi Nur Fithri, 2011). dan sanitasi, ini terlihat dari peralatan
Penelitian yang dilakukan di yang digunakan (drum bekas dan alat
Laboratorium Badan Penelitian dan penggilingan yang kotor) dan tempat
Pengembangan Industri BBIA (Balai produksi yang tidak terjaga
Besar Industri Agro) Bogor bertujuan kebersihannya. Pemilihan tempat
untuk mengetahui logam berat (kadmium, pengrajin tempe ini menggunakan lembar
timbal, timah, dan merkuri) pada tempe ceklist selama observasi berlangsung.
dipengrajin tempe X dan Y Kota Pada penelitian Pragita,
Bengkulu. Metode yang digunakan dalam Rahayuningsih dan Muslich (2015)
penelitian ini adalah metode AAS (Atomic penggunaan drum (besi) dalam proses
Absorption Spectrophotomer). pembuatan tempe, terlebih pada saat
Pemeriksaan yang dilaksanakan perebusan berpengaruh terhadap
dilakukan sebanyak 2 kali (duplo), untuk kandungan cemaran logam terutama (Cd).
memastikan apakah sampel mengandung Cadmium sering digunakan dalam
cemaran logam berat atau tidak. campuran zat yang terkadang digunakan
Berdasarkan hasil pemeriksaan untuk melapisi drum agar tidak mudah
identifikasi cemaran logam berat pada berkarat dan memperindah tampilan drum
sampel tempe yang higiene sanitasi dan (Lala, 2011), namun perebusan kedelai
tidak higiene sanitasi, terdapat kandungan dengan suhu tinggi dapat mempercepat
014Jurnal Media Kesehatan, Volume 11 Nomor 2, Desember 2018, hlm. 009-016

laju korosi besi sehingga partikel metode pengukusan, perebusan dan


cadmium dalam cat terkelupas dan masuk penumisan dapat menurunkan kadar
kedalam proses pengolahan kedelai logam berat Pb dan Cd pada daun dan
menjadi tempe. buah kacang panjang. Dalam proses
Syarat mutu tempe kedelai perebusan kandungan logam berat
menurut BSN 2015 cemaran logam seperti maupun zat gizi juga banyak yang hilang
kadmium (Cd) maks 0.2 mg/kg, timbal karena terlarut dalam air rebusan.
(Pb) maks 0.25 mg/kg, timah (Sn) maks Kadmium adalah salah satu logam
40 mg/kg, dan merkuri (Hg) 0.03 mg/kg. yang digunakan untuk melapisi drum
Hasil kandungan logam berat pada supaya tidak terjadi korosi. Kadmium ini
sampel tempe X dan Y menunjukan apabila dilakukan pemanasan dengan suhu
bahwa kandungan logam berat yang tinggi menyebabkan lapisan kadmium
terdapat bernilai sama yakni di bawah terkelupas sehingga terbawa dan masuk
nilai yang telah dipersyaratkan oleh BSN kedalam tempe yang direbus
2015, nilai logam berat yang terkandung menggunakan bahan yang mengandung
yaitu kadmium < 0.004 mg/kg, timbal < kadmium. Perebusan yang berkali-kali
0.031 mg/kg, timah < 0.8 mg/kg, dan dan dengan suhu yang tinggi
merkuri < 0.005 mg/kg. Sampel tempe menyebabkan lapisan kadmium pada
yang digunakan saat pengujian sebanyak drum yang digunakan semakin lama
150 gram untuk masing-masing sampel semakin menipis. Drum yang digunakan
dengan 4 uji yang dilakukan. Hasil dalam proses perebusan ini yaitu drum
kandungan logam berat yang terdapat yang telah digunakan hampir satu tahun
pada tempe X dan Y yaitu dibawah batas dan sudah berkarat. Sampel yang diambil
maksimum ini dikarenakan pembuatan dalam penelitian ini merupakan sampel
tempe dilakukan melalui bebrapa proses tempe dalam perebusan yang kesekian
salah satunya proses perebusan. Proses kalinya dalam penggunaan drum,
perebusan ini berpengaruh terhadap sehingga memungkinkan lapisan
penurunan kadar logam berat maupun kadmium tadi menipis jadi kadmium yang
kadar zat gizi pada pangan. Penelitian terkandung dalam sampel tempe ini
Hening Widowati, Widya Sartika jumlah kadmiumnya sudah minimal.
Sulistiani, dan Agus Sutanto (2017) Berdasarkan hasil tersebut berarti
diketahui bahwa pengolahan dengan tidak diperlukan sikap kehati-hatian dalam
mengonsumsi tempe dari segi cemaran Merkuti (Hg) di tempe padapengrajin
logam berat pada tempe, ini dikarenakan dalambatas aman dari syarat mutu tempe
hasil penelitian menunjukan nilai dibawah menurut Badan Standarisasi Nasional
batas maksimum persyaratan menurut (BSN) 2015.
BSN 2015 yang berarti tempe dari Saran penelitian lanjutan dapat
pengrajin tempe X dan Y aman untuk mengembangkan penelitian ini dengan
dikonsumsi, tempe X yaitu dari pengrajin mengindentifikasi kandungan yang dapat
tempe yang telah menerapkan prinsip di dalam tempedari syarat mutu tempe
higiene dan sanitasi sedangkan tempe Y yang lain diantaranya yaitu cemaran
yaitu dari pengrajin tempe yang belum arsen(As), kadar air,kadar lemak,kadar
menerapkan prinsip higiene dan sanitasi. protein, dan kadar serat kasar dan
Higiene dan sanitasi ini sangat penting mengenai pemberian edukasi hygiene dan
diperhatikan agar makanan terjamin sanitasi kepada pengrajin mengenai
keamanannya dan aman untuk dampak dan pengaruh kandungan logam
dikonsumsi. jika terdapat pada tempe sehingga
pengrajin dapat menerapkan prinsip
KESIMPULAN
higiene dan sanitasi dalam pembuatan
Kandungan logam berat timbal tempe
(Pb),Cadmium (Cd), Timah (Sn), dan
DAFTAR RUJUKAN Pertanian Universitas Lampung, 13(2),126-
136.
Agustina, Titin.(2010). Kontaminasi Logam Berat
Badan Standarisasi Nasional. (2009). Batas
Pada Makanan dan Dampaknya Pada
Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam
Kesehatan. Teknubuga, 2(2), 53-65.
Pangan. 7387, 1-29.
Astawan,M., Wresdiyati, T., Sirait,J. (2015).
Badan Standarisasi Nasional. (2015). Tempe
Pengaruh Konsumsi Tempa Kedelai
Kedelai. (3144), 1-26.
Grobogan Terhadap Profil
Bintari, S.H & Maskar, D.H. (2012). Aplication of
Serum,Hematologi dan Antioksidan Tikus.
Food Hygienic Practices (GHP) At The
Jurnal Teknol dan Industri Pangan, 26(2),
Tempe Production in Kuripan Kidul
155-
Pekalongan. Prosiding Seminar Nasional
162.HTTPS://DOI.ORG/10.6066/JTIP.201
Integrasi Kebijakan dan Penguatan Industri
5.26.2.155.
Nasional Menuju Percepatan dan perluasan
Astuti, S. (2008). Isoflavon Kedelai dan
Ekonomi Indonesia. Jurusan Ekonomi
Potensinya Sebagai Penangkap Radikal
Pembangunan Fakultas Ekonomi
Bebas. Teknologi Industri dan Hasil
Universitas Negeri Semarang. Pp : 368-379
016 Jurnal Media Kesehatan, Volume 11 Nomor 2, Desember 2018, hlm. 009-016

DinasPangandanPertanian Kota Bengkulu Mutiara A. (2010). Analisis Pengaruh bahan bakar


2017.LaporanPelaksanaanKegiatanAnalisis dan tenaga kerja terhadap produksi tempe
PenyusunanPolaKonsumsidanSuplaibPanga dikota Semarang (Skripsi). Semarang :
n Kota Bengkulu. Bengkulu JurusanEkonomi UNDIP
Fithri, A.N.,Oginawati,K., Santoso, Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian
Muhayatun.(2011). Pengendalian Kesahatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.243
Kontaminasi Logam Berat di Industri Tahu hlm
Dengan Konsep Hazard Analysis Critical Pragita, T.E., Rahayuningsih,M., Muslich. (2015).
Control Point (HACCP). Jurnal Teknik Evaluasi Penyimpanan dan Perbaikan Mutu
Lingkungan, 17 (1),1-11. Tempe Sesuai SNI 3144 : 2015 Di UMKM.
Jubaidah,S., Nurhasanawati,H., Wijaya, Jurnal Standarisasi. 19(2), 113-126.
H.(2016).Penetapan Kadar Protein Tempe Rauf, R.(2013). Sanitasi Pangan & HACCP.
Jagung (Zea masy L). Dengan kombinasi Yogyakarta : Graha Ilmu.
kedelai (Glicine max (L) Merril) Secara Suwarno B. (2004). Membuat Tempe dan
Spektrofotometri Sinar Tampak.Jurnal Oncom.Jakarta :Penebar Swadaya.
Ilmiah Manuntung,2(1),111-119. Widowati, H., Sulistianti. W.S., Susanto,
Lala, F.(2011). Makalah Toksikologi kadmium. Agus.(2017). Pengaruh Proses Pengolahan
Politekkes Yogyakarta. Terhadap Kadar Logam Berat dan Kadar
Marlinah, A., Hidayat, T., Husna,N. (2012). Gizi Pada Kacang Panjang. Jurnal
Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Pendidikan Biologi Universitas
Terhadap Perumbuhan Kedelai (Glycine Muhammadiyah metro, 8(2),171-175
Max (L) Merrill).Jurnal Agrista,16(1), 22-
28.

Anda mungkin juga menyukai