Anda di halaman 1dari 16

Journal of Toxicology and Environmental Health, 2019

Uji Toksisitas Logam Kromium (Cr) dan Tembaga (Cu)


terhadap Pertumbuhan Biji Kacang Hijau (Vigna radiata)
Ni Putu Siswandari1
1
Laboratorium Ekologi dan Konservasi, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada
Jalan Teknika Selatan, Sekip Utara, Bulaksumur, Yogyakarta, 55281
Email: ni.putu.siswandari@ugm.ac.id

ABSTRAK
Kromium (Cr) dan Tembaga (Cu) adalah jenis logam berat dan logam ini juga termasuk ke dalam logam
esensial. Logam Kromium (Cr) dan Tembaga (Cu) bersifat toksik bagi suatu organisme apabila paparan logam
tersebut dalam jumlah yang besar. Kromium (Cr) dan Tembaga (Cu) juga merupakan logam yang masuk ke dalam
logam esensial apabila dalam jumlah yang sesuai. Penelitian dilakukan untuk mempelajari uji toksisitas logam
Kromium (Cr) dan Tembaga (Cu) terhadap pertumbuhan biji kacang hijau (Vigna radiata) hingga 50%. Uji
toksisitas logam Kromium (Cr) dan Tembaga (Cu) dilakukan selama 4x24 jam (4 hari) pada masing-masing uji
yaitu uji pendahuluan, uji sebenarnya, dan uji campuran. Pada penelitian ini terdapat 3 uji toksisitas yaitu uji
pendahuluan, uji sebenarnya, dan uji campuran. Pada uji pendahuluan logam Kromium (Cr) dan Tembaga (Cu)
menghambat pertumbuhan biji kacang hijau (Vigna radiata) dengan persentase tertinggi 96,65%, pada uji
sebenarnya dilihat 3 parameter yaitu jumlah biji yang tumbuh, panjang kecambah, dan jumlah daun, persentase
tertinggi paparan logam Kromium (Cr) dan Tembaga (Cu) yaitu pada konsentrasi 15 ppm dan 34 ppm, pada uji
campuran persentase tertinggi paparan logam Kromium (Cr) dan Tembaga (Cu) pada perbandingan 50:50 ppm.
Pada perlakuan kontrol pertumbuhan biji kacang hijau (Vigna radiata) mengalami pertumbuhan dengan baik dilihat
dari jumlah biji yang tumbuh, jumlah daun, dan panjang kecambah. Berdasarkan sifat toksisitas dan analisis regresi
linier menunjukkan bahwa uji toksisitas campuran bersifat aditif karena nilainya lebih dari nol atau mendekati nol.
Efek aditif merupakan efek yang diharapkan akibat pencampuran kimia.

Kata Kunci: Toksisitas, Logam Berat, Penghambatan, biji kacang hijau


PENDAHULUAN
Menurut Hutagalung (1991). Dalam Logam Tembaga (Cu) juga memiliki
konsentrasi yang sangat rendah logam berat manfaat dan dibutuhkan oleh manusia ddalam
disebut sebagai logam renik. Logam berat adalah jumlah yang kecil, logam tembaga (Cu) bersifat
logam yang sanagt berbahaya apabila masuk ke esensial. Apabila masuk kedalam tubuh
dalam tubuh makhluk hidup dalam konsentrasi organisme dalam konsentrasi tinggi, maka
yang tinggi. Logam berat memiliki beberapa toksisitas dari logam Cu akan bekerja dalam
jenis sperti kadmium (Cd), merkuri (Hg), tubuh organisme tersebut. Setiap organisme
Kromium (Cr), Nikel (Ni), dan Timbal (Pb), meemiliki toleransi terhadap konsentrasi Cu
jeni-jenis logam tersebut dapat ditemukan pada (Palar, 1994).
wilayah perairan yang lingkungannya sudah Tembaga memiliki banyak manfaat dan
tercemar limbah. Logam berat memiliki nilai juga memiliki dan juga memiliki dampak
densitas dengan nilai yaitu dari 5 g/cm3. negatif. Pada konsentrasi yang rendah, tembaga
Logam berat memiliki banyak dampak memiliki manfaat dalam merangsang
terhadap organisme, dampak negatif dari logam pertumbuhan organisme dan tembaga juga
berat yaitu mampu menurunkan/mengurangi mampu menjadi penghambat pertumbuhan
aktivitas organisme seperti pada tanaman, dan organisme pada konsenrasi yang tinggi (Connel
dampak pada kesuburan tanah yaitu menurunkan dan Miller 1995)
kualitas kesuburan tanah. Logam berat memiliki Organisme memiliki tingkat kepekaan
dampak fatal dalam rantai makanan dan jejaring berbeda terhadap konsentrasi tembaga.
makanan karena menyebabkan kontaminasi Organisme perairan memiliki tingkat kepekaan
sistem tersebut (McGrath et al., 2002) . tinggi terhadap Cu dengan konsentrasi yang
Logam berat memiliki banyak jenis, salah berlebihan atau tinggi (Palar, 1994)
satunya adalam tembaga (Cu), tembaga (Cu) Konsentrasi Tembaga (Cu) yang berbeda
memiliki massa atom 63,546, jari-jari atom pada perairan akan menyebabkan respon yang
1,173 A°, atom 29, titik lebur 1083 °C, jari-jari berbeda pada organisme lain. Konsentrasi Cu
ion Cu2+ 0,96 A°, titik didih 2310 °C. Dalam pada perairan yaitu sebesar 0,01 ppm akan
sistem periodik unsur, terdapat beberapa sifat menyebabkan organisme seperti fitoplankton
logam seperti logam transisi, tembaga adalah mengalami kematian. Sedangkan pada mollusca
logam yang teramsuk dalam golongan IB yang yang terkena paparan cu sebesar 0,16 hingga 0,5
merupakan logam transisi, tembaga memiliki ppm yang terlarut dalam air selama 96 jam bisa
ciri-ciri mudah ditempa, berwarna kemerahan, menyebabkan kematian bagi organisme tersebut
dan mudah regang. (Stoppler, 1992).
Menutrut Stoppler (1992). Kromium (Cr) Pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna
adalah salah satu elemen dari sistem periodik radiata) dipengaruhi oleh faktor iklim,
unsur yang bersifat esensial bagi organisme ketersedian air, dankesuburan tanah (yang
dengan konsentrasi yang rendah. Cr memiliki meliputi unsur hara dan mineral tanah). Tanaman
bentuk yang berbeda-beda di alam. Secara umum ini memiliki toleransi yang berbeda terhadap
Cr memiliki berbagai bentuk seperti Cr (0), Cr cekaman logam berat seperti Cu dan Cr yang
(II), Cr (III), dan Cr (VI) atau krom heksavalen dalamkonsentrasi tinggi mampu menghambat
yang bersifat racun untuk manusia Pada proses pertumbuhan perkembangan kacang hijau (Vigna
industri Cr juga bisa dihasilkan dalam bentuk Cr radiata)
(0) dan Cr (IV). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
Menurut Mangkoedihardjo dan Samudro pengaruh logam kromium (Cr) dan logam
(2010), untuk indikator pencemaran lingkungan tembaga (Cu) terhadap laju pertumbuhan biji
yang berbasis alam yaitu dengan memnfaatkan kacang hijau (Vigna radiata) dalam berbagai
organisme sebagai bioindikator. Menggunakan konsentrasi dan untuk mempelajari pada
tumbuhan sebagai bioindikator merupakan konsentrasi berapa logam kromium (Cr) dan
pendekatan fitoteknologi. Fitoteknologi yaitu logam tembaga (Cu) akan menghambat
merupakan pendekatan bedasarkan kajian pertumbuhan pertumbuhan biji kacang hijau
toksikologi dan transformasi efek zat. Tumbuhan (Vigna radiata) hingga 50%.
dijadikan sebagai bioindikator karena pencemar
yang berasal dari lingkungan dapat berpindah ke ALAT BAHAN DAN METODE
jaringan tumbuhan. Tumbuhan bisa digunakan Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
untuk pemetaan pencemaran atau disebut sebagai Ekologi dan Konservasi, Fakultas Biologi,
fitomonitoring. Benyak jenis tumbuhan yang Universitas Gadjah Mada. Metode yang
bisa dijadikan sebagai indikator pencemaran, digunakan yaitu metode bioassay. Penelitian ini
salah satunya adalah kacang hijau (Vigna dibagi menjadi dua tahap, tahap pertama yaitu uji
radiata) (Menurut Sorek, dkk. (2008) pendahuluan yang dilakukan pada tangga 30
Biji kacang hijau (Vigna radiata) dapat September-4 oktober 2019. Kemudian, pada uji
dimpan dalam suhu yang rendah dan dalam sebenarnya dilakukan pada tangga 11-15
pengeringan mampu bertahan pada kadar air 5%. Oktober 2019. Uji campuran dilakukan pada 18-
Penurunan suhu dan kadar air dalam 22 oktober 2019 Uji pendahuluan digunakan
penyimpanan benih mampu memperpanjang untuk mendapatkan kisaran konsentrasi kromium
daya simpan. (Hasanah, 2002). dan tembaga yang digunakan pada uji
sebenarnya. Uji sebenarnya dimaksudkan untuk
mendapatkan konsentrasi kromium dan tembaga Uji pendahuluan
yang menyebabkan kematian 50 % kematian Uji pendahuluan dilakukan untuk
perkecambahan kacang hijau (Vigna Radiata). Uji menentukan rentang toleran, pada uji
campuran dilakukan untuk mengetahui sifat pendahuluan pengenceran larutan menggunakan
toksisitas kromium (Cr) dan tembaga (Cu) perhitungan deret aritmetika. Larutan stok
kromium (Cr) 1000 ppm dan larutan stok Cu
Alat dan bahan 1000 ppm diencerkan menggunakan aquades
Alat yang digunakan dalam penelitian ini hingga didapatkan konsentrasi 0,1; 1; 10; 100
adalah Erlenmeyer dengan ukuran 50 mL dan kontrol untuk diaplikasikan pada masing-
sebagai tempat stock larutan, gelas beaker masing media. Biji kacang hijau (Vigna radiata)
dengan ukuran 50, 100, 250 mL digunakan untuk direndam selama 10 menit setelah itu ditiriskan
pengenceran larutan, pipet ukur dengan ukuran dan diletakkan pada cawan petri masing-masing
10 mL untuk menuangkan larutan murni ke 20 biji. Biji kacang hijau (Vigna radiata) yang
dalam pengeceran, pipet tetes untuk meneteskan telah direndam dipaparkan logam berat Cr 5
larutan ke cawan petri, Cawan petri digunakan perlakuan konsentrasi yaitu: 0 ppm (0
untuk meletakkan biji kacang hijau (Vigna ml/Kontrol), 0,1 ppm, 1 ppm, 10 ppm, dan 100
radiata) dalam pengamatan, corong untuk ppm selama 96 jam (4 hari). Biji kacang hijau
menuangkan larutan ke erlenmeyer, penggaris (Vigna radiata) yang telah direndam dipaparkan
untuk mengukur panjang kecambah kacang hijau logam berat Cu 5 perlakuan konsentrasi yaitu: 0
(Vigna radiata), label untuk melabeli larutan uji ppm (0 ml/Kontrol), 0,1 ppm, 1 ppm, 10 ppm,
dan media pertumbuhan biji kacang hijau (Vigna dan 100 ppm selama 96 jam (4 hari). Diamati
radiata) pada cawan petri, nampan untuk jumlah biji yang berkecambah pada kedua
menaruh media, Kapas sebagai media untuk paparan larutan tersebut. Tiap konsentrasi
pertumbuhan kacang hijau (Vigna radiata). konsentrasi dilakukan ulangan sebanyak 3 kali.
Adapun bahan yang digunakan yaitu larutan Penentuan konsentrasi didapatkan dari uji
tembaga (Cu) 100 ppm dan larutan stok pendahuluan yang telah dilakukan untuk
kromium (Cr) 100 ppm untuk uji toksisitas, menentukan kisaran toleransi kromium dan
kacang hijau (Vigna radiata) sebagai organisme tembaga untuk pertumbuhan biji kacang hijau
uji, aquades untuk mengencerkan larutan stok, (Vigna radiata).
alkohol digunakan untuk membersihkan alat-
alat.
Uji sebenarnya Uji campuran
Uji sebenarnya untuk toksisitas dilakukan Uji campuran untuk toksisitas dilakukan
berdasarkan uji pendahuluan, uji sebenarnya berdasarkan uji sebenarnya didapatkan LC 50
dalam pengenceran larutan menggunakan pada masing-masing perlakuan larutan Cu dan
perhitungan deret geometri. Larutan stok Cr, dibuat larutan stok LC 50 masing-masing
kromium 1000 ppm dan larutan stok Cu 1000 250 mL. larutan stok kromium dan larutan stok
ppm diencerkan menggunakan aquades hingga tembaga (Cu) dibuat campuran dengan
didapatkan konsentrasi baru yaitu 15, 23, 34, 51, perbandingan Cu:Cr sebagai berikut: 10:90 ppm;
dan 90 ppm larutan tembaga (Cu), sedangkan 35:65 ppm; 50:50 ppm; 65:35 ppm, 90:10 ppm;
untuk konsentrasi Kromium (Cr) yaitu 150, dan kontrol. Semua larutan dengan konstrasi
230, 510, dan 900 ppm dan kontrol, semua tersebut diaplikasikan pada masing-masing
larutan dengan konstrasi tersebut diaplikasikan media. Biji kacang hijau (Vigna radiata)
pada masing-masing media. Biji kacang hijau direndam selama 10 menit setelah itu ditiriskan
(Vigna radiata) direndam selama 10 menit setelah dan diletakkan pada cawan petri masing-masing
itu ditiriskan dan diletakkan pada cawan petri 20 biji. Biji kacang hijau (Vigna radiata) yang
masing-masing 20 biji. Biji kacang hijau (Vigna telah direndam dipaparkan logam berat kromium
radiata) yang telah direndam dipaparkan logam (Cr) dan tembaga (Cu) dengan 6 perlakuan.
berat Cr dan Cu dengan 6 perlakuan. Konsentrasi Konsentrasi Cr dan Cu yang dipaparkan yaitu: 0
Cr yang dipaparkan yaitu: 0 ppm (0 ml/Kontrol), ppm (0 ml/Kontrol), 10:90 ppm; 35:65 ppm;
15 ppm, 23 ppm, 34 ppm, 51 ppm, dan 90 ppm 50:50 ppm; 65:35 ppm, 90:10 ppm; dan kontrol
selama 96 jam dan Konsentrasi Cr yang selama 96 jam (4 hari) dan diukur jumlah biji
dipaparkan yaitu: 0 ppm (0 ml/Kontrol), 150 yang berkecambah, panjang kecambah (Panjang
ppm, 230 ppm, 340 ppm, 510 ppm, dan 900 ppm kecambah diukur setelah pertumbuhan radikula,
pengamatan dilakukan selama 96 jam (4 hari) batas panjang kecambah minimal yang
dan diukur jumlah biji yang berkecambah, digunakan yaitu 5 mm), dan jumlah daun. Tiap
panjang kecambah (Panjang kecambah diukur konsentrasi konsentrasi dilakukan ulangan
setelah pertumbuhan radikula, batas panjang sebanyak 3 kali.
kecambah minimal yang digunakan yaitu 5 mm),
dan jumlah daun. Tiap konsentrasi konsentrasi
dilakukan ulangan sebanyak 3 kali.
Tabel 1. Uji Pendahuluan paparan logam Cu dan
ANALISIS DATA Cr pada pertumbuhan biji Kacang Hijau(Vigna
Data jumlah biji yang berkecambah, radiata)
panjang kecambah, dan jumlah daun pada uji Tabel Pertumbuhan biji kacang hijau (Vigna
pendahuluan, uji sebenarnya, dan uji campuran radiata) terhadap paparan logam Cu

pada masing-masing konsentrasi tiap ulangan


berhasil
Konse Rata-
kemudian ditabulasi di microsoft excel dan ntrasi
U1 U2 U3
rata
tumbuh
(%)
inhibisi LC

dianalisi LC 50 dengan menggunakan regresi


0,1 19 20 20 19,67 98,35 1,65 50
Linier, persamaan yang didapatkan dicari untuk
1 20 20 19 19,67 98,35 1,65 50
memperoleh LC 50. Berdasarkan hasil Lc 50
yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam 10 19 20 19 19,33 96,65 3,35 50

𝐴𝑚 𝐵𝑚
persamaan S= − , untuk mengetahui 100 2 3 4 3 15 85 50
𝐴𝑖 𝐵𝑖

tingkat toksisitasnya yaitu aditif, sinergisme, dan


Tabel Pertumbuhan biji kacang hijau (Vigna
antagonis. Data yang ditabulasikan di dalam
radiata) terhadap paparan logam Cr dan kontrol
microsoft excel kemudian disajikan dalam
berhasi
bentuk grafik. Konsentra U U U Rata l inhibis
si 1 2 3 -rata tumbu i (%)
h
17,6
HASIL PENELITIAN 0,1 16 18 19 88,35 11,65
7
Hasil analisis paparan logam Cu dan Cr 17,6
1 19 15 19 88,35 11,65
7
pada uji pendahuluan disajikan dalam tabel 1, 19,6
10 20 19 20 98,35 1,65
7
hasil analisis data paparan logam Cu dan Cr, 19,6
100 20 19 20 98,35 1,65
7
pada Uji sebenarnya disajikan dalam tabel 2, dan
19,3
Kontrol 20 19 19 96,65 3,35
hasil analisis data paparan logam Cu dan Cr, 3

pada Uji campuran disajikan dalam tabel 3.

Gambar 1a. Inhibisi pertumbuhan biji kacang


hijau (Vigna radiata) terhadap paparan logam Cu
Tabel 2. Uji Sebenarnya paparan logam Cu dan
Cr pada pertumbuhan biji Kacang Hijau (Vigna
radiata)
Tabel Pertumbuhan biji kacang hijau (Vigna
radiata) terhadap paparan logam Cu

berhasil
Rata- inhibisi
Konsentrasi U1 U2 U3 tumbuh
rata (%)
(%)

Gambar 1b. Inhibisi pertumbuhan biji kacang 0 0


15 19 20 20 19,67 98,35 1,65
hijau (Vigna radiata) terhadap paparan logam Cr
23 18 19 20 19 95 5
Berdasarkan tabel 1. dan gambar 1a dan 1b 34 20 20 19 19,67 98,35 1,65
di atas, dapat diketahui bahwa pertumbuhan biji 51 14 19 19 17,33 86,65 13,35

kacang hijau (Vigna radiata) pada paparan logam 76 15 15 16 15,33 76,65 23,35
90 11 12 12 11,67 58,35 41,65
Cu berhasil tumbuh dengan persentase tertinggi
yaitu pada konsentrasi 0,1 ppm dan konsentrasi 1
Tabel Pertumbuhan biji kacang hijau terhadap
ppm, sedangkan nilai ihinbisi tertinggi yaitu
paparan logam Cr
pada konsentrasi 100 ppm. Pertumbuhan biji
berhasil
Rata- inhibisi
kacang hijau (Vigna radiata) pada paparan logam Konsentrasi U1 U2 U3 tumbuh
rata (%)
(%)
Cr yang berhasil tumbuh yaitu dengan persentase
150 19 19 19 19 95 5
tertinggi yaitu pada konsentrasi 10 ppm dan 100 230 20 18 20 19,33 96,65 3,35
ppm, sedangkan nilai ihinbisi tertinggi yaitu 340 20 19 17 18,67 93,35 6,65
510 17 20 15 17,33 86,65 13,35
pada konsentrasi 0,1 ppm dan 1 ppm. Sedangkan
760 3 4 7 4,67 23,35 76,65
kontrol memiliki nilai inhibisi 3,35 dengan 900 1 2 1 1,33 6,65 93,35
tingkat pertumbuhan 96,65%. Penurunan jumlah
biji yang tumbuh dari hari pertama sampai hari
ke empat disebabkan karena biji tersebut mati.
konsentrasi 900 ppm. Penurunan jumlah biji
yang tumbuh dari hari pertama sampai hari ke
empat disebabkan karena biji tersebut mati.
Tabel 3. Uji Campuran paparan logam Cu dan Cr
pada pertumbuhan biji Kacang Hijau (Vigna
radiata)
berhasil
kosentrasi konsentrasi inhibisi
Inhibis tumbuh
Cu Cr (%)
(%)
10 90 15,33 76,65 23,35
Gambar 2a. Inhibisi pertumbuhan biji kacang
35 65 16,33 81,65 18,35
hijau terhadap paparan logam Cu 50 50 18,33 91,65 8,35
65 35 17,33 86,65 13,35
90 10 11,33 56,65 43,35

hari
konsentrasi hari ke 1 hari ke 2 ke 3 hari ke 4
10:90 14 15,33 15,3 15,33
35:65 17,33 18,33 18 16,33
50:50 17 18,33 18,33 18,33
65:35 16,33 18 17,33 17,33
90:10 2,67 9 11,33 11,33
kontrol 19,67 20 20 20
hari
konsentrasi hari ke 1 hari ke 2 ke 3 hari ke 4
Gambar 2a. Inhibisi pertumbuhan biji kacang 10:90 30 23,35 23,5 23,35
hijau terhadap paparan logam Cr 35:65 13,35 8,35 10 18,35
50:50 15 8,35 8,35 8,35
65:35 18,35 10 13,35 13,35
Berdasarkan tabel 2 dan gambar 2a dan 90:10 86,65 55 43,35 43,35
2b. di atas, dapat diketahui bahwa pertumbuhan kontrol 1,65 0 0 0

biji kacang hijau pada paparan logam Cu


berhasil tumbuh dengan persentase tertinggi
yaitu pada konsentrasi 15 ppm dan konsentrasi
34 ppm, sedangkan nilai ihinbisi tertinggi yaitu
pada konsentrasi 90 ppm. Pertumbuhan biji
kacang hijau pada paparn logam Cr yang
berhasil tumbuh yaitu dengan persentase
tertinggi yaitu pada konsentrasi 230 ppm,
sedangkan nilai ihinbisi tertinggi yaitu pada
biji yang tumbuh dari hari pertama sampai hari
ke empat disebabkan karena biji tersebut mati.
Tabel Jumlah Daun Vigna
radiata

Konsentr Juml Konsentr Juml Konsentr Juml


asi ah asi ah asi ah
Cu Cu:Cr
(ppm) Daun Cr (ppm) Daun (ppm) Daun
31,3
0 5 0 5 0 3
15 0 150 0 10:90 0
Gambar 3a. Inhibisi pertumbuhan biji kacang 23 0 230 0 35:65 0
34 0 340 0 50:50 0
hijau (Vigna radiata) terhadap paparan logam Cu
51 0 510 0 65:35 0
76 0 760 0 90:10 0
90 0 900 0 - -
*0 ppm: Kontrol

Konsentr Ting Konsentr Ting Konsentr Ting


asi gi asi gi asi gi
Rata- Rata- Rata-
Cu rata rata Cu:Cr rata
(ppm) (mm) Cr (ppm) (mm) (ppm) (mm)
0 5,33 0 5,33 0 5,6
15 0 150 0 10:90 0
23 0 230 0 35:65 0
Gambar 3b. Inhibisi pertumbuhan biji kacang
34 0 340 0 50:50 0
hijau (Vigna radiata) terhadap paparan logam Cr 51 0 510 0 65:35 0
76 0 760 0 90:10 0
100
90 0 900 0 - -
80 10:90
*0 ppm: Kontrol
Inhibisi (%)

60 35:65
40 PEMBAHASAN
50:50
20 Berdasarkan hasil penelitian, dapat
65:35
0
0 1 2 3 4
diketahui bahwa kromium (Cr) dan Tembaga
Hari ke-
(Cu) dapat mempengaruhi pertumbuhan biji
Berdasarkan tabel 3. Dan gambar 3a dan kacang hijau (Vigna radiata). Hal tersebut dapat
3b di atas, dapat diketahui bahwa pertumbuhan dilihat pada hasil paparan logam Cu dan Cr pada
biji kacang hijau (Vigna radiata) pada paparan uji pendahuluan (tabel 1), hasil paparan logam
logam Cu dan Cr berhasil tumbuh dengan Cu dan Cr pada uji sebenarnya (tabel 2), dan
persentase tertinggi yaitu pada konsentrasi 50:50 hasil paparan logam Cu dan Cr pada uji
ppm, sedangkan nilai ihinbisi tertinggi yaitu campuran (tabel 3) yang menunjukkan hasil
pada konsentrasi 90:10 ppm. Penurunan jumlah bahwa terjadi penambahan dan penurunan
jumlah biji yang berkecambah pada konsentrasi bahwa pada uji sebenarnya belum ada kecambah
yang berbeda. Pada tabel dan gambar 1 a dan 1b yang tumbuh dan pada uji campuran panjang
pada uji pendahuluan menunjukkan jumlah kecambah terlihat pada media dengan dengan
pertumbuhan biji kacang hijau (Vigna radiata). perbandingan konsentrasi 10:90 ppm, dan pada
Konsentrasi larutan yang memiliki persentase uji campuran panjang kecambah terlihat pada
tertinggi dipaparkan pada biji kacang hijau media dengan konsentrasi 35:65 ppm.
(Vigna radiata) yaitu konsentrasi 1 ppm dan 100 Jumlah daun yang tumbuh dan panjang
ppm, degan persentase yaitu 98,35% sedangkan kecambah, serta jumlah kecambah yang tumbuh
nilai inhibisi tertinggi yaitu pada konsentrasi 0,1 terbanyak yatu pada perlakuan kontrol yaitu
ppm dan 1 ppm dengan persentase 1,65%. Pada 31,3% dan 5,6%, pada perlakuan kontrol dengan
tabel dan gambar 2a dan 2b pada uji media hanya menggunakan aquades sehingga
pendahuluan menunjukkan jumlah pertumbuhan tidak terjadi cekaman pada kecambah atau
biji kacang hijau (Vigna radiata). Konsentrasi paparn logam berat. Sedangkan pada perlakuan
larutan yang memiliki persentase tertinggi lainnya terjadi cekaman logam berat sehingga
dipaparkan pada biji kacang hijau (Vigna mengahambat pertumbuhan jumlah biji yang
radiata) yaitu konsentrasi 15 ppm dan 34 pada berkecambah, jumlah daun, dan panjang
larutan kromium (Cr) dengan inhibisi tertinggi kecambah yang diukur dari radikula.
pada konsentrasi 90 ppm dan pada larutan Berdasarkan analisis dengan
tembaga (Cu) persentase tertinggi pada menggunakan rumus tersebut terdapat 3 kriteria
konsentrasi 230 ppm dan inhibisi tertinggi pada untuk menuunjukkan sifat toksisitas pada larutan
konsentrasi 900 ppm. campuran, yang dalam penelitian ini
Pada data kontrol untuk uji pendahuluan, menggunakan logam berat kromium (Cr) dan
uji sebenarnya, dan uji campuran yaitu Logam Berat Tembaga (Cu) yaitu sinergisme apa
menunjukkan laju pertumbuhan yang baik pada bila hasilnya positif dan mendekati satu atau
biji kacang hijau (Vigna radiata), dilihat dari lebih dari satu, sinergisme terjadi apabila
jumlah kecambah yang tumbuh, jumlah daun, pencampuran bahan kimia meningkatkan
dan panjang kecambah. Pada uji logam berat toksisitas atau efek toksik pada organisme,
kromium (Cr) dan tembaga (Cr) pada uji antagonis yaitu apabila hasil uji toksisitas
sebenarnya dan uji campuran menunjukkan campuran hasilnya kurang dari nol atau negatif,
bahwa tidak terdapat jumlah daun yang tumbuh. anatgonis terjadi apa bila pencampuran bahan
Panjang kecambah pada uji logam berat kimia mengakibatkan penurunan toksisitas pada
kromium (Cr) dan tembaga (Cr) pada uji organisme, dan aditif apabila uji toksisitas
sebenarnya dan uji campuran menunjukkan campurran lebih dari nol atau mendekati nol.
Efek aditif merupakan efek yang diharapkan mencemari lingkungan dan mengahambat aspek-
akibat pencampuran kimia. aspek pertumbuhan tanaman seperti anatomis,
Pada pengamatan ini dilihat dari rumus fisiologis, dan aspek biokimia. Terdapatnya
tersebut dan dilihat dari regresi linier logam berat di tanah dalam konsentrasi tinggi
menunjukkan bahwa paparan logam kromium menyebabkan penghambatan penyerapan hara
(Cr) dan logam Tembaga (Cu) pada uji tanah, sehingga kandungan nutrisi tumbuhan
campuran menunjukkan hasil aditif, karena nilai berkurang dan menyebabkan pengambatan
mendekati nol (0). pertumbuhan tanaman.
Menurut Kord et al., (2010) Logam Menurut Gomes et al. ( 2011) toksisitas
Kromium (Cr) memiliki sifat toksik, pada tanaman atau disibut fitotoksisitas akibat
bioakumulatif, sulit terurai di lingkungan, logam berat menyebabkan klorosis, nekrosis, dan
persisten, dan apabila masuk ke dalam tubuh layu. Fitoksisitas ini menyebabkan induksi
organisme memalui jejaring makanan atau rantai perubahan pada anatomi tumbuhan, misalnya
makanan akan mengalami akumulasi. Dalam pada sel-sel epidermis munculnya jumlah lignin
jejaring makanan Kromium (Cr) masuk melalui yang berlebih pada tanaman Brachiaria
tanaman dan berbahaya bagi vegetasi dengan decumben.
konsentrasi Cr yang tinggi. Vegetasi merupakan Menurut Filotheou dan Bosabalidis (2004)
indikator yang digunakan dalam menilai dampak pada penelitiannya mengenai fitoksisitas Cu
atau pengaruh polusi lingkungan yang pada Origanum vulgare menunjukkan penurunan
berhubungan tingginya akumulasi logam berat panjang akar dan penurunan volume, serta
pada tanaman. peningkatan akumulasi Mn dan Fe, akumulasi k,
Kromium (Cr) dengan konsentrasi tinggi Zn, Ca menurun dalam akar. Dampak dari
yang menyebabkan toksisitas akan memiliki toksisitas logam tembaga (Cu) pada tanaman
dampak negatif bagi tanamna seperti timun (Cucumis sativus) menyebabkan
menggurangi pertumbuhan akar, menghambat penurunan pada fotosintesis dan penghambatan
pertumbuhan biji, penekanan biomassa, dan pertumbuhan tanaman, (Dunand et al., 2002;
klorosis pada daun. Selain itu Cr juga Sossé et al., 2004). Toksisitas Cu yang
mempengaruhi metabolisme pada tanaman, menyebabkan penghambatan fotosintesis
seperti gangguan fisologis yang menghambat disebabkan karena konsentrasi Cu yang tinggi
pertumbuhan tanaman (Nematshahi et al., sehingga terjadi perubahan aktivitas pada enzim-
2012). enzim yang terlibat pada prose fotosintesis yaitu
Menurut Muliadi dkk. (2013) Logam berat sperti enzim Rubisco aktivase, Rubisco, Rubisco
Kromium (Cr) dengan konsentrasi kecil mampu binding protein (RBP), glutamate synthase
(GOGAT)), asimilasi NH4 + (glutamine yaitu lebih dari nol atau mendekati nol. Efek
synthetase (GS), (Kepova et al., 2004). aditif merupakan efek yang diharapkan akibat
Toksisitas Tembaga (Cu) menyebabkan pencampuran kimia.
transpirasi tanaman mengalami penurunan pada
tanaman padi pada fase bibit dan kandungan UCAPAN TERIMAKASIH
protein yang menurun (Chen et al., 2004). Terimakasih disarnpaikan kepada Bapak Dr. rer.
Kandungan Tembaga (Cu) dalam tanah mampu nat. Andhika Puspito Nugroho, S.Si., M.Si.
menurunkan produksi padi yaitu 10, 50, dan sebagai dosen pengampu mata kuliah toksikologi
90%, karena akar sensitif terhadap cekaman Cu. lingkungan yang telah memberikan arahan serta
(Xu et al., 2006). Menurut Yan et al.,( 2006) bimbingaan. Terima kasih pula kepada Akbar
menyatakan bhawa dampak dari Cu pada Reza, M.Sc., Fitra Nofra Fakultas Biologi UGM
pertumbuhan tanamna padi memiliki dampak yang telah membantu dan membimbing dalam
bervariasi pada kultivar padi. Dampak toksisitas pelaksanaan pengujian sampel. Penelitian dapat
Cu seperti penurunan jumlah gabah per malai, terlaksana dengan bantuan sarana dan prasarana
penuruan jumlah malai per rumpun, dan jumlah yang disediakan Laboratorium Ekologi dan
gabah isi permalai. Konservasi, Fakultas Biologi, Universitas
Gadjah Mada.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat DAFTAR PUSTAKA
diketahui bahwa kromium (Cr) dan Tembaga Chen, C.T., T.H. Chen, K.F. Lo, C.Y. Chiu.
2004. Effects of proline on copper
(Cu) merupakan senyawa yang bersifat sebagai
transport in rice seedlings under excess
toksik bagi pertumbuhan biji kacang hijau copper stress. Plant Sci. 166:103-111.
Dunand, F.V., D. Epron, B.A. Sossé, P.M.
(Vigna radiata) apabila jumlahnya berlebihan.
Badot. 2002. Effects of copper on growth
Hal tersebut diketahui dari penurunan dari nilai and on photosynthesis of mature and
expanding leaves in cucumber plants. Plant
persentase jumlah biji yang tumbuh, jumlah
Sci. 163:53-58.
daun, panjang kecambah dan inhibisi pada uji Filotheou, H.P., A.M. Bosabalidis. 2004. Root
structural aspects associated with copper
pendahuluan, uji sebenarnya, dan uji campuran.
toxicity in oregano (Origanum vulgare
Setelah terpapar logam kromium (Cr) dan subsp. hirtum). Plant Sci. 166:1497-1504.
Gomes MP, Marques TCLLSM, Nogueira MOG,
tembaga (Cu) di berbagai konsentrasi, kecuali
Castro EM, Soares AM (2011)
kontrol yang tidak terpapar logam kromium (Cr) Ecophysiological and anatomical changes
due to uptake and accumulation of heavy
dan tembaga (Cu) serta terjadi penghambatan
metal in Brachiaria decumbens. Sci Agric
pertumbuhan. Sifat toksisitas dari uji campuran 68(5):566–573
Hasanah, M. 2002. Pengembangan Industri
yaitu bersifat aditif, karena nilai toksisitasnya
Benih Tanaman Industri. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Bogor: Nafiseh Nematshahi, Mehrdad Lahouti and Ali
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Ganjeali. Accumulation of chromium and
Obat (BALITRO). its effect on growth of (Allium cepa cv.
Hutagalung, H.P. 1991. Pencemaran Laut Oleh Hybrid). 2012. European Journal of
Logam Berat. Dalam Status Pencemaran Experimental Biology, 2 (4):969-974.
Laut di Indonesia dan Teknik Palar,H., 1994, Pencemaran dan Toksikologi
Pemantauannya. P30-LIPI. Jakarta. Hal 45- Logam Berat, hal 10-11; 74-75, Rineka
59. Cipta, Jakarta.
Kepova, K.D., L.S. Stoilova, Z. Stoyanova, R. Sossé, B.A., P. Genet, F.V. Dunand, M.L.
Hölzer, U. Feller. 2004. Biochemical Toussaint, D. Epron, P.M. Badot. 2004.
changes in barley plants after excessive Effect of copper on growth in cucumber
supply of copper and manganese. Environ. plants (Cucumis sativus) and its
Exp. Bot. 52:253-266. relationships with carbohydrate
Kord, B.; Mataji, A.; Babaie, S., (2010). Pine accumulation and changes in ion contents.
(Pinus Eldarica Medw.) needles as Plant Sci.166:1213-1218.
indicator for heavy metals pollution, Int. J. Stoeppler, M. H., 1992, Metals in The
Environ. Sci. Tech., 7 (1), 79-84 (6 pages). Environment, Elsevier Science Publisher,
Kuswanto, H.1996. Dasardasar Teknologi Amsterdam.
Produksi dan Sertifikasi Benih.
Yogyakarta: Penerbit Andi. Xu, J., L. Yang, Z. Wang, G. Dong, J. Huang, Y.
McGrath., et al, 2012. Sleep to Lower Elevated Wang. 2006. Toxicity of copper on rice
Blood Pressure: Study Protocol for a growth and accumulation of copper in rice
Randomized Controlled Trial. Trials grain in copper contaminated soil.
Journal. 15: 393 Chemosphere 62:635-646. Yan, Y.P., J.Y.
Muliadi, Liestianty, D., Yanny, 2013, Desain He, C. Zhu, C. Cheng, X.B. Pan, Z.Y. Sun.
Fitoremediasi dan Potensi Fitomining 2006. Accumulation of copper in brown
Nikel-Ore Pada Lahan Pasca Tambang di rice and effect of copper on rice growth
Halmahera, Maluku Utara, Laporann Hasil and grain yield in different rice cultivars.
Penelitian Sinas 2013, Tersimpan dalam Chemosphere 65:1690- 1696.
Pustaka KEMENTRISTEKRI
LAMPIRAN
UJI PENDAHULUAN
UJI SEBENARNYA
UJI CAMPURAN

Anda mungkin juga menyukai