Anda di halaman 1dari 3

4.

METODE ANALISIS
Metode analisis Limbah yang mengandung logam krom dapat menggunakan
metode yang telah terstandarisasi secara nasional baik dalam menentukan kadar krom
total maupun krom heksavalen:
- SNI Nomor 06-6989.17-2004 Cara Uji Krom Total (Cr-T) dengan metode
Spektrofotometri Serapan Atom.
- SNI Nomor 6989.53:2010 Cara Uji Krom heksavalen (Cr-VI) dalam Contoh Uji Air
dan Air Limbah dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
5. DAMPAK LINGKUNGAN
Perairan yang tercemar logam berat kromium akan membahayakan organisme
perairan yang hidup di dalamnya, hal ini dikarenakan logam berat kromium tersebut
akan terakumulasi dalam tubuh ikan, sehingga apabila ikan tersebut dikonsumsi oleh
manusia maka dapat terakumulasi dalam tubuh manusia. Logam berat kromium yang
masuk ke dalam tubuh makhluk hidupikan akan masuk dalam proses fisiologis atau
metabolisme tubuh. Interaksi yang terjadi antara logam berat kromium dengan unsur
biologi tubuh dapat menyebabkan terganggunya proses metabolisme, hal ini
dikarenakan kromium yang masuk ke dalam sel akan terlarut dalam darah dan
mempengaruhi kerja enzim (Palar 2004). Kromium melewati membran sel melalui
empat mekanisme yaitu difusi pasif lewat membran, filtrasi lewat pori-pori membran,
transport dengan perantaraan carrier, dan pencaplokan oleh sel (pinositosis) (Lu 1995)
Akumulasi logam berat kromium di dalam tubuh manusia akan menimbulkan toksisitas
akut dan kronis. Toksisitas akut akibat logam berat kromium adalah muntah, diare
berdarah dan gangguan saluran pencernaan. Efek lain yang muncul adalah nekrosis hati,
nekrosis ginjal, dan keracunan.
Krom dapat mencemari air melalui limbah aktivitas manusia seperti industri
pewarna kain, industri penyamakan kulit, pelapisan listrik, rumah tangga, pertanian,
pertambangan, perikanan, pariwisata, dan kegiatan lainnya. Kromium adalah elemen
yang biasanya ada ditanah dan dalam bentuk teroksidasi dari Cr (II) menjadi Cr (VI)
tetapi Cr (III) dan Cr (VI). Kromium (VI) adalah kromium yang paling beracun dan
mutagenik, karsinogenik, dan teratogenik. Kromium tidak dapat didegradasi dalam
tubuh sehingga terakumulasi didalam tubuh organisme. Kromium dapat berbahaya bagi
organisme air maupun manusia (Nair dan kurian, 2018). Kromium dapat terakumulasi
pada ikan Guppy dan menyebabkan kematian. Nair (2018) meneliti akumulasi dan
toksisitas kromium dalam limbah penyamakan kulit pada guppy. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kromium dapat menumpuk pada ikan guppy. Kromium 4,2 µg/ml
dapat menyebabkan kematian 50% ikan guppy. Kromium (VI) pada konsentrasi rendah
diketahui merusak berbagai organ ikan seperti paru-paru, hati dan ginjal. Badriyah et al
(2017) melakukan penelitian tentang efek kromium (IV) pada hati dan insang nila. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kromium (IV) dengan konsentrasi 57,69 ppm dan 59,94
ppm dapat menyebabkan edema, dan hiperplasia. Selain menyebabkan edema, dan
hiperplasia, pemberian kromium (IV) 83,20 ppm juga menyebabkan fusi lamela,
fibrosis, dan degenerasi lemak. Kromium (IV) juga berbahaya bagi kesehatan manusia.
Bhakti (2016) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efek paparan
kromium pada fungsi paru-paru pada pekerja di industri pelapisan listrik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi usia dan masa kerja, pekerja
cenderung mengalami gangguan fisiologi paru. Pekerja dengan paparan kromium tinggi
(Cr) lebih mungkin mengalami gangguan fisiologi paru. Kromium dapat menyebabkan
asma, bronkitis, hiperemia, dan kanker.
Kasus pencemaran air tanah oleh logam krom heksavalent yang terjadi di daerah
Hinkley, California akibat pencemaran dari limbah cair industri perusahaan Pacific Gas
and Energy (PG & E) .
Pada tahun 1952 hingga 1966, Pacific Gas and Electric Company (PG&E)
membuang sekitar 370 juta galon air limbah yang mengandung kromium ke dalam
kolam yang menyebar di sekitar kota Hinkley, California, yang terletak di Gurun
Mojave. PG&E menggunakan kromium 6, atau kromium heksavalen (anti karat mesin
yang murah dan efisien), di stasiun kompresornya pada cooling tower ( sistem
pendingin) untuk jaringan pipa transmisi gas alam. Senyawa heksavalen-kromium
merupakan karsinogen genotoksik. Air hasil pengolahan ditampung dalam pond, yang
memungkinkannya meresap ke dalam air tanah. Hal ini menyebabkan pencemaran air
tanah, mempengaruhi tanah dan sumur air yang terkontaminasi di dekat stasiun
kompresor . Tingkat kromium heksavalen rata-rata di Hinkley tercatat 1,19 bagianper-
miliar (ppb), dengan perkiraan puncak 20 ppb. Berdasarkan Studi Latar Belakang
PG&E, Stasiun Kompresor PG&E Topock rata-rata 7,8 ppb dan memuncak pada 31,8
ppb. Dimana akibat pencemaran pada air tanah akibat paparan logam krom heksavalen
ini, banyak menimbulkan dampak seperti karsinogenis pada masyarakat yang tinggal di
sekitar industri tersebut.

6. DAFTAR PUSTAKA
Afdila, Nur & Helmiady. (2019). MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN PENCEMARAN
LOGAM KROM. Depok: Magister Ilmu Kimia Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Andini, A. (2017). Analisa Kadar Kromium VI [Cr (VI)] Air di Kecamatan
Tanggulangin Sidoarjo. Jurnal SainHealth, 1(2), 55-58.
Berti Mauna, R. Kandungan Kromium (Cr) pada Limbah Cair dan Air Sungai serta
Keluhan Kesehatan Masyarakat di Sekitar Industri Elektroplating (Studi
di Industri Elektroplating X Kelurahan Tegal Besar Kecamatan
Kaliwates Kabupaten Jember)(The Chromium (Cr) in Liquid Waste and
River Water and Public Health Complaints around the Electroplating
Industry The Study in the X Electroplating Industry in Tegal Besar,
Kaliwates, Jember).
Bugis, H., Daud, A., & Birawida, A. (2013). Studi kandungan logam berat kromium VI
(Cr VI) pada air dan sedimen disungai Pangkajene Kabupaten Pangkep.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Hendrajaya, K., Sumiyani, R., Novisha, D., & Putri, D. K. (2018). Validasi Metode
Analisis Cemaran Logam Berat Kromium (Cr), Timbal (Pb), Dan
Kadmium (Cd) Pada Kerang Hijau (Perna viridis) Dan Kerang Darah
(Tegillarca nodifera) Dari Pantai Kenjeran Surabaya Secara Inductively
Coupled Plasma Spectrometry.
Kristianto, S., Wilujeng, S., & Wahyudiarto, D. (2017). Analisis logam berat kromium
(Cr) pada Kali Pelayaran sebagai bentuk upaya pe-nanggulang
pencemaran lingkungan di wilayah Sidoarjo. Jurnal Biota, 3(2), 66-70.
Latifah, T. (2016). BIOSORPSI LOGAM KROMIUM HEKSAVALEN Cr (VI) OLEH
BIOMASSA Spirulina fusiformis (Doctoral dissertation, Universitas
Pendidikan Indonesia).
Nuraini, R. A. T., Endrawati, H., & Maulana, I. R. (2017). Analisis Kandungan Logam
Berat Kromium (Cr) Pada Air, Sedimen Dan Kerang Hijau (Perna
viridis) Di Perairan Trimulyo Semarang. Jurnal Kelautan Tropis, 20(1),
48-55.
Pratiwi, D. Y. (2020). DAMPAK PENCEMARAN LOGAM BERAT TERHADAP
SUMBER DAYA PERIKANAN DAN KESEHATAN MANUSIA.
Jurnal Akuatek, 1(1), 59-65.
Rahmani, R. Z. (2018). Analisis pencemaran kromium berdasarkan kadar COD
(Chemical Oxygen Demand) pada Hulu Sungai Citarum di Kecamatan
Majalaya Kabupaten Bandung Jawa Barat (Bachelor's thesis, Jakarta:
Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah).

Anda mungkin juga menyukai