Anda di halaman 1dari 4

Nama Kelompok:

Pandu Wakca Alamsyah H1K014003


Wanda Avia Pasha H1K014008

KONSENTRASI LOGAM BERAT KROMIUM (Cr) PADA SEDIMEN


DI SUNGAI
Berkembangnya IPTEK menimbulkan terjadinya pencemaran yang disebabkan
oleh dampak perkembangan industry. Pencemaran harus segera dikendalikan karena bila
tidak dilakukan akan menimbulkan permasalahan yang serius bagi kelangsungan hidup
manusia maupun alam.
Salah satu contoh pencemaran air disebabkan oleh adanya logam berat krom
yang masuk ke perairan. Logam Cr dapat masuk ke dalam lingkungan baik perairan,
tanah ataupun udara (lapisan atmosfer). Kromium yang masuk kedalam lingkungan
datang dari berbagai sumber. Sumbersumber logam Cr kedalam lingkungan yang
umum dan diduga paling banyak adalah dari kegiatan-kegiatan perindustrian, kegiatan
rumah tangga dan dari pembakaran serta mobilitas bahan-bahan bakar. Kandungan
logam berat yang menumpuk pada sedimen akan masuk ke dalam sistem rantai
makanan dan berpengaruh pada kehidupan organisme yang berada di perairan tersebut.
Jika logam yang terakumulasi hingga melebihi ambang batas dapat menimbulkan
masalah bagi kesehatan.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui besarnya konsentrasi
logam krom yang mengalami akumulasi dalam sedimen, data yang diperoleh dapat
djadikan dasar penilaian kualitas dan penetapan status perairan sungai tersebut.
Dalam menentukan konsentrasi logam berat krom dalam sedimen dapat
menggunakan berbagai metode yaitu core sample, purposive sampling dan grab
sample. Core sample merupakan sampel sedimen yang diperoleh menggunakan
potongan pipa paralon yang di tancapkan ke dalam sedimen pada titik sampel di
perairan, yang kemudian dimasukkan dalam botol dan ditutup rapat. Purpoosive
sampling merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan dari peneliti.
Grab sample merupakan teknik sampling dengan cara mengambil bagian dari suatu
material di perairan tersebut. Setelah sedimen diperoleh, sampel dibuat menjadi larutan
kemudian dapat dianalisis dengan instrument ICP-OES (Inductively Coupled Plasma-
Optical Emission Spectrophotometer) dan Spektofotometer Serapan Atom.
Dengan metode core sample dan analisis menggunakan instrument ICP-OES
induktif ditambah plasma-spektrometri massa (ICP-MS) dan untuk spesies Cr
menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) -ICP-MS yang mengacu pada
nilai ambang batas konsentrasi Cr sedimen yaitu 51 mg/Kg, dapat diasumsikan bahwa
Muara sungai Matangpondo atau sungai Poboya sudah mulai tercemar, karena nilai
kandungan Cr dalam sedimen pada salah satu titik contoh sudah melampaui dari nilai
baku mutu yang ada. Meskipun demikian secara umum belum dapat dikatakan telah
mengalami pencemaran berdasarakan nilai rata-ratanya. Tingginya konsentrasi Cr pada
Stasiun 2 karena pada titik contoh ini adalah muara sungai yang merupakan titik awal
pencampuran antara air tawar dan air laut dengan kandungan lumpurnya lebih tinggi
karena terbawa oleh arus sungai dan laut. Disamping itu juga dengan adanya perbedaan
tekstur tanah (substrat) pada sedimennya merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan konsentrasi Cr pada masing-masing titik contoh berbeda. Penyebaran
logam ini tidak merata pada setiap titik, hal ini sangat bergantung pada aktivitas
pendukung keberadaan logam tersebut, Keberadaan logam ini cenderung berasal dari
aktivitas di muara sungai dan sekitarnya. Seperti diketahui bahwa aktivitas pelayaran,
perbengkelan dan berbagai macam jenis kegiatan rumah tangga serta aktivitas pertanian
di sepangjang alirang sungai Matamgpondo dibagian hulu tentunya menggunakan
berbagai bahan yang mengandung logam seperti cat, dan sisa-sisa hasil perbengkelan
dan kendaraan bermotor.

Kemudian dengan metode purposive sampling dan grab sample dan analisis
menggunakan Spektofotometer Serapan Atom. Kandungan logam berat kromium VI
(Cr VI) dari titik 1-5 pada sedimen cenderung berfluktuasi. Hal ini kemungkinan
dipengaruhi oleh aliran air sungai dan kemiringan aliran sungai. Aliran laminar akan
mempercepat terjadinya proses pengendapan logam berat. Sedangkan aliran turbulen
akan memperkecil proses terjadinya pengendapan logam berat. Pengaruh lain dari aliran
turbulen dapat menyebabkan endapan yang sudah terbentuk terpecah kembali, sehingga
berakibat terhadap penurunan kadar logam berat. Kemiringan aliran sungai juga
berpengaruh terhadap pengendapan logam berat. Kemiringan yang cukup besar akan
mengakibatkan aliran sungai menjadi turbulen. Sedangkan kemiringan yang kecil akan
mengakibatkan aliran sungai menjadi laminar. Jenis aliran sungai akan berpengaruh
terhadap proses pengendapan logam berat. Meskipun logam berat kromium VI (Cr VI)
di dalam sedimen masih di bawah standar akan tetapi akan berpengaruh terhadap kerang
yang tinggal di dalam sedimen. Lama kelamaan logam berat kromium VI (Cr VI ) akan
terakumulasi di dalam kerang. Apabila dikonsumsi oleh manusia maka logam berat
kromium VI (Cr VI) yang terdapat di dalam kerang akan berpindah ke dalam tubuh
manusia. Keracunan akut akan menyebabkan gejala gasterointestinal dan penyakit
ginjal.

Plasma spektrometri massa (ICP-MS) adalah jenis spektrometri massa yang


mampu mendeteksi logam dan beberapa non-logam pada konsentrasi serendah satu
bagian dalam 1015 (bagian per kuadriliun, ppq) dari non-campur rendah isotop latar
belakang. Hal ini dicapai dengan ionisasi sampel dengan induktif ditambah plasma dan
kemudian menggunakan spektrometer massa untuk memisahkan dan mengukur ion
tersebut. Dibandingkan dengan spektroskopi serapan atom, ICP-MS lebih besar
kecepatan, ketepatan, dan sensitivitas. Namun, dibandingkan dengan jenis lain dari
spektrometri massa, seperti spektrometri ionisasi termal massa (TIMS) dan glow
discharge spektrometri massa (GD-MS), ICP-MS memperkenalkan banyak spesies
mengganggu: argon dari plasma, gas komponen udara yang bocor melalui orifisium
kerucut, dan kontaminasi dari gelas dan kerucut. sedimen basah (bebas oksigen) dari
situs yang sama dianalisis dengan menggunakan solid-a negara teknik alternatif, X-ray
spektroskopi serapan dan hasil dikuatkan kurangnya Cr (VI) dalam sedimen dan pori
air, hanya menampilkan Cr (III). Saat ini hasil, dikuatkan oleh teknik lain, memberikan
bukti yang kuat tidak adanya Cr (VI) di perairan pori studi situs pelabuhan dan sedimen;
sehingga semua Cr hadir dalam air pori diasumsikan Cr (III). Metode ini terbukti
komplementer, analisis spesiasi dengan dan tanpa EDTA menunjukkan tidak adanya
terdeteksi Cr (VI) di situs yang terkena dampak pori perairan, bahwa hanya Cr (III)
yang ada. Cr (VI) stabilitas di sampel yang diteliti kemungkinan terganggu oleh
pemanasan EDTA, dan metode tanpa EDTA demikian lebih baik untuk Cr (VI).
Kesimpulannya sumber logam Cr pada daerah sungai selain terdapat secara
alami juga berasal dari aktivitas antropogenik sekitar lokasi seperti kegiatan pelayaran
nelayan, pemukiman penduduk, dan pedagang kuliner di pinggiran pantai,
perbengkelan, limbah SPBU, Puskesmas dll. Dan kandungan logam berat kromium VI
(Cr VI) yang masih memenuhi standar. tetap perlu adanya pengontrolan kelayakan
limbah sebelum dibuang ke lingkungan sehingga dapat mengurangi beban pencemaran
yang masuk ke badan air sungai.
Kekurangan:
1) Jurnal 1:
proses pengeringan sampel terlalu lama karena masih bergantung dengan cuaca
alat yang digunakan sulit disesuaikan karena bahan terbuat dari pipa paralon
perbedaan tekstur tanah (substrat) pada sedimennya merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan konsentrasi Cr pada masing-masing titik contoh berbeda.
2) Jurnal 2:
Data sampel kurang sempurna, karena hanya menggunakan data sesaat (grab sample)
Kandungan Kromium VI (Cr VI) karena pengambilan sampe pagi dan sore, disore hari
cenderung meningkat karena pada sore hari aktivitas manusia lebih banyak
3) Jurnal 3:
Proses lebih rumit karena harus melewati banyak proses
Subsamples dibubuhi spesies Cr individu tidak bisa disiapkan karena ukuran sampel
yang terbatas.

Kelebihan:
1) Jurnal 1:
Bahan baku murah dan mudah didapatkan
Proses yang masih tradisional
Proses penelitian lebih efektif, yang mana lumpur pada sedimen di daerah muara sungai
mempunyai kemampuan untuk menyerap unsur hara sehingga cenderung bersifat
ligan.
2) Jurnal 2:
Pengambilan sampel diambil dari 5 titik yang berbeda, dari hulu sampai hilir yang
membuat data diambil dari sumber yang tidak tercemar sampai sumber yang dekat
dengan pencemaran
3) Jurnal 3:
) metode online yang umumnya lebih baik untuk metode offline, karena data yang keliru
dari metide offline.
Hasil data lebih akurat dan kompleks, Tiga Subsamples dibuat dari setiap sel pengintip
menggabungkan massa plasma spektrometri (ICP-MS), (HPLC), ICP-MS, (EDTA)
sebelum analisis HPLC-ICP-MS.
Lokasi penelitian yang mendukung
Metode pengintip pori sampel air memiliki keandalan yang baik dalam memberikan
hasil yang konsisten
Bahan murah dan mudah didapat

Anda mungkin juga menyukai