Anda di halaman 1dari 11

KARAKTERISTIK PEKERJA KAITANNYA DENGAN KANDUNGAN

KROMIUM DALAM URINE PEKERJA DI INDUSTRI KERUPUK


RAMBAK X MAGETAN
Worker’s Characteristic Relationship with Chromium Content on Worker’s Urine
at Industry Rambak Cracker X of Magetan

Febry Ayu Wulaningtyas


Departemen Keselamatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Febryayuwulan@gmail.com

ABSTRAK: Industri Kerupuk Rambak X Magetan merupakan IRT yang berwirausaha dalam bidang makanan. Kerupuk
rambak tersebut berbahan baku limbah padat berupa sisa kulit yang disamak dengan menggunakan kromium sebagai
bahan proses penyamakan. Pekerja pada pembuatan kerupuk rambak tersebut mengonsumsi kerupuk rambak. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat hubungan karakteristik responden dengan kandungan kromium dalam
kerupuk rambak dan urine, serta keluhan pada kulit di Industri Kerupuk Rambak X Magetan. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rancangan penelitian Cross sectional, dengan metode wawancara dan observasi. Responden pada
penelitian ini menggunakan total populasi yaitu seluruh pekerja Industri X sebanyak 10 pekerja. Variabel independen
penelitian ini adalah karakteristik responden. Hasil dari analisis dengan tabulasi silang antara variabel usia dengan
kandungan kromium dalam urine menunjukkan tingkat hubungan cukup (C = 0,522), sedangkan tabulasi silang antara
pengetahuan dengan kromium dalam urine menunjukkan tingkat hubungan cukup (C = 0,588). Pada tabulasi silang antara
variabel lama kerja dengan kromium dalam urine, APD dengan kromium dalam urine, serta APD dengan keluhan kulit
menunjukkan tingkat hubungan rendah (C = 0,213). Disarankan untuk melakukan pemeriksaan berkala tentang kandungan
kromium dalam kerupuk rambak, menurunkan kadar kromium dalam kerupuk rambak dengan menggunakan jeruk nipis atau
cuka pada proses pengolahan, serta pekerja yang kontak langsung dengan bahan baku dan proses perebusan sebaiknya
menggunakan APD dan alat penunjang yang sesuai.

Kata kunci: Kromium, Karakteristik Responden, Kerupuk Rambak, Urin

ABSTRACT: Industry of rambak crakers IRT X Magetan is in the field of food. Rambak crakers are made from solid
waste in the form of residual skin tanned using chromium as a thresher fur. Workers in the manufacturing of these
rambak crakers regard as daily foods. The purpose of this study was to assess the relationship characteristics of the
respondents with a chromium content in the rinds and urine, and skin complaints in Industry Rambak Crackers X. The
study was conducted using a cross sectional study design, the method of interview and observation. Respondents in
this study using the total population of all workers Industrial X by 10 workers. The independent variable of this study
is the characteristics of the respondents. The results of the analysis with a variable cross tabulation of age group
should the content of chromium in the urine indicates adequate degree of relationship (C = 0.522), whereas the
cross-tabulation between the knowledge of the chromium in the urine indicates adequate degree of relationship (C =
0.588). In the cross-tabulation between the variables length of employment with the chromium in the urine, APD with
chromium in the urine, as well as the APD with skin complaints showed lower levels of relationship (C = 0.213). It is
recommended to melakkan periodic checks on the content of chromium in the rinds, reduce levels of chromium in the
rinds using lemon juice or vinegar in the processing, as well as workers who have direct contact with the raw
materials and the boiling process should use PPE and appropriate supporting tools.

Keywords: Chromium, characteristics of respondents, Rambak Crakers, Urine

PENDAHULUAN Hidup No.03 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air


Limbah Bagi Kawasan Industri). Kini tak sedikit
Industri rumah tangga kini berkembang
industri yang berdiri dengan adanya
semakin pesat. Perusahaan- kawasan industri
perkembangan jaman. Banyak masyarakat yang
adalah perusahaan yang mengusahakan
menginginkan keuntungan yang lebih banyak
pengembangan dan/atau pengelolaan kawasan
dengan melakukan kegiatan perindustrian.
industri (Peraturan Menteri Negara Lingkungan

127
128 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 10, No. 1 Januari 2018: 127–137

Industri rumah tangga yang cukup Kromium dapat berada dalam semua strata
berkembang saat ini adalah industri pembuatan lingkungan. Logam kromium dapat berada di
kerupuk rambak. Kerupuk rambak merupakan perairan, tanah ataupun udara. Kegiatan
makanan ringan yang terbuat dari kulit sapi atau perindustrian, rumah tangga, dan mobilitas bahan
kerbau yang kini mulai banyak digemari oleh bakar dapat menyebabkan masuknya logam
masyarakat. Kerupuk rambak kini juga dibuat di kromium dalam strata lingkungan. Masuknya logam
Thailand dan Filipina dengan sebutan Nung Pong kromium dalam strata lingkungan dalam jumlah
atau Fried Skin. yang besar dapat menyebakan terjadinya
Bahan baku pembuatan kerupuk rambak pencemaran lingkungan. Pada umumnya logam
dapat berasal dari rumah potong hewan dan berat bersifat toksik dalam tubuh manusia,
pabrik penyamakan kulit dengan bahan terkadang masih dibutuhkan tubuh dalam jumlah
penyamak. Kulit dengan kondisi segar umumnya yang sedikit. Kromium dapat disebut sebagai logam
akan diawetkan sebagai bahan baku industri berat karena dalam jangka panjang dapat
penyamakan, sedangkan yang digunakan menyebabkan terjadinya suatu gangguan
sebagai bahan baku kerupuk rambak biasanya kesehatan seperti, alergik hingga tumbuhnya
adalah kulit sisa atau potongan kulit bagian tepi kanker yang dapat membahayakan manusia.
(Oktafiani, 2009). Akumulasi unsur logam berat dapat mengakibatkan
terjadinya interaksi antara logam berat dengan sel
Kulit yang akan disamak dibasahi dengan
atau jaringan tubuh. Kromium heksavalen
larutan dikromat, selanjutnya direduksi dengan
merupakan logam kromium yang bersifat paling
gas SO2. Kolagen merupakan jenis protein
toksik dibandingkan ion kromium lainnya seperti,
utama yang akan bereaksi membentuk senyawa
kompleks kromi pada kulit. Senyawa tersebut Cr2+ dan Cr3+. Sifat toksik kromium tersebut dapat
dapat membuat kulit menjadi bersifat liat, lentur menyebabkan keracunan akut dan keracunan
dan tahan terhadap kerusakan biologis (Yuliastri, kronis
2011 pada Sandra, 2013). Logam kromium dan persenyawaannya dapat
Kromium merupakan salah satu unsur logam mengganggu fungsi organ yang bekerja dalam
berat dengan nomor atom (NA) 24 dengan berat proses metabolisme apabila masuk kedalam tubuh
atom (BA) 51,996. Di alam kromium tidak dapat manusia. Apabila Cr3+ masuk ke dalam tubuh
ditemukan dalam bentuk murni, tetapi dengan pH 7 dapat mengendapkan RNA dan DNA,
persenyawaannya terdapat di alam dalam bentuk
sedangkan pada Cr6+ dapat menghambat kerja
unsur lain. Paling banyak ditemukan sebagai
bahan mineral kromium dalam bentuk “Chromite” enzim binzopiren hidroksilase yang dapat
menyebabkan lambatnya pertumbuhan sel
(FeOCr2O3). Berdasarkan sifatnya logam sehingga sel dalam tubuh tumbuh dengan liar dan
kromium mempunyai bilangan oksidasi 2+, 3+, tidak terkontrol yang dapat menyebabkan kanker,
dan 6+. Pada Cr2+ akan membentuk senyawa oleh sebab itu kromium digolongkan dalam logam
yang bersifat basa, senyawa yang dibentuk dari bersifat toksik (Palar, 2012).
ion Cr3+ mempunyai sifat amporter, dan ion Cr6+ Penelitian tentang keracunan kronis yang
disebabkan oleh kromat dengan memberikan
lebih bersifat asam. Pada keadaan asam ion
perlakuan terhadap kucing dengan cara
khromat (CrO42-) dapat menimbulkan peristiwa memberikan perlakuan paparan senyawa
reduksi yang sangat kuat. Kromium banyak
Cr3(PO4)2. Paparan tersebut dibetikan melalui
digunakan dalam kegiatan industri seperti
elektroplating, penyamakan kulit, dan jalur makanan diberikan sebesar 20–100 mg
pengecatan yang umumnya dikenal dari senyawa pada setiap ekor kucing sebanyak 10 ekor
khromat dan dikromat (ASTDR, 2012). Dalam kucing, setelah dianalisis menunjukkan terdapat
kehidupan sehari-hari kromium mempunyai kelebihan kromium pada 12 jaringan hewan
peran dalam tubuh. Pada manusia dan hewan sebesar 2–17 μg Cr 50 gr berat jaringan (Palar,
kromium dalam konsentrasi rendah merupakan 2012). Efek keracunan terendah pada pemberian
mikronutrient esensial, tetapi dalam konsentrasi kromium dengan dosis 1500 mg/kg melalui oral
tinggi kromium dapat menyebabkan karsinogen. (mulut), keracunan tingkat menengah terjadi
Batas aman kromium dalam makanan pada dosis sebesar 200–300 mg/kg melalui
direkomendasikan sebesar 50–200 μg per hari injeksi pada kulit, dan keracunan tertinggi terjadi
(Jalaludin MN dan Ambeng, 2005). pada dosis sebesar 10–50 mg/kg melalui
pemberian langkung pada sub kulit.
F A Wulaningtyas dan Sudarmaji, Karakteristik Pekerja Kaitannya dengan Kandungan Kromium 129

Keracunan K2Cr2O7 dapat menyebabkan pajanan dari uap pada proses pembuatan
keracunan akut yang ditandai dengan adanya kerupuk rambak dapat menyebabkan terjadinya
pembengkakan pada hepar untuk itu keracunan gangguan pernafasan. Pada penelitian
kromium pada manusia dapat diukur melalui sebelumnya menunjukkan bahwa terbukti adanya
kandungan kromium dalam urine (Palar 2012). hubungan antara kadar kromium urin dengan
Apabila suatu bahan toksik terakumulasi dalam gangguan fungsi ginjal pada pekerja pelapisan
tubuh dapat menyebabkan terjadinya efek kronis logam di Kabupaten Tegal dan menunjukkan
yang bersifat irreversible karena tidak ada cukup semakin tinggi kadar kromium dalam urin maka
waktu untuk suatu sistem organ melakukan dapat menyebabkan semakin meningkat
pemulihan terhadap bahan toksik (Mukono, gangguan fungsi ginjal pada pekerja pelapisan
2010). kromium (Sudarsana et al., 2013).
Kontaminasi kromium dalam tubuh dapat dilihat Pajanan yang bersumber dari pencemaran
melalui darah, urine, kuku, dan rambut. Menurut industri dapat masuk ke dalam tubuh melalui
WHO pemeriksaan kadar kromium dalam urine inhalasi, injeksi, dan keracunan dapat terjadi pada
dapat merefleksikan kontaminasi kromium selama umumnya akibat zat toksik masuk dalam tubuh
1–2 hari, sedangkan pada darah relatif lebih lama karena tertelan (Mukono, 2010). Kromium apabila
selama 74 hari. Hal tersebut terbukti dalam kontak langsung dengan kulit akan menyebabkan
penelitian Mirasa (2004) yang menunjukkan bahwa iritasi dan apabila tertelan akan menyebabkan sakit
kandungan kromium pada urine lebih tinggi perut dan muntah (Disnak, 2011).
dibandingkan kandungan kromium pada darah Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
masyarakat yang mengonsumsi kerupuk rambak, 715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan
selain itu kerupuk rambak yang bahan bakunya higiene dan sanitasi jasa boga menyatakan bahwa
berasal dari pabrik penyamak kulit sudah tercemar sarung tangan berfungsi sebagai perlindungan
kromium yang dapat membahayakan kesehatan kontak langsung dengan makanan, sarung tangan
dan merusak lingkungan. Faktor diet seperti yang baik dalam tempat pengolahan makanan
defisiensi protein, vitamin C, dan vitamin D dapat menggunakan sarung tangan sekali pakai. Alat
dipengaruhi oleh bertambahnya usia yang pelindung yang digunakan oleh pekerja saat
mengakibatkan terjadinya penurunan kerja organ melakukan proses pembuatan kerupuk rambak di
tubuh seperti ginjal dan mekanisme enzim yang mana ada kontak dengan tubuh seperti: baju atau
dapat menyebabkan seseorang lebih mudah kaos lengan panjang, sarung tangan, masker atau
terpajan zat toksik (Ardani, 2013). penutup hidung, topi, kaca mata, dan sepatu.
Pada proses penyamakan kulit dosis yang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
seharusnya digunakan adalah sebesar 6–10% dari dimaksudkan agar meminimalisir terkontaminasinya
berat kulit yang akan disamak. Pemeriksaan air pekerja dengan bahan bersifat toksik yang dapat
limbah penyamakan kulit di Magetan menunjukkan membahayakan kesehatan dirinya.
bahwa adanya kandungan kromium di dalamnya Menurut Disnak (2011), kandungan gizi yang
sebesar 0,779 mg/L yang melebihi kadar terdapat dalam kerupuk rambak adalah Protein
maksimum kromium pada air limbah outlet sebesar (82,9%), lemak (3,84%), mineral (0,04%),
0,5 mg/L yang ditetapkan pada Keputusan Matrium glutamat atau MSG (0,8-5,3%), zat
Gurbenur Jawa Timur No. 45 Tahun 2002 (Sandra, warna (0%), Hidrogen peroksida (0), dan logam
2013). Pada penelitian lain di Desa Mejero
berat seperti timbal, arsen dan krom diharuskan
Mojokerto telah terbukti adanya kandungan
0%. Bahan utama penyamakan kulit adalah
kromium pada kerupuk rambak dengan kadar
kromium yang merupakan zat toksik berbahaya
maksimal pada kerupuk rambak sebesar 4.12
yang bertujuan untuk membuat sifat kulit dari
mg/kg yang apabila dikonsumsi sebanyak 80 gram
akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan, serta sifat labil menjadi stabil (matang). Sifat
ditemukan adanya kandungan kromium pada urine karsinogen kromium apabila terakumulasi dalam
sebesar 0,36–0,89 μg/L yang melebihi standart tubuh dalam jangka waktu relatif lama.
WHO sebesar 0,5 μg/L (Mirasa, 2004). Menurut SNI 01-4308-1996 kerupuk rambak
Pada umumnya, semakin tinggi kromium adalah “Produk makanan ringan, dibuat dari kulit
terutama pada udara dan lama pajanan, efek sapi (Bos Indicus), atau kerbau (Bos Bubalus)
toksik yang ditimbulkan lebih besar (Ardani, melalui tahap proses pembuangan bulu,
2013). Hal tersebut menunjukkan dengan adanya pengembangan kulit, perebusan, pengeringan
130 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 10, No. 1 Januari 2018: 127–137

dan diatur untuk kerupuk kulit mentah atau menggunakan wawancara dengan kuesioner yang
dilanjutkan penggorengan untuk kerupuk kulit berisi tentang pertanyaan mengenai responden.
siap konsumsi”. SNI 01-4308-1996 tentang Analisis data menggunakan tabulasi silang
Kerupuk Rambak menunjukkan hanya logam antara dua variabel untuk melihat keeratan
berat Timbal (Pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn), hubungan melalui nilai koefisien kontingensi yang
Timah (Sn), Raksa (Hg), dan Arsen (As) yang kedua variabelnya bertipe data nominal
memiliki nilai ambang batas tertentu yang boleh kategorik). Menurut Riduan (2010), kriteria dari
terkandung dalam kerupuk rambak. nilai koefisien kontingensi dapat dibagi menjadi
Bahan beracun ketika di dalam tubuh akan empat yaitu sebagai berikut: 0,00–0,199 dengan
mengalami peningkatan dan penurunan daya kuat hubungan sangat rendah; 0,20–0,399
racunnya akibat adanya pengolahan dalam bentuk dengan kuat hubungan rendah; 0,40–0,599
sederhana melalui metabolisme (Palar, 2012). dengan kuat hubungan cukup; 0,60–0,799
Menurut Murniasih (2013), mobilitas kromium dalam dengan kuat hubungan kuat; 0,80–1,00 dengan
makanan dan tumbuhan relatif rendah, tetapi kuat hubungan sangat kuat.
apabila tertelan masuk ke dalam tubuh dan Penelitian ini telah mendapatkan “Ethical
kemudian menumpuk di liver, ginjal, dan limfa dapat Approval” Ni. 88-KEKP dari Fakultas Kesehatan
menimbulkan kanker. Pada umumnya toksisitas Masyarakat Universitas Airlangga pada tanggal 8
logam berat dapat menimbulkan gangguan April 2014.
kesehatan pada tubuh, sehingga peneliti tertarik
untuk meneliti kandungan kromium dalam kerupuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
rambak dan urine yang berkaitan dengan keluhan
kulit pekerja di Pabrik Kerupuk Rambak X di Responden dalam penelitian ini adalah
Kabupaten Magetan. pekerja di Industri Kerupuk Rabak X Magetan.
Pada Industri kerupuk rambak tersebut memiliki
10 orang pekerja. Penelitian dilakukan di
METODE PENELITIAN
lingkungan industri tersebut saat jam kerja
Penelitian ini termasuk dalam penelitian karena responden tidak merasa terganggu.
observasional deskriptif. Penelitian ini melihat Industri kerupuk rambak X tersebut berdiri sejak
gambaran dari hasil pengamatan dan pengukuran tahun 1998 yang berawal dari produk kaleb tetapi
kadar kromium dalam kerupuk rambak dan urine. usahanya gagal akhirnya produsen beralih ke
Menurut waktunya penelitian ini termasuk penelitian kerupuk rambak. Bahan baku kerupuk rambak
cross sectional karena dilakukan dalam waktu reatif berasal dari bahan sisa atau limbah padat pabrik
sama. Populasi yang digunakan pada penelitian ini penyamak kulit yang menggunakan kromium
adalah total populsi, dengan jumlah 10 orang sebagai bahan penyamak.
pekerja termasuk pemilik perusahaan. Sampel Bermacam bahan kimia diperlukan dalam
kerupuk rambak yang digunakan sebagai sampel proses penyamakan kulit yang berfungsi untuk
pemeriksaan kadar kromium dalam kerupuk rambak mengolah kulit mentah menjadi kulit yang bersifat
5 gram sampel kerupuk rambak dari hasil produksi lentur, menarik, dan tahan lama. Tidak seluruh
Industri kerupuk rambak X. Sampel urine diambil bahan kimia terserap dalam kulit tetapi juga ada
sebanyak 50–100 ml setiap sampel untuk diujikan yang terbuang dalam limbah cair dan limbah
kandungan kromiunya. padat. Dalam proses pembuatan kerupuk rambak
Lokasi atau tempat penelitian ini dilakukan di tersebut digunakan limbah padat dari kulit sisa
Industri Kerupuk Rambak X di Magetan yang penyamakan.
terletak di Desa Ringinagung Kecamatan Pada penelitian sebelumnya dalam proses
Magetan Kabupaten Magetan. Waktu penelitian penyamakan kulit, digunakan sejumlah bahan kimia
ini dilakukan sejak pembuatan proposal pada Na2S pada proses penghilang bulu yang dengan
bulan oktober sampai bulan mei 2014. perendaman selama 4–5 jam yang berfungsi untuk
Variabel pada penelitian ini adalah umur, lama mengasamkan dan melemaskan kuit mentah agar
kerja, alat pelindung diri (APD), pengetahuan, kadar mudah dalam proses perontokan bulu. Kulit lalu
kromium dalam kerupuk rambak, kadar kromium direndam dengan air dan kapur (gamping) selama
dalam urine, dan keluhan kulit. Pengumpulan data 1–2 hari yang berguna untuk merontokkan sisa
dilakukan dengan daging dan lemak yang masih
F A Wulaningtyas dan Sudarmaji, Karakteristik Pekerja Kaitannya dengan Kandungan Kromium 131

menempel pada kulit. Dilakukan pengasaman dilakukan di BBTKLPP Surabaya dengan metode
dengan menggunakan asam formiat dan alumunium pembacaan AAS menunjukkan 5,302 mg/kg.
sulphat sebagai penetral sisa kapur pada proses Apabila dibandingkan dengan kadar kromium
sebelumnya, terakhir dilakukan perendaman kulit yang dipersyaratkan Disnak sebesar 0%, maka
pada 1 drum kulit sekitar 1500 kg kulit dengan kandungan kromium dalam kerupuk rambak
bahan kimia kromium sebanyak 90-105 kg selama tersebut melebihi nilai yang dipersyaratkan
1-2 hari (Sandra, 2013). Alur pembuatan kerupuk Disnak. Kadar kromium yang tinggi dalam
rambak ini berawal dari produsen mendapat kiriman kerupuk rambak menunjukkan tidak aman untuk
kulit sisa penyamakan, kemudian kulit dijemur di dikonsumsi, karena dapat menyebabkan
tempat terbuka. Setelah kering dalam waktu 1-2 terjadinya gangguan kesehatan seperti
hari kulit direndam menggunakan air dalam 1 drum kerusakan ginjal, hati dan dapat mempengaruhi
yang ditambahkan kapur atau gamping sebanyak 5 pertumbuhan dan reproduksi (Mirasa, 2004).
kg atau secukupnya tergantung pembuat. Selama Menurut SNI tentang kerupuk rambak tidak
proses perendaman kulit selama 1 hari, kemudian ada kandungan kromium yang dipersyaratkan,
kulit dicuci dengan air bersih mengalir untuk tetapi dari hasil pemeriksaan menunjukkan
menghilangkan sisa kotoran dan kapur yang adanya kelebihan kromium dalam kerupuk
melekat pada kulit. Selanjutnya kulit direbus di rambak sebesar 5,302 mg/kg. Hal tersebut
dalam air mendidih diatas tungku berbahan bakar menunjukkan bahwa adanya kontaminasi dari
kayu dan sisa kaleb dengan waktu, suhu, dan kromium dari bahan baku yang berasal dari kulit
tingkat kematangan sesuai perkiraan pembuat. sisa proses penyamakan kulit. Pada penelitian
Perendaman dilakukan kembali dengan air dalam Sandra (2013), menunjukkan bahwa pada proses
drum setelah kulit direbus dalam suhu tinggi. Hal penyamakan kulit dilakukan perendaman kulit
tersebut bertujuan untuk menetralkan suhu kulit dan bahan baku yang dapat digunakan adalah kulit
menghilangkan sisa kotoran saat proses binatang (sapi, kerbau, kambing, dll), dengan
perebusan. Kulit menjadi basah kembali lalu kromium yang digunakan sebagai bahan
dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari di penyamak diberikan sebanyak 50–105 kg dalam
tempat terbuka selama 1–2 hari. Ketika kulit 1 drum air berisi kulit mentah, hal tersebut
menjadi kering, kulit dibumbui dengan bawang menunjukkan adanya kontaminasi pada bahan
putih, garam dan penyedap rasa secukupnya sisa pembuatan kerupuk rambak, serta
sesuai pembuat. Kemudian kulit dijemur lagi selama kandungan kromium dalam limbah outlet di
3–4 hari hingga kering atau mengeras dan industri penyamakan kulit tersebut sebesar 0,799
dilanjutkan memotong kulit sebesar 3 × 2 cm untuk mg/L yang telah melebihi angka normal sebesar
memudahkan penggorengan dan konsumsi. Proses 0,5 mg/L yang ditetapkan pada Keputusan
penggorengan dilakukan sebanyak dua kali dengan Gurbernur Jawa Timur No. 45 Tahun 2002.
suhu dan lama penggorengan sesuai pembuat dan Berdasarkan hasil pemeriksaan kromium
kondisi kulit. dalam urine pekerja (Tabel 6), diketahui bahwa
kandungan kromium pada urine berkisar 0,000–
Kandungan Kromium dalam Kerupuk 0,025 μg/L. Pemeriksaan urine yang dilakukan
Rambak dan Urine dengan mengambil 50–100 ml sampel urine pada
Elemen renik yang berperan dalam kehidupan setiap responden yang diujikan di laboratorium
manusia di antara adalah kromium, timah, nikel, yaitu BBLK Surabaya sebanyak 10 sampel. Hasil
silikon, besi, tembaga, iodium, dan vanadium (1). pemeriksaan menunjukkan sebagian besar
Kromium dengan kadar pada jaringan dengan pekerja yaitu sebanyak 8 pekerja (80%) terdapat
ukuran kecil (μ). Apabila keterpajanan kromium kandungan kromium dalam urine sebesar 0,002–
dengan waktu dan frekuensi yang relatif lama. 0,025 μg/L. Sedangkan pada 2 sampel urine
Senyawa kromium dapat terakumulasi dalam organ lainnya kandungan kromium dalam urine 0,00
tubuh, diantaranya paru, liver, limfa, ginjal, kelenjar μg/L yang artinya tidak ditemukan kandungan
adrenalin, plasma darah dan sel (Dharma et al., kromium dalam urine pekerja.
2010). Dalam tubuh kromium berfungsi sebagai
Berdasarkan data hasil pengukuran kadar nutrient esensial yang berfungsi dalam
kromium dalam kerupuk rambak pada Industri metabolisme lemak, karbohidrat, dan asam
Kerupuk Rambak X Magetan pada Mei 2014 yang nukleat. Selain itu peran kromium dalam
metabolisme adalah untuk meningkatkan
132 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 10, No. 1 Januari 2018: 127–137

sensitivitas insulin sebagai pengendali kadar pajanan dari uap pada proses pembuatan
glukosa. Walaupun kromium trivalen merupakan kerupuk rambak dapat menyebabkan terjadinya
nutrien esensial dalam tubuh tetapi tidak dapat gangguan pernafasan. Gangguan tersebut
dipungkiri akan menimbulkan efek samping dari disebabkan akibat adanya pajanan kontinyu pada
kelebihan suplemen yang mengandung kromium pekerja yang tidak menggunakan penutup hidung
trivalen. atau masker dan bahan pembakarannya pun
Pada proses pembuatan kerupuk rambak di menggunakan sisa kulit jadi dan kayu bakar.
Industri X Magetan tersebut cukup rumit dan perlu
keahlian khusus karena harus memperkirakan Karakteristik Responden menurut
kematangan dengan teliti. Pada proses penjemuran Alat Pelindung Diri (APD)
kulit yang akan dijadikan kerupuk rambak di Menurut Tarwaka (2008), alat pelindung diri
letakkan di tempat terbuka yang bersebelahan (APD) merupakan seperangkat alat pelindung diri
dengan tempat penyemprotan atau pengecatan pekerja yang digunakan untuk melindungi diri
kaleb bahan kerajinan. Berdasarkan hal tersebut seluruh dan sebagian tubuhnya dari adanya
kemungkinan kontaminasi dari sumber lain seperti kemungkinan potensi pemajanan dari suatu
uap cat dan atau percikan cat dapat memengaruhi bahaya dalam lingkungan kerja terhadap
kandungan kromium dalam kerupuk rambak. kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Sumber pencemar lain juga dapat terjadi akibat
pencemaran air dari limbah yang dibuang ke badan Tabel 1.
sungai dan dapat meresap ke tanah dapat Distribusi Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) di
mencemari sumur warga sekitar yang airnya Industri Pembuatan Kerupuk Rambak X Magetan
digunakan untuk proses pembuatan kerupuk
Pemakaian
rambak.
APD Ya Tidak Total
Karakteristik Responden menurut Usia N % N %
Masker/Pelindung 0 0 10 100 10
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan pernafasan
rentan usia pekerja 22–52 tahun. Dapat diketahui Baju/kaos lengan 2 20 8 80 10
bahwa dari 10 pekerja sebagian besar berusia ≥ panjang
37 tahun sebanyak 6 pekerja (60%) di Industri Sarung tangan 0 0 10 80 10
Kerupuk Rambak X Magetan. Usia merupakan Topi / pelindung 1 10 9 90 10
satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan kepala
suatu benda atau makhluk, baik yang hidup Sepatu boots/ 2 20 8 80 10
maupun yang mati, sebagian besar pekerja di pelindung kaki
Industri Kerupuk Rambak X Magetan adalah Pelindung mata 0 0 10 100 10
dewasa. Bertambahnya usia dapat
mempengaruhi faktor diet seperti defisiensi Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui
protein dan Vitamin C dan D yang menyebabkan bahwa dari 10 pekerja tidak memakai APD
terganggunya kerja enzim dan fungsi ekskresi sebanyak 7 pekerja di Industri Kerupuk Rambak X
ginjal menjadi lebih rentan terhadap pajanan zat Magetan Alat pelindung yang digunakan oleh
toksik (Ardani, 2013). pekerja saat melakukan proses pembuatan kerupuk
rambak di mana ada kontak dengan tubuh seperti:
Karakteristik Respons menurut Lama Kerja
baju/kaos lengan panjang, sarung tangan,
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan lama masker/penutup hidung, topi, kaca mata, dan
kerja terendah adalah 8 tahun dan lama kerja sepatu (Depkes, 1992). Berdasarkan hasil
terlama 16 tahun. Dapat diketahui bahwa pekerja wawancara dengan pekerja pembuatan krupuk
sebagian besar bekerja di Industri Kerupuk Rambak rambak Industri X Magetan menunjukkan bahwa
X selama ≥ 12 tahun sebanyak 7 pekerja (70%) di kesadaran pekerja akan perlindungan diri terhadap
Industri Kerupuk Rambak X Magetan. pajanan suatu bahan toksis sangat minim. Pada
Pada umumnya, semakin tinggi kromium penggunaan APD kaos lengan panjang digunakan
terutama pada udara dan lama pajanan, efek oleh 2 pekerja, penutup kepala 1 pekerja yang
toksik yang ditimbulkan lebih besar (Ardani, menggunakan, dan sepatu boots hanya 2 pekerja
2013), hal tersebut menunjukkan dengan adanya yang menggunakan. Pekerja menyadari
F A Wulaningtyas dan Sudarmaji, Karakteristik Pekerja Kaitannya dengan Kandungan Kromium 133

akan adanya kontak langsung dengan sumber dalam proses metabolisme. Kromium heksavalen
pencemar dan mengaku kulit terasa panas dapat menghambat kerja enzim benzopiren
apabila tidak memakai APD. hidroksilase pada proses metabolisme yang
Berdasarkan wawancara dengan pekerja dapat mengakibatkan terhambatnya
dan observasi langsung pada saat melakukan pertumbuhan sel, sehingga sel tumbuh secara
proses pembuatan kerupuk rambak. Pekerja liar dan tidak terkontrol yang dapat menyebabkan
tidak menggunakan sarung tangan dengan kanker (Palar, 2012).
alasan jika memakai sarung tangan tidak dapat Pada urine pekerja Industri Kerupuk Rambak X
mengukur kematangan dari kulit yang direbus Magetan ditemukan adanya kandungan kromium
dalam suhu tinggi. Kondisi ini menunjukkan yang tidak melebihi angka normal sebesar 2–3 μg/L
adanya kontak langsung antara pekerja dengan menurut Depkes, yaitu sebesar 0,000–0,025 μg/L .
bahan baku kulit. Sampel urine yang menunjukkan nilai 0,00 μg/L
Keputusan Menteri Kesehatan Republik terdapat pada dua orang pekerja. Hasil
Indonesia nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang pemeriksaan kandungan kromium dalam kerupuk
persyaratan higiene dan sanitasi jasa boga rambak sebesar 5,302 mg/kg. Menurut Ardani
menyatakan bahwa sarung tangan berfungsi (2013), melalui makanan atau tertelan kromium
sebagai perlindungan kontak langsung dengan dapat masuk ke dalam tubuh yang dapat
makanan, sarung tangan yang baik dalam tempat menimbulkan sakit perut dan muntah dengan
pengolahan makanan menggunakan sarung kandungan kromium sebesar 5–25 μg/kg. Hal
tangan sekali pakai. Pada Industri Pembuatan tersebut menunjukkan kemungkinan adanya faktor
Kerupuk Rambak X ini tidak mempunyai aturan lain yang mempengaruhi dari penyerapan kromium
yang ketat pada pekerjanya, oleh sebab itu bagi saat metabolisme, seperti sistem ekskresi pada
pekerja yang tidak memakai APD tidak tubuh pekerja baik, kekebalan tubuh yang baik,
dipedulikan. Pekerja yang menggunakan sarung serta selalu makan makanan yang bergizi seperti
tangan mengeluhkan ketidaknyamanannya sayur dan buah. Ekskresi kromium melalui ginjal
dalam proses pembuatan kerupuk rambak lewat urine terjadi selama 1–2 hari sedangkan pada
karena tidak memperkirakan tingkat kematangan darah dapat direfleksikan selama 74 hari (Mirasa,
dan menghambat proses pembuatan. 2004).
Hasil pengukuran kandungan kromium Jalur utama masuknya suatu toksin melalui
dalam urine dengan metode AAS adalah antara makanan melewati jalur ingesti. Pada penelitian ini
0,000–0,025 μg/L yang menunjukkan bahwa pekerja mengonsumsi kerupuk rambak dalam waktu
seluruh sampel urine tidak melebihi angka dan frekuensi relatif sering yang memungkinkan
normal yang ditetapkan Depkes sebesar 2–3 terjadinya akumulasi kromium dalam tubuh pekerja.
μg/L kromium dalam urine. Kadar kromium dalam Logam berat merupakan zat pencemar yang
urine 0,000 μg/L terdapat pada dua sampel urine memiliki efek berbahaya karena sifatnya yang tidak
pekerja. dapat diuraikan secara biologis dan stabil. Pekerja
Pada umumnya pajanan yang berasal dari bagian penggorengan dikhawatirkan lebih sering
industri masuk kedalam tubuh melalui kulit atau mengonsumsi kerupuk rambak dibandingkan
terhirup, dan umumnya kejadian keracunan pekerja bagian lainnya. Tetapi tidak dapat dipungkiri
diakibatkan karena pajanan masuk karena bahwa pekerja yang tidak menggunakan APD akan
tertelan (ingestion) (Mukono, 2010). Keracunan lebih mudah terpajan kromium karena adanya
akut akibat pajanan logam berat dapat diukur kontak langsung dengan bahan baku, selain itu
dengan pemeriksaan urine yang ditandai dengan pekerja kurang memperhatikan personal hygine
adanya pembengkakan pada hati (Palar, 2012). karena jarang mencuci tangan tetapi hanya
Biotransferin merupakan fungsi penting dalam mengelap dengan kain seadanya.
hati yang berperan mendetoksifikasi dan
melakukan penyederhanaan zat untuk
diekskresikan melalui urine. Kandungan kromium Karakteristik Responden
dalam urine dapat direfleksikan dengan cepat menurut Pengetahuan
selama 1–2 hari (Mirasa, 2004). Pengetahuan adalah pengindraan manusia
Bermacam unsur biologis apabila atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui
berinteraksi dengan logam kromium dapat indra yang dimilikinya yang dipengaruhi oleh
mengakibatkan terganggunya fungsi organ intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek
134 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 10, No. 1 Januari 2018: 127–137

(Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan hasil penelitian lewat urine terjadi selama 1-2 hari sedangkan pada
seluruh pekerja Industri Kerupuk Rambak X darah dapat direfleksikan selama 74 hari (Mirasa,
Magetan memiliki pengetahuan yang baik tentang 2004). Pada pengukuran kandungan kromium
bahan kimia kromium yang digunakan dalam proses dalam kerupuk rambak didapatkan hasil sebesar
penyamakan kulit. Hal tersebut menunjukkan 5,302 mg/kg. Kromium trivalen klorida terdapat
bahwa sebenarnya pekerja mengerti akan bahaya dalam makanan dengan jumlah kecil, dalam proses
kromium tetapi masih menggunakan bahan kulit pencernaan sulit dilakukan proses absorbsi untuk
yang menggunakan kerupuk rambak. itu perlu adanya kombinasi dengan vitamin C untuk
Tingkat pendidikan dari pekerja sebagian meningkatkan absorbi senyawa tersebut dalam
besar lulusan SMP dan SMA. Tetapi tingkat tubuh. Pada bertambahnya usia seseorang
pengetahuan yang tinggi hal tersebut defisiensi protein, vitamin C dan vitamin D dapat
kemungkinan terjadi karena adanya pemberian mengakibatkan terjadinya penurunan kerja organ
informasi dari satu orang kepada orang lainnya. ginjal dan mekanisme enxim yang dapat
Pekerja di Industri Kerupuk Rambak X Magetan menyebabkan seseorang lebih mudah terpajan
tersebut dapat menyebutkan kegunaan kromium suatu bahan toksik (Ardani, 2013). Apabila pekerja
dalam proses penyamakan serta keluhan yang tersebut selalu mengonsumsi dengan waktu yang
akan terjadi dan dampak bagi lingkungan. Selain relatif lama. Maka terjadi akumulasi bahan kimia
itu, pekerja dapat menjelaskan alur penyamakan dalam tubuh dan menimbulkan suatu keluhan
kulit dan alur pembuatan kerupuk rambak secara kesehatan. Selain itu dapat juga menimbulkan
runtut. kanker apabila tertimbun pada suatu organ, bisanya
pada paru, hati, ginja, dan sistem reproduksi
Hubungan antara Usia Responden (Mirasa, 2004).
dengan Kadar Kromium dalam Urine Pada dasarnya semakin tua seseorang maka
Berdasarkan hasil penelitian bahwa semakin menurun fungsi organ pada tubuh, hal
karakteristik pekerja di Industri Kerupuk Rambak tersebut menunjukkan adanya perubahan secara fi
X Magetan dibagi menjadi 3 yaitu karakteristik siologis dan kemampuan suatu ginjal terhadap
usia, karakteristik berdasarkan lama kerja dan pajanan. Apabila bahan kimia terakumulasi dalam
karakteristik berdasarkan pemakaian APD. sistem biologis maka akan terjadi efek kronis, efek
kronis akibat pajanan tersebut bersifat irreversible
Tabel 2. yang dapat terjadi karena sistem tidak mempunyai
Distribusi pekerja Berdasarkan Usia dengan Kadar cukup waktu untuk pulih akibat bahan toksis
Kromium dalam Urine (Mukono, 2010).
Kandungan Cr dalam Urine Hubungan antara Lama Kerja Responden
Total
Usia Ada Tidak dengan Kadar Kromium dalam Urine
N % N % N %
Lama kerja merupakan banyaknya tahun
< 37 2 20 2 20 4 40
yang dihabiskan sebagai pembuat kerupuk
≥ 37 6 60 0 0 6 60
rambak di Industri Kerupuk rambak X Magetan.
Total 8 80 2 20 10 100

Tabel 3.
Berdasarkan tabulasi silang pada tabel 8 Distribusi Pekerja Berdasarkan Lama kerja dengan
dapat disimpulkan bahwa kuat hubungan antar Kandungan Kromium dalam Urine pada Pekerja di
variabel, diperoleh nilai Contiency coefficient Industri Pembuatan Kerupuk Rambak X Magetan
sebesar 0,522 yang artinya hubungan antara
usia pekerja dengan kadar kromium dalam urine Kandungan Cr dalam Urine
Lama Total
adalah cukup. Ada Tidak
Kerja
Berdasarkan hasil wawancara diketahui N % N % N %
bahwa kandungan kromium dalam urine pekerja < 12 2 20 1 10 3 30
Industri Kerupuk Rambak X Magetan sebagian ≥ 12 6 60 1 10 7 70
besar pada usia ≥ 37 tahun. Pada proses Total 8 80 2 20 10 100
pemeriksaan kadar kromium dalam urine lebih
sensitive daripada pemeriksaan dengan melalui Berdasarkan tabulasi silang diketahui bahwa
darah, karena ekskresi kromium melalui ginjal pekerja yang mempunyai lama kerja ≥ 12 tahun
F A Wulaningtyas dan Sudarmaji, Karakteristik Pekerja Kaitannya dengan Kandungan Kromium 135

lebih banyak terdapat urine yang mengandung Bahan kimia kromium yang terdapat dalam
kromium sebanyak 6 pekerja. Pada lama kerja < bahan baku kulit dapat membahayakan pekerja
12 tahun sebanyak 2 pekerja saja yang hasil apabila kontak langsung dengan bahan kimia
pemeriksaan kromium dalam urine positif. tersebut akan menimbulkan gejala iritasi kulit,
Hasil tabulasi siang dengan melihat tingkat sesak nafas, hingga pingsan (Triatmojo, 2009).
hubungan dengan diperoleh nilai Contingency Kurang sadarnya pekerja akan bahaya
coefficient sebesar 0,213 yang artinya hubungan apabila tidak memakai APD saat bekerja sangat
antara lama kerja pekerja terhadap kandungan mempengaruhi hasil tersebut. Penggunaan APD
kromium dalam urine pekerja adalah rendah. pada pekerja dianggap mengganggu dan
Dengan demikian lama kerja yang lama bagi memperlambat kerja mereka karena
pekerja yang bekerja di lingkungan pembuatan ketidaknyamanan dalam pemakaian. Selain itu
kerupuk rambak berisiko mengalami kontaminasi penggunaan APD khususnya sarung tangan
logam berat kromium pada makanan. akan mempersulit pekerja untuk mengira-ngira
Kontaminasi tersebut akan selalu ada seiring kematangan dari bahan kulit saat direbus karena
dengan kebiasaan dalam bekerja misalnya, diukur dengan cara disentuh dengan jari. Hal
karena keterampilan dan keahlian seseorang tersebut yang menyebabkan mudahnya terjadi
yang lama kerjanya banyak membuat seseorang pajanan zat kimia dalam proses pembuatan
menganggap tidak menggunakan APD sudah kerupuk rambak di Industri Kerupuk Rambak X
biasa karena tidak terjadi suatu masalah. Magetan. Pekerja membutuhkan pembinaan dan
Bahwa pekerja tersebut semakin lama bekerja pemilik dapat memberikan pembinaan serta
maka semakin banyak juga dia terpajan bahaya contoh dalam penggunaan APD serta
oleh loam berat tersebut dan dapat mempengaruhi mendisiplinkan diri untuk menjadi personal
kerja organ dalam tubuh. Masa kerja sangat hygine.
berpengaruh terhadap berat ringannya dampak
Hubungan antara Pengetahuan Pekerja
buruk suatu pencemaran yang diterima oleh pekerja
terutama unsur pencemaran yang bersifat dengan Kandungan Kromium dalam Urine
akumulatif. Ditinjau dari faktor kimia lingkungan Menurut Notoatmojo (2005), pengetahuan atau
kerja, tenaga kerja dengan masa kerja yang lama informasi didapatkan dari pengindraan, dalam hal
terpapar bahan kimia lebih lama dibandingkan ini pekerja mendapatkan informasi melalui orang
dengan pekerja yang belum lama bekerja. Efek lain lewat indra pendengaran. Pengetahuan
akumulatif dapat mengakibatkan manifestasi klinis didapatkan dari sebuah informasi yang didengar,
pada kehidupan mendatang, hal ini sesuai dengan dilihat dan dirasakan. Apabila suatu informasi
pendapat Suma’mur (2009). dianggap benar akan dijadikan suatu acuan atau
pedoman untuk melakukan sesuatu.
Tabel 4.
Distribusi Pekerja Berdasarkan APD dengan Tabel 5.
Kandungan Kromium dalam Urine Pekerja di Industri Distribusi Pekerja Berdasarkan Pengetahuan
Kerupuk Rambak X Magetan Tahun 2014 dengan Kandungan Kromium dalam Urine Pekerja
Industri Kerupuk Rambak X Magetan Tahun 2014
Kandungan Cr dalam
Total
Urine Kadar Kromium Urine
APD Total
Ada Tidak Pengetahuan Ada Tidak
N % N % N % N % N % N %
Memakai 2 20 1 10 3 30 Baik 7 70 1 10 8 80
Tidak Cukup 1 10 0 0 1 10
6 60 1 10 7 70
memakai Kurang 0 0 1 10 1 10
Total 8 80 2 20 10 100 Total 8 80 2 20 10 100

Berdasarkan hasil tabulasi silang didapatkan


Berdasarkan hasil tabulasi silang diperoleh nilai nilai koefisien kontingensi sebesar 0,558 yang
Contiency Coefficient sebesar 0,213 yang artinya berarti tingkat hubungan antara pengetahuan
hubungan antara pemakaian APD dengan dengan kandungan kromium dalam urine adalah
kandungan ukromium dalam urine adalah rendah. cukup. Pengetahuan yang baik dari pekerja
136 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 10, No. 1 Januari 2018: 127–137

tentang bahan baku dan bahaya kromium serta sering muncul adalah ruam kulit, gatal, bengkak,
pekerja dapat menjelaskan tentang alur penyamkan dan melepuh (Widyastuti, 2005).
kulit serta dan alur pembuatan secara runtut. Berdasarkan pengamatan peneliti, pekerja
Pekerja memahami bahwa kerupuk rambak sering tidak memakai sarung tangan dan sepatu
mengandung kromium Tetapi pada kenyataannya boots saat proses pembuatan kerupuk rambak.
ditemukan kandungan kromium dalam urine pekerja Terutama saat pencucian dan perebusan, pekerja
tetapi tidak melebihi nilai normal Depkes. hanya menggunakan jari tanpa menggunakan
sarung tangan untuk memegang kulit untuk
Hubungan antara Pemakaian APD mengukur tingkat kematangan. Keadaan bahan kulit
dengan Keluhan pada Kulit yang sangat panas dapat menyebabkan kulit
Berdasarkan hasil penelitian hubungan melepuh saat memegangnya, tetapi pekerja sudah
pemakaian APD dengan keluhan kulit pada sering melakukan hal tersebut. Apabila kulit
pekerja Industri Kerupuk Rambak X Magetan melepuh akan langsung disiram dengan air agar
dapat dijelaskan dalam tabel 6. dingin. Hal tersebut menunjukkan adanya kontak
langsung kulit dengan sumber pajanan dengan
Tabel 6. pekerja tidak memakai APD khususnya sarung
Distribusi Pekerja Berdasarkan Pemakaian APD tangan. Berdasarkan metabolisme yang berbeda
dengan Keluhan Kulit pada Pekerja Industri Kerupuk pada setiap orang, maka kandungan Cr urine atau
Rambak X Magetan Tahun 2014 darah tidak dapat dijadikan indikator biologis untuk
Keluhan Kulit tingkat keterpajanan Cr ke dalam tubuh.
Total
APD Ada Tidak
N % N % N % KESIMPULAN DAN SARAN
Memakai 2 20 1 10 3 30
Pekerja yang bekerja di Industri pembuatan
Tidak Memakai 6 60 1 10 70 70
kerupuk rambak X Magetan sebagian besar berusia
Total 8 80 2 20 10 100
≥37 tahun sebanyak 6 orang pekerja, pekerja yang
memiliki lama kerja ≥12 tahun sebanyak 7 pekerja,
Berdasarkan hasil tabulasi silang kuat dan pekerja banyak yang tidak memakai alat
hubungan antar variabel, diperoleh nilai
pelindung diri (APD) sebanyak 7 pekerja. APD yang
Contigency coefficient sebesar 0,213 yang
diunakan hanya penutup kepala, sepatu boots, dan
artinya hubungan antara penggunaan APD
kaos lengan panjang.
dengan keluhan kulit pada pekerja di Industri
Kerupuk rambak di Industri Kerupuk Rambak
Kerupuk Rambak X Magetan adalah rendah.
X Magetan menunjukkan adanya kandungan
Berdasarkan tabulasi silang diketahui bahwa
kromium di dalamnya sebesar 5,302 mg/kg yang
pekerja yang tidak memakai APD mengalami
melebihi nilai yang dipersyaratkan oleh Disnak
keluhan kulit dari pada pekerja yang memakai
sebesar 0%. Kandungan kromium pada urine
APD saat bekerja di Industri Kerupuk Rambak X
menunjukkan masih di bawah angka normal
Magetan. Nilai Contingency Coeficient sebesar
Depkes 2–3 μg/L dengan hasil minimal sebesar
0,213 yang artinya hubungan antara pemakaian
0,00 μg/L pada 2 pekerja dan hasil maksimal
APD dengan keluhan kulit adalah rendah.
sebesar 0,025 μg/L pada 1 pekerja. Keluhan kulit
Pada hasil wawancara menunjukkan adanya
yang sering terjadi adalah gatal-gatal, melepuh
gatal pada 5 pekerja, kulit kemerahan pada 4
dan kemerahan.
pekerja, dan kulit melepuh pada 3 pekerja. Alergik
Hubungan antara usia dengan kadar
merupakan suatu tipe tundaan kulit akibat
kromium urine pada pekerja Industri Pembuatan
sensitivitas yang tinggi terhadap suatu pajanan zat
Kerupuk Rambak X Magetan menunjukkan nilai
kimia walaupun dalam kadar yang rendah. Alergik Contingency Coeficient sebesar 0,522 yang berati
tersebut biasanya terjadi akibat adanya kontak
hubungan cukup. Hubungan lama kerja dengan
berulang dengan kromium dalam waktu dan
kandungan kromium dalam urine di Industri
frekuensi relatif sering. Asam kromik, dikroma dan
Pembuatan Kerupuk Rambak X Magetan
kromium heksavalen bersifat kuat tetapi juga
menunjukkan nilai Contingency Coeficient sebesar
korosif. Luka karena kromium mulanya akan
0,213 berarti memiliki hubungan rendah. Hubungan
melepuh (papule) kemudian akan terbentuk luka
pemakaian APD dengan kandungan kromium
ditepi yang meninggi dan keras. Gejala yang
dalam urine pada pekerja di Industri Pembuatan
F A Wulaningtyas dan Sudarmaji, Karakteristik Pekerja Kaitannya dengan Kandungan Kromium 137

Kerupuk Rambak X Magetan menunjukkan nilai Jurnal Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin. Vol.
Contingency Coefi cient 0,213 yang berarti 6 No. 2 ISSN 1411–2132.
hubungan rendah. Hubungan pengetahuan pekerja Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 715/
Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Higiene
dengan kadar kromium dalam urine menunjukkan dan Sanitasi Jasa Boga.
nilai Contingency Coeficient sebesar 0,588 yang Mirasa, Y.A. 2004. Kadar Chromium Darah dan Urine
berarti hubungan cukup. Hubungan pemakaian Masyarakat yang Mengonsumsi dan tidak
APD dengan keluhan kulit pada pekerja di Industri Mengonsumsi Krupuk Rambak. Tesis FKM Unair
Surabaya.
Pembuatan Kerupuk Rambak X Magetan
Mukono, J. 2010 Toksikologi Lingkungan. Surabaya:
menunjukkan nilai Contingency Coefi cient 0,213 Airlangga Press.
yang berarti hubungan rendah. Murniasih Sri, Taftazani Agus, 2013. Evaluasi Hg, Cd,
Produsen sebaiknya cermat dalam memilih Co, Cr, dan As dalam Sampel Produk Agroindustri
bahan baku pembuatan kerupuk rambak yang sehat Berdasarkan Keputusan BPOM dan ADI (Accept
Daily Intake). J. Iptek Nuklir Garendra Vol. 16 No.
dan hygienis. Melakukan pemeriksaan berkala oleh
1, Januari 2013: 26–37.
produsen dengan pihak dinas terkait khususnya Notoatmojo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Pemerintah Daerah tentang kandungan kerupuk Jakarta: Rineka Cipta.
rambak untuk menjaga kualitas pangan apalagi Oktafiani, 2009. Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan
dengan kerupuk rambak dengan harga yang mahal Kerupuk Rambak Kulit Sapi dan Kulit Kerbau
(Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak
harusnya kualitas makannya juga baik. Pekerja
di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal Jawa
lebih memperhatikan dan meningkatkan disiplin Tengah). Skripsi.
menggunakan APD agar meminimalisir terjadinya Palar, Heryando. 2012. Pencemaran dan Toksikologi
pajanan terhadap kromium dan/atau bahan kimia Logam Berat, Jakarta: Rineka Cipta.
lainnya supaya tidak terjadi gangguan kesehatan. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 03
Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Menambahkan cuka atau jeruk nipis pada saat Kawasan Industri.
perendaman agar menetralisir kandungan kimia Permenakertrans RI No. 13/Men/X/2011 Tentang NAB
dalam bahan baku. Faktor Fisika & Faktor Kimia di Tempat Kerja.
Riduan. 2010. Dasar-dasar Statistika, Alfabeta Jakarta.
Sandra, YRS. 2013 Kualitas Lingkungan di Industri
DAFTAR PUSTAKA Rumah Tangga Penyamakan Kulit dan Keluhan
Ardani, 2013. Paparan Logam Berat Kromium dalam Kesehatan Pekerja (Studi di CV. Sidiq Bersaudara,
Darah Tekniker Gigi di Laboratorium Surabaya. Desa Banjarejo, Kec. Ngariboyo, Kab. Magetan).
Skripsi FKG Unair. Skripsi FKM Unair Surabaya.
SNI 01-4308-1996 Tentang Kerupuk Rambak. Suma’mur.
Asmadi,2009 Pengurangan Chrome (Cr) dalam Limbah
Cair Industri Kulit pada Proses Tannery Menggunakan 2009. Hygiene Perusahaaan dan Kesehatan
Kerja (HIPEKES), Sagung Seto, Jakarta.
Senyawa Alkali Ca(OH)2, NAOH dan NaHCO3 (Studi
Sudarsana, Eka., Onny Setiani, dan Suhartono., 2013.
Kasus PT. Trimulyono Kencana Mas Semarang).
Hubungan Riwayat Pajanan Kromium dengan
Jurnal JAI Vol. 5 No. 1 2009.
ATSDR, 2012. Toxicologycal Profile for Chromium. Gangguan Fungsi Ginjal pada Pekerja Pelapisan
Logam di Kabupaten Tegal. Jurnal Kesehatan
U.S. Departement of Health and Human Services.
Lingkungan Indonesia Vol. 12 No. 1/April 2013.
Dharma, Surya., Zesfin, Nazrul Zubir, dan Irsan
Ryanta., 2010. Pengaruh Pemberian Kromium (III) Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Klorida terhadap Spermatozoa Mencit Putih. Jurnal Manajemen dan Implementasi Kesehatan dan
Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 2 Juli 2010: 93–99. Keselamatan Kerja di Tempat Kerja. Surakarta:
Disnak, 2011. Antara Gurihnya dan Ketakutan Memakan Harapan Press.
Kerupuk Rambak.http://disnak.jatimprov.go.id/ Triatmojo, 2009. Implementasi “Produk Bersih” dalam
web/beritautama/read/439/antara-gurihnya-dan- Industri Penyamakan Kulit Guna Peningkatan
ketakutan-memakan-krupuk-rambak#.Uug7eon-KIU Efisiensi dan Pencegahan Pencemaran
(sitasi: 26 Januari 2014) Lingkungan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
Jalaludin, M.N., dan Ambeng, 2005. Analisis Logam Besar Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta.
Berat (Pb, Cd, dan Cr) pada Kerang Laut (Hitula Widyastuti, 2005. Bahaya Bahan Kimia pada
chinensis, Anadara granosa, dan Marcia optima). Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Kedokteran
EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai