Anda di halaman 1dari 5

Penggunaan Membran Kitosan Untuk Menurunkan Kadar Logam Krom (Sholeh Ma’mun, dkk)

PENGGUNAAN MEMBRAN KITOSAN UNTUK MENURUNKAN KADAR LOGAM


KROM PADA LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

Sholeh Ma’mun1,Marhaenia Theresa2, Sarah Alfimona3

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia1,2,3)


Jl. Kaliurang Km. 14,5 Yogyakarta 55584
Email : sholeh.mamun@uii.ac.id1

ABSTRACT

Membrane made of chitosan from shrimp shell can be used to reducea heavy metal chromium
(Cr) content in leathertanning industry waste by adsorption. The membranes were manufactured from
chitosan with concentrations of 2, 3, and 4wt%, respectively. In addition, glycerol was added during
membrane manufacturing as an additive to increase the permeability properties. The results showed
that themembrane with 2% chitosan without glycerol gave the best adsorption performance. However,
increased the chitosan concentration showed a negative effect to the membrane performance in
adsorbing the chromium due to chitosan solubility limitation in the acetic acid. However, the use of
glycerol did not improve the adsorption performance. This was due to hydrophilic property of the
glycerol.

Keywords : Chitosan Membrane, Glycerol, Chromium, Leather Tanning Industry.

1. PENDAHULUAN (heksavalen) yang bersifat toksik. Selain itu,


Industri penyamakan kulit industri penyamakan kulit juga
merupakansalah satu industri yang menghasilkan limbah padat yang
menghasilkan limbah yang cukup berbahaya menimbulkan bau menyengat karenaadanya
bagi lingkungan berupa pencemaran air, pembusukan berbagai sisa kulit dan daging
tanah dan udara.Industri penyamakan kulitini terutama lemak dan protein.
menghasilkan limbah cair yang mengandung Pada umumnya cara pengolahan limbah
sisa bahan penyamak kimia seperti natrium yang sering dilakukan adalah cara kimia dan
sulfida, krom, kapur, dan amoniak dalam fisika. Pengolahan limbah secara kimia
jumlah yang cukup besar. dilakukan dengan cara pengendapan pada pH
Air buangan limbah industri tinggi dengan penambahan bahan kimia
penyamakan kulit umumnya mengandung tertentu, sedangkan pengolahan secara fisika
logamkrom yang berasal dari proses dilakukan dengan cara adsorpsi, koagulasi,
penyamakan dengan menggunakan senyawa flokulasi, dan filtrasi (Crini, 2005).
krom sulfat antara 60-70%. Namun Beberapa metode lain seperti penukar
demikian, pada proses penyamakan tersebut, ion, adsoprsi dengan karbon aktif (Devi dan
tidak semua larutan krom sulfat terserap oleh Naidu, 1990) dan pengendapan secara
kulit, sehingga sisanya dikeluarkan dalam elektrolisis telah dilakukan untuk menyerap
bentuk limbah cair. Keberadaan krom dalam bahan pencemar beracun dari limbah cair,
limbah cair penyamakan kulit dengan kadar tetapi cara ini membutuhkan biaya yang
yang tinggi dapat menyebabkan pencemaran sangat tinggi dalam pengoperasiannya.
lingkungan dan berdampak buruk bagi Sementara itu, penggunaan bahan
kesehatan. Kelebihan krom dalam tubuh biomaterial dan non biomaterial sebagai
akan mengakibatkan berbagai gangguan penyerap ion logam berat merupakan sebuah
pada kulit, saluran pernafasan, ginjal, dan alternatif yang cukup menjanjikan.
hati. Disamping itu, limbah krom trivalent Biomaterial yang telah digunakan antara lain
akan menimbulkan masalah jika teroksidasi lumut (Low dkk., 1977), daun teh (Tee dan
menjadi ion krom ber valensi enam Khan, 1989) dan sabut kelapa sawit (Munaf

367
Teknoin Vol. 22 No.5 Desember 2016 : 367-371

dan Zein, 1999), sedang kannon biomaterial karakterisasi membran kitin untuk tujuan
seperti perlit, tanah gambut, dan lumpur analisis telah dilakukan oleh Tarigan (2005).
aktif. Sementara itu, Dyahningtyas (1999) telah
Dalam penyerapannya, setiap metode memanfaatkan kitosan untuk menghilangan
memiliki keunggulan dan keterbatasan Kadmium (Cd). Penelitilainnya yang
masing - masing dari aspek teknis, ekonomis memanfaatkan kitosan untuk penjerapan
dan dampak yang ditimbulkannya. Oleh logam berat antara lain Franco dkk. (2004),
karena itu perlu dikembangkan suatu Manurung (2005), Munaf dan Zein (1999),
alternatif sistem pemisahan logam berat dan Tee dan Khan (1989), dan lain - lain.
buangannya dengan menggunakan bahan- Penelitian ini bertujuan untuk membuat
bahan yang relatif murah dan cukup membran kitosan yang digunakan untuk
ketersediaannya. mengolah limbah cair dari industri
Sementara itu prinsip daur ulang dapat penyamakan kulit untuk menurunkan kadar
dilakukan dengan pemanfaatan limbah suatu krom, sehingga setelah dilakukan
industri menjadi bahan baku oleh industri pengolahan kualitas limbah cair tersebut
lain dan menghasilkan suatu produk baru, dapat memenuhi baku mutu air limbah yang
contohnya limbah kulit udang dari industri telah ditetapkan Menteri Lingkungan Hidup
pengolahan udang yang dapat diolah menjadi nomor 5 Tahun 2014 dengan maksimal
kitin yang kemudian menjadi kitosan. kadar krom sebesar 0,6 mg/L untuk industri
Kitosan merupakan senyawa yang tidak penyamakan kulit.
larut dalam air, sedikit larut dalam HCl,
HNO3, dan H3PO4, tetapi tidak larut dalam 2. METODE PENELITIAN
H2SO4. Kitosantidak beracun, mudah 2.1. Alat dan Bahan
mengalami biodegradasi dan bersifat Pada percobaan ini digunakan alat-
polielektrolitik (Hirano,1986). Disamping alatantara lain : gelas beker, labu takar, gelas
itu, kitosan dapat dengan mudah berinteraksi ukur, corong gelas, cawan arloji, cawan
dengan zat - zat organik lainnya, misalnya petri, pipet tetes, pipet volume,
dengan protein. Oleh karena itu, kitosan pengaduk,dan timbangan analitik.
relatif lebih banyak digunakan pada berbagai Bahan utama yang digunakan adalah
bidang industri terapan dan industri kitosan dari kulit udang dan limbah cair
kesehatan (Muzzarelli, 1986). industri penyamakan kulit dengan bahan
Adanya kandungan logam berat di pembantu antara lain asam asetat
perairan dapat berbahaya baik secara (CH3COOH), natrium hidroksida (NaOH),
langsung terhadap kehidupan organisme dan gliserol. Sementara itu, instrumen yang
maupun secara tidak langsung terhadap digunakan dalam penelitian ini adalah
kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan Atomic Adsorption Spectrofotometri (AAS).
sifat - sifat logam berat (PPLH-IPB, 1997;
Sutamihardja dkk., 1982) yaitu : (1) sulit 2.2. Prosedur Penelitian
didegradasi, sehingga mudah ter akumulasi Kedalam 2 buah gelas beker yang
dalam lingkungan perairan dan masing - masing berisi 100 mL larutan asam
keberadaannya secara alami sulit terurai dan asetat 1% ditambahkan 2g kitosan (2%
(2) dapat terakumulasi dalam organisme kitosan). Pada gelas beker pertama
termasuk kerang dan ikan, sehinggaakan ditambahkan 2 mL gliserol, sedangkan yang
membahayakan kesehatan manusia yang kedua tanpa gliserol. Kedua campuran
mengkomsumsi organisme tersebut. kemudian diaduk selama 2 jam hingga
Pada saat ini penelitian tentang homogen. Selanjutnya kedua larutan itu
pemanfaatan polimer alam sebagai membran dibiarkan selama 24 jam. Larutan kemudian
sedang berkembang dengan bahan membran dituangkan ke dalam sebuah cawan petri
dari selulosa dan turunannya. Selain untuk mencetak membran. Membran yang
membran selulosa dan turunannya, telah dicetak tersebut kemudian dikeringkan

368
Penggunaan Membran Kitosan Untuk Menurunkan Kadar Logam Krom (Sholeh Ma’mun, dkk)

di oven pada suhu 60C selam 2 hari. Setelah ini menunjukan adanya kejenuhan dalam
kering, lapisan membran ditambahkan larutan tersebut. Pengadukan pada proses
NaOH 1% dan didiamkan hingga membran pelarutan dilakukan untuk mendapatkan
terangkat kepermukaan. Kemudian larutan kitosan yang homogen sehingga
dilakukan pencucian berulang - ulang menghasilkan membran dengan ukuran dan
menggunakan aquades untuk menghilangkan distribusi pori yang seragam. Akan tetapi
NaOH. Prosedur yang sama juga diterapkan selama proses pengadukan mungkin terdapat
untuk pembuatan membran kitosan dengan udara yang terperangkap di dalam larutan.
konsentrasi 3 dan 4%. Oleh sebab itu larutan didiamkan selama 24
jam untuk proses degassing yaitu
2.3. Perlakuan dan Analisa Limbah Cair menghilangkan udara yang terperangkap di
dengan Membran Kitosan dalam larutan. Selanjutnya, membran di
Membran kitosan dimasukkan ke dalam keringkan pada suhu 60C selama dua hari,
kolom dan disusun sehingga memenuhi sehingga diperoleh membran yang kering.
seluruh permukaan kolom. Selanjutnya Selanjutnya, ke-enam membran tersebut
sebanyak 15 mL sampel limbah dialirkan ke digunakan untuk menyaring limbah cair
dalam kolom, kemudian didiamkan penyamakan kulit dengan kadar logam
berkontak selama 3 jam. Setelah itu, hasil krommula-mulasebesar 58,5 mg/L. Hasil
penyerapan ditampung dalam gelas ukur dan pengujian kadar logam kromtersisa di dalam
dimasukan kedalam botol sampel untuk limbah dengan menggunakan AAS dapat
dianalisis menggunakan AAS. dilihat pada tabel 1 dan gambar 1.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Hasil Uji Kadar Logam Kromtersisa


Berdasarkan Perda DI Yogyakarta No. 7 (mg/L) di Dalam Limbah Pada
Tahun 2016 bahwa baku mutu limbah Berbagai Konsentrasi Kitosan
industri penyamakan kulit untuk logam krom Hasil Uji
sebesar 0,5 mg/L kadar maksimal, X A.1 A.2 B.1 B.2 C.1 C.2
sedangkan kadar krom dalam limbah yang 58,5 5,83 1,13 11,6 1,35 18,6 1,38
digunakan dalam penelitian ini sebesar 58,5 dimana:
mg/L, sehingga belum memenuhi baku mutu X = sampel limbah.
limbah yang ditentukan. Dengan demikian, A.1 = 2% kitosan + gliserol.
diperlukan langkah – langkah untuk A.2 = 2% kitosan.
menurunkan kadar krom dalam limbah B.1 = 3% kitosan + gliserol.
tersebut, salah satunya dengan cara disaring B.2 = 3% kitosan.
menggunakan membran yang terbuat dari C.1 = 4% kitosan + gliserol.
kitosan seperti yang telah dikerjakan dalam C.2 = 4% kitosan.
penelitian ini.
Membran dibuat dengan melarutkan Dari gambar 1 terlihat bahwa
kitosan ke dalam asam asetat dan dilakukan penyerapan logam krom yang paling tinggi
dua perlakuan, yang pertama larutan kitosan- diperoleh pada konsentrasi kitosan 2% tanpa
asam asetat ditambah gliserol dan yang menggunakan gliserol (A.2). Kemampuan
kedua larutan kitosan - asam asetat tanpa kitosan untuk mengikat logam dengan cara
gliserol dengan konsentrasi kitosan 2,3, dan pengkhelat disebabkan karena kadar nitrogen
4%. yang tinggi pada rantai polimernya. Kitosan
Pencampuran dilakukan menggunakan mempunyai satu kumpulan amino linier bagi
pengaduk magnetik dengan kecepatan dan setiap unit glukosa. Kumpulan amino ini
suhu tetap. Terlihat bahwa semakin tinggi mempunyai sepasang elektron yang dapat
jumlah kitosan yang terlarut dalam asam berkoordinat atau membentuk ikatan - ikatan
asetat maka semakin lama pengaduk aktif dengan kation - kation logam. Unsur
berputar dan campuran semakin kental. Hal nitrogen pada setiap monomer kitosan

369
Teknoin Vol. 22 No.5 Desember 2016 : 367-371

dikatakan sebagai gugus yang aktif 3.2. Pengaruh Konsentrasi Kitosan


berkoordinat dengan kation logam. terhadap Daya Serap
Titik optimum dalam penyerapan logam Marganof (2003) telah menganalisis
krom terjadi pada konsentrasi kitosan 2%. kemampuan kitosan sebagai adsorben logam
Hal ini dikarenakan kitosan masih bisa - logam berat seperti cadmium (Cd), timbal
terlarut sempurna dalam asam asetat. Pada (Pb), krom (Cr), tembaga (Cu), dan nikel
konsentrasi kitosan 3 dan 4%, kemampuan (Ni). Kemampuan kitosan menyerap logam -
penyerapan logam membran kitosan semakin logam tersebut dikarenakan adanya sifat -
berkurang, dikarenakan pada konsentrasi sifat kitosan yang dihubungkan dengan
tersebut kitosan sudah dalam keadaan jenuh gugus amino dan hidroksil yang terikat,
sehingga sebagian kitosan tidak terlarut sehingga menyebabkan kitosan mempunyai
dalam asam asetat. reaktifitas kimia yang tinggi dan
20
menyebabkan sifat poli elektrolit kation.
Dengan Gliserol Akibatnya kitosan dapat berperan sebagai
penukar ion (ion exchanger) dan dapat
Konsentrasi Cr sisa (%)

16 Tanpa Gliserol

berperan sebagai adsorben terhadap logam


12
berat dalam air limbah. Dengan
8 menvariasikan konsentrasi kitosan, dari tabel
1 terlihat bahwa konsentrasi kitosan 2%
4
memberikan daya serap terhadap logam
0
krom tertinggi yaitu sekitar 98%.
0 1 2 3 4 5
Konsentrasi kitosan (%) 3.3. Pengaruh Gliserol terhadap Daya
Gambar 1. Hubungan Antara Konsentrasi Serap
Krom Sisa Dalam Sampel Dengan Membran yang baik adalah membran
Konsentrasi Kitosan Dengan yang mempunyai fouling rendah, berstruktur
dan Tanpa Gliserol. tipis tapi kuat, dan mempunyai daya serap
yang baik. Salah satu cara yang digunakan
3.1. Pengaruh Konsentrasi Kitosan untuk meningkatkan kinerja membran adalah
terhadap Lama Penguapan dengan menambahkan zat aditif, seperti
Untuk membran dengan konsentrasi polietilen glikol (PEG), sedangkan untuk
kitosan 2%, terlihat bahwa asam asetat yang meningkatkan sifat mekanik membran dapat
terlarut lebih cepat menguap karena kitosan ditambahkan titanium dioksida(TiO2).
larut dengan sempurna dalam asam asetat. Variabel lain dalam penelitian ini yaitu
Namun untuk membran dengan kadar membuat membran kitosan dengan
kitosan 3%, zat terlarut dalam pelarut campuran gliserol yang ditambahkan pada
semakin meningkat, maka titik didih saat proses pelarutan kitosan. Dari hasil
meningkat pula, sehingga proses penguapan pengamatan terlihat bahwa membran kitosan
lebih lama. Sedangkan pada pelarutan dengan penambahan gliserol mempunyai
dengan kadar kitosan 4% terjadi titik jenuh struktur yang lebih kuat akan tetapi
sehingga masih terdapat gumpalan - mengakibatkan daya serap membran
gumpalan kitosan yang mengakibatkan menurun. Hal ini dikarenakan gliserol
proses penguapan menjadi lebih lama. memiliki sifat hidrofilik sehingga pada saat
penyerapan logam berat membran tersebut
cenderung menyerap H2O.

370
Penggunaan Membran Kitosan Untuk Menurunkan Kadar Logam Krom (Sholeh Ma’mun, dkk)

4. KESIMPULAN Manurung, M. Penggunaan Kitosan Manik


Dari hasil penelitian ini dapat sebagai Adsorben untuk Menurunkan
disimpulkan bahwa membran kitosan 2% Kadar Logam Ni. Skripsi Universitas
tanpa gliserol mempunyai kinerja Sumatera Utara, Medan, 2005.
penyerapan logam krom tertinggi yaitu Marganof. Potensi Limbah Udang sebagai
sekitar 98%. Sedangkan penambahan Penyerap Logam Berat (Timbal,
gliserol pada membran kitosan mempunyai Kadmium, dan Tembaga) di Perairan
efek negatif terhadap daya serap membran (www.tumoutu.net/70207134/margonof.
pada logam krom. pdf). Diakses tanggal 15 Oktober 2016,
2003.
Ucapan Terima Kasih Munaf, E. dan Zein, R.. Pemanfaatan Sabut
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kelapa Sawit untuk Menyerap Ion
Jurusan Teknik Kimia atas ijin dan fasilitas Logam Kadmium dan Krom dalam Air
sehingga penelitian dapat diselesaikan tepat Limbah. Jurnal Kimia Andalas. 5 (1) :
waktu. 10 – 14, 1999.
Muzzarelli, R.A.A. Chitin. Faculty of
DAFTAR PUSTAKA Medicine Univeersity of Ancona. Italy.
Pergamon Press. 81-87, 1986.
Crini, G. Recent Development in Sutamihardja, R.T.M., Adnan, K. dan
Polysaccharide - based Materials Used Sanusi. Perairan Teluik Jakarta Ditinjau
as Adsorbents in Wastewater Treatment. dari Tingkat Pencemarannya. Fakultas
Progress in Polymer Sciencec 30, 38-70, Pascasarjana, Jurusan PSL. IPB, 1982.
2005. Tarigan, T. Pembuatan Membran Kitin dan
Devi, P. R. and Naidu, G. R. K. Enrichment Pegujian Sifat Permeabilitas Terhadap
of Trace Metals in Water on Activated Ureum, Aspirin dan Albumin. Tesis
Carbon. Analyst. 115: 1469-1471, 1990. Program Pasca Sarjana Universitas
Dyahningtyas, T.E. Penghilangan Kadmium Sumatera Utara, Medan, 2005.
(Cd) dengan Menggunakan Chitosan, Tee, T. W. and Khan, A. R. M. Removal of
Prosiding Seminar Nasional Kimia V, Lead, Cadmium and Zinc by Waste Tea
Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA Leaves. Journal Environmental
UGM Yogyakarta,8-9 Maret 1999, Technology. 9: 1223-1232, 1989.
1999.
Franco, L. O., Maia, R.C., Porto, A.L.F.,
Messias, A.S., Fukushima, K., and
Campos-Takaki, G.M. Heavy Metal
Biosorption by Chitin and Chitosan
Isolated from Cunninghamella elegans
(IFM 46109), Braz.J.Microbiol., 35 (3)
2004.
Hirano, S., 1986. Chitin and Chitosan. In
Ulmann’s Encyclopedia of Industrial
Chemistry. Republic of Germany. 5th ed.
A6: 231 – 232.
Low, K.S., Lee, C.K.,Tan, S.G. Sorption of
Trivalent Chromium from Tannery
Waste by Moss. Juornal Environmental
Technology. 18 : 449-454, 1997.

371

Anda mungkin juga menyukai