PENDAHULUAN
Penelitian ini berfokus pada penurunan kadar unsur Kromium (Cr) dari sampel
buatan yang mengandung kadar Kromium dengan menggunakan koagulan FeSO4 dan
menggunakan metode Jar-Test.
Limbah cair industri adalah limbah yang di hasilkan dari produksi atau kegiatan
industri yang berupa cair. Limbah cair dari industri banyak mengandung logam berat yang
berpotensi merusak lingkungan. Logam berat cenderung tidak dapat terurai sehingga
menjadi polutan yang merupakan ancaman bagi lingkungan karena mengandung sejumlah
kontaminan, merupakan senyawa beracun, karsinogen, mutagen dan teratogen (Aljeboree
et al., 2017).
Limbah cair seperti ini dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran pada
lingkungan jika tidak diolah dan langsung dibuang ke laut dan sungai. Pencemaran yang
terjadi pada lingkungan akan berdampak pada siklus rantai makan yang juga akan
berdampak pada kesehatan.
Baku mutu limbah cair industri merupakan standar maksimum limbah yang
diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan. Menurut Keputusan Mentri Negara Lingkungan
Hidup nomor 51-/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
tanggal 23 oktober 1995 menyatakan bahwa kadar maksimal limbah cair yang mengandung
kromium sebesar 0.5 mg/L,jika lebih dari angka tersebut maka perlu ditindak lanjuti.
1.4.2. Logam Kromium (Cr)
Logam kromium merupakan salah satu logam transisi yang berdampak buruk
terhadap kesehatan manusia terutama kromium dengan valensi enam yang dapat
mengkontaminasi air minum atau air permukaan. Logam kromium memiliki sisi negatif yang
yang mampu menjadi polutan yang sangat berbahaya di lingkungan. Air minum atau air
permukaan yang terkontaminasi dapat menyebabkan kanker dan penyakit lambung pada
manusia jika diminum. Kromium (Cr) juga memiliki sisi positif yang mampu meningkatkan
kualitas produk dalam industri logam dan industri kimia. Logam paduan yang mengandung
kromium memiliki ketahanan terhadap tumbukan, korosi dan oksidasi. Selain itu kromium
berguna dalam produksi stainless steel, katalis dan refraktori (Guertin et al., 2005).
Logam kromium dapat ditemukan dalam bentuk Cr(III) dan Cr(VI) namun dalam
lingkungan beroksigen lebih sering dijumpai Cr(VI) dikarenakan logam ini umumnya mudah
terlarut sebagai senyawa anion CrO42- dan Cr2O72- di alam.
Koagulasi adalah proses penambahan koagulan pada air baku yang menyebabkan
terjadinya destabilisasi dari partikel koloid agar terjadi agregasi dari partikel yang telah
terdestabilitasi tersebut. Dengan penambahan koagulan, kestabilan koloid dapat
dihancurkan sehingga partikel koloid dapat menggumpal dan membentuk partikel dengan
ukuran yang lebih besar, sehingga dapat dihilangkan pada unit sedimentasi (Benefield,
1982).
Proses koagulasi dapat dilakukan melalui tahap pengadukan antara koagulan
dengan air baku dan netralisasi muatan. Prinsip dari koagulasi yaitu di dalam air baku
terdapat partikel-partikel padatan yang sebagian besar bermuatan listrik negatif. Partikel-
partikel ini cenderung tolak-menolak satu sama lainnya sehingga tetap stabil dalam bentuk
tersuspensi atau koloid. Netralisasi muatan negatif partikel-partikel padatan dilakukan
dengan penambahan koagulan bermuatan positif ke dalam air diikuti dengan pengadukan
secara tepat (Susanto, 2008). Ada 3 (tiga) faktor yang menentukan keberhasilan suatu
proses koagulasi Jenis bahan kimia koagulan yang dipakai, Dosis pembubuhan bahan kimia,
Pengadukan dari bahan kimia.
Dalam pengolahan air limbah, untuk mencapai proses koagulasi-flokulasi yang
optimum diperlukan pengaturan semua kondisi yang saling berkaitan dan mempengaruhi
proses tersebut. Koodisi-kondisi yang mempengaruhi antara lain adalah (Susanto, 2008):
1. Pengaruh pH Suatu proses koagulasi dapat berlangsung secara sempurna jika
pH yang digunakan pada jarak tertentu sesuai dengan pH optimum koagulan dan
flokulan yang digunakan.
2. Pengaruh suhu/Temperatur Proses koagulasi dapat berkurang pada suhu rendah
karena peningkatan viskositas dan perubahan setruktur agregat menjadi lebih
kecil sehingga dapat lolos dari saringan, sedangkan pada suhu tinggi yang
mempunyai kerapatan lebih kecil akan mengalir ke dasar kolam dan merusak
timbunan lumpur.
3. Konsentrasi Koagulan Konsentrasi koagulan sangat perpengaruh terhadap
tumbukan partikel, sehingga penambahan koagulan harus sesuai dengan
kebutuhan untuk membentuk flok-flok. Jika konsentrasi koagulan kurang
megakibatkan tumbukan antar partikel berkurang sehingga mempersulit
pembentukan flok. Begitu juga sebaliknya jika konsentrasi koagulan terlalu
banyak maka flok tidak terbentuk dengan baik dan dapat menimbulkan kekeruhan
kembali.
4. Pengadukan Pengadukan yang baik diperlukan untuk memperoleh koagulasi dan
flokulasi yang optimum. Pengadukan terlalu lamban mengakibatkan waktu
pertumbuhan flok menjadi lama, sedangkan jika terlalu cepat mengakibatkan flok-
flok yang terbentuk menjadi pecah kembali.
Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis optimal
dari koagulan, digunakan pada proses pengolahan air, untuk mengevaluasi koagulan dan
flokulan dan mencari pH optimal (Hanum, 2002). Untuk mengetahui tingkat kekeruhan
suatu sampel air, maka digunakan alat Jar test . Pada pengolahan air bersih atau air limbah
dengan proses kimia selalu dibutuhkan bahan kimia tertentu dengan dosis yang tertentu
pula untuk menurunkan kadar polutan yang ada di dalam air atau air limbah. Penambahan
bahan kimia tidak dapat dilakukan sembarang saja harus dengan dosis yang tepat dan
bahan kimia yang cocok serta harus memperhatikan lagi faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti pH (Susanto, 2008).
Pada proses koagulasi jartest digunakan untuk mencari bahan kimia apa yang
cocok untuk air limbah tertentu dan beberapa dosis yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil
yang optimal. Proses koagulasi ini dengan pengadukan cepat supaya terjadi turbulensi yang
baik agar bahan kimia dapat menangkap partikel-partikel koloid. Pengadukan cepat hanya
dilakukan sebentar saja 30-60 detik (Risdianto, 2007).
1.4.5. Koagulan
1.
Berdasarkan hasil pengukuran
THE EFFECTIVENESS
kadar Cr total pada limbah cair
Kurnia OFDECREASING LEVELS
batik menggunakan koagulan
Wardhani, OF CHROMIUM (Cr)
USING COAGULANT FeSO4 sebelum perlakuan sebesar
Ferry
FeSO4 AND Al2(SO4)3 6,57 mg/l dan sesudah perlakuan
Kriswandana,
(Research Study Batik Home dengan dosis 20 mg/l sebesar
Pratiwi Industry in The Village of 1,58 mg/l dan dosis 30 mg/l
Hermiyanti. Tuban Jarorejo Year 2018)
sebesar 1,12 mg/l.
2018
Berdasarkan hasil pengukuran
kadar Cr total pada limbah cair
batik menggunakan koagulan
Al2(SO4)3. sebelum perlakuan
sebesar 6,57 mg/l dan sesudah
perlakuan dengan dosis 20 mg/l
2.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
Utami Irawati, Umi Pengolahan Limbah Cair disimpulkan bahwa nilai pH, COD, TSS,
Baroroh Lili Utami, Sasirangan Menggunakan kekeruhaan dan kadar Pb pada limbah
Hanifa Muslima. Filter Arang Aktif cair sasirangan setelah dilakukan