Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

PERCOBAAN VIII
PEMBUATAN KALIUM TETRAPEROKSOKROMAT (V)

OLEH
NAMA

: INDAH SARI DEWI

STAMBUK

: F1C1 13 035

KELOMPOK

: VII (TUJUH)

ASISTEN

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan Pembuatan Kalium Tetraperoksokromat
adalah bagaimana membuat kalium tetraperoksokromat (v) ?
C. Tujuan
Tujuan dari percobaan Pembuatan Kalium Tetraperoksokromat adalah untuk
membuat kalium Tetraperoksokromat (V).

II. TINJAUAN PUSTAKA


Kromium merupakan salah satu logam berat yang termasuk ke dalam unsur
transisi golongan VIB dan berada pada periode 4 dalam daftar periodik. Kromium
merupakan logam yang mengkilap dengan massa jenis 7.9 g/cm3, memiliki titik didih
tinggi (2658 0C), dan titik leleh 1875 0C. Kromium ditemukan di alam sebagai tiga
bentuk stabil, yaitu kromium metal/logam, kromium(III), dan kromium(VI).
Kromium merupakan zat yang unik, karena disatu pihak dibutuhkan untuk kesehatan
manusia dalam bentuk tertentu (Cr(III)), tetapi dilain pihak merupakan zat yang dapat
menyebabkan kanker paru-paru dalam bentuk yang lain (Cr(VI)). Logam berat ini
berada dalam urutan kedua setelah benzena sebagai penyusun utama pencemar udara
toksik (Kusnoputranto, 1996).
Kromium(III) atau kromium trivalen adalah bentuk yang paling penting
berada di lingkungan, karena bentuknya lebih stabil dibandingkan kromium logam
dan kromium(VI). Kromium trivalen hampir semuanya berbentuk kationik atau
netral, cenderung membentuk senyawaan kompleks stabil dengan spesi organik
ataupun anorganik yang bermuatan negatif. Sebagai contoh, Cr(III) akan membentuk
senyawaan kompleks kuat dengan amina dan akan teradsorbsi oleh mineral tanah
(Suminar, 2007).
Salah satu limbah yang berbahaya adalah limbah logam berat Chromium (VI)
yang biasanya berasal dari industri pelapisan logam (electroplating), industri
cat/pigmen dan industri penyamakan kulit (leather tanning). Limbah Cr(VI) menjadi

populer karena sifat karsinogenik yang dimilikinya. Chromium terdapat di alam


dalam 2 bentuk oksida, yaitu oksida Cr(III) dan Cr(VI). Uniknya, hanya Cr(VI) yang
bersifat karsinogenik sedangkan Cr(III) tidak. Tingkat toksisitas Cr(III) hanya sekitar
1/100 kalinya Cr(VI) (Slamet et al, 2003).
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah cairan bening , agak lebih kental daripada
air, yang merupakan oksidator kuat. Sifat terakhir ini dimanfaatkan manusia sebagai
bahan pemutih (bleach), disinfektan, oksidator, dan sebagai bahan bakar roket.
Hidrogen peroksida dijual bebas, dengan berbagai merek dagang dalam konsentrasi
rendah (3-5%) sebagai pembersih luka atau sebagai pemutih gigi (pada konsentrasi
terukur). Dalam konsentrasi agak tinggi (misalnya merek dagang Glyroxyl) dijual
sebagai pemutih pakaian dan disinfektan. Penggunaan hidrogen peroksida dalam
kosmetika dan makanan tidak dibenarkan karena zat ini mudah bereaksi (oksidan
kuat) dan korosif (www.wikipedia.org).
Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques
Thenard di tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang
memiliki sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas
hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2). Teknologi yang banyak digunakan di dalam
industri hidrogen peroksida adalah auto oksidasi Anthraquinone. Salah satu
keunggulan hidrogen peroksida dibandingkan dengan oksidator yang lain adalah
sifatnya yang ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu yang berbahaya.

Kekuatan oksidatornya pun dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh
dalam industri pulp dan kertas, penggunaan hidrogen peroksida biasanya
dikombinasikan dengan NaOH atau soda api. Semakin basa, maka laju dekom posisi
hidrogen peroksida pun semakin tinggi (www.forumsains.com).
Hidrogen peroksida termasuk zat oksidator yang bisa digunakan sebagai
pemutih pulp yang ramah lingkungan. Di samping itu, hydrogen peroksida juga
mempunyai beberapa kelebihan antara lain pulp yang diputihkan mempunyai
ketahanan yang tinggi serta penurunan kekuatan serat sangat kecil. Pada kondisi
asam, hidrogen peroksida sangat stabil, pada kondisi basa mudah terurai. Peruraian
hidrogen peroksida juga dipercepat oleh naiknya suhu. Zat reaktif dalam sistem
pemutihan dengan hidrogen peroksida dalam suasana basa adalah perhydroxyl anion
(HOO-) (Fuadi dan Sulistya, 2008).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat
Praktikum

Kimia

Anorganik

II

dengan

judul

Pembuatan

Kalium

Tetraperoksokromat (V) dilaksanakan pada hari Sabtu, Maret 2015 pukul 07.3010.00 dan bertempat di Laboratorium Kimia Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan Pembuatan Kalium Tetraperoksokromat
(V) adalah erlenmeyer dan pemanas listrik.
Adapun

alat

yang

digunakan

pada

percobaan

Pembuatan

Tetraperoksokromat (V) adalah K2CrO4, KOH, H2O2, dan es batu.

Kalium

C. Prosedur Kerja

2 gram K2CrO4
- Dimasukkan ke erlenmeyer 100 ml
- Dilarutkan dengan 25 ml aquades
- Ditambahkan 2 gr KOH
Larutan dalam erlenmeyer
-

Di dinginkan hingga memadat


Ditambah 13 ml larutan H2O2 30%
Diaduk
Di panaskan
- Disaring

Kristal
- Di cuci dengan alkohol 70%
- Dikeringkan
- Ditimbang
Hasil pengamatan

Residu

Anda mungkin juga menyukai