LABORATORIUM LINGKUNGAN
PERCOBAAN VII
KLORIDA
OLEH :
NOVEMBER, 2010
PERCOBAAN VII
KLORIDA
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kandungan klorida
pada suatu perairan.
2. Perhitungan
a. Standarisasi Larutan AgNO3
Diketahui : Volume larutan NaCl = 10 ml
Normalitas NaCl = 0,1 N
Volume larutan AgNO3 = 0,2 ml
n ekivalen AgNO3 = 1 ek/mol
Ditanya : Normalitas AgNO3…?
Molaritas AgNO3…?
Faktor Ketelitian…?
Jawab :
V NaCl x N NaCl
Normalitas AgNO3 =
V AgNO 3
10 ml x 0,1 N
=
0,2 ml
= 5 N ≈ 5 ek/L
Normalitas AgNO3
Molaritas AgNO3 =
n
5 ek / L
= 1ek /mol
= 5 mol/L ≈ 5 M
V NaCl
Faktor Ketelitian AgNO3 =
V AgNO3
10 ml
=
0,2 ml
= 50
b. Pengukuran Sampel
Diketahui : Volume sampel air = 20 ml
Volume larutan AgNO3 = 67,3 ml
Faktor ketelitian = 50
Ditanya : Konsentrasi Klorida…?
Jawab :
Konsentrasi Klorida
1000 1
= x ( V AgNO 3 −0,3 ) x faktor ketelitian x x 35,45
Vsampel air 35,45
1000 1
= x ( 67,3 ml−0,3 ) x 50 x x 35,45
20 ml 35,45
= 50 x 67 x 50 x 1
= 167500 mg/l
B. Pembahasan
1. Standarisasi Larutan AgNO3
Dalam melakukan standarisasi larutan AgNO3 digunakan larutan
standar NaCl 0,1 N dengan meneteskan HNO 3 sebanyak 3 tetes dan
menggunakan indikator K2Cr2O4 sebanyak 3 tetes ke dalam larutan standar
tersebut, sehingga larutan berubah warna menjadi bening kekuningan.
Selanjutnya dilakukan titrasi menggunakan larutan AgNO3, hingga
mendapatkan endapan berwarna putih. Larutan AgNO3 ini berfungsi untuk
mempercepat terjadinya endapan pada larutan tersebut atau dapat
dikatakan sebagai suatu pereaksi untuk membentuk suatu endapan. Dari
hasil titrasi di dapatkan data pengukuran bahwa sebanyak 0,2 ml larutan
AgNO3 telah mengubah larutan NaCl dan indikator menjadi warna bening
kekuningan dan adanya endapan berwarna putih. Keberadaan endapan
tersebut telah menandakan bahwa standarisasi larutan AgNO3 berjalan
dengan baik. Seharusnya proses titrasi harus dilaksanakan sebanyak 2 kali,
namun karena adanya keterbatasan bahan serta waktu, maka titrasi hanya
dilaksanakan sebanyak 1 kali saja.
Volume titrasi diketahui dari larutan AgNO3 yaitu sebanyak 0,2 ml,
maka dapat dihitung bahwa normalitas AgNO3 yang di dapat dari hasil
perhitungan adalah 5 N. Namun normalitas saja tidak cukup sehingga
harus pula dicari nilai molaritasnya, dimana dengan menggunakan rumus :
M = Nn, diketahui bahwa nilai molaritas AgNO 3 juga sebesar 5 M, karena
nilai ekivalen dari larutan AgNO3 adalah sebesar 1 ek/mol dan faktor
ketelitian AgNO3 sebesar 50.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
NaCl + AgNO3 → NaNO3 + AgCl
Ag+ + Cl- → AgCl
Fungsi standarisasi larutan AgNO3 adalah agar larutan AgNO3
dapat mempercepat reaksi dengan baik sehingga dapat membentuk
endapan pada pengukuran sampel air sungai martapura yang akan
dilakukan.
2. Pengukuran Sampel Air
Dalam pengukuran konsentrasi klorida, sampel yang digunakan
adalah air sungai martapura, dimana untuk pengukuran kadar klorida
dilakukan dengan meneteskan HNO3 sebanyak 3 tetes dan menggunakan
indikator K2Cr2O4 sebanyak 4 tetes ke dalam 20 ml sampel air. Kemudian
dititrasi menggunakan larutan AgNO3, hingga terjadi perubahan warna.
Dari hasil titrasi di dapatkan data pengukuran bahwa sebanyak 67,3 ml
larutan AgNO3 telah mengubah larutan NaCl dan indikator menjadi warna
kuning pucat yang mana awalnya berwarna kuning keruh. Jika dilihat
banyaknya jumlah larutan AgNO3 yang digunakan, maka sudah jelas jika
kadar klorida dalam sampel air sungai martapura sangat sedikit, sehingga
tidak dapat dideteksi oleh larutan AgNO3.
Namun jika dilihat dari hasil perhitungan pengukuran sampel,
didapat data yang sangat tinggi yaitu 167500 mg/l, tentunya ini sangat
bertolak belakang dari hasil pengamatan yang dilakukan di laboratorium,
atau kemungkinan besar adanya kesalahan praktikan dalam pengukuran
sehingga data yang didapat tidak dikatakan data yang akurat. Karena
tingginya kadar klorida dalam sampel dari hasil perhitungan, maka dapat
disimpulkan bahwa air sungai martapura telah tercemar klorida yang
sangat parah, hal ini mungkin saja sangat berakaitan erat dengan aktivitas
penduduk di bantaran sungai martapura yang melakukan aktivitas rumah
tangga seperti mencuci, buang air besar, mandi serta membuang sampah
baik organik maupun non-organik, sehingga meningkatkan kadar klorida
dalam air tersebut. Berdasarkan hasil telaah pustaka dari beberapa sumber
seperti KepMenkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 menyatakan
bahwa kadar klorida maksimal yang diperbolehkan pada air minum yaitu
250 mg/l.
Sehingga sudah jelas bahwa air sungai martapura tidak layak
digunakan sebagai bahan baku air minum, karena dapat menggangu
kesehatan manusia itu sendiri.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Percobaan klorida ini menggunakan sampel air sungai martapura.
2. Nilai normalitas pengukuran standarisasi AgNO 3 yang digunakan pada
percobaan ini adalah 5 N dan nilai moralitasnya juga sama yaitu 5 M,
sedangkan faktor ketelitiannya sebesar 50.
3. Pada proses standarisasi AgNO3 didapatkan endapan putih dengan volume
titrasi sebesar 0,2 ml.
4. Kandungan kadar klorida pada sampel sangat tinggi yaitu 167500 mg/l.
5. Sehingga air sungai martapura sangat tidak layak jika dijadikan sebagai air
minum, jika dilihat dari kadar klorida maksimal yang diperbolehkan pada
air minum yaitu 250 mg/l.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.