Anda di halaman 1dari 17

INDUSTRI ASAM KLORIDA

Diajukan sebagai tugas Makalah MATA KULIAH Kimia Industri.


Dosen : Eko Prabowo H S,Pd. M,Pkim.

DISUSUN OLEH :

NI’MA MAULA 1167040051

RISKA HERYANTI 1167040062

RIZKI ABDUL AZIZ 1167040064

SYIFA NUR FAUZIAH RAHMAN 1167040076

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Industri Asam Klorida” ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan
menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Mata
kuliah Kimia Industri ‘’ Industri Kimia Asam Klorida ‘’. Disamping itu, kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kamu selama pembuatan makalan
ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Bandung, Maret 2019


 

Penyusun
1. Pendahuluan
1.1 Sejarah dan Pengertian Asam klorida
Asam klorida adalah suatu larutan kimia yang sering kita kenal dengan nama lain HCL,
merupakan larutan kimia murni yang memiliki sifat korosif tinggi, tidak berwarna, memiliki
tekanan uap yang tinggi yaitu sebesar 38% konsentrasi tekanan uap yang berkisar di 28,3 Kpa.
Asam klorida itu sendiri dapat di dihasilkan oleh lambung manusia, nantinya asam klorida ini
akan di gunakan oleh tubuh untuk membantu membunuh kuman yang ada pada tubuh dan juga
untuk mengasamkan makanan. Selain itu, Asam klorida adalah salah satu mineral asam kuat yang
sangat banyak manfaatnya dalam bidang industri.
Pada Tahun 800SM seorang ahli kimia dari Persia bernama Abu Musa Jabir menemukan
senyawa asam klorida dari suatu campuran yang berasal dari asam sulfat dan natrium klorida .
Asam klorida pertama kali di perkenalkan sebagai gas ammonia yang berupa chlorine dalam
bentuk gugus senyawa anorganik.Selanjutnya Davy juga memperkenalkan gugus senyawa
anorganik itu dan dia berhasil membuktikan gas ammonia tersebut mengandung gugus-gugus
Hydrogen dan chlorine sehingga dari saat itu hingga saat ini gas itu di kenal dengan nama
hydrogen klorida (HCl). Asam klorida khususnya dalam industri kimia di gunakan untuk pereaksi
pada bidang industri vinil klorida plastik PVC, dan pada poliuretan yaitu sebagai MDI/TDI.
Sekitar tahun 2000, asam klorida sebagian besar dibuat dengan menyerap produk samping
hydrogen klorida dari produksi senyawa organik industri.

1.2 Manfaat Asam Klorida


Asam klorida (HCl) umumnya digunakan untuk netralisasi zat alkali, sebagai zat
pemutih, dalam produksi klorida, untuk pemurnian atau dalam produksi timah dan tantalum,
untuk pengawetan dan pembersihan produk logam, di elektroplating, dalam menghilangkan
skala dari boiler, untuk netralisasi sistem dasar, sebagai reagen laboratorium, sebagai katalis
dan pelarut dalam sintesis organik, dalam pembuatan pupuk dan pewarna, untuk
menghidrolisis pati dan protein dalam persiapan berbagai produk makanan, dan di fotografi,
industri tekstil, dan karet.[CITATION MAb14 \l 1033 ]
Selain itu, Asam klorida memiliki banyak manfaat pada bidang industi dan juga manfaat
pada kehidupan sehari- hari diantaranya yaitu :
1. Pada bahan makanan asam klorida dapat di gunakan untuk memproduksi gelatin dan juga
untuk produksi bahan aditif pada makanan
2. Asam klorida dapat di gunakan untuk menentukan kadar basa pada suatu larutan yang
biasanya di lakukan dengan metode titrasi di laboratorium
3. Dalam industri asam klorida di gunakan untuk mengatur dan menentukan pH air limbah
yang terdapat pada industri sebelum cairan itu di buang ke badan air penerima limbah
4. Sebagai cairan pembersih porselen.

Asam klorida di gunakan pada regenerasi untuk resin penukar kation.

2. Bahan Baku dan Penanganannya


2.1 Bahan Baku Utama
Bahan baku yang digunakan dalam industri asam klorida adalah :
1. NaCl
Natrium klorida atau yang biasa disebut dengan NaCl adalah padatan berupa kristal putih
yang diperoleh melalui ekstraksi air laut. NaCl yang terbentuk akan digunakan dalam
proses elektrolisis dengan bantuan air menghasilkan senyawa NaOH, hidrogen dan
klorin.
Hidrogen dan klorin yang dihasilkan dari proses elektrolisis tersebut dapat digunakan
sebagai bahan baku dalam pembuatan HCl pada industri ini.
2. Klorin
Klorin atau klor (Cl2) adalah suatu unsur berwarna hijau kekuningan. Pada umumnya
klorin dapat ditemukan di alam dalam bentuk garam halida dan ion klorida di air laut.
Klor dapat bersifat gas dalam tekanan dan suhu biasa/suhu ruang, tetapi akan mudah
mencair jika berada pada suhu atau tekanan yang rendah. Karena klorin mempunyai sifat
oksidator maka klorin dapat membantu reaksi pembakaran dengan menghasilkan panas
cahaya seperti halnya oksigen.
Untuk penyimpanan klorin, klorin harus disimpan ditempat yang sejuk, kering,
berventilasi baik dari kontruksi yang mudah terbakar. Simpan jauh dari aluminium,
tembaga, kuningan, mangan, baja dan besi yang dapat bereaksi cepat dengan klorin.
Senyawa nitrogen (amonia, senyawa amonium dan urea) bereaksi dengan klor untuk
membentuk nitrogen klorida yang sangat eksplosif. Fosfor, boron, karbon aktif dan
silikon dapat menyala pada kontak dengan gas klor pada suhu kamar. Klorin sangat
korosif terhadap sebagian besar logam pada suhu tinggi.
3. Hidrogen
Hidrogen adalah zat tidak berwarna, gas tidak berbau yang sangat mudah terbakar. Gas
hidrogen diperoleh melalui proses cracking atau yang biasa disebut steam reforming
antara gas alam dengan bantuan katalis nikel di dalam reaktor tungku pipa pada
temperatur tinggi dan tekanan yang tinggi sehingga akan dihasilkan gas hidrogen dan
karbon monoksida, karena karbon monoksida tidak diinginkan maka karbon monoksida
direaksikan dengan steam di dalam catalytic fixed multibed reactor yang disebut high
temperature shift dimana dihasilkan gas hidrogen dengan karbon dioksida. Saat ini,
reformasi gas alam dengan memberi panas merupakan proses yang paling ekonomis
untuk memproduksi hidrogen. Elektrolisis menghasilkan hidrogen dengan menggunakan
arus listrik untuk mengurai air menjadi hidrogen dan oksigen.
4. Asam sulfat
Asam sulfat adalah asam mineral kuat tak berwarna dengan sifat korosif yang tinggi.
Asam sulfat ini sangat berbahaya bila terkena pada jaringan kulit karena sifatnya yang
korosif, dan dengan sifatnya sebagai penarik air yang kuat (penhidrasi) akan
menimbulkan luka seperti luka bakar pada jaringan kulit.
Asam sulfat dapat diperoleh dari proses kontak yaitu proses antar asam sulfat murni dan
sulfur dioksida (FeS2) melalui tiga langkah proses yaitu Pembakaran belerang, Oksidasi
katalitik SO2 ke SO3, dan Hidrasi SO3.
Material asam sulfat ini dapat disimpan di ruangan atau kontainer yang memiliki ventilasi
yang baik serta tahan terhadap korosi.
Dalam industri asam klorida, asam sulfat dapat digunakan pada proses manheim.
5. Benzena
Benzena adalah cairan bening, tidak berwarna, mudah terbakar dengan bau karakteristik
yang menyengat, memiliki titik didih 80.1˚C, titik nyala -11.1˚C, dan suhu pengapian
538˚C. Benzena telah ditemukan sangat beracun dan diakui sangat karsinogen oleh badan
National Toxicology Program (NTP).
Untuk beberapa tahun yang lalu dari 1949, benzene dibuat dari pengolahan batu bara.
Pada akhir-akhir ini benzena dapat disintesis dari pembentukan reaksi katalitik naphtha
dan hidrodealkilasi toluena dalam rasio kapasitas 70:30.
Benzena memiliki nilai ambang batas rendah atau TLV. Waktu tertimbang TLV rata-rata
(TWA) adalah paparan yang diijinkan untuk rata-rata 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
Batas eksposur jangka pendek TLV (STEL) adalah eksposur maksimum yang diizinkan
untuk periode 15 menit. Untuk benzena, TWA = 0,5 ppm dan STEL adalah 2,5 ppm,
seperti yang diberikan oleh Konferensi Amerika untuk Ahli Kesehatan Industri (ACGIH).
Paparan yang diijinkan ini jauh lebih rendah daripada toluena dan xilena, mungkin karena
kedua senyawa terakhir ini memiliki posisi benzilik yang mudah teroksidasi in vivo
menjadi senyawa yang dapat dihilangkan dari tubuh. Benzene berperan dalam reaksi
klorinasi dengan Cl2 menghasilkan klorobenzena dan HCl.[ CITATION Che02 \l 1033 ]
6. Etilena
Etilena adalah gas tidak berwarna yang mudah terbakar dan berbau seperti eter.
Sumber alami dari etilena (H2C=CH2) adalah gas alam dan minyak bumi, namun bahan
baku etilena industri biasanya diperoleh dari cracking hidrokarbon rantai panjang, untuk
membentuk sebuah polietilen dibutuhkan tekanan dan kalor yang besar sehingga dapat
menunjang reaksi polimerisasi. Dalam industri asam klorida ini, etilena digunakan
sebagai bahan baku utama pada proses EDC.
Karena etilana adalah material yang mudah terbakar, maka untuk penyimpanannya
etilena harus disimpan di ruangan tertutup dan berventilasi baik serta harus di ruangan
yang terisolasi untuk menghindari sinar matahari maupun dari zat yang mudah terbakar.

2.2 Bahan Baku Penunjang


Bahan baku penunjang yang digunakan dalam industry asam klorida adalah :
1. Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan
mahluk hidup yang lain. Air merupakan pelarut yang sangat baik bagi banyak bahan,
sehingga air merupakan media transport utama bagi zat-zat makanan dan produk
buangan/sampah yang dihasilkan dari proses kehidupan. Oleh karena itu air yang ada
di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni, tetapi selalu ada senyawa atau
mineral (unsur lain) yang terdapat di dalamnya.
Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air tanah dan sungai,
suplai air di dunia didapatkan dari 5 bagian siklus hidrologi. Sebagian besar dari air
ditemukan dalam bentuk lautan dan samudera, bagian lainnnya terdapat dalam bentuk
uap air di atmosfer. Air dalam bentuk padat juga ditemukan di bumi yaitu yang
membentuk salju di daerah kutub utara dan selatan.[ CITATION Ach04 \l 1033 ]
Dalam industri ini, air digunakan sebagai bahan penunjang pada proses elektrolisis
untuk dapat menghasilkan NaOH, klorin dan hidrogen.
2. Oksigen
Oksigen merupakan zat yang terpenting dalam suatu reaksi dan mudah ditemukan di
alam. Oksigen dapat meningkatkan titik didih suatu zat, mengoksidasi dan digunakan
dalam proses pembakaran. Dalam industry asam klorida ini, oksigen digunakan dalam
proses EDC, oksigen ini digunakan pada reaksi sushu tinggi untuk merubah etilena
menjadi etilen diklorida melalui proses oxy-chlorination. Karena oksigen bersifat
reaktif, mudah terbakar dan teroksidasi, maka penyimpanannya harus di tempat yang
terisolasi dari zat seperti logam dan kontainernya harus pada keadaan tertutup.

3. Proses kimia
Pada proses pembuatan HCl bisa dilakukan dalam beberapa proses seperti :
1. Sintesis Hidrogen dengan klorin
Pada proses ini Teknik yang terlibat yaitu melalui proses Chloro-Alkali
Process dimana NaCl sebagai bahan baku utamanya diperoleh melalui ekstraksi
air laut. NaCl yang terbentuk akan digunakan dalam proses elektrolisis dengan
bantuan air (H2O) menghasilkan senyawa NaOH dan Cl2 serta H2. Sekitar 97%
klorin didapatkan melalui elektrolisis NaCl[ CITATION KHB00 \l 1033 ] . Proses yang
terjadi dapat dilihat pada Gambar 1.1
Gambar 1.1 skema elektrolisis pada NaCl
Dalam sel membran tersebut, ruang anoda dan ruang katoda dipisahkan
oleh suatu membran yang dapat dilalui oleh kation (ion positif). Larutan garam
natrium klorida jenuh yang mengandung ion-ion Na+ and Cl- dialirkan ke dalam
ruang anoda serta dialirkan sebuah arus listrik searah (DC) ke sel tersebut.
[ CITATION OBr05 \l 1033 ]
Pada anoda, ion-ion Cl- dalam larutan NaCl akan teroksidasi menjadi gas
Cl2 seperti pada reaksi :
2 NaCl(aq) + 2 H2O(l) 2 NaOH(aq) + Cl2(g) + 2H+ + 2e-
Sementara pada katoda ion-ion hidrogen akan tereduksi menjadi gas hidrogen :
2 H+ + 2e+ H2(g)

Setelah terbentuk gas hidrogen dan klorin sintesis dilakukan pada sebuah
reaktor dengan suhu yang sangat tinggi. Reaksi eksotermik ini menghasilkan
suatu gas HCl murni. Adapun reaksi yang terjadi :
H2(g) + Cl2(g) 2 HCl(g) [ CITATION PTA10 \l 1033 ]

Proses yang terjadi dapat dijelaskan melalui Gambar 1.2


Gambar 1.2 Reaktor pembakaran gas H2 dengan gas Cl2
Gas hidrogen pada sintesis asam klorida (HCl) dipanaskan di dalam ruang
pembakaran bersama klorin (Cl2) dan akan terjadi reaksi yang sangat eksotermik
untuk menghasilkan gas hidrogen klorida. HCl yang dihasilkan pada proses ini
memiliki konsentrasi yang relatif tinggi, sehingga reaktor biasanya dilengkapi
dengan suatu sistem pendingin untuk menurunkan temperatur pada gas HCl. Pada
saat gas itu didinginkan, klor bebas dan hidrogen bebas bergabung dengan cepat,
sehingga pada waktu suhu mencapai 200˚C
Gas itu sudah merupakan HCl yang hampir murni. Kemudian gas tersebut
dipisahkan dari gas inert dalam suatu absorber yang terbuat dalam tantalum atau
grafit tak berpori untuk diserap ke dalam air sehingga produk yang didapat
memiliki kemurnian yang tinggi. Penyerapan hidrogen klorida dalam air ini akan
membebaskan ±1625 kJ/Kg hidrogen klorida yang diserap. Maka dari itu kalor
yang terdapat di dalam absorber harus dikeluarkan agar efisiensinya tidak
menurun. Kemudian larutan diberi sedikit tekanan dan didinginkan pada suhu
-12℃ agar HCl menjadi pekat sebesar 99,5%.[ CITATION Shr84 \l 1033 ]

2. Melalui hasil reaksi samping dari H2SO4 dengan garam


Pada proses ini garam (contoh : NaCl) sebagai garam yang didapat dari air
laut melalui proses salinasi bereaksi pada suatu sistem dengan H 2SO4. H2SO4
sendiri awalnya merupakan sebuah senyawa didalam tanah berupa FeS yang
melalui proses pembakaran dengan bantuan oksigen dengan suhu 800˚C sehingga
menghasilkan senyawa Fe2O3 dan SO2. Hasil reaksi berupa SO2 akan dioksidasi
menjadi SO3 dan direaksikan dengan air menghasilkan senyawa H2SO4[ CITATION
KHB00 \l 1033 ]. Reaksi yang terjadi dari H2SO4 dengan NaCl menghasilkan
senyawa samping berupa HCl, namun jumlah yang diproduksi tidak signifikan (≤
2%) karena prosesnya membutuhkan suhu tinggi sehingga banyak zat yang
terbuang dan menghasilkan pula tekanan yang besar[ CITATION KHB00 \l 1033 ].
Adapun proses yang terjadi terdapat pada gambar 1.3 dan reaksi yang terjadi
seperti:
NaCl + H2SO4 NaHSO4 + HCI
NaHSO4 + NaCl Na2SO4 + HCl
2 NaCl + H2SO4 Na2SO4(s) + 2 HCl(g)
Gambar 1.3 Mannheim process

Proses yang terjadi awalnya adalah reaksi eksotermal yang dapat


dilakukan pada suhu yang lebih rendah, NaHSO4 terbentuk terlebih dahulu.
Sementara reaksi kedua adalah reaksi endotermik yang kuat, reaksi hanya dapat
dilakukan pada suhu 500°C hingga 600°C. Panas yang dibutuhkan oleh reaksi
disuplai dengan membakar gas di ruang pembakaran tungku. HCl yang dihasilkan
berupa gas yang mana akan dilakukan proses pendinginan menghasilkan cairan
HCl namun jumlahnya tidak besar. Garam sulfat yang terbentuk akan didinginkan
pula dan diekstraksi menghasilkan garam sulfat yang basah, setelah itu dilakukan
pengeringan menghasilkan produk natrium sulfat.[ CITATION Inn13 \l 1033 ]
3. Klorinasi senyawa organik
Pada proses ini HCl diperoleh dari hasil samping reaksi klorinasi senyawa
organik misalnya benzene. Senyawa organik seperti benzene selama bertahun-
tahun dibuat dari tar batubara bahkan hingga tahun 1949, ketika semuanya dibuat
oleh proses lama ini. Proses baru mulai mengambil alih pada 1950-an, yang
digunakan untuk 50% benzena pada 1959, 94% pada 1972, 96% pada 1980, dan
hampir 100% pada 1990-an. Proses-proses baru ini terdiri dari reformasi katalitik
naphtha dan hidrodealkilasi toluena dalam rasio kapasitas 70:30[ CITATION
Che02 \l 1033 ]. Adapula senyawa organik berupa hidrokarbon yang diperoleh dari
minyak bumi melalui proses destilasi menghasilkan turunan hidrokarbon yang
mana senyawa-senyawa organik tersebut dapat menghasilkan HCl jika
diklorinasi[ CITATION Sch00 \l 1033 ] . Adapun reaksi yang terjadi dalam fasa gas
dan dibantu dengan sinar uv. Reaksi yang terjadi seperti (pada benzene):

Pada proses digunakan suhu tinggi dan jumlah kalor yang besar di dlam
sebuah reaktor sehingga zat yang terlibat fasanya berupa gas. Diperlukan proses
termal di mana reaksi akan berlangsung secara stabil dan terkendali. Proses ini
juga sesuai untuk memurnikan kedua gas mentah dengan tingkat pengotor yang
sangat tinggi dan cairan yang mengandung klor. Ini dapat dikonversi menjadi
hidrogen klorida sehingga dapat diserap tanpa proses pemurnian lebih lanjut,
sehingga memberikan asam klorida bebas klorin dan gas limbah hasil proses
dapat dibuang langsung ke atmosfer[ CITATION Chr99 \l 1033 ] . Disisi lain residu
gas berupa klorobenzena didinginkan sehingga dapat berbentuk cairan hasil
klorinasi yang mana dapat di proses menjadi HCl kembali. Proses tersebut dapat
dilihat pada Gambar 1.3

Gambar 1.3 Proses pembuatan HCl dari residu gas hasil klorinasi

4. EDC Process
Pada proses ini diperlukan bahan baku berupa etilena. Umumnya etilena
dibuat dengan proses thermal cracking, selain itu dapat disebut juga steam
cracking hidrokarbon pada suhu tinggi tanpa katalis. Berbeda dengan
perengkahan katalitik yang digunakan oleh industri perminyakan untuk
mendapatkan bensin dalam jumlah besar, thermal cracking digunakan dan
menghasilkan persentase olefin C2, C3, dan C4 yang lebih besar. Awalnya bahan
baku untuk proses ini sebagian besar adalah etana dan propana dari gas
alam[ CITATION Che02 \l 1033 ]. Etilen yang terbentuk umumya memiliki proses
reaksi maupun polimerisasinya sulit karena harus pada tekanan tinggi dan
membutuhkan banyak biaya[ CITATION Ber01 \l 1033 ]. Gambar 1.4 dibawah ini
merupakan proses pembuatan HCl melalui EDC Process.

Gambar 1.4 EDC Process dalam pembuatan HCl


Pada proses ini etilen sebagai bahan baku awal ditampung dalam sebuah
kontainer dan pada proses klorinasi secara langsung ( Direct Chlorination ) terjadi
reaksi antara etilen dengan Cl2 menghasilkan etilen diklorida dimana reaksi ini
memerlukan suhu 100-150˚C reaksi yang terjadi seperti :
CH2=CH2  +  Cl2  → CH2Cl-CH2Cl
Etilen diklorida kemudian di-“cracking” (dipanaskan tanpa paparan oksigen)
untuk menghasilkan vinil klorida (CH2=CHCl) dan asam klorida (HCl).
CH2Cl-CH2Cl  → CH2=CHCl  + HCl
Sementara itu dalam proses Oxy-Chlorination (OC), etilen (CH2=CH2),
asam klorida (HCl) yang dihasilkan dari reaksi sebelumnya dan oksigen (O2)
direaksikan untuk menghasilkan etilen diklorida (CH2Cl-CH2Cl). Proses ini
direaksikan pada 200-300˚C dengan tekanan 4-6 bar dibantu oleh katalis,
biasanya tembaga klorida. Reaksi berlangsung baik dalam unggun tetap atau
reaktor unggun fluida, sehingga lebih mudah untuk mengontrol suhu.
CH2=CH2  +  Cl2 + ½ O2 → CH2Cl-CH2Cl + H2O
didapat reaksi keseluruhan dari kombinasi proses Direct Chlorination dan Oxy-
Chlorination seperti :
2 CH2=CH2  +  Cl2 + ½ O2 → 2 CH2=CHCl + H2O
Dalam EDC Process ini secara keseluruhan didapatkan senyawa HCl dan Etilen
diklorida dan sedikit senyawa Vinyl Chloride Monomer (VCM). [ CITATION
PTA10 \l 1033 ]
EDC dibuat oleh klorinasi langsung atau oksi klorinasi etilen, sebagian
besar terintegrasi dengan pabrik VCM. Proses VCM menghasilkan sejumlah
besar hidrogen klorida (HCl), yang kemudian didaur ulang dalam proses oksi
klorinasi untuk menghasilkan lebih banyak EDC. Dengan mengoperasikan oksi
klorinasi dan jalur klorinasi langsung pada saat yang sama, proses keseluruhan
menghilangkan masalah pembuangan hidrogen klorida. Teknologi ini (sering
dikenal sebagai «proses seimbang») digunakan di sebagian besar daerah maju.
[ CITATION Gir21 \l 1033 ]. Secara rinci diagram alir dari proses ini yaitu :

4. Penanganan Limbah
Limbah termasuk dalam konteks polusi. Polusi sendiri merupakan segala proses baik
alami maupun buatan manusia yang mengarah pada kenaikan faktor bahaya dan keberadaannya
tidak dapat diterima dalam jumlah apapun didalam ruang lingkup sebuah lingkungan. Polusi
dapat timbul dari pelarian bahan yang tidak disengaja atau dari pembuangan produk limbah.
Pada bagian ini akan dibahas bagaimana suatu limbah dari proses pembuatan HCl dalam
bentuk cairan, gas, maupun padatan sisa hasil proses reaksi kimia dapat diminimalisir
keberadaannya sehingga tidak berdampak buruk bagi lingkungan sekitarnya. Beberapa limbah
yang terdapat pada hasil proses kimia pembuatan HCl yaitu :
1. Emisi gas Cl2
Emisi gas Cl2 terdapat saat proses pembuatan HCl pada metode chlor-
alkali process. Dalam pabrik sintesis HCl ada kemungkinan kebocoran klorin ke
atmosfer dalam kondisi kesalahan tertentu. Batas pelepasan klorin pada tumpukan
adalah 6ppm dan batas paparannya di tanah adalah 2ppm. Jika pelepasan klorin
melebihi batas itu dapat menyebabkan masalah polusi dan pada gilirannya akan
mempengaruhi kehidupan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, dilakukan
sebuah proses berupa proyek pollution control of HCl. Proyek ini mendefinisikan
strategi kontrol untuk membatasi pelepasan gas klor dari tumpukan dengan
mengukur konsentrasi klor di tumpukan dan mengendalikan laju aliran masuk gas
klor ke oven. Sistem kerjanya terdapat pada gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Skema sistem pengontrolan gas dalam pembuatan HCl


Laju pembuangan klorin diperiksa dengan memasok kelebihan hidrogen
melalui mekanisme kontrol rasio yang melibatkan laju aliran hidrogen dan klorin.
Kontrol ini beroperasi pada kondisi normal, selama tidak ada kondisi gangguan
misalnya pengumpulan kondensat dalam saluran hidrogen, pemuatan blower,
saluran tersedak, kegagalan katup kontrol saluran, kegagalan ujung pembakar
oven, laju aliran berlebih dari pembersihan klorin yang menyebabkan pelepasan
gas Cl2 yang tidak bereaksi ke atmosfer. Oleh sebab itu, diaplikasikan controlled
berupa Fuzzy-PID. Sistem Fuzzy-PID tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Sistem kontrol Fuzzy-PID

Sistem Fuzzy-PID tersebut dapat membatasi pelepasan gas klor dari


tumpukan oven untuk mengurangi efek polusi. Pelepasan gas yang dibatasi atau
dikendalikan oleh mekanisme kontrol tersebut dapat mengukur konsentrasi klorin
di tumpukan dan mengontrol laju aliran masuk gas klor ke oven. Sehingga alat
analisis gas klor memberikan sinyal kepada pengontrol tentang konsentrasi
klorin. Kontroler tersebut pun dapat mengontrol laju aliran masuk klorin sehingga
mengendalikan konsentrasi klorin hasil buang.[ CITATION Emm16 \l 1033 ]

2. Limbah berupa Na2SO4


Limbah ini didapatkan dari hasil reaksi antara H 2SO4 dengan NaCl yang
reaksi sampingnya menghasilkan HCl. Reaksi tersebut melibatkan suhu tinggi dan
menghasilkan gas HCl. Limbah Na2SO4 yang berbentuk padatan campuran
dibentuk dari batu Glauberite yang mengandung pula CaSO4. Batu Glauberite
yang dihancurkan dimasukkan ke dalam tangki, dan kemudian diekstraksi dengan
air dapat menghapus kotoran dalam ekstrak. Ekstrak bersih diuapkan dan
disentrifugasi. Akhirnya natrium sulfat basah ini dikeringkan untuk mendapatkan
produk natrium sulfat. Garam sulfat ini dapat dikemas dan dijadikan bahan baku
untuk pembuatan detergen maupun pulp kertas. Sedangkan CaSO4 akan
membentuk hidrat biasanya digunakan untuk gypsum[ CITATION KHB00 \l 1033 ].
Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
Na2SO4.CaSO4+ 2H2O Na2SO4 + CaSO4.2H2O

3. Residu gas hasil klorinasi senyawa organik


Residu gas hasil reaksi klorinasi ini didapatkan dari reaksi Cl 2 dengan
senyawa organik ( misalnya : benzena ) menghasilkan suatu gas berupa
klorobenzena reaksi ini membutuhkan reaktor yang dapat menampung suhu tinggi
dan jumlah kalor yang besar sehingga pereaksi awal berfasa gas. Klorobenzena
yang terbentuk didinginkan menghasilkan liquid chlorination residue (residu
cairan klorinasi) yang mana dapat diproses kembali membentuk HCl. Skema
proses terdapat pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Skema proses pembatan HCl dari senyawa organik hasil klorinasi
Pada proses ini cairan hasil klorinasi ditempatkan di evaporator sehingga
merubah fasanya menjadi gas kembali dan zat lain berupa gas hasil klorinasi yang
tertinggal di reaktor. Lalu, dilakukan pembakaran suhu tinggi yang sumbernya
dari gas alam dan uap air yang menyebabkan zat organik didalamnya menjadi
hilang dan menghasilkan gas HCl walaupun belum sepenuhnya murni. Untuk
memurnikannya, dilakukan pendinginan agar fasa menjadi cairan dan
ditambahkan H2O lalu dilakukan proses penyerapan isothermal dan adiabatik
sehingga menghasilkan cairan HCl dengan berbagai konsentrasi.[ CITATION
Hea91 \l 1033 ][CITATION MAb14 \l 1033 ]

4. Limbah berupa etilen diklorida dan monomer vinil klorida


Limbah ini didapatkan dari hasil EDC Process dimana etilen sebagai
bahan baku awal direaksikan dengan Cl2 pada suatu reaktor dan hasil akhirnya
menghasilkan suatu senyawa etilen diklorida (EDC) dan monomer vinil klorida
(VCM). Senyawa tersebut sebenarnya dapat digunakan kembali dalam proses
pembuatan HCl. Gambar 2.4 menunjukkan proses bagaimana HCl dapat
disintesis kembali.
Gambar 2.4 skema proses pembuatan HCl dari limbah VCM dan EDC

Proses tersebut melibatkan beberapa spesi dimana limbah gas-gas dari


reaksi oxochlorination, air limbah yang sedikit basa dari pengeringan azeotropik
EDC mentah basah dalam kolom ujung yang ringan, air limbah sangat basa dari
decanter cuci VCM dan perangkap pengeringan VCM; dan (6) air limbah dari
decanter pencuci asam dan alkali dari unit oksi klorinasi dengan COD tinggi
ditempatkan dalam suatu wadah di bagian ‘a’ dan didaerah tersebut dilakukan
proses pembakaran dan selanjutnya dilakukan pula proses penguapan dengan
tekanan sebesar 20 bar menyebabkan zat menjadi berfasa gas dan zat organik
yang terkandung berkurang bahkan hilang. Lalu, dilakukan proses kondensasi
untuk mengubahnya kembali menjadi cairan sehingga mudah dilakukan proses
pendinginan dan pembersihan zat dari pengotornya di bagian ‘d’ dan ‘e’. Dari
proses tersebut sebetulnya sudah didapatkan HCl dengan kadar 20%. Zat-zat yang
lainnya akan diproses dan diisolasi membentuk zat kaustik dan air bebas mineral. [
CITATION Hea91 \l 1033 ]

Daftar Pustaka
[1] S. Nikfar and M. Abdollahi, Hydrochloric Acid Encyclopedia of Toxicology, Jakarta: Encyclopedia,
2014.

[2] R. Achmad, Kimia Lingkungan, Yogyakarta: Andi YOGYAKARTA, 2004.

[3] P. J. Chenier, Survey of Industrial Chemistry, New York: Spring Sheet, 2002.

[4] B. K.H, H.-H. Moretto and P. Woditsch, Industrial Inorganic Chemistry, Leverkusen: Willey-VCH,
2000.

[5] T. F. O'Brian, T. V. Bommaraju and F. Hine, Handbook Of Chlor-Alkali Technology Vol. I


Fundamentals, New York: Springer US, 2005.

[6] PT. Asahimas Chemical, "Asahimas Chemical," Chemical Caustic Production, 2010. [Online].
Available: https://www.asc.co.id/?idm=3&id=14. [Accessed 6 March 2019].

[7] R. N. Shreve and G. T. Austin, Shreve's Chemical process industries, New York: McGraw-Hill,
1984.

[8] S. Innerebner, Pollution Prevention - Fundamentals and Practice, Littleton: Indigo Water Group,
2013.

[9] L. L. Schramm, Surfactant Fundamental and Application in Petroleum Industry, Cambridge:


Cambridge University Press, 2000.

[10] C. Christ, Production-Integrated Environmental Protection and Waste Management In the Chemical
Industry, Weinheim: Willey VCH, 1999.

[11] A. Bertucco and G. Vetter, High Pressure Process Technology: Fundamentals and Application,
Amsterdam: Elsevier Science, 2001.

[12] P. Girod, "Guichon Valves," Manufacturing Process Dichloroethane, 1921. [Online]. Available:
http://guichon-valves.com/faqs/dichloroethane-ethylene-dichloride-manufacturing-process-for-
dichlorethane/.

[13] M. Emmanuel and S. Sahadev, "Pollution Control of HCl Synthesis Unit in Chloro-Alkali Industry,"
Procedia Technology, pp. 696-703, 2016.

[14] C. A. Heaton, An Introduction to Industrial Chemistry, Liverpool: Thompson Press, 1991.

Anda mungkin juga menyukai