Anda di halaman 1dari 25

MODUL

PRAKTIKUM KIMIA DASAR


Jurusan Biologi

NAMA MAHASISWA :
NIM :
SEMESTER/KELAS :

LABORATORIUM TERPADU
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
TATA TERTIB PELAKSANAN PRAKTIKUM
Sebelum memasuki dan melaksanakan semua kegiatan laboratorium, setiap mahasiswa praktikan
harus memahami tata tertib dan aturan-aturan di Laboratorium. Tata tertib pelaksanaan praktikum
dapat dibagi menjadi :

A. Kegiatan Prelab
1. Mahasiswa yang diperbolehkan mengikuti praktikum adalah hanya mahasiswa yang telah
mengambil kontrak kredit dan tertulis dalam daftar absensi perkuliahan.
2. Pada dasarnya setiap mahasiswa harus mengerjakan percobaan secara individual, tetapi jika
alat dan bahan tidak cukup memenuhi maka mahasiswa praktikan akan dibagi dalam
kelompok-kelompok dan hari tertentu.
3. Sebelum mengikuti kegiatan laboratorium, setiap praktikan harus sudah mengisi jurnal dan
telah lulus mengikuti pretes (tes pendahuluan).
4. Setiap kelompok akan mendapatkan lemari/tempat yang berisi alat-alat yang akan dipinjam
selama kegiatan labolatorium dan dikembalikan pada saat selesai. Periksalah kelengkapan
alat yang dipinjam.
5. Kelengkapan yang harus disediakan masing-masing praktikan adalah :
a. Handout
b. Jurnal praktikum ukuran folio
c. Jas Lab
d. Alat-alat kebersihan : Lap Pembersih, sabun cuci, sikat tabung reaksi, korek api
6. Pada awal pertemuan praktikan akan memperoleh pengarahan berupa manipulasi alat dan
orientasi laboratorium.

B. Kegiatan di Laboratorium
1. Dalam setiap pelaksanaan praktikum setiap mahasiswa harus mengisi daftar hadir yang
harus ditandatangani 2x sebelum dan sesudah selesai praktikum.
2. Semua praktikan harus menggunakan jas lab selama melaksanakan kegiatan laboratorium
3. Setiap praktikan harus melindungi mata dari gangguan bahan yang berbahaya dengan
memakai kacamata berkaca putih
4. Mengunakan alas kaki yang tertutup (sepatu) dengan alas tidak licin (bukan sandal).
5. Dilarang menyimpan dan mengkonsumsi makanan dan minuman di dalam laboratorium.
6. Tidak diperkenankan merokok dalam laboratorium.
7. Mencuci tangan setelah melepas sarung pelindung dan setelah kembali ke laboratorium dari
toilet atau dari daerah luar lain.
8. Barang milik pribadi seperti jas, topi dan tas disimpan di luar ruang laboratorium dan tidak
dikenankan atau dibawa melalui laboratorium
9. Dilarang keras ribut dan bercanda dalam laboratorium.
10. Praktikan dengan rambut panjang disarankan untuk mengikatnya di belakang atau menutup
kepala dengan semacam bentuk topi.
11. Aerosol dan bahan - bahan cairan pekat berbahaya digunakan dalam lemari asam dan tidak
di daerah meja kerja.
12. Permukaan meja harus bebas dari kekacauan dan kertas, bahan kimia, dan peralatan yang
tidak perlu.
13. Penggunaan bola karet pengisi pipet dipersyaratkan bagi semua penggunaan pipet.
14. Tidak diperkenankan memakai lensa kontak dalam laboratorium.
15. Semua wadah penyimpanan bahan kimia harus diberi label, wadah yang tidak beretiket
secara otomatis dimusnahkan.
16. Wadah sampah terbuat dari metal, tertutup, terpisah disediakan untuk tempat sampah kertas
serta alat gelas pecah dan pengaturan khusus dibuat untuk pembuangan sampah pelarut
sampah berbahaya lainnya.
17. Jangan membuang benda padat pada botol ke dalam wastafel (bak cuci)
18. Alat gelas yang telah digunakan harus dikosongkan dari larutan dan pelarut dibilas dengan
air sebelum dilepaskan untuk pembersihan biasa.
19. Alat gelas sumbing dan retak harus dipisahkan dan dilaporkan pada petugas
20. Membuka jas laboratorium, sarung tangan, masker, atau pakaian lain, harus dibuka, sebelum
keluar ruangan laboratorium
21. Semua kejadian yang berkaitan dengan tugas harus dituliskan dalam jurnal.
22. Tidak diijinkan meninggalkan kegiatan praktikum kecuali sakit dan ada surat keterangan
dokter.

C. Selesai Praktikum
1. Setengah jam sebelum praktikum berakhir, jurnal harus dilaporkan pada asisten yang
diminta komentar dan parafnya
2. Meja dan lantai sekitar tempat kerja harus ditinggalkan dalam keadaan bersih.
3. Alat-alat yang dipinjam sementara harus dikembailakn dalam keadaan bersih pada hari itu
juga. Sedangkan alat-alat yang dipinjam permanen harus sudah dikembalikan satu minggu
sebelum tentamen.
4. Pelanggaran terhadap tata tertib ini dapat menyebabkan kegagalan dalam Praktikum Kimia
Organik.

FORMAT JURNAL PRAKTIKUM


Judul (5 poin)
Tanggal ( 5 poin )

1. Tujuan Percobaan (10 Poin) → tambahkan secara mandiri tujuan lainnya di luar panduan

2. Prinsip Percobaan (15 poin) → Rumuskan prinsip percobaan yang akan dilakukan

3. Alat dan Bahan (5 poin)

4. Bagan Alir langkah kerja (15 poin)

5. Cara Kerja dan Pengamatan (20 poin)

Contoh :

No Cara Kerja Hasil Pengamatan


1. Menimbang NaOH Padatan NaOh berwarna putih

2. dilaru massa

6. Jawaban Pertanyaan (15 poin)


Nilai maksimal jurnal = 90 poin

FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM


Cover : Judul Praktikum, tanggal percobaan , lambang uin, nama praktikan, Jurusan,
Fakultas, Universitas, tahun.
Isi :
1. Nama Percobaan (5 poin)

2. Tujuan Percobaan (10 Poin) → tambahkan secara mandiri tujuan lainnya di luar panduan

3. Dasar Teori (15 poin) → kembangkan dasar teori dengan lengkap di luar panduan

4. Alat dan Bahan (5 poin)

5. Bagan Alir langkah kerja (5 poin)

6. Hasil dan Pembahasan (35 poin)

7. Jawaban Pertanyaan (5 poin)

8. Kesimpulan (10 poin)

9. Daftar Pustaka ( 5 poin)

10. Lampiran (5 poin)

Nilai maksimal Laporan = 100 poin


DAFTAR ISI
Halaman Judul

Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum

Format Jurnal Praktikum

Format laporan Praktikum

Percobaan 1: Preparasi Larutan

Percobaan 2: Kepolaran dan Kelarutan

Percobaan 3: Asam, Basa, Garam, dan pH Larutan

Percobaan 4: Reaksi Kimia

Percobaan 5: Sifat Koligatif Larutan

Percobaan 6: Reaksi antara Asam dengan CaCO3

Percobaan 7: Pengaruh Berat Jenis Larutan pada Posisi Benda

Percobaan 8: Tabel Periodik Unsur

PERCOBAAN 1: PREPARASI LARUTAN


TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat membuat berbagai larutan
baik yang berasal dari padatan maupun larutan pekat.

PENDAHULUAN
Larutan mempunyai peran penting dalam berbagai proses dan reaksi kimia. Larutan
merupakan campuran homogen antara dua zat atau lebih. Larutan mengandung dua komponen yaitu
zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Dalam larutan, zat yang jumlahnya lebih kecil disebut zat
terlarut (solute), sedangkan zat yang jumlahnya lebih besar disebut pelarut (solvent). Pelarut yang
umum dipakai adalah air. Konsentrasi suatu larutan dapat dinyatakan dalam bentuk Molaritas (M).
Molaritas (M) merupakan jumlah mol zat dalam 1 liter larutan. Molaritas suatu larutan dapat dicari
dengan persamaan: n
n
M=
V
Dengan: M = Molaritas (M);
n = jumlah mol (mol);
V= Volume larutan (L)

Larutan dapat dibuat dari bahan padatan ataupun larutan pekat. Pembuatan larutan dari larutan pekat
disebut juga sebagai pengenceran larutan. Molaritas suatu larutan yang berasal dari pengenceran
larutan pekat dapat dihitung dengan persamaan:

M1V1 = M2V2

Dengan: M1 = Molaritas larutan pekat (M);


V1 = Volume larutan pekat (L)
M2 = Molaritas larutan hasil pengenceran (M);
V2 = Volume larutan hasil pengenceran (L)

PERCOBAAN
Alat dan Bahan
1. Gelas kimia 100 Ml 8. Aquades
2. Gelas arloji 9. HCl pekat
3. Spatula 10. Padatan NaOH
4. Labu volumetrik 100 mL 11. Padatan CuSO4
5. Pipet ukur 10 mL 12. H2SO4 Pekat
6. Pipet tetes
7. Filler
Prosedur Kerja
1. Membuat Larutan dari Zat Padat
Membuat 100 mL Larutan NaOH 1 M. Langkah pertama, hitung massa NaOH padat yang
dibutuhkan untuk membuat 100 mL larutan NaOH 1 M. Timbang NaOH sebanyak x gram
(hasil perhitungan) dengan mengunakan gelas arloji. Masukkan NaOH padat ke dalam gelas
kimia kemudian tambahkan ± 50 mL aquades. Aduk hingga semua padatan larut. Masukkan
larutan ke dalam labu volumetrik 100 mL, kemudian tambahkan aquades sampai tanda batas.
Tutup labu volumetrik, kemudian kocok sampai homogen. Pindahkan larutan ke dalam botol
reagen dan diberi label larutan NaOH 1M. Ulangi langkah diatas untuk membuat larutan NaCl
1M dan CuSO4 0,5 M dengan volume masing-masing 100 mL.

2. Membuat Larutan dari Zat Cair pekat (Pengenceran)


Membuat 100 mL Larutan HCl 1 M. Langkah pertama, hitung volume HCl pekat yang
dibutuhkan untuk membuat 100 mL larutan HCl 1 M. Ambil HCl pekat sebanyak x mL (hasil
perhitungan) dengan mengunakan pipet ukur. Masukkan HCl pekat ke dalam labu volumetrik
yang telah berisi ± 50 mL aquades dan kocok perlahan-lahan. Selanjutnya tambahkan sedikit
demi sedikit aquades sampai tanda batas. Tutup labu volumetrik, kemudian kocok sampai
homogen. Pindahkan larutan ke dalam botol reagen dan diberi label Larutan HCl 1M. Ulangi
langkah diatas untuk membuat larutan NH4OH 1 M, H2SO4 0,5 M, dan CH3COOH 1 M dengan
volume masing-masing 100 mL.

Tabel Pengamatan
Nama Larutan Perhitungan Pengamatan
Larutan NaOH 1 M
Larutan CuSO4 0,5 M

Larutan NaCl 1 M

Larutan HCl 1 M

Larutan H2SO4 0,5 M

Larutan NH4OH 1 M

Larutan CH3COOH 1 M

PERTANYAAN
1. Mengapa botol NaOH padat harus segera ditutup setelah mengambil NaOH?
2. Mengapa labu volumetrik harus diisi air terlebih dahulu sebelum memasukkan HCl pekat? Dan
mengapa tidak sebaliknya HCl pekat dulu baru air?

PERCOBAAN 2: KEPOLARAN DAN KELARUTAN


TUJUAN
Mahasiswa diharapkan dapat menentukan kepolaran dari suatu senyawa dan memahami kelarutan

PENDAHULUAN
Kelarutan suatu senyawa tergantung dari gaya antarmolekul. Aturan umum kelarutan yang
berkaitan dengan kepolaran yaitu “Like dissolves like”.
- padatan ionik dan polar larut dalam pelarut polar
- cairan polar biasanya saling campur
- padatan nonpolar larut pada pelarut nonpolar
- cairan nonpolar biasanya saling campur
- cairan polar dan nonpolar, seperti minyak dan air, bersifat tidak larut
Pelarut polar akan larut dalam pelarut polar. Pelarut nonpolar tidak akan larut dalam pelarut polar.
Dan sebaliknya, pelarut nonpolar akan larut dalam pelarut non polar. Molekul air merupakan pelarut
polar dan memiliki kepolaran yang paling besar. Molekul air dapat membentuk ikatan hidrogen
dengan senyawa lain. Metanol dan air dapat saling campur pada semua komposisi. Begitu juga
etanol dan propanol dapat larut dalam air. Kelarutan suatu molekul tersebut dikarenakan
kemampuan molekul tersebut dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air.

Semakin panjang rantai karbon senyawa alcohol, maka kepolaran semakin berkurang dan kelarutan
dalam air semakin berkurang. Senyawa alkana besifat non polar. senyawa alkohol dibawah ini
memiliki dua gugus, gugus hidrofob dan hidrofil. Dan sifat hidrofob lebih besar dibanding sifat
hidrofilnya, oleh karena itu bersifat tidak larut dalam air.
H3C

OH
senyawa dekanol

Hidrofob Hidrofil

Gugus hidrofob (hydro = air, phobic = menghindari, tidak suka) bersifat tidak larut dalam air,
sementara hidrofil (hydro = air, philic = mencari, suka) bersifat larut dalam air. Gugus hidrofob dan
hidrofil ditemukan juga pada komponen sabun dan deterjen.
Molekul sabun

Molekul deterjen

PERCOBAAN
Alat dan Bahan
- Tabung reaksi
- Bahan sesuai dengan tabel

Prosedur kerja
A. Larutkan 0,1 mg zat terlarut di bawah ini pada 10 mL air
No Zat terlarut Pelarut air Larut/tidak larut
1 Padatan glukosa
2 Lemak
3 Lilin
4 Padatan gula
5 Padatan garam
6 Deterjen
7 Sabun

B. Tambahkan masing-masing 1 mL senyawa-senyawa berikut dalam 10 mL air


No Zat terlarut Pengamatan (larut/tidak larut) Polar/nonpolar
1 Heksana
2 Minyak
3 Etanol
4 Metanol
5 formaldehida
6 Aseton

C. Tambahkan masing – masing 1 mL senyawa-senyawa berikut dalam 2 mL heksana


No Zat terrlarut Pengamatan (larut/tidak larut) Polar/nonpolar
1 Minyak
2 Etanol
3 Metanol
4 Formaldehida
5 Aseton
D. Tambahkan potongan lemak kedalam 2 mL senyawa-senyawa berikut
No Pelarut Pengamatan (larut/tidak larut) Polar/nonpolar
1 Heksana
2 Minyak
3 Etanol
4 Metanol
5 Formaldehida
6 Aseton
7 Larutan deterjen
8 Larutan sabun

PERTANYAAN
1. Apa perbedaan senyawa polar dan non polar?
2. cari struktur masing – masing senyawa/zat diatas?
3. apa perbedaan struktur senyawa yang polar dan non polar?
3. Golongkan zat diatas berdasarkan senyawa polar dan nonpolar!
4. Dari percobaan diatas, sebutkan senyawa yang dapat larut pada pelarut polar dan non polar!
Jelaskan fenomena tersebut!
PERCOBAAN 3: ASAM, BASA, GARAM, DAN pH LARUTAN

TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami perbedaan sifat asam dan basa pada berbagai larutan


2. Menentukan pH larutan dengan indikator universal
3. Menentukan kekutan asam-basa, larutan buffer dan larutan hidrolisis 4. Menentukan sifat-sifat
larutan buffer

PENDAHULUAN
Arhenius mengemukakan teori tentang asam dan basa.menurut Arrhenius, asam adalah suatu
senyawa yang dalam air dapat memberikan ion hidrogen (H+) dan basa adalah suatu senyawa yang
dalam air dapat memberikan ion (OH-). Sifat keasamaan suatu larutan dapat diidentifikasi atau diuji
dengan menggunakan kertas lakmus, larutan indikator, dan pH meter. Derajat keasaaman suatu
senyawa dinyatakan dengan harga pH. pH menyatakan harga minus logaritma konsentrasi H+, dan
dinyatakan dengan persamaan pH = - log [H+].
Larutan penyangga (buffer) merupakan suatu larutan yang terdiri dari campuran antara: (a) asam
lemah dengan garam dari ion asam lemah tersebut, disebut sistem buffer asam, (b) asam lemah
dengan ion yang berasal dari garam basa lemah tersebut, disebut sistem buffer basa. Harga pH
larutan buffer cenderung tidak berubah bila ditambah sedikit larutan asam kuat dan basa kuat atau
diencerkan sedikit dengan air. Larutan buffer pada umumnya dipergunakan pada berbagai reaksi
kimia yang memerlukan pH tetap.

PERCOBAAN 10. Tabung reaksi


Alat dan bahan 11. Indikator universal
1. Larutan HCl 1M 12. Kertas Lakmus merah dan biru
2. Larutan CH3COOH 1M
3. Larutan H2SO4 0,5 M 4. Larutan
NaCl 1M
5. Larutan CuSO4 0,5 M
6. Larutan NH4OH 1M
7. Larutan NaOH 1M
8. Aquades
9. Pelat tetes
Prosedur Kerja
1. Ujilah semua larutan yang tersedia dengan menggunakan kertas lakmus dan indikator
universal.
2. Campurkan 30 mL larutan CH3COOH 1M dengan 20 mL larutan NaOH 1 M dan dikocok.
Uji pH larutan hasil pencampuran dengan menggunakan indikator universal. Kemudian
bagilah campuran tersebut ke dalam 3 tabung reaksi dengan jumlah yang sama, selanjutnya:
 Tabung 1 + 10 tetes aquades
 Tabung 2 + 5 tetes larutan HCl 0,1 M
 Tabung 3 + 5 tetes larutan NaOH 0,1 M
Kemudian uji pH masing-masing larutan dengan indikator universal!

3. Campurkan 30 mL larutan NH4OH 1M dengan 20 mL larutan HCl 1 M dan dikocok. Uji pH


larutan hasil pencampuran dengan menggunakan indikator universal. Kemudian bagilah
campuran tersebut ke dalam 3 tabung reaksi dengan jumlah yang sama, selanjutnya:
 Tabung 1 + 10 tetes aquades
 Tabung 2 + 5 tetes larutan HCl 0,1 M
 Tabung 3 + 5 tetes larutan NaOH 0,1 M
Kemudian uji pH masing-masing larutan dengan indikator universal!

PERTANYAAN
1. Berdasarkan hasil pengukuran pH, golongkan larutan-larutan di atas kedalam:

A. Asam kuat
B. Basa kuat
C. Asam lemah
D. Basa lemah
2. Larutan manakah yang bersifat netral?
3. Larutan apakah yang anda dapatkan dari percobaan 2 dan 3? Jelaskan!
4. Jelaskan sifat-sifat larutan buffer!
5. Hitunglah nilai pH masing-masing larutan!
Diketahui Ka CH3COOH = 1,8 x 10-5

Kb NH4OH = 1,8 x 10-5


PERCOBAAN 4: REAKSI KIMIA

A. Tujuan :
1. Mengetahui indikasi-indikasi terjadinya reaksi kimia atau perubahan kimia.
2. Mampu membedakan indikasi perubahan antara zat-zat asal (reaktan) dengan hasil reaksi
(produk)nya.

B. Dasar Teori
Reaktan-reaktan yang bereaksi akan menghasilkan zat-zat hasil reaksi yang dapat teramati
melalui sifat fisik dan kimia yang ditampilkan oleh adanya zat-zat hasil reaksi yang dimaksud.
Sebagai akibat dari terjadinya suatu reaksi yang menghasilkan senyawa hasil reaksi, berbagai
perubahan dapat teramati pada sistem reaksi, seperti terjadinya perubahan suhu atau perubahan
panas, terjadinya perubahan warna, terbentuknya endapan ataupun terbentuknya gas berwarna
maupun yang tak-berwarna.
Terjadinya perubahan suhu, atau perubahan panas dapat diamati melalui pengukuran
suhu sistem reaksi, misalnya melalui pengukuran suhu larutan dimana terjadinya reaksi pada
keadaan sebelum dan sesudah berlangsungnya reaksi. Terjadi perubahan warna dan juga
terjadinya endapan dapat diamati secara langsung. Gas yang terjadi sebagai indikasi terjadinya
reaksi, dapat diamati secara langsung dari gelembung gas yang timbul terutama dari media reaksi
yang berupa larutan, ataupun dari gas berwarna yang dihasilkan. Untuk gas tak berwarna yang
juga tidak nyata dalam hal pembentukan gelembung, pengamatan dapat dilaksanakan melalui
baunya yang khas.
Dalam hal ini, penegasan mengenai terjadinya gas sebagai hasil suatu reaksi, perlu
dilaksanakan melalui cara mereksikan gas yang dimaksud dengan pereaksi kimia tertentu yang
dapat menegaskan terjadinya gas melalui pembentukan warna, pembentukan endapan maupun
perubahan fisik atau kimia lainnya. Hasil reaksi dari zat berwarna, kemungkinan akan
membentuk larutan ataupun endapan yang berwarna, akan banyak membantu dalam penegasan
hasil reaksi yang mungkin terjadi.

C. Alat dan Bahan


Tabung reaksi HCl encer H2SO4 encer NaCl 0,1 M
Batang pengaduk Larutan Ca(OH)2 FeCl3 10% K2CrO4 10%
Rak tabung reaksi Logam Zn KSCN 1 M HgCl 10%
Pembakar Bunsen NaOH 1 M CuSO4 0,1 M Kertas lakmus merah
Na2CO3 1% KlO3 1 M NH4OH 6 M Kertas kanji iodida
NaHCO3 1% KI 10% AgNO3 0,1 M

D. Prosedur
Reaksi yang menghasilkan gas
1. 1 ml larutan Na2CO3 atau NaHCO3 dalam tabung reaksi ditambah beberapa tetes HCl encer,
amati gas yang terjadi. Gas hasil reaksi dikenakan pada batang pengaduk yang telah dibasahi
dengan larutan Ca(OH)2, amati perubahan yang terjadi pada permukaan batang pengaduk.
2. 1 ml larutan HCl dalam tabung reaksi ditambah 1 butir logam Zn, amati gas yang terjadi, jika
perlu dapat dibantu dengan pemanasan.
3. 1 ml larutan garam amonium dalam tabung reaksi ditambah 1 ml larutan NaOH encer. Gas
yang terbentuk dapat diamati dengan mencium bau gas yang terbentuk. Penegasan dilakukan
pula dengan mengenakan gas yang terjadi pada kertas lakmus merah yang telah dibasahi air.
Amati perubahan warna yang terjasi pada kertas lakmus yang dimaksud.
4. 1 ml larutan KIO3 ditambah 1 ml larutan KI encer dan beberapa tetes larutan H 2SO4 encer.
Amati gas berwarna yang terbentuk. Gas yang terbentuk juga dikenakan pada kertas kanji
iodida. Amati perubahan warna yang terjadi pada kertas kanji iodida.
Reaksi yang menghasilkan larutan berwarna.
1. 1 ml larutan yang mengandung FeCl3 ditambah beberapa tetes larutan H2SO4 encer dan
beberapa tetes larutan KSCN. Amati warna larutan hasil reksi tersebut.
2. 1 ml larutan CuSO4 dalam tabung reaksi, ditambah larutan NH4OH tetes demi tetes hingga
larutan berbau amoniak. Amati perubahan yang terjadi sejak awal penetesan NH 4OH hingga
penambahan NH4OH berlebih.
Reaksi yang menghasilkan endapan
1. 1 ml larutan yang mengandung NaCl ditambah beberapa tetes larutan AgNO 3. Amati
perubahan yang terjadi.
2. 1 ml larutan AgNO3 dalam tabung raksi ditambah beberapa tetes larutan K2CrO4. Amati
perubahan yang terjadi.
3. 1 ml larutan HgCl2 dalam tabung reaksi, ditambah beberapa tetes larutan KI encer. Amati
perubahan yang terjadi. Tambahkan lagi larutan KI sampai terjadi perubahan.

E. Pengamatan
No Reaksi yang menghasilkan gas Pengamatan Hasil

No Reaksi yang menghasilkan larutan berwarna Pengamatan Hasil


No Reaksi yang menghasilkan endapan Pengamatan Hasil

F. Tugas
1. Kemukakan berbagai contoh reaksi lainnya yang menghasilkan gas, minimal 10 contoh
reaksi.
2. Kemukaan berbagai contoh reaksi lainnya yang menghasilkan larutan berwarna, minimal 10
contoh reaksi.
3. Kemukakan berbagai contoh reaksi lainnya yang menghasilkan endapan, minimal 10 contoh
reaksi.

PERCOBAAN 5: SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

A. Tujuan :

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara titik didih dengan konsentrasi pada larutan.

B. Prinsip

Apabila zat padat yang tidak mudah menguap dilarutkan dalam pelarut, maka tekanan
uap akhirnya akan turun sehingga titik didih larutan akan naik dan titik bekunya akan turun
dibandingkan dengan pelarut murni.

C. Dasar Teori
Titik didih adalah suhu (temperatur) dimana tekanan uap sebuah zat cair sama dengan
tekanan eksternal yang dialami oleh cairan. Berdasarkan nilai titik didih zat terlarut, larutan
dapat dibagi dua yaitu titik didih zat terlarut lebih kecil daripada pelarutnya sehingga zat
terlarut lebih mudah menguap O2, NH2, H2S dan alkohol didalam air. Yang kedua yaitu zat
terlarut lebih besar daripada pelarutnya dan jika dipanaskan pelarut yang lebih dulu
menguap. Kenaikan titik didih larutan bergantung pada jenis pelarut dan konsentrasi larutan,
tidakbergantung pada jenis zat terlarutnya. Untuk larutan yang sangat encer, trekanan uap zat
terlarut dapatdiabaika, sehingga yang mempengaruhi titik didih larutan hanya pelarutnya.

Berlawanan dengan penurunan titik beku larutan. Kenaikan titik didih larutan merupakan
fenomena meningkatkan titik didih suatu pelarut disebabkan adanya zat terlarut didalam
pelarut tersebut. Ini berarti bahwa titik didih pelarut akan lebih kecil jika dibandingkan
dengan titik larutan. Sebagai contoh titik didih air murni adalah 100 C jika kita melarutkan
gula atau garam dapur ke dalam air maka titik didihnya akan lebih dari 100 C.

Bagaimana Kita Mengukur Kenaikan Titik Didih Larutan?

Kenaikan titik didih larutan merupakan salah satu sifat koligatif larutan, Untuk
menghitung perubahan titik didih larutan maka kita bisa menggunakan persamaan berikut ini:
Tb = Kb. m . i
sedangkang titik didih larutan dicari dengan persamaan,
Tb = Tpelarut + Tb
dimana :
Tb= penurunan titik beku larutan
Tb = titik beku larutan
m = molalitas larutan
Kb = konstanta titik beku pelarut
i = Faktor Van’t Hoff

Di bidang themodinamika konstanta titik beku pelarut, Kb lebih dikenal dengan istilah
“Konstanta Ebulioskopik“. Ebulioskopik berasal dari bahasa Yunani yang artinya “mendidih”.

Faktor Van’t Hoff (i) adalah parameter untuk mengukur seberapa besar zat terlarut
berpengaruh terhadap sifat koligatif (penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan
titik beku, dan tekanan osmotik). Faktor Van’t Hoff dihitung dari besarnya konsentrasi
sesunguhnya zat terlarut yang ada di dalam larutan dibanding dengan konsentrasi zat terlarut
hasil perhitungan dari massanya. Untuk zat non elektrolit maka vaktor Van’t Hoffnya adalah 1
dan nonelektrolit adalah sama dengan jumlah ion yang terbentuk didalam larutan. Faktor Van’t
Hoff secara teori dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

i = 1 + (n-1)?)
dengan ? adalah derajat ionisasi zat terlarut dan n jumlah ion yang terbentuk ketika suatu
zat berada didalam larutan.

Data nilai Kf beberapa pelarut adalah sebagai berikut:

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut
tetapi hanya bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya[1]. Sifat koligatif larutan terdiri
dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit

Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan
uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya[4]. Hal ini menyebabkan terjadinya
penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1 atmosfer[4]. Dari
hasil penelitian, ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya[4].
Hal ini disebabkan adanya partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi
peristiwa penguapan partikel - partikel pelarut[4]. Oleh karena itu, penguapan partikel - partikel
pelarut membutuhkan energi yang lebih besar[4]. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih
pelarut murni di sebut kenaikan titik didih yang dinyatakan dengan (ΔTb)[4]. Persamaannya dapat
ditulis:

ΔTb = Tblarutan − Tbpelarut

Keterangan :

ΔTb = kenaikan titik didih

kb = tetapan kenaikan titik didih molal


m = massa zat terlarut

Mr = massa molekul relatif

Tabel Tetapan Kenaikan Titik Didih (Kb) Beberapa Pelarut

Pelarut Titik Didih Tetapan (Kb)


Aseton 56,2 1,71
Benzena 80,1 02,53
Kamfer 204,0 05,61
Karbon tetraklorida 76,5 04,95
Sikloheksana 80,7 02,79
Naftalena 217,7 05,80
Fenol 182 03,04
Air 100,0 00,52

titik didih adalah suhu dimana terjadi perubahan wujud dari cair menjadi uap (gas).
normalnya titik didih zat cair terjadi pada suhu dimana tekanan uapnya adalah 1 atm.

Titik didih larutan lebih tinggi dibandingkan dengan titik didih pelarut murninya. Jadi
apabila kita membandingkan titik didih air murni dengan larutan gula maka titik didih larutan
gula akan lebih tinggi dibandingkan dengan titik didih air murni. Hal ini dapat disimpulkan
sebagai berikut,

Pelarut + zat terlarut non-volatil larutan tekanan uapnya rendah titik


didih menjadi lebih tinggi dibandingkan pelarut murni
Dari sini muncul istilah kenaikan titik didih larutan yang dirumuskan sebagai,

dimana:

Konsentrasi

Konsentrasi larutan didefinisikan dengan salah satu dari ungkapan berikut:


Ungkapan konsentrasi

1. persen massa (%) = (massa zat terlarut/ massa larutan) x 100


2. molaritas (konsentrasi molar) (mol dm-3) = (mol zat terlarut)/(liter larutan)
3. molalitas (mol kg-1) = (mol zat teralrut)/(kg pelarut)

Tekanan uap

Tekanan uap cairan adalah salah satu sifat penting larutan. Tekanan uap larutan juga
penting dan bermanfaat untuk mengidentifikasi larutan. Dalam hal sistem biner, bila
komponennya mirip ukuran molekul dan kepolarannya, misalnya benzen dan toluen, tekanan
uap larutan dapat diprediksi dari tekanan uap komponennya. Hal ini karena sifat tekanan uap
yang aditif. Bila larutan komponen A dan komponen B dengan fraksi mol masing-masing
adalah xA dan xB berada dala kesetimbangan dengan fasa gasnya tekanan uap masing-masing
komponen sebanding dengan fraksi molnya dalam larutan. Tekanan uap komponen A,
pA,diungkapkan sebagai:

pA = pA0 xA …

pA0 adalah tekanan uap cairan A murni pada suhu yang sama. Hubungan yang mirip
juga berlaku bagi tekanan uap B, pB. Hubungan ini ditemukan oleh kimiawan Perancis
Francois Marie Raoult (1830-1901) dan disebut dengan hukum Raoult. Untuk larutan yang
mengikuti hukum Raoult, interaksi antara molekul individual kedua komponen sama dengan
interaksi antara molekul dalam tiap komponen. Larutan semacam ini disebut larutan ideal.
Gambar 7.6 menunjukkan tekanan uap larutan ideal sebagai fungsi konsentrasi zat teralrut.
Tekanan total campuran gas adalah jumlah pA dan pB, masing-masing sesuai dengan hukum
Raoult.
Gambar Tekanan total dan parsial larutan ideal.

Larutan ideal dan nyata

Sebagaimana juga perilaku gas nyata berbeda dengan perilaku gas ideal, perilaku larutan
nyata berebeda dengan perilaku larutan ideal, dengan kata lain berbeda dari hukum Raoult.
Gambar (a) menunjukkan kurva tekanan uap sistem biner dua cairan yang cukup berbeda
polaritasnya, aseton Me2CO dan karbon disulfida CS2. Dalam hal ini, penyimpangan positif dari
hukum Raoult (tekanan uap lebih besar) diamati. Gambar (b) menunjukkan tekanan uap sistem
biner aseton dan khloroform CHCl3. Dalam kasus ini, penyimpangan negatif dari hukum Raoult
diamati. Garis putus-putus menunjukkan perilaku larutan ideal. Peilaku larutan mendekati ideal
bila fraksi mol komponen mendekati 0 atau 1. Dengan menjauhnya fraksi mol dari 0 atau 1,
penyimpangan dari ideal menjadi lebih besar, dan kurva tekanan uap akan mencapai minimum
atau maksimum.

Gambar Tekanan total dan parsial larutan nyata (25°C).

Penyebab penyimpangan dari perilaku ideal sebagian besar disebabkan oleh besarnya
interaksi molekul. Bila pencampuran komponen A dan B menyebabkan absorpsi kalor dari
lingkungan (endoterm), interaksi molekul antara dua komponen lebih kecil daripada pada
masing-masing komponen, dan penyimpangan positif dari hukum Raoult akan terjadi.
Sebaliknya, bila pencampuran menghasilkan kalor ke lingkungan (eksoterm), penyimpangan
negatif akan terjadi.

Bila ikatan hidrogen terbentuk antara komponen A dan komponen B, kecenderungan


salah satu komponen untuk meninggalkan larutan (menguap) diperlemah, dan penyimpangan
negatif dari hukum Raoult akan diamati. Kesimpulannya, penyebab penyimpangan dari hukum
Raoult sama dengan penyebab penyimpangan dari hukum gas ideal.
Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku

Bila dibandingkan tekanan uap larutan pada suhu yang sama lebih rendah dari tekanan
uap pelarutnya. Jadi, titik didih normal larutan, yakni suhu saat fasa gas pelarut mencapai 1 atm,
harus lebih tinggi daripada titik didih pelarut. Fenomena ini disebut dengan kenaikan titik didih
larutan. Dengan menerapkan hukum Raoult pada larutan ideal, kita dapat memperoleh hubungan
berikut:

pA = pA0 xA = pA0 [nA /(nA + nB)]

(pA0- pA)/ pA0 = 1 – xA = xB

xA dan xB adalah fraksi mol, dan nA dan nB adalah jumlah mol tiap komponen. Persamaan
ini menunjukkan bahwa, untuk larutan ideal dengan zat terlarut tidak mudah menguap,
penurunan tekanan uap sebanding dengan fraksi mol zat terlarut.

Untuk larutan encer, yakni nA + nB hampir sama dengan nA, jumlah mol nB dan massa
pada konsentrasi molal mB diberikan dalam ungkapan.

xB = nB/(nA + nB) = nB/nA= nB/(1/MA) = MAmB

MA adalah massa molar pelarut A. Untuk larutan encer, penurunan tekanan uap sebanding
dengan mB, massa konsentrasi molal zat terlarut B.

Perbedaan titik didih larutan dan pelarut disebut dengan kenaikan titik didih, Tb. Untuk
larutan encer, kenaikan titik didih sebanding dengan massa konsentrasi molal zat terlarut B.

T b = Kb m B

Tetapan kesebandingan Kb khas untuk setiap pelarut dan disebut dengan kenaikan titik didih
molal.

Hubungan yang mirip juga berlaku bila larutan ideal didinginkan sampai membeku. Titik
beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut. Perbedaan antara titik beku larutan dan pelarut
disebut penurunan titik beku, Tf. Untuk larutan encer penurunan titik beku akan sebanding
dengan konsentrasi molal zat terlarut mB

T f = Kf m B

Tetapan kesebandingannya Kb khas untuk tiap pelarut disebut dengan penurunan titik beku
molal.

Tabel Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku molal.

Pelarut titik didih (°C) Kb Pelarut titik beku (°C) Kf


CS2 46 2.40 H2O 0 1.86

aseton 55,9 1,69 Benzen 5,1 5,07  

Benzen 79,8 2,54 asam asetat 16,3 3,9

H2O 100 0,51 Kamfer 180 40

Di Tabel ini beberapa nilai umum kenaikan titik didih dan penurunan titik beku molal
diberikan. Dengan menggunakan nilai ini dan persamaan dimungkinkan untuk menentukan
massa molar zat terlarut yang belum diketahui. Kini, penentuan massa molekul lebih mudah
dilakukan dengan spektrometer massa. Sebelum spektrometer massa digunakan dengan rutin,
massa molekul umumnya ditentukan dengan menggunakan kenaikan titik didih atau penurunan
titik beku. Untuk kedua metoda, derajat kesalahan tertentu tak terhindarkan, dan keterampilan
yang baik diperlukan agar didapatkan hasil yang akurat.

D. Prosedur Kerja

A. Penurunan Titik Beku


1. Lakukan percobaan penurunan titik beku sesuai dengan gambar berikut ini!

termometer

es batu + garam

2. Kemudian tentukan titik beku dari larutan:


a. Urea [CO(NH2)2], 1 molal
b. Urea [CO(NH2)2], 2 molal
c. Gula, C6H12O6, 1 molal
d. Gula, C6H12O6, 2 molal
e. NaCl 1 M
f. NaCl 2 M
g. MgCl2 1 M
h. MgCl2 2 M
3. Tentukan selisih masing-masing titik beku larutan tersebut dengan titik beku air!
(diketahui titik beku air = 0 ºC)

Catatan: Untuk mempercepat proses pembekuan, wadah es digoyang-goyangkan.

Pertanyaan
1. Bagaimana titik beku masing-masing larutan dibandingkan dengan titik beku pelarut?
2. Bagaimana pengaruh molalitas urea dan gula terhadap:
a. titik beku larutan?
b. penurunan titik beku larutan?

3. Bagaimana pengaruh molalitas garam dan MgCl2 terhadap:


a. titik beku larutan?
b. penurunan titik beku larutan?
4. Pada molalitas yang sama, bagaimana pengaruh NaCl dan MgCl2 (elektrolit)
dibandingkan dengan pengaruh urea atau gula (non elektrolit) terhadap:
a. titik beku larutan?
b. penurunan titik beku larutan?
5. Bagaimana hubungan penurunan titik beku larutan dengan konsentrasi?
6. Jelaskan bahwa penurunan titik beku termasuk sifat koligatif larutan!

B. Kenaikan Titik Didih


1. Untuk menentukan titik didih larutan cara yang paling sederhana dapat dilakukan
seperti pada gambar berikut.
2. Kemudian tentukan titik didih larutan berikut:
a. gula 0,1 m dan 0,2 m
b. garam dapur 0,1 m dan 0,2 m

Pertanyaan
1. Berapa ºC kenaikan titik didih larutan gula dan garam dari percobaan tersebut?
2. Jelaskan hubungan antara molalitas larutan dengan kenaikan titik didihnya!
3. Bandingkan kenaikan titik didih larutan gula dengan kenaikan titik didih larutan garam
pada molalitas yang sama. Jelaskan!

C. Tekanan Osmotik
Untuk mengamati peristiwa osmosis antara larutan gula jenuh dengan air dapat dilakukan
seperti pada gambar berikut.
Pertanyaan
1. Jelaskan bagaimana terjadinya osmosis itu!
2. Selaput/membran semipermeabel adalah . . . .
3. Jelaskan pengertian tekanan osmotik!
4. Tuliskan rumus yang menyatakan hubungan antara tekanan osmotik dengan
konsentrasi larutan menurut Van’t Hoff untuk larutan non elektronik!
5. Tuliskan rumus yang menyatakan hubungan antara tekanan osmotik dengan
konsentrasi larutan menurut Van’t Hoff untuk larutan elektronik!

Anda mungkin juga menyukai