Anda di halaman 1dari 23

TATA TERTIB LABORATORIUM KIMIA

1. Gunakan jas laboratorium ketika masuk ke laboratorium dan ke ruang material


2. Dilarang membawa makanan/minuman ke laboratorium dan ke ruang material
3. Tidak diperkenankan memainkan alat komunikasi di dalam laboratorium selama
praktikum kecuali dalam keadaan darurat dan atas izin asisten laboratorium praktikum
4. Setiap kelompok yang akan praktikum wajib membawa lap, tisu, sabun cuci alat
gelas, dan korek api
5. Setiap meja wajib memiliki 1 penampung air
6. Setiap praktikan harus memiliki modul atau buku panduan praktikum
7. Tidak melakukan percobaan di luar petunjuk praktikum kecuali atas izin asisten
laboratorium
8. Setiap praktikan diwajibkan mengisi daftar hadir sebelum dan sesudah praktikum
dengan kehadiran 100 % dari keseluruhan pertemuan praktikum
9. Membuang limbah ke tempat pembuangan limbah yang telah disediakan (tidak
membuang limbah ke tempat pencucian)
10. Setiap peminjaman alat dan pengambilan bahan kimia diharapkan menuliskan terlebih
dahulu di kertas/bon peminjaman alat bahan
11. Alat yang telah selesai digunakan harus dalam keadaan bersih dan kering,
dikembalikan ke tempat semula atas pengetahuan asisten laboratorium
12. Setelah selesai praktikum, praktikan harus melaksanakan piket yang meliputi,
menyapu dan mengepel lantai laboratorium, membuang sampah pada tempatnya,
menghapus kembali papan tulis, dan menutup jendela

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


PERCOBAAN I

PENGENALAN ALAT-ALAT KIMIA DI LABORATORIUM

A. TUJUAN
- Mengenal dan memahami alat-alat kimia di laboratorium beserta fungsi dan jenisnya
- Mampu menggunakan dan memahami teknik penggunaan alat-alat laboratorium
kimia
B. DASAR TEORI
Ada beberapa faktor yang sangat penting dalam mengetahui alat-alat yang ada
dilaboratorium, yaitu masalah alat-alat yang digunakan dan adanya ketelitian praktikan dalam
melakukan pengukuran dan perhitungan. Suatu laboratorium harus merupakan tempat yang
aman bagi para pekerja atau pemakainya yaitu para praktikan. Aman terhadap kemungkinan
kecelakaan fatal maupun sakit atau gangguan kesehatan lainnya.
Alat laboratorium kimia merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan di
laboratorium kimia yang dapat dipergunakan berulang-ulang. Contoh alat laboratorium kimia
: pembakar spiritus, thermometer, tabung reaksi, gelas ukur dan lain sebagainya. Alat yang
digunakan secara tidak langsung di dalam praktikum merupakan alat bantu laboratorium,
seperti pemadam kebakaran dan kotak Pertolongan Pertama . Sebelum memulai melakukan
praktikum di laboratorium, praktikan harus mengenal dan memahami cara penggunaan semua
pelaratan dasar yang biasa digunakan dalam laboratorium kimia serta menerapkan K3 di
laboratorium.
Terdapat dua kelompok alat-alat ukur yang digunakan pada analisa kuantitatif, yaitu:
Alat-alat yang teliti (kuantitatif) dan alat-alat yang  tidak teliti (kualitatif). Untuk alat-alat
yang teliti (kuantitatif) terdiri dari : buret, labu ukur, pipet. Sedangkan untuk alat-alat yang
tidak teliti (kualitatif) terdiri dari gelas ukur, erlenmeyer, dan lainnya. Penggunaan alat-alat
gelas tersebut haruslah sesuai dengan fungsinya agar pekerjaan tersebut dapat berjalan
dengan baik dan tepat. Apabila terjadi suatu kesalahan atau kekeliruan dalam penggunaannya
akan mempengaruhi hasil yang diperoleh.

Gambar 1.1 Alat-alat Kimia

Gambar 1.2 Oven


Gambar 1.3 Desikator

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


Pekerjaan dalam laboratorium biasanya sering menggunakan beberapa alat gelas.
Penggunaan alat ini dengan tepat penting untuk diketahui agar pekerjaan tersebut dapat
berjalan dengan baik. Keadaan yang aman dalam suatu laboratorium dapat kita ciptakan
apabila ada kemauan dari para pekerja, pengguna, maupun kelompok pekerja laboratorium
untuk menjaga dan melindungi diri, diperlukan kesadaran bahwa kecelakaan yang terjadi
dapat berakibat pada dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya. Pada dasarnya setiap
alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat tersebut, prinsip kerja atau proses yang
berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa kegunaan alat dapat dikenali berdasarkan
namanya. Penamaan alat-alat yang berfungsi mengukur biasanya diakhiri dengan kata meter
seperti thermometer, hygrometer, spektrofotometer, dll.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat Ukuran Alat Ukuran
Gelas Kimia 50 mL, 100 mL, 2L Pipet ukur 10 mL
Labu Erlenmeyer 250 mL Buret 50 mL
Gelas ukur 10 mL Desikator
Pipet tetes Ball filler
Pipet seukuran 10 mL Labu ukur 50 mL
Corong pendek Oven

D. PROSEDUR KERJA
Penggunaan alat-alat gelas kimia
1. Siapkan alat-alat kimia
2. Identifikasi ukuran alat-alat tersebut
3. Identifikasi fungsi alat-alat tersebut
4. Bandingkan setiap fungsi dari setiap alat
5. Identifikasi cara menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan fungsinya

Cara menggunakan oven:


1. Bersihkan seluruh bagian oven menggunakan lap lembut, termasuk pintu oven dan rak
tatakan, pastikan oven dalam keadaan dingin atau steker oven sedang tidak
dihubungkan ke sumber listrik
2. Setelah bersih dan kering, steker oven ditancapkan pada sumber listrik

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


3. Oven dinyalakan dengan cara menekan knob Push atau Turn (tombol On/Off) yang
ada pada bagian ujung kiri atas oven hingga muncul display pada oven
4. Atur temperatur dengan cara menekan tombol Set secara bersamaan dengan memutar
knob Push/Turn ke kanan untuk menaikkan temperatur dan ke kiri untuk menurunkan
temperatur
5. Atur pertukaran udara dalam oven dengan cara menggeser tombol air valve ke arah
maksimum untuk membuka lubang udara dan ke arah minimum untuk menutup
lubang udara
6. Apabila display temperatur sudah menunjukkan temperatur yang diinginkan,
masukkan objek yang akan dikeringkan ataupun disterilisasi dalam oven
7. Untuk mengatur waktu (timer) lama penggunaan oven dengan cara menekan tombol
Set selama ±3 detik kemudian lepaskan, dan putar knob Push/Turn ke kanan atau ke
kiri dan pilih modus Time Operation
8. Tekan knob Push/Turn kembali untuk mematikan oven, biarkan temperatur menurun,
dan cabut steker dari sumber listrik.

Cara menggunakan desikator:


1. Cek desikator (tidak ada retak atau pecahan pada desikator dan tutupnya)
2. Cek silika gel dalam desikator, silika gel yang masih dapat menyerap uap air berwarna
biru, sedangkan apabila silika gel berubah warna menjadi merah muda atau ungu
maka perlu dipanaskan di dalam oven dengan suhu 105ºC menggunakan cawan
penguapan hingga warna silika gel menjadi biru kembali
3. Setelah pengecekkan kelengkapan, buka tutup desikator dengan menggesernya ke
samping
4. Masukkan sampel ke dalam desikator dengan cara diletakkan di atas saringan
desikator
5. Tutup kembali desikator dengan cara yang sama ketika membuka tutup desikator,
yaitu menggesernya

E. TABEL PENGAMATAN
Nama Alat/Gambar Ukuran Fungsi

F. PERTANYAAN
1. Sebutkan fungsi dari minimal lima alat gelas kimia!
2. Apa fungsi dari ruang asam?
3. Apa fungsi dari desikator?jelaskan!

PERCOBAAN II

PENGENALAN BAHAN KIMIA DI LABORATORIUM

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


A. TUJUAN
- Mengenal dan memahami sifat-sifat bahan kimia
- Dapat menangani bahan-bahan kimia
B. DASAR TEORI
Zat kimia adalah semua materi dengan komposisi kimia tertentu. Sebagai contoh,
suatu cuplikan air memiliki sifat yang sama dan rasio hidrogen terhadap oksigen yang sama
baik jika cuplikan tersebut diambil dari sungai maupun dibuat di laboratorium. Zat-zat kimia
ini memiliki fungsi masing-masing. Berdasarkan wujudnya, zat kimia ini terbagi menjadi:
- Padatan
- Cair
- Gas
Pada wujud padatan, zat ini dapat berbentuk serbuk, hablur, kepingan, kristal, ataupun
bongkahan, misalnya NaOH memiliki bentuk padatan berupa bongkahan. Kemudian sifat dari
setiap bahan kimiapun dapat berbeda sesuai dengan kereaktifan dari tiap bahan.
Dalam praktikum analis yang baik biasanya cermat dalam hal kerapian. Kerapian
hendaknya mencakup juga pemeliharaan perabot-perabot laboratorium yang permanen seperti
oven, lemari asam dan bak meja. Bahkan korosif yang tumpah harus segera dibersihkan dari
peralatan, bangku ataupun lantai. Penting bahwa saluran pembuangan di sterilkan dengan
mengguyur asam dan basa dengan banyak air.

C. ALAT DAN BAHAN


Bahan Jumlah
Al2SO4
CuSO4
MnSO4
NaCl
NaOH
KI
NiSO4
AgNO3
Phenolphtalein
Larutan Asam
Larutan Basa

D. PROSEDUR KERJA

1. Siapkan bahan-bahan kimia


2. Pastikan penempatan bahan-bahan kimia tidak pada posisi yang dapat mengakibatkan
terjadinya reaksi

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


3. Identifikasi setiap bahan secara fisika dan kimia disertai analisis MSDS masing-
masing bahan

E. TABEL PENGAMATAN
Nama Rumus Higroskopi
Wujud Bentuk Warna Bahaya
Senyawa senyawa s

F. PERTANYAAN
1. Sebutkan bahan-bahan atau zat kimia yang bersifat higroskopis (minimal 3)!
2. Sebutkan 3 zat kimia yang memiliki sifat korosif!

PERCOBAAN III
PENGENALAN K3 DI LABORATORIUM

A. TUJUAN
- Mengenal dan memahami K3 di laboratorium
B. DASAR TEORI

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


Laboratorium merupakan sarana untuk melaksanakan kegiatan
penelitian ilmiah guna meningkatkan ketrampilan pemakaian dan
pemanfaatan alat-alat laboratorium. Tempat dengan segala kelengkapan
peralatannya yang berpotensi menimbulkan bahaya kepada
penggunanya.
Keselamatan dan keamanan bekerja di laboratorium memiliki banyak pengaruh
terhadap faktor kecelakaan, oleh sebab itu ketika bekerja harus mematuhi standar K3 agar
tidak menjadikan hal-hal yang negatif bagi praktikan ataupun lingkungan sekitarnya.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan perlindungan tenaga
kerja dari segala aspek yang berpotensi membahayakan dan sumber yang
berpotensi menimbulkan penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut,
pencegahan kecelakaan dan penserasian peralatan kerja, dan
karakteristik pekerja serta orang yang berada di sekelilingnya. Tujuannya
agar tenaga kerja mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat
kesehatan yang tinggi sehingga menciptakan kesenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi. Adapun resiko yang dihadapkan saat
bekerja di laboratorium:
1. Bahan kimia berbahaya,
beracun, ataupun mudah meledak
2. Alat-alat gelas yang mudah
pecah
3. Alat listrik yang memungkinkan
terjadinya sengatan listrik
4. Percikan yang diakibatkan oleh
pemanasan suhu tinggi
Di dalam laboratorium kimia khususnya, terdapat beberapa alat K3 yang diperlukan,
diantaranya untuk pelindung diri sendiri, yaitu sarung tangan, masker, kacamata, jas lab,
sepatu boots, dan lainnya. Tentunya setiap alat atau komponen K3 ini memiliki fungsi
masing-masing dan cara kerja masing-masing. Beberapa yang perlu diperhatikan di
laboratorium:
1. Fasilitas Perlindungan Praktikan

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


- Jas Praktikum (terbuat dari bahan yang baik, yaitu tidak mudah
terbakar, tidak berupa bahan konduktor listrik maupun panas, tahan
bahan kimia)
- Ventilasi
- Alat Pemadam Kebakaran
2. Peningkatan Kemampuan Praktikan
Memberikan pengetahuan praktis kepada pekerja tentang prosedur
penggunaan alat serta prosedur melakukan kegiatan laboratorium yang
sesuai dengan penerapan keselamatan kerja.
3. Penanganan Kecelakaan
- Penyediaan P3K
- Pengadaan Tanda-tanda Peringatan Bahaya (seperti poster)
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan di laboratorium, ada beberapa hal
yang dapat dilakukan oleh praktikan saat bekerja di laboratorium, yaitu:
1. Tahap persiapan
a) Mengetahui secara pasti cara kerja pelaksanaan praktikum serta hal yang harus
dihindari dengan membaca petunjuk praktikum
b) Memahami sifat bahan-bahan yang akan digunakan untuk praktikum sehingga dapat
terhindar dari kecelakaan kerja dengan membaca Mateial Safety Data Sheet (MSDS)
c) Mengetahui alat-alat yang akan digunakan praktikum beserta fungsi dan cara
penggunaannya
d) Mempersiapkan Alat Pelindung Diri (APD), yaitu jas praktikum, sarung tangan karet,
sarung tangan kasa, sepatu tertutup, masker, kacamata, dan lainnya
2. Tahap Pelaksanaan
a) Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
b) Membuka ventilasi atau jendela laboratorium
c) Mengambil dan memeriksa alat dan bahan yang diperlukan
d) Menggunakan bahan kimia seperlunya
e) Menggunakan alat-alat sesuai fungsi dan cara penggunaan yang baik dan benar
f) Membuang limbah pada tempat yang sesuai
g) Bekerja dengan tertib, hati-hati, dan mencatat data yang diperlukan
3. Tahap Pasca Pelaksanaan

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


a) Cuci alat gelas yang telah selesai digunakan kemudian keringkan dan simpan kembali
pada tempat asalnya
b) Matikan listrik, kran air, api, dan pastikan bahan-bahan kimia tertutup kembali
(dengan tutup tidak tertukar)
c) Bersihkan meja praktikum, cuci tangan, dan lepaskan jas praktikum sebelum keluar
laboratorium
d) Apabila sudah tidak ada kegiatan praktikum, maka tutup kembali jendela laboratorium

C. ALAT DAN BAHAN


Alat Jumlah
Jas lab 1
Kacamata 1
Sarung tangan kasa 1
Sarung tangan 1
karet
masker 1
Sepatu tertutup 1

D. PROSEDUR KERJA

1) Siapkan alat-alat K3
2) Identifikasi nama alat-alat tersebut
3) Identifikasi fungsi alat-alat tersebut
4) Bandingkan setiap fungsi dari setiap alat
5) Identifikasi cara menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan fungsinya

E. TABEL PENGAMATAN
Nama Fungsi Cara menggunakan

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


PERCOBAAN IV
MENGENAL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

A. TUJUAN
- Mengenal dan memahami bahan-bahan berbahaya dan beracun
- Mampu menganalisis MSDS
- Mampu menganalisis keterangan pada label bahan kimia
- Mampu mencegah terjadinya resiko oleh Bahan berbahaya dan beracun
B. DASAR TEORI

Pengertian B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun menurut OSHA (Occupational Safety
and Health of the United State Government) adalah bahan yang karena sifat kimia maupun
kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia, kerusakan
properti dan atau lingkungan. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, B3 didefinisikan sebagai bahan
yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya. Bahan berbahaya dan beracun ini banyak terdapat di laboratorium, kimia
khususnya, oleh sebab itu pemahaman mengenai B3 ini harus ditingkatkan guna menjaga
agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan ataupun kecelakaan dalam bekerja dengan
bahan-bahan kimia. Adapun klasifikasi B3 beserta simbolnya, diantaranya:

Simbol/ Gambar Kode huruf Keterangan


Mudah terbakar (flammable) F dan F+ Bahan ini memiliki titik nyala rendah

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


dan bahan yang bereaksi dengan air
untuk menghasilkan gas yang mudah
terbakar

Mudah meledak (Explosive) Bahan ini mudah meledak dengan


adanya panas, percikan bunga api,
E guncangan atau gesekan

Menimbulkan karat (corrosive) Bahan ini dapat merusak jaringan


hidup, menyebabkan iritasi kulit, dan
C gatal

Buangan Pengoksidasi Bahan ini dapat menyebabkan


(oxidizing waste) kebakaran. Bahan ini menghasilkan
panas jika kontak dengan bahan
O
organik dan reduktor

Berbahaya dan iritasi (Harmful Bahan ini menyebabkan luka bakar


and Irritant) pada kulit, berlendir dan
mengganggu pernapasan
Xn dan I

Bahan yang menyebabkan iritasi


pada kulit dan lainnya
Buangan beracun (toxic waste)
Bahan yang dapat menyebabkan
kematian atau sakit yang serius
T
apabila masuk ke dalam tubuh
melalui pernapasan, pencernaan,
dan atau melalui kulit

C. ALAT DAN BAHAN


Bahan Konsentrasi

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


Garam besi
Garam natrium
H2SO4
HCl
NaOH
Kloroform
N-Hexan
Etanol

D. PROSEDUR KERJA

1. Siapkan bahan kimia yang diperlukan beserta MSDS


2. Identifikasi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan tersebut dengan menganalisis
keterangan label/kemasan bahan
3. Analisis MSDS bahan kimia tersebut
4. Pahami dan catat hasil analisis

E. TABEL PENGAMATAN
Cara pencegahan dan
Nama Zat Wujud Analisis Bahaya
penanggulangan

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


PERCOBAAN V
MEMBUAT LARUTAN STANDAR DAN KERJA

A. TUJUAN
- Mengenal dan memahami cara pembuatan larutan standar
- Mampu membuat larutan standar dan larutan kerja
- Memahami dan dapat melakukan pengenceran dan pemekatan larutan
B. DASAR TEORI
Larutan adalah campuran yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang bercampur
secara homogen. Suatu larutan standar (baku) adalah larutan yang mengandung reagensia
dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu larutan atau larutan yang
konsentrasinya diketahui dengan tepat dan dapat digunakan untuk menentuksn konsentrasi
larutan yang lain. Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut yang terdapat di dalam
sejumlah tertentu pelarut dan atau larutan. Pelarut tersebut diasumsikan sebagai zat cair dan
terlarut adalah suatu zat cair atau padat (Raymond chang, 2005). Konsentrasi yang paling
lazim digunakan adalah dalam satuan molaritas (yaitu jumlah mol per liter) dan normalitas
(jumlah ekivalen per liter) dengan satuan dasar kuantitas mol. Mol merupakan jumlah zat
yang mengandung unit dasar yang sama banyaknya dengan banyaknya atom yang terdapat
dalam 0,012 k
ilogram karbon-12.
Ada dua macam larutan baku, diantaranya:
- Larutan baku primer adalah larutan baku yang konsentrasinya ditentukan dengan cara
menghitung dari berat zat yang dilarutkan dan volume larutan dibuat secara teliti dari zat
baku primer. Zat Atau senyawa yang digunakan untuk membuat larutan baku primer
dinamakan zat (senyawa) baku primer. Adapun syarat zat baku primer tersebut, yaitu:
b. Murni atau mudah dibuat menjadi murni
c. Diketahui dengan tepat rumus senyawanya
d. Stabil, tidak mudah berubah oleh suhu udara lingkungan terutama selama penimbangan
e. Memiliki massa molekul relatif (Mr) yang besar

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


- Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya harus ditentukan dengan
cara titrasi terhadap larutan baku primer. Zat yang digunakan untuk membuat larutan baku
sekunder ini dinamakan zat baku sekunder. Syarat zat ini tidak terlalu ketat, diantaranya
komponen utamanya diketahui, dapat bereaksi dengan salah satu zat baku, dan dapat
bereaksi dengan beberapa zat yang akan ditetapkan jumlah ataupun kadarnya (Bassett J,
dkk, 1994).
Konsentrasi yang paling umum digunakan adalah molaritas (M) yang memiliki rumus:
Bentuk konsentrasi lainnya:
1. Mol,
2. Molalitas,
3. Normalitas,
4. % berat (b/v) atau (w/v),
5. % volum (v/v), % v/v
6. Fraksi mol,
7. ppm,
8. ppb,
Larutan baku sekunder ini harus dibuat seteliti dan analitis mungkin, karena kegunaannya
yang sangat penting dan berpengaruh terhadap konsentrasi larutan lainnya yang akan
ditentukan. Beberapa contoh zat baku primer yang sering digunakan pada titrasi, diantaranya:
Natrium karbonat dan boraks yang merupakan senyawa baku primer yang bersifat basa,
kemudian senyawa baku primer yang bersifat asam, yaitu asam benzoat, asam oksalat, dan
lainnya. Sedangkan zat baku sekunder yang bersifat asam, contohnya asam klorida pekat, pro
analysis, dan yang bersifat basa adalah NaOH padat, pro analisis.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat Ukuran Bahan Jumlah


Batang pengaduk CuSO4 1,00 gram
Botol semprot 500 mL NaOH 0,42 gram
Botol timbang HCl
Corong pendek H2C2O4 2H2O
Gelas Kimia 100 mL 250 mL Sukrosa 10 gram
Labu Ukur 100 mL, 250 mL
Gelas Ukur 50 mL
Pipet tetes

D. PROSEDUR KERJA

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


Pembuatan Larutan Standar CuSO4 1000 ppm sebanyak 250 mL
1. Siapkan alat dan bahan kimia yang diperlukan
2. Gerus CuSO4 hingga halus
3. Timbang CuSO4 sebanyak 0,0995 gram
4. Larutkan dan encerkan dalam 250 mL akuades di dalam labu ukur 250 mL
5. Bilas dan tandabataskan
6. Homogenkan dengan cara dibolak-balikkan sebanyak 10-15 kali

Pembuatan Larutan Standar NaOH 0,1N sebanyak 100 mL


1) Timbang padatan NaOH sebanyak 0,4 gram
2) Larutkan dengan akuades hingga 30 mL
3) Encerkan dengan akuades dalam labu ukur 100 mL
4) Tanda bataskan dan homogenkan sebanyak 10-15 kali

Pembuatan Larutan Standar HCl 0,1 N sebanyak 100 mL


1) Hitung jumlah akuades yang diperlukan untuk mengencerkan larutah HCl pekat
2) Siapkan sejumlah volume akuades (sesuai perhitungan) dalam gelas kimia 250 mL
3) Ambil larutan HCl pekat 36%
4) Tuangkan larutan HCl pekat ke dalam aquades dalam gelas kimia tersebut
5) Homogenkan dengan cara diaduk
6) Masukkan ke dalam penampung (reagent) yang tersedia

Pembuatan Larutan Standar H2C2O4. 2H2O 0,1N sebanyak 250 mL


1) Timbang sejumlah tertentu padatan H2C2O4. 2H2O hasil perhitungan dalam botol
timbang
2) Larutkan dalam labu ukur 250 mL
3) Encerkan dengan akuades
4) Tandabataskan dan homogenkan

Pembuatan larutan gula 10 % (b/v) sebanyak 100 mL


1) Timbang sejumlah padatan gula hasil perhitungan
2) Larutkan dalam labu ukur 100 mL
3) Encerkan dengan akuades
4) Tandabataskan dan homogenkan

E. TABEL PENGAMATAN
Perlakuan Gambar Pengamatan

PERCOBAAN VI

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


REAKSI KIMIA

A. TUJUAN
- Mengetahui indikasi-indikasi terjadinya reaksi kimia
- Mampu membedakan indikasi perubahan antara zat-zat asal (reaktan) dengan hasil
reaksi (produk)
B. DASAR TEORI
Reaktan-reaktan yang bereaksi akan menghasilkan zat-zat hasil reaksi yang dapat teramati
melalui sifat fisik dan kimia yang ditampilkan oleh adanaya zat-zat hasil reakksi yang
dimaksud. Sebagai akibat dari terjadinya suatu reaksi yang menghasilkan senyawa hasil
reaksi, berbagai perubahan dapat teramati pada sistem reaksi, seperti terjadinya perubahan
warna, suhu, terbentuknya gas, endapan. Terjadinya perubahan-perubahan tersebut dapat
terlihat dengan melakukan pengukuran suhu reaksi, melihat perubahan warna secara
langsung, pembentukkan endapan ataupun kekeruhan. Kemudian pembentukkan gas dapat
diamati secara langsung dari gelembung gas yang timbul, terutama dari media reaksi yang
berupa larutan ataupun gas yang berwarna serta bau yang ditimbulkan.
Reaksi kimia ini dapat berupa eksoterm maupun endoterm bila didasarkan pada
perubahan suhu, yaitu eksoterm akan menghasilkan kalor sedangkan endoterm akan
menyerap kalor. Reaksi ini dapat dilakukan dengan mereaksikan zat yang satu dengan yang
lainnya pada kondisi tertentu, sehingga akan menghasilkan perubahan. Namun, pada reaksi
kimia yang memungkinkan menghasilkan gas, perlu dilaksanakan reaksi gas yang dimaksud
dengan pereaksi kimia tertentu yang dapat menegaskan terjadinya gas melalui perubahan
warna, pembentukkan endapan, maupun perubahan secara kimia ataupun fisika lainnya. Hasil
reaksi dari zat berwarna, kemungkinan akan membentuk larutan ataupun endapan yang
berwarna, akan banyak membantu dalam penegasan hasil reaksi yang mungkin terjadi.
Sehingga hasil reaksi adalah hasil reaksi yang sebenarmya dari reaksi kimia yang terjadi.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat Ukuran Bahan


Tabung reaksi Ca(OH)2 Logam Zn
Botol semprot 500 mL Na2CO3 NH4OH
Pembakar bunsen HCl AgNO3
Rak tabung reaksi CuSO4 NaCl
Gelas Kimia 100 mL 250 mL

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


Pipet tetes

D. PROSEDUR KERJA
Reaksi yang menghasilkan gas
1. 1 mL larutan Na2CO3 dalam tabung reaksi ditambah dengan beberapa tetes HCl encer
kemudian amati gas yang terjadi. Tempatkan batang pengaduk yang telah dibasahi
dengan larutan Ca(OH)2 di atas gas yang dihasilkan, dan amati perubahan yang terjadi
pada permukaan batang pengaduk.
2. 1 ml larutan HCl dalam tabung reaksi ditambah 1 butir logam Zn kemudian panaskan
dan amati gas yang dihasilkan.

Reaksi yang menghasilkan larutan berwarna


1 ml larutan CuSO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian tambahkan beberapa
tetes larutan NH4OH hingga tercium bau amoniak, perubahan yang terjadi diamati.

Reaksi yang menghasilkan endapan


1 ml larutan yang mengandung NaCl ditambah beberapa tetes larutan AgNO 3. Amati
perubahan yang terjadi.

TABEL PENGAMATAN
Reaksi yang terjadi Pengamatan

PERCOBAAN VII
MENGENAL TEKNIK VOLUMETRI

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


A. TUJUAN
- Mengenal dan memahami teknik volumetri
- Melakukan analisis volumetri melalui standarisasi NaOH ±0,1N dengan H2C2O4.2H2O
B. DASAR TEORI
Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan
menetapkan volume suaatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang
diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan jumlah atau kadar ion/unsur/
senyawa yang dasar penentuannya adalah volume larutan pereaksi tertentu yang tepat dapat
bereaksi dengan sejumlah volume larutan zat yang ditentukan pada suatu reaksi tertentu.
Berat zat yang akan ditetapkan dihitung dari volume larutan standar yang digunakan dan
hukum-hukum stoikiometri yang diketahui. Berdasarkan reaksi yang terjadi dikenal adanya:
1. Reaksi penetralain atau asidi-alkalimetri
Pada asidi-alkalimetri reaksi utamanya adalah reaksi asam basa sehingga sub metoda ini
juga dinamakan titrasi penetralan. Ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang
terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dengan suatu asam
standar (asidimetri) dan titrasi asam bebas atau asam standar (alkalimetri). Reaksi-reaksi
ini melibatkan bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air.
2. Oksidimetri
Pada oksidimetri, reaksi yang terjadi adalah reaksi oksidasi-reduksi, termasuk semua
reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi atau pemindahan elektron antara zat-
zat yang bereaksi.
3. Titrasi pengendapan
Pada titrasi pengendapan reaksi yang terjadi adalah reaksi penggabungan ion yang
menghasilkan endapan atau reaksi yang bergantung pada bersenyawanya ion-ion untuk
membentuk sebuah endapan sederhana, seperti ion perka dengan suatu larutan klorida, tak
terjadi perubahaan keadaan oksidasi.
4. Titrasi pengkompleksan
Pada titrasi pengkompleksan, reaksi yang terjadi adalah reaksi penggabungan ion yang
menghasilkan kompleks atau reaksi yang bergantung pada bersenyawanya ion-ion, yang
bukan ion hidrogen atau ion hidroksida, untuk membentuk suatu ion atau senyawa yang
dapat larut dan sedikit terdisosiasi.
Titrasi itu sendiri merupakan rangkaian pengerjaan yang bertujuan untuk mengukur
volume larutan pereaksi tertentu yang tepat dapat bereaksi dengan larutan lain. Titrasi
yang dapat dikatakn sebagai salah satu tahap pengerjaan yang terpenting pada titrimetri
memerlukan alat pokok:
- Buret, yang berfungsi sebagai alat ukur volume larutan pereaksi yang tepat dapat
bereaksi dengan sejumlah volume larutan lain. Larutan yang dimasukkan ke dalam
buret ini disebut larutan penitrasi atau titrant.
- Pipet seukuran atau volumetri, yang berfungsi sebagai alat ukur volume larutan yang
akan ditirasi. Jadi dapat dikatakan, pipet seukuran sebagai alat untuk memidahkan
sejumlah volume tertentu larutan dari suatu tempat ke tempat pelaksanaan titrasi.
- Labu ukur, berfungsi untuk membuat larutan yang akan dititrasi dan larutan penitrasi.

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


- Labu titrasi atau labu erlenmeyer, sebagai tempat larutan yang akan dititrasi.
Larutan standar biasanya ditambahkan dari dalam buret. Proses penambahan larutan
standar sampai reaksi lengkap inilah pengerjaan titrasi dan zat yang akan ditetapkan dititrasi.
Titik saat pada mana reaksi itu tepat lengkap disebut titik ekivalen (TE) atau titik
stoikiometri. Lengkapnya titrasi ini lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan yang tak
dapat disalah-lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan stndar itu sendiri (misalnya kalium
permanganat), atau lebih lazim lagi oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal
dengan indikator. Setelah reaksi antara zat dan larutan standar praktis lengkap, indikator
harus memberi perubahan visual yang jelas (perubahan warna atau pembentukkan kekeruhan)
dalam cairan yang sedang dititrasi, titik saat perubahan itu terjadi disebut dengan titik akhir
titrasi (TA). Namun, dalam prakteknya biasanya akan terjadi perbedaan yang sangat sedikit
yang disebut dengan sesatan (error) titrasi. Teknik yang dilakukan pada saat titrasi ini harus
sesuai dengan teknik dan fungsi setiap alat ukur gelas yang digunakan. Melakukan teknik
dasar volumetri yang sesuai dengan fungsi alat ukur yang digunakan akan meningkatkan
ketelitian dan keakuratan dari hasil yang diperoleh. Berikut gambar rangkaian titrasi:

Gambar 10.1 Rangkaian alat


titrasi

Indikator dan kondisi eksperimen harus dipilih sedemikian sehingga perbedaan antara
titik-titik akhir terlihat dan titik ekuivalen adalah sekecil mungkin. Sehingga, pada reakis
yang terjadi dalam titrimetri ini terdapar beberapa kondisi yang harus dipenuhi, diantaranya
harus ada suatu reaksi sederhana yang dinyatakan dengan persamaan kimia, reaksi diusahakn
berjalan dengan cepat dengan dapat pula ditambahan katalis untuk mempercepat kecepatan
reaksi, harus ada perubahan yang mencolok dalam energi bebas yang dapat menimbulkan
perubahan sifat fisika atau kimia larutan pada titik ekuivalen, dan harus tersedia suatu
indikator.
Titrasi dapat dilakukan dengan cara:
5. Titrasi langsung (direct titration)
Pada titrasi langsung, larutan baku direaksikan dengan larutan zat yang ditentukan.
6. Titrasi tak langsung (indirect titration)
Pada titrasi tak langsung, larutan baku direaksikan dengan hasil dari larutan zat yang telah
ditentukan dengan pereaksi lainnya.
7. Titrasi kembali (back titration)

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


Pada titrasi kembali, larutan zat yang ditentukan direaksikan dahulu dengan sejumlah
volume larutan baku berlebih dan kelebihan larutan baku dititrasi dengan larutan lain.
Secara umum, titrai ini menggunakan teknik pengenceran dengan rumus:
Mawal x Vawal = Makhir x Vakhir
mol awal = mol akhir titrasi
Salah satu contoh penerapan teknik dasar volumetri, yaitu pada titrasi standarisasi
natrium hidroksida 0,IN dengan menggunakan asam oksalat 0,1N. Titrasi ini merupakan
salah satu contoh titrasi langsung karena larutan yang akan ditentukan konsentrasinya,
langsung direaksikan dengan larutan baku.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat Ukuran Bahan Konsentrasi
Batang pengaduk Aqua dm
Botol semprot 500 mL H2C2O4. 2H2O 0,1N
Botol timbang NaOH 0,1N
Buret 50 mL Indikator
phenolphtalein
Corong pendek
Gelas Kimia 100 mL
Labu Erlenmeyer 250 mL
Labu Ukur 250 mL
Pipet seukuran 10 mL
Pipet tetes

D. PROSEDUR KERJA
Standarisasi NaOH ±0,1N dengan H2C2O4.2H2O
1) Timbang 1,60 gram H2C2O4.2H2O
2) Larutkan dalam lanu ukur 250 mL dengan aqua dm
3) Isi buret 50 mL dengan larutan NaOH yang akan ditentukan konsentrasinya
4) Pipet 10 mL larutan NaOH ke dalam labu erlenmeyer 250 mL
5) Tambahkan beberapa (3-5) tetes indikator phenolphtalein
6) Titrasi dengan larutan NaOH ±0,1N hingga terjadi perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi merah sangat muda
7) Lakukan titrasi hingga diperoleh volum peniter konstan
8) Hitung [NaOH]

E. TABEL PENGAMATAN
Tabel Titrasi Standarisasi NaOH ±0,1N dengan H2C2O4.2H2O
Titrasi ke- 1 2 3
Volume awal
(mL)
Volume akhir
(mL)
Volume

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


pemakaian
(mL)
Keterangan
warna

*Catatan: Di data pengamatan disertai dengan gambar teknik volumetri

PERCOBAAN VIII
MENGENAL TEKNIK GRAVIMETRI

A. TUJUAN
Mengenal dan memahami teknik gravimetri
Mampu melakukan analisis penentuan Kadar Al3+ secara Gravimetri

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


B. DASAR TEORI
Gravimetri adalah metoda penentuan jumlah atau kadar ion/unsur/senyawa tertentu yang
ada di dalam suatu cuplikan yang dasar penentuannya adalah berat senyawa murni yang
diperoleh dari cuplikan tersebut. Senyawa murni tersebut dapat diperoleh melalui
pengendapan dan penguapan.
- Pengendapan
Larutan sejumlah tertentu yang direaksikan dengan larutan pereaksi tertentu yang akan
menyebabkan terjadinya pengendapan dari ion/unsur yang akan ditentukan sebagai
senyawa. Endapan senyawa ini setelah disaring, dan dimurnikan lebih lanjut, ditimbang
dan dari berat senyawa murni endapan ini kemudian dihitung jumlah/kadar ion atau unsur
yang diperlukan.
- Penguapan Larutan
Penguapan senyawa murni dari sampel dapat dilakukan dengan pemanasan atau dengan
mereaksikan sampel dengan pereaksi tertentu.
Untuk keperluan gravimetri, pengendapan yang dilakukan terhadap ion yang akan
ditentukan jumlahnya haruslah dilaksanakan dengan sempurna. Pengendapan akan lebih
sempurna apabila jumlah larutan pereaksi pengendap dibuat berlebih, karena dengan larutan
pereaksi penngendap yang berlebih, setelah terambil untuk pengendapan masih ada sisa ion
senama yang dapat mendesak memperkecil kelarutan. Terdapat beberapa hal yang dapat
dilakukan agar kondisi pengendapan optimal, diantaranya:
1) Pengendapan harus dilaksanakan pada larutan yang tidak terlalu pekat tentunya setelah
memperhitungkan faktor jumlah endapan terlarut
2) Pereaksi pengendap ditambahkan sedikit demi sedikit sambal terus diaduk
3) Pengendapan dilakukan dalam keadaan panas
4) Setelah pengendapan selesai, untuk endapan kristal harus selalu disusul dengan digest

C. ALAT DAN BAHAN


Alat Ukuran Bahan Konsentrasi
Batang pengaduk Aqua dm
Botol semprot 500 mL Sampel garam Al3+
Oven NH4Cl 6 gram
Cawan porselen Indikator metil 1 mL
merah
Corong panjang NH4OH 7N 200 mL
Gelas Kimia 100 mL
Labu Erlenmeyer 250 mL
Penyangga
saringan
Desikator
Penjepit Cawan
Bunsen
Pipet tetes

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium


D. PROSEDUR KERJA
Penentuan Kadar Al3+ secara Gravimetri
1) Timbang ±1,8 gram sampel garam Al3+ dan encerkan hingga 200 mL
2) Tambahkan 5 gram NH4Cl dan 3-5 tetes metil merah
3) Panaskan hingga mendidih
4) Tambahkan sedikit demi sedikit larutan NH4OH 7N sambil terus diaduk hingga
kuning
5) Didihkan larutan 1-2 menit dan saring menggunakan kertas saring no.41
6) Buat larutan pencuci dengan cara membuat larutan NH4Cl 2%, tambahkan beberapa
tetes metil merah, netralkan dengan NH4OH dan panaskan
7) Cuci endapan dengan larutan pencuci hingga bebas Cl-
8) Keringkan, arangkan, dan abukan kertas saring berisi endapan
9) Pijarkan endapan pada temperatur 1200ºC, timbang
10) Lakukan pengerjaan tersebut hingga didapat berat konstan
11) Hitung kadar Al3+ sebagai Al2O3

E. TABEL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan Penentuan Kadar Al3+ secara Gravimetri
Perlakuan Gambar Pengamatan

Reaksi:
Al3+(aq) + 3 NH4OH(aq) Al(OH)3(s) + 3 NH4(aq)
2 Al(OH)3(s) Al2O3(s) + 3 H2O(g)

Perhitungan:
Berat Al3+ = x Berat endapan

% Al3+ =

Modul Praktikum Teknik Dasar Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai