Dosen Pembimbing :
Fitri Rochmalia, SST ., M. Kes.
Disusun Oleh :
Galih Agata Pascariti (P27833317031)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang. Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan informasi sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Dalam proses pendalaman materi pembuatan
makalah ini tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran dari dosen
kami yang terhormat Ibu Fitri Rochmalia, SST ., M. Kes. Untuk itu kami mengucapkan
rasa terimakasih kami yang sedalam dalamnya.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
dari segi susunan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima semua saran dan kritik dari pembaca.
Akhir kata kami berharap semoga laporan praktikum ini dapat memberi sedikit
wawasan terhadap pembaca.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kromium merupakan salah satu unsur logam berat dengan nomor atom (NA) 24
dengan berat atom (BA) 51,996. Di alam kromium tidak dapat ditemukan dalam bentuk
murni, tetapi persenyawaannya terdapat di alam dalam bentuk unsur lain. Paling banyak
ditemukan sebagai bahan mineral kromium dalam bentuk “Chromite” (FeOCr2O3).
Berdasarkan sifatnya logam kromium mempunyai bilangan oksidasi 2+, 3+, dan 6+. Pada
Cr2+ akan membentuk senyawa yang bersifat basa, senyawa yang dibentuk dari ion Cr3+
mempunyai sifat amporter, dan ion Cr6+ lebih bersifat asam. Pada keadaan asam ion
khromat (CrO4 2- ) dapat menimbulkan peristiwa reduksi yang sangat kuat. Kromium
banyak digunakan dalam kegiatan industri seperti elektroplating, penyamakan kulit, dan
pengecatan yang umumnya dikenal dari senyawa khromat dan dikromat.
Dalam kehidupan sehari-hari kromium mempunyai peran dalam tubuh. Pada manusia
dan hewan kromium dalam konsentrasi rendah merupakan mikronutrient esensial, tetapi
dalam konsentrasi tinggi kromium dapat menyebabkan karsinogen. Kromium dapat berada
dalam semua strata lingkungan. Logam kromium dapat berada di perairan, tanah ataupun
udara. Kegiatan perindustrian, rumah tangga, dan mobilitas bahan bakar dapat
menyebabkan masuknya logam kromium dalam strata lingkungan. Masuknya logam
kromium dalam strata lingkungan dalam jumlah yang besar dapat menyebakan terjadinya
pencemaran lingkungan. Pada umumnya logam berat bersifat toksik dalam tubuh manusia,
terkadang masih dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Kromium dapat disebut
sebagai logam berat karena dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya suatu
gangguan kesehatan seperti, alergik hingga tumbuhnya kanker yang dapat membahayakan
manusia. Logam kromium dan persenyawaannya dapat mengganggu fungsi organ yang
bekerja dalam proses metabolisme apabila masuk kedalam tubuh manusia. Apabila Cr3+
masuk ke dalam tubuh dengan pH 7 dapat mengendapkan RNA dan DNA, sedangkan
pada Cr6+ dapat menghambat kerja enzim binzopiren hidroksilase yang dapat
menyebabkan lambatnya pertumbuhan sel sehingga sel dalam tubuh tumbuh dengan liar
dan tidak terkontrol yang dapat menyebabkan kanker, oleh sebab itu kromium
digolongkan dalam logam bersifat toksik
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bahan pencemar dan sumber pencemar kromium?
2. Bagaimana media transmisi pencemar kromium?
3. Bagaimana perjalanan masuk (port of entry) pencemar kromium?
4. Bagaimana populasi berisiko (population at risk) pencemar kromium?
5. Bagaimana dampak kromium bagi kesehatan?
6. Bagaimana dampak kromium bagi lingkungan?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bahan pencemar dan sumber pencemar kromium.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui media transmisi pencemar kromium.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui perjalanan masuk (port of entry) pencemar
kromium.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui populasi berisiko (population at risk) pencemar
kromium.
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui dampak kromium bagi kesehatan.
6. Agar mahasiswa dapat mengetahui dampak kromium bagi lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahan Pencemar dan Sumber Pencemar
Kromium merupakan salah satu unsur logam berat dengan nomor atom (NA) 24
dengan berat atom (BA) 51,996. Di alam kromium tidak dapat ditemukan dalam bentuk
murni, tetapi persenyawaannya terdapat di alam dalam bentuk unsur lain. Paling banyak
ditemukan sebagai bahan mineral kromium dalam bentuk “Chromite” (FeOCr2O3).
Berdasarkan sifatnya logam kromium mempunyai bilangan oksidasi 2+, 3+, dan 6+. Pada
Cr2+ akan membentuk senyawa yang bersifat basa, senyawa yang dibentuk dari ion Cr3+
mempunyai sifat amporter, dan ion Cr6+ lebih bersifat asam. Pada keadaan asam ion
khromat (CrO4 2- ) dapat menimbulkan peristiwa reduksi yang sangat kuat. Kromium
banyak digunakan dalam kegiatan industri seperti elektroplating, penyamakan kulit, dan
pengecatan yang umumnya dikenal dari senyawa khromat dan dikromat.
Dalam kehidupan sehari-hari kromium mempunyai peran dalam tubuh. Pada manusia
dan hewan kromium dalam konsentrasi rendah merupakan mikronutrient esensial, tetapi
dalam konsentrasi tinggi kromium dapat menyebabkan karsinogen. Kromium dapat berada
dalam semua strata lingkungan. Logam kromium dapat berada di perairan, tanah ataupun
udara. Kegiatan perindustrian, rumah tangga, dan mobilitas bahan bakar dapat
menyebabkan masuknya logam kromium dalam strata lingkungan. Masuknya logam
kromium dalam strata lingkungan dalam jumlah yang besar dapat menyebakan terjadinya
pencemaran lingkungan. Pada umumnya logam berat bersifat toksik dalam tubuh manusia,
terkadang masih dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Kromium dapat disebut
sebagai logam berat karena dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya suatu
gangguan kesehatan seperti, alergik hingga tumbuhnya kanker yang dapat membahayakan
manusia. Logam kromium dan persenyawaannya dapat mengganggu fungsi organ yang
bekerja dalam proses metabolisme apabila masuk kedalam tubuh manusia. (Ayu Febry,
2018)
Menurut buku (Titiek Berniyanti, Biomarker Toksisitas, 2018) sifat Kromium ada 2 yaitu:
1. Sifat fisik Sifat fisik dari kromium adalah zat padat berbentuk kristal (crystalline solids),
logam berkilau, getas, dan keras, serta berwarna perakabu-abu. Ketika dipanaskan,
kromium membentuk oksida kromat hijau. Logam ini tidak stabil pada oksigen dan segera
menghasilkan lapisan oksida tipis.
2. Sifat kimia Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cr dan nomor atom 24.
Kromium dilepas ke lingkungan dari sumber alami dan antropogenik, dengan
pelepasan terbesar terjadi dari industri. Industri dengan kontribusi terbesar terhadap
pelepasan krom termasuk pengolahan logam, fasilitas penyamakan kulit, produksi kromat,
pengelasan stainless steel, dan ferokrom, serta produksi pigmen krom. Tingkat kromium di
perairan segar AS biasanya berkisar dari < 1 hingga 30 μg/L, dengan nilai median 10
μg/L. Pasokan air minum AS yang khas mengandung kadar kromium total dalam kisaran
0,2–35 μg/L namun, sebagian besar pasokan di AS mengandung < 5 μg/L kromium. Data
pemantauan terbaru dari persediaan air minum di California menunjukkan bahwa 86% dari
sumber yang diuji memiliki tingkat kromium (VI)) di bawah 10 μg/L.
Sumber logam berat kromium yang berasal dari alam jumlahnya 30–40 % (seperti dari
pelapukan batuan, air hujan dan dari atmosfer) dan dari limbah antropogenik jumlahnya
60–70 % (seperti limbah rumah tangga dan industri). Pembuangan limbah industri yang
mengandung logam berat kromium ke perairan akan meningkatkan konsentrasi kromium
dalam perairan dan dapat mencemari air tanah. Cr6+ merupakan bentuk kromium paling
mudah larut dalam air, sedangkan Cr3+ kelarutannya rendah dan cenderung teradsorpsi
pada partikel padat dengan kisaran pH yang sesuai.
B. Media Transmisi
Limbah yang dihasilkan dari produksi industri sangatlah berbahaya apabila langsung
dibuang ke lingkungan dalam keadaan konsentrasi limbah diatas baku mutu air limbah
industri yang dapat dibuang ke lingkungan. Peningkatan konsentrasi kromium di sungai
disebabkan oleh pembuangan limbah industri. Jumlah kromium yang terkandung dalam
limbah akan bergantung pada banyak kromium yang digunakan dalam kegiatan industri.
Limbah yang mengandung logam berat kromium dan dibuang ke sungai tanpa adanya
pengolahan, maka dapat membahayakan lingkungan perairan. Hal ini tentu saja akan
mempengaruhi kelangsungan hidup organisme perairan (seperti ikan). Logam berat kromium
dapat terakumulasi dalam organ-organ yang aktif secara metabolik (seperti insang, hati, dan
ginjal). Efek pertama logam berat kromium yang dapat dilihat adalah stress pada ikan,
sehingga terjadi perubahan tingkah laku seperti ikan yang berenang tidak seimbang, gerakan
opercullum yang tidak selaras, dan kematian.
Kromium (VI) mudah menembus membran sel dan akan terjadi reduksi di dalamnya.
Organ utama yang terserang kromium adalah paru-paru, ginjal, hati, kulit, reproduksi dan
sistem imunitas.
1. Paru-Paru
Pada para pekerja pelapisan dan penyamakan kulit terjadi kasus luka pada mukosa
hidung (mukosa bengkak, ulserasi septum, perforasi septum) setelah diketahui bahwa
mereka terpapar secara periodik 20μg/m3 di tempat kerja tiap harinya dalam 8 jam
kerja. Jangka pemajanannya ditemukan setelah 10 tahun kemudian. Partikel atau debu
kromium yang terdeposit di membran nasal, trakea, broki dan faring akan
menyebabkan efek berupa iritasi kronis pada hidung, penyumbatan dan hiperemia,
renitis kronis, polip, trakheobronkhitis dan faringitis kronis. Sedangkan partikel atau
debu kromium (VI) yang terdifusi melewati alveoulus akan merusak jaringan
sekitarnya dan menyebabkan kanker paru-paru
2. Ginjal
Setelah darah yang membawa zat kromium melewati peredaran darah, tujuan
akhirnya adalah terakumulasi dan tersaring di ginjal. Akan tetapi pemajanan logam
kromium menyebabkan kerusakan pada tubulus renalis, hal ini dibuktikan dengan
indikator adanya kenaikan kadar Beta-2 mikroglobulin dalam urin. Selain itu sel yang
ada di ginjal 10 kali lebih sensitif bila terpajan dengan zat kromium (VI) dibandingkan
bila terpajan ke organ lain.
3. Hati
Pemajanan akut kromium dapat menyebabkan nekrosis sel hepar. Bila 20% tubuh
terpapar asam kromat akan mengakibatkan kerusakan berat hepar. Selain itu hepatitis
akut kuning (jaundice) pernah dilaporkan pada pekerja wanita yang telah bekerja di
pabrik pelapisan kromium selama 5 tahun. Pada test didapatkan adanya kromium
dalam jumlah besar dalam urine dan pada biopsi liver terlihat adanya kelainan.
4. Reproduksi
Kromium (VI) dapat menembus plasenta dan menyebabkan mutasi gen pada janin
yang dikandung ibu hamil. Efeknya yang dapat terjadi adalah cleft palatum,
hidrocefalus, kelainan pada tulang, dan incomplete neural tube closure.
Kadar Batas Aman Kromium Implikasi klinik dapat terjadi apabila tercemar oleh
kromium. Keracunan tubuh manusia terhadap kromium dapat berakibat buruk terhadap
saluran pernapasan, kulit, pembuluh darah, dan ginjal. Efek kromium terhadap sistem
saluran pernapasan (respiratory sistem effects) berupa kanker paru dan ulkus
kronis/perforasi pada septum nasal. Pada kulit (skin effects), berupa ulkus kronis pada
permukaan kulit. Pada pembuluh darah (vascular effects), berupa penebalan oleh plak
pada pembuluh aorta (atherosclerotic aortic plaque). Sedangkan pada ginjal (kidney
effects), kelainan berupa nekrosis tubulus ginjal. Menurut Undang-undang Nomor 13
tahun 2003, tentang ketenagakerjaan, yang dimaksud Nilai Ambang Batas (NAB)
adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai pedoman pengendalian agar
tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak lebih dari 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu.
Kadar logam dalam tubuh makhluk hidup, dapat dideteksi melalui darah, urine,
rambut, dan kuku. Kadar logam dalam darah dan urine menunjukkan jumlah logam
yang masuk saat pengukuran dilakukan atau suatu saat tertentu. Hal ini dikarenakan
logam dalam darah mengalami ekskresi dan urine merupakan hasil ekskresi. Kadar
logam dalam rambut dan kuku berhubungan dengan kadar logam dalam darah dan
urine saat rambut dan kuku terbentuk. Dengan demikian rambut dan kuku merupakan
bagian tubuh yang banyak mengakumulasi logam. Dalam melakukan pemeriksaan
spesimen biologi, pemeriksaan terhadap kromium harus diperhatikan akan
kemungkinan terjadinya kontaminasi dan kehilangan kromium selama pengumpulan,
transportasi, dan penyimpanan. Pemakaian peralatan stainless steel dapat menaikkan
kadar kromium karena adanya kromium yang larut dalam alat tersebut.
Secara alamiah kandungan kromium di lingkungan adalah kadar total kromium
udara ambeien 0.01 – 0.03 μg/m3 untuk udara outdoor di kota. Kadar total kromium
air permukaan adalah 0.05 ppm dan kadar total Cr dalam tanah adalah 1.505 ppm.
Sedangkan untuk limbah industri, konsentrasi maksimum yang diperbolehkan adalah
0.5 mg/L (Palar, 2008). Berikut Kandungan kromium yang diperbolehkan ada dalam
tubuh manusia:
1. Kadar kromium dalam darah dan plasma
Kromium terdapat dalam eritrosit dan plasma. Kriteria World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa kadar normal kromium dalam darah
berkisar antara 0,5 μg/L. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan, dalam
keadaan tidak terpajan kadar kromium berkisar antara 2,0–3,0 μg/100 ml.
2. Kadar kromium dalam urine
Kromium dalam urine menggambarkan penyerapan lebih dari 1–2 hari
sebelumnya. Para pekerja dengan kandungan kromium dalam urine antara 40–50
μg/L menunjukkan bahwa mereka terpapar kromium udara dengan kadar 50
μg/m3. Pada populasi umum, konsentrasi kromium dalam urine antara 1,8–11
μg/L.
3. Kadar kromium dalam rambut dan kuku
Kadar kromium pada rambut dan kuku pada pemajanan yang tidak diketahui
adalah 50–1.000 ppm. Pemeriksaan ini tidak bermakna secara klinis.
Proses Absorbsi, Distribusi, Metabolisme, Eksresi (ADME)
1. Absorbsi
a. Inhalasi
Kromium heksavalen yang masuk melalui saluran pernafasan (paru-paru)
dan berakhir di alveolus dapat mudah menembus membran melalui sistem
transportasi anion dan memiliki kemampuan meminjam atau mengurangi
elektron (Yilmaz, 2010). Sehingga kromium lebih aktif menembus membran
sel alvoulus dan kemudian menembus sel epitel endothelial kapiler darah.
Kemudian kromium dapat masuk ke dalam aliran darah dan akhirnya ikut
dalam proses metabolisme.
b. Ingesti
Kromium yang masuk ke dalam tubuh akan ikut ke dalam proses fisiologis
atau metabolisme tubuh. Kromium (VI) dapat langsung menembus dinding sel
epitel usus dan menuju peredaran darah, sedangkan kromium (III) tidak dapat
menembus langsung. Namun akan mengikat diri pada transfermin, yaitu suatu
protein yang mentransport Fe ke dalam plasma darah.
Senyawa-senyawa yang mempunyai berat molekul rendah, seperti yang
terdapat dalam sel darah rendah, dapat melarutkan kromium yang telah ada
dalam peredaran darah dan seterusnya ikut terbawa ke seluruh tubuh. Senyawa-
senyawa ligan penting yang terdapat dalam tubuh juga dapat mengubah
kromium menjadi bentuk yang mudah terdifusi sehingga dapat masuk ke dalam
jaringan organ. Diantara ligan-ligan terebut adalah piro paspat, metionin, serin,
glisin, leunin, lisin dan prolin.
Senyawa kromium (III) umumnya jauh lebih sedikit diabsorbsi tubuh
dibandingkan senyawa-senyawa kromium (VI). Semua itu tergantung dari
kelarutan senyawa tersebut. Sekitar 0,2-3% dari senyawa kromium (III) dari 1-
10% kromium (VI) yang masuk melalui oral diabsorbsi tubuh.
c. Kontak Kulit
Umumnya jika kromium terpajan dengan kulit akan mengakibatkan
peradangan yang merupakan gejala dermatitis kontak iritan. Kromium sebagai
bahan iritan akan merusak sel epidermis atau dermis dan akan menimbulkan
kelainan kulit timbul. Kerusakan membran akan mengaktifkan fosfolipase dan
melepaskan asam arakidonat (AA). AA dirubah menjadi prostaglandind (PG)
dan Leukotrien (LT). PG dan LT mengiduksi vasodilatasi, dan meningkatkan
permeabilitas vaskuler. Selain itu PG dan LT juga bertindak sebagai
kemotraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil serta mengaktifasi sel mast
melepaskan histamin. Sehingga akan menimbulkan rasa gatal, nyeri, dan merah
pada kulit.
2. Distribusi
Setelah kromium diserap dan dalam darah, maka dengan cepat akan disebarkan
ke seluruh tubuh dan akan tertimbun di target organ. Kromium menembus otak,
bahan yang mudah larut dalam lemak ditimbun dalam jaringan lemak, sedangkan
sisa lainnya ditimbun di tulang. Mudah tidaknya zat kimia melewati dinding
kapiler dan membran sel dari suatu jaringan sangat ditentukan oleh aliran darah ke
organ tersebut.
Bagian Tubuh yang Berhubungan degan Distribusi Toksikan yaitu Liver dan
Ginjal. Dua organ ini memiliki kapasitas yg lebih tinggi dlm mengikat bahan
kimia, sehingga bahan kimia lbh banyak terkonsentrasi pd organ ini. Hal ini berhub
dgn fungsi kedua organ ini dlm mengeliminasi toksikan dlm tubuh. Liver dan
ginjal mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan toksikan dalam tubuh.
3. Metabolisme
Senyawa kromium (VI) tereduksi menjadi bentuk trivalen (III) dalam tubuh,
kecepatan tergantung pada jumlah reduktor dalam organ yang terpapar, dan dalam
hal ini mempengaruhi toksitisitas serta ekresi senyawa heksavalen (VI).
4. Eksresi
Ekskresi kromium melalui urine tanpa ada retensi di organ. Sekitar 60%
kromium (VI) yang diabsorbsi dikeluarkan dalam bentuk kromium (III) dalam
waktu 8 jam setelah tertelan. 10% akan dieksresi melalui empedu, dan sebagian
kecil melalui rambut, kuku, asi dan keringat.
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA