Anda di halaman 1dari 18

REVIEW JURNAL

1. EFEK HUJAN ASAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

2. PENGARUH KUALITAS AIR HUJAN PADA KONSENTRASI METANA

3. ACID RAIN ATTACK ON OUTDOOR SCULPTURE IN PERSPECTIVE

4. ACID RAIN IS A LOCAL ENVIRONMENT POLLUTION BUT GLOBAL


CONCERN

5. ACID RAIN-THE MAJOR CAUSE OF POLLUTION: ITS CAUSES,


EFFECTS

AGUNG YAANUR AZMI

D1051201016

TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2021
Judul Efek Hujan Asam terhadap Pertumbuhan Tanaman
Jurnal Jurnal EnviScience
Volume dan Halaman Vol. 1 No. 1
Tahun 2017
Penulis Mimatun Nasihah
Reviewer Agung Yaanur Azmi ( D1051201016 )
Tanggal 22 Mei 2021
Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya hujan asam.
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya hujan asam.
c. Untuk mengetahui pengaruh hujan asam terhadap pertumbuhan
tanaman.
Subjek Penelitian Pertumbuhan tanaman.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu suatu
penelitian yang dengan sengaja peneliti melakukan manipulasi
terhadap satu atau lebih variabel dengan suatu cara tertentu sehingga
berpengaruh pada satu atau lebih variabel lain yang diukur.
Hasil Penelitian Tabel 1. Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman pada hari ke 2.

Pertumbuhan Kecambah pada


hari ke dua (48 jam)
No
Perlakuan Rata2
. Rata2 Jumlah
Panjang
kecambah
kecambah
1. Ph 6 14 13,8 cm
2. Ph 5 11 8,2 cm
3. Ph 4 6 4,6 cm
4. Ph 3 3 2 cm

1)Untuk tanaman yang disiram dengan menggunakan air dengan pH


netral (pH 6) pertumbuhannya cenderung normal, tidak ada
hambatan, dan tumbuh dengan baik. Berbeda dengan tanaman yang
disiram dengan menggunakan air yang mengandung asam cuka,
pertumbuhannya tidak bisa optimal, tanaman cenderung tumbuh
dengan kerdil dan tidak sehat. Semakin turun pHnya maka jumlah
biji yang berkecambah semakin sedikit. Adapun yang berkecambah,
tingkat pertumbuhannya sangat kerdil.
2)Yang membedakan perlakuan tersebut adalah kandungan asam
pada tanaman yang disiramkan. Air yang mengandung asam cuka
(atau dikenal dengan istilah hujan asam) mengandung belerang
(sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta
nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur
dioksida dan nitrogen oksida. Sulfur dioksida bereaksi dengan
oksigen membentuk sulfur trioksida.
2SO2 + O2 -> 2SO3
Sulfur trioksida kemudian bereaksi dengan uap air membentuk
asam sulfat.
SO3 + H2O -> H2SO4
Dari uap air inilah yang akan menjadi bagian awan lalu terjadilah
hujan asam.
3) Dampak Hujan asam adalah Air hujan yang asam tersebut akan
meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang
terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. Bagi ikan: pH
di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, asam di
dalam air akan menghambat produksi enzim dari larva ikan trout
untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun
seperi alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan
beberapa ikan mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar insangnya
sehingga ikan sulit bernafas. Bagi tumbuhan: Tanaman dipengaruhi
oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin pada
daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak
tahan terhadap keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan
akar menjadi lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa
diambil, dan mineral-mineral penting menjadi hilang.
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran udara antara lain
gas dan asap yang berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar
yang tidak sempurna, atau yang dihasilkan oleh mesin-mesin
pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor, atau berasal
dari hasil oksidasi dari berbagai unsur penyusun bahan bakar yaitu
CO2, CO, SOx, NOx atau CFC dll.
5) Usaha untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya hujan asam
antara lain: Di Amerika Serikat, banyak pembangkit tenaga listrik
tenaga batu bara menggunakan Flue gas desulfurization (FGD)
untuk menghilangkan gas yang mengandung belerang dari
cerobong mereka. Sebagai contoh FGD adalah wet scrubber yang
umum digunakan di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya.
Wet scrubber pada dasarnya adalah tower yang dilengkapi dengan
kipas yang mengambil gas asap dari cerobong ke tower
tersebut.Kapur atau batu kapur dalam bentuk bubur juga
diinjeksikan ke ke dalam tower sehingga bercampur dengan gas
cerobong serta bereaksi dengan sulfur dioksida yang ada, Kalsium
karbonat dalam batu kapur menghasilkan kalsium sulfat ber pH
netral yang secara fisik dapat dikeluarkan dari scrubber. Oleh
karena itu, scrubber mengubah polusi menjadi sulfat industri.
6) Adapun usaha untuk mencegah yang lainnya adalah, karena hujan
asam itu mayoritas disebabkan oleh aktivitas manusia seperti
industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik
pengolahan pertanian, maka usaha yang bisa dilakukan adalah
dengan meminimalisir penggunaan bahan-bahan atau
meminimalisir aktivitas yang bisa menyebabkan terjadinya hujan
asam tersebut. Di Indonesia selama ini baru bisa mencegah
terjadinya hujan asam yakni dengan melakukan penghematan
energi.

Kekuatan Penelitian 1)Penggunaan bahasa yang mudah dipahami.


2)Metode penelitian yang digunakan sesuai karena dengan
melakukan manipulasi pada beberapa variable yang mempengaruhi
tanaman maka dapat dilihat perubahan yang terjadi dari perlakuan
yang berbeda.
3)Penelitian menggunakan data tabel hasil dari penelitian sehingga
memiliki bukti yang kredibel dan dapat menjadi acuan untuk
dilakukan pembahasan lebih lanjut.
4)Terdapat contoh bukti nyata dari penanggulangan terjadinya hujan
asam yaitu di negara Amerika Serikat. Sehingga dapat mengetahui
sekilas metode apa yang digunakan untuk menanggulangi hujan
asam tersebut.
Kelemahan Penelitian 1)Penelitian hanya berfokus pada satu jenis pertumbuhan tanaman
sehingga tidak dapat membandingkan perbedaan perubahan yang
terjadi dari tanaman yang satu dengan yang lain.
Kesimpulan Kesimpulan dari hasil pengamatan adalah hujan asam berpengaruh
negatif terhadap perkecambahan biji kacang hijau. Hujan asam
mempengaruhi tingkat pertumbuhannya yang tidak bisa optimal,
kecambah kacang hijau tidak bisa tumbuh dengan normal,
pertumbuhan cenderung terhambat, bahkan pada pH dibawah 3
kacang hijau tidak bisa berkecambah. Selain itu hujan asam juga
merusak lapisan lilin pada daun yang merupakan pelindung daun
sehingga daun lebih mudah terserang jamur maupun hama,
pertumbuhan akar juga terhambat sehingga nutrisi dari tanah yang
diambil juga hanya sedikit. Saran dari penulis dari jurnal ini adalah
perlu dilakukannya penelitian tindak lanjut tentang dampak hujan
asam terhadap pertumbuhan makhluk hidup yang lain dan hasil
penelitian dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi kepada
pemerintah untuk membuat kebijakan terkait dengan upaya
pengurangan pencemaran lingkungan.
Judul Pengaruh Kualitas Air Hujan pada Konsentrasi Metana
Jurnal Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia
Volume dan Halaman Vol. 2, No. 2 Hal. 103-109
Tahun 2017
Penulis Lilik S. Supriatin, Waluyo E. Cahyono, dan Syafrizon
Reviewer Agung Yaanur Azmi ( D1051201016 )
Tanggal 22 Mei 2021
Tujuan Penelitian 1)Mengetahui penyebab hujan asam di lokasi penelitian.
2)Mengetahui dan menganalisis pengaruh pH air hujan pada
konsentrasi CH4.
Subjek Penelitian Kandungan kimia air hujan.
Metode Penelitian 1) Metode spektrofotometrik digunakan untuk mengukur konsentrasi
ion SO4 2- dan NO3 - dari air hujan.
2)Metode yang digunakan untuk analisis data adalah analisis statistik
ukuran pemusatan (mean), analisis korelasi, dan analisis deskriftif.
Hasil Penelitian

1) Dapat diketahui bahwa hujan di lokasi penelitian sudah tergolong


hujan asam untuk semua bulan. Hal ini disebabkan pH air hujan
lebih kecil dari 5,6 untuk semua hujan rata-rata bulanan. Derajat
kemasaman (pH) air hujan lokasi penelitian yang lebih kecil dari
5,6 disebabkan pertama adanya gunung Marapi yang berstatus aktif
normal. Artinya selalu mengeluarkan asap yang bercampur belerang
(sulfur). Gunung Marapi terletak pada ketinggian 2891 m dari
permukaan laut. Sedangkan lokasi penelitian juga berada pada
dataran tinggi yaitu pada ketinggian 865 m dari permukaan laut.
Bukti kedua bahwa hujan asam di lokasi penelitian disebabkan
gunung Merapi adalah dari kandungan kimia air hujan.
2) Padatan debu yang mengandung belerang (S;sulfur) diemisikan
oleh gunung api Marapi dan bereaksi dengan oksigen di atmosfer
membentuk SO2. Sulfur dioksida (SO2) teroksidasi di atmosfer
membentuk SO3. Gas SO3 bersifat mudah larut dalam air sehingga
pada udara lembab (udara yang banyak mengandung uap air)
menghasilkan asam sulfat (H2SO4). Uap air yang telah
mengandung H2SO4 ini merupakan bagian dari awan dan
selanjutnya akan berkondensasi, lalu turun sebagai hujan asam.
Reaksi kimianya:
S (s) + O2 (g) → SO2 (g)
2SO2 (g) + O2 (g) → 2SO3 (g)
SO3 (g) + H2O (l) → H2SO4 (aq)
3) Derajat kemasaman dinyatakan dengan pH sebagai nilai logaritma
dari konsentrasi ion [H+ ] atau dengan formulasi: pH = -log [H+ ]
4) Semakin besar konsentrasi H2SO4 yang terkandung dalam air
hujan, maka akan semakin kecil nilai pH nya yang berarti semakin
asam hujannya.
5) Hujan asam disebabkan oleh sulfat dan nitrat yang terlarut dalam
air hujan. Belerang atau sulfur adalah sumber sulfat di atmosfer.
Atmosfer mendapatkan sulfat dari 3 sumber yaitu industri,
transportasi, dan erupsi gunung api. Sementara nitrat diperoleh
atmosfer dari atmosfer sendiri, industri, transportasi, dan kegiatan
pertanian.
6) Jadi untuk kasus lokasi penelitian dimana air hujan rata-rata
bulanan selama setahun termasuk hujan asam lebih banyak
disebabkan oleh sumber alami yaitu gunung Marapi yang aktif
normal. Adalah tidak mungkin juga sulfat dan nitrat diperoleh dari
transportasi dan industri mengingat lokasi penelitian adalah daerah
terpencil yang belum ramai dan terletak pada ketinggian yang
cukup tinggi. Oleh karena itu hujan asam bukan ukuran indikator
kualitas lingkungan [10]. Karena bisa saja seperti di lokasi
penelitian hujannya sudah tergolong asam, tetapi bukan karena
kerusakan lingkungan (kemacetan atau industrialisasi) tetapi faktor
alami adanya gunung api aktif normal.
7) Implikasi dari ini adalah bahwa hujan asam yang berasal dari
sumber alami jangan menjadi masalah. Hal ini dapat dimanfaatkan
untuk menanam tanaman yang tahan terhadap sulfur yang tinggi
seperti tanaman kacang-kacangan dan tanaman bawang merah dan
bawang putih.

8) Dapat diketahui pertama hubungan antara pH air hujan dengan


konsentrasi CH4 berbanding lurus. Artinya semakin tinggi pH yang
berarti semakin rendah konsentrasi sulfat, maka semakin tinggi
konsentrasi CH4. Hal ini disebabkan ketika air hujan asam yang
jatuh di tanah dengan membawa ion sulfat akan mengubah pH
tanah menjadi lebih asam. Bakteri metanogen sebagai penghasil
CH4 akan bekerja menghasilkan emisi CH4 pada kisaran pH
mendekati 6-8 dan pH optimum untuk pembentukan gas metana
adalah 7. Pada tanah dengan kemasaman tinggi, aktivitas bakteri
metanogen berkurang yang berpengaruh terhadap penurunan
produksi metana dalam tanah.
9) Tidak hanya dalam tanah, di atmosfer sendiri CH4 mendapat
saingan dari SO2 yang dilepaskan oleh erupsi gunung api . Hal ini
disebabkan oleh reaksi kimia reduksi sejumlah radikal OH oleh
CH4 dan SO2 yang bersaing. Radikal OH diperebutkan antara CH4
dan SO2. Jika CH4 berhasil bereaksi dengan OH, maka konsentrasi
CH4 berkurang, sementara konsentrasi SO2 meningkat. Destruksi
metana terjadi jika metana bereaksi dengan O.H dan membentuk
radikal methil C.H3 dan uap air (H2O)
Kekuatan Penelitian 1)Penggunaan bahasa yang mudah dipahami.
2)Metode penelitian yang digunakan tepat.
3)Data dan pembahasan yang di paparkan cukup jelas.
4)Metode penelitian yang digunakan sesuai dan lengkap.
Kelemahan Penelitian 1)Bahasa yang digunakan kurang efektif.
Kesimpulan Berdasarkan penelitian ini dihasilkan kesimpulan bahwa hujan asam
yang terjadi di lokasi penelitian disebabkan oleh SO2 yang selalu
kontinu dilepaskan oleh gunung Marapi yang aktif normal. Interaksi
antara pH air hujan dengan konsentrasi CH4 adalah berbanding lurus
sama halnya dengan pola pengaruh pH air hujan pada emisi CH4.
Judul Acid rain attack on outdoor sculpture in perspective
Jurnal Atmospheric Environment
Volume dan Halaman 146 (2016): 332-345
Tahun 2016
Penulis Richard A. Livingston
Reviewer Agung Yaanur Azmi ( D1051201016 )
Tanggal 22 Mei 2021
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui korelasi antara pH dari hujan asam dan potensi
kerusakan warisan budaya, khususnya patung marmer dan perunggu
luar ruangan.
Subjek Penelitian Ph hujan asam.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah permodelan geokimia.
Pendekatan ini memiliki manfaat ilmiah, dan tetap valid terlepas dari 
usia data tertentu yang diterapkan. Meskipun satu-satunya kumpulan
data yang tersedia berusia 35 tahun, hal ini tidak
menghalangi dilakukannya jenis studi yang sama dalam kondisi
lingkungan saat ini. Faktanya, salah satu temuan utama dari analisis
ini adalah kepentingan relatif dari komponen pengendapan non-asam,
yang dapat disimpulkan sebagai asam organik, dalam serangan
terhadap marmer dan perunggu.
Hasil Penelitian Hujan asam, diartikan sebagai adanya keasaman dalam air hujan lebih
dari asam yang terbentuk secara alami sebagai akibat aktivitas
manusia. Kontribusi antropogenik ini terutama terdiri darimasam
sulfat dengan jumlah asam nitrat yang lebih sedikit dan lebih
bervariasi. Kontak larutan dengan batu karbonat menetralkan
keasaman ini melalui reaksi:
CaCO3 + 2H+ + SO2-4  Ca2+ + H2O + CO2↑ + SO2-4
Peningkatan Ca2+ ion dalam limpasan diplotkan terhadap pH hujan
tidak ada korelasi. Juga diplot dalam hal ini Angka adalah garis
horizontal pada 0,158 mmol/l yang menunjukkan peningkatan
maksimum yang dapat dicapai dengan netralisasi hujan asam dengan
asumsi pH rendah secara historis 3,5. Hasil dari dua studi kasus
menunjukkan bahwa serangan hujan asam memainkan peran yang
sangat kecil dalam pelapukan patung marmer dan perunggu di luar
ruangan dibandingkan dengan deposisi kering di tahun 1980-an.
Selain itu, keasaman hujan telah menurun sejak saat itu.
Kekuatan Penelitian 1)Bahasa yang mudah dipahami.
2)Metode penelitian yang digunakan sesuai.
3)Hasil penelitian sudah cukup rinci sehingga mudah untuk dipahami
apa hasil yang didapat dari penelitian tersebut.
4)Pembahasan yang detail, lengkap dengan grafik dan tabel hasil
penelitian.
Kelemahan Penelitian 1)Pembahasan yang dipaparkan sangat detail sehingga pembaca agak
sulit memahami isi yang di sampaikan dan jurnal yang panjang
membuat pembaca harus memahami dengan sangat teliti untuk dapat
memahami isi dari jurnal.
Kesimpulan Untuk memahami kurangnya korelasi yang berlawanan dengan intuisi
antara pH hujan dan kehilangan dengan pelarutan kimia bahan
pahatan, pendekatan pemodelan geokimia air digunakan untuk
menganalisis kimia limpasan hujan untuk kepentingan relatif asam
netralisasi hujan, pengendapan kering, dan dalam kasus marmer,
pelarutan natural karbonat. Pendekatan ini melibatkan pengembangan
pH SO2-4 diagram fase untuk marmer (kalsium karbonat) dan
perunggu (tembaga) di bawah kondisi lingkungan sekitar.Ini
kemudian memungkinkan pemodelan jalur reaksi dari netralisasi
asam proses menggunakan kisaran pH biasanya ditemukan dalam
pengendapan basah. Hasilnya untuk marmer itu teoritis maksimal
jumlah ion Ca2+ yang bisa hilang karena netralisasi hujan asam akan
menjadi 0,158 mmol/l dibandingkan dengan 10,5 mmol/l dengan
pengendapan kering, dan untuk perunggu, kehilangan ion Cu2+ akan
menjadi 0,21 mmol/l dan 47,3 mmol/l masing-masing. Akibatnya
efek deposisi kering bahan-bahan ini berpotensi mendominasi
pengendapan efek basah. Untuk menguji prediksi ini, model
geokimia diterapkan hingga contoh kumpulan data dari mass balance
(limpasan vs curah hujan) studi tentang patung marmer di New York
City dan beberapa perunggu plakat peringatan di Gettysburg PA.
Untuk patung marmer, rata-rata kehilangan Ca2+ oleh pengendapan
kering adalah sekitar 69% dari total dibandingkan dengan 0,3% untuk
netralisasi hujan asam, yang lebih kecil dari kehilangan disolusi
karbonat alam sebesar 0,8%. Untuk perunggu, itu rata-rata kehilangan
Cu2+ adalah 70,6% oleh SO2-4 deposisi kering dan 23% oleh NO-3
pengendapan kering dibandingkan dengan 6,4% dengan netralisasi
hujan asam.
Judul Acid Rain is a Local Environment Pollution but Global Concern
Jurnal Open Science Journal of Analytical Chemistry
Volume dan Halaman 3 (5): 47-55
Tahun 2018
Penulis Haradhan Kumar Mohajan
Reviewer Agung Yaanur Azmi ( D1051201016 )
Tanggal 22 Mei 2021
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengurangi hujan asam demi
kesejahteraan ekologi global.
Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh beberapa peneliti yang mengamati
berbagai dampak hujan asam baik bagi ekosistem perairan, tanaman
dan pohon, struktur bangunan,serta tubuh manusia.
Metode Penelitian Untuk pengumpulan data yang diperlukan, berbagai publikasi,
laporan penelitian, database online, majalah, buku dari berbagai
penulis, tesis, jurnal, situs web, dan sumber lain dari informasi yang
dipublikasikan digunakan.
Hasil Penelitian Hujan asam disebabkan oleh emisi sulfur dioksida (SO 2) dan nitrogen
oksida (NOx; terutama oksida nitrat NO dan nitrogen dioksida NO 2) melalui
pembakaran bahan bakar fosil, yang bereaksi dengan molekul air di
atmosfer (oksidasi) untuk menghasilkan H 2SO4 dan HNO3 asam masing-
masing. Prosedur pembentukan kedua asam ini adalah sebagai berikut:
Pembentukan asam sulfat (H2SO4):
Belerang dalam batubara terbakar dalam oksigen untuk membentuk SO 2.
Biasanya, lebih sedikit dari 5% sulfur dilarutkan menjadi SO 2;
S (dari batubara) + O2 (g) → SO2 (g).
SO2 bereaksi dengan O2 di atmosfer membentuk sulfur trioksida (SO3);
SO2 (g) + O2 (g) → SO3 (g).
SO3 ini bereaksi dengan kelembaban di atmosfer (air) untuk membentuk
H2SO4;
SO3 (g) + H2O (l) → H2SO4 (aq).
Di hadapan sinar matahari (hυ), SO2 dan OH- gabungkan ke bentuk H2SO4;
2SO2 (g) + 2OH- + hυ → H2SO4 (aq).
Pembentukan asam nitrat (HNO3):
Nitrit oksida (NO) dapat bereaksi dengan oksigen (O 2) untuk membentuk
nitrogen dioksida (NO2), yang dapat dipecah lagi oleh sinar matahari (hυ)
untuk menghasilkan NO dan oksigen radikal O2–;
2NO (g) + O2 (g) → 2NO2 (g)
NO2 (g) + hυ→NO (g) + O2–.
O2– ini bereaksi dengan O2 untuk membuat ozon (O3);
O2– + O2 (g) → O3 (g).
Dengan adanya O3, NO bentuk lagi NO2;
NO (g) + O3 (g) →NO2 (g) + O2 (g).
O2– bereaksi dengan H2O untuk menghasilkan radikal hidroksil (OH-);
O2– + H2O (l) → 2OH-.
OH- ini bereaksi dengan NO menghasilkan asam nitrat (HNO 2), dan
bereaksi dengan NO2 untuk menghasilkan asam nitrat (HNO 3); NO (g) +
OH-→ HNO2 (aq)
NO2 (g) + OH-→ HNO3 (aq).
Manusia dapat berkontribusi mengurangi hujan asam, salah satunya dengan
cara mengurangi jumlah penggunaan listrik. Produksi energi terbarukan,
seperti tenaga angin, panel surya, tenaga pasang surut, dll harus
ditingkatkan untuk mengurangi pencemaran hujan asam. Untuk mengurangi
NOx perlu menghindari mobil pribadi dan menggunakan bus umum untuk
perjalanan jauh.
Kekuatan Penelitian 1)Bahasa yang digunakan mudah dipahami.
2)Persamaan reaksi kimia yang dijabarkan cukup rinci.
3)Pembahasan yang dipaparkan cukup jelas.
Kelemahan Penelitian 1)Subjek penelitian yang dipaparkan tidak secara gambling sehingga
pembaca harus membaca dan memahami keseluruhan isi jurnal untuk
menentukan subjek yang menjadi bahan penelitian.
Kesimpulan Penelitian ini mencoba membahas hujan asam dengan efek
berbahanya. Selain itu juga menyoroti masalah hujan asam global dan
kebijakan pengurangan hujan asam. Ilmuwan dan ahli lingkungan di
seluruh dunia berusaha mengurangi kerusakan di masa depan akibat
hujan asam. Setiap negara harus berusaha secara seragam untuk
mengurangi hujan asam tetapi negara-negara industri dan maju harus
lebih efektif dalam hal ini. Peneliti masa depan harus mencoba
menemukan teknologi baru yang efisien untuk mengurangi hujan
asam dengan lebih efisien daripada teknologi yang ada. Dalam hal ini
perhatian global tentang hujan asam harus diciptakan di antara
masyarakat umum dan masyarakat sipil. Untuk kesejahteraan
ekosistem global tidak ada alternatif lain selain pengurangan hujan
asam.
Judul Acid Rain-The Major Cause of Pollution: Its Causes, Effects
Jurnal International Journal of Applied Chemistry.
Volume dan Halaman Vol. 13 (1): 53-58
Tahun 2017
Penulis Subodh Kumar
Reviewer Agung Yaanur Azmi ( D1051201016 )
Tanggal 22 Mei 2021
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab utama
hujan asam dan dampaknya.
Subjek Penelitian Penyebab hujan asam.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif. Metode
deskriptif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
menggambarkan masalah yang terjadi pada masa sekarang atau yang
sedang berlangsung, bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa saja
yang terjadi sebagaimana mestinya pada saat penelitian dilakukan.
Hasil Penelitian 1) Dapat diketahui bahwa pH air hujan normal juga bersifat asam.
Alasannya adalah bahwa air bereaksi sedikit dengan karbon
dioksida (CO2) di atmosfer untuk menghasilkan asam karbonat
CO2 + H2O → H2CO3 (asam karbonat)
Sejumlah kecil asam nitrat juga merupakan penyebab keasaman air
pada hujan normal, yang dihasilkan oleh oksidasi nitrogen didalam
air
2N2 + 5O2 + 2H2O 4 → HNO3 (asam nitrat)
2) Reaksi kimia yang menghasilkan terbentuknya hujan asam
melibatkan interaksi SO2, NOx dan O3. Ketika polutan dibuang ke
atmosfer oleh tiang asap tinggi, molekul SO2 dan NOx terjebak
dalam udarar, di mana mereka berinteraksi di hadapan sinar
matahari dengan uap untuk membentuk kabut asam sulfat dan asam
nitrat. Reaksi asam yang melibatkan O3:
O3→ O2 + O O + H2O → OH (radikal hidroksi)
OH+ S02 → HSO3
HSO3- + OH → H2SO4
OH + NO2 → HNO3
HSO3 + O2- → SO32- + HO2 (radikal peroksi)
Reaksi asam yang melibatkan belerang:
Batubara sangat kaya akan sulfur. Saat batu bara dibakar,
komponennya teroksidasi
S + O2 → SO2
3) Berdasarkan penelitian, dapat diketahui bahwa pH air hujan
normal juga bersifat asam. Alasannya adalah bahwa air bereaksi
sedikit dengan karbon dioksida (CO2) di atmosfer untuk
menghasilkan asam karbonat
CO2 + H2O → H2CO3 (asam karbonat)
Sejumlah kecil asam nitrat juga merupakan penyebab keasaman air
pada hujan normal, yang dihasilkan oleh oksidasi nitrogen didalam
air
2N2 + 5O2 + 2H2O 4 → HNO3 (asam nitrat)
Reaksi kimia yang menghasilkan terbentuknya hujan asam
melibatkan interaksi SO2, NOx dan O3. Ketika polutan dibuang ke
atmosfer oleh tiang asap tinggi, molekul SO2 dan NOx terjebak
dalam udarar, di mana mereka berinteraksi di hadapan sinar
matahari dengan uap untuk membentuk kabut asam sulfat dan asam
nitrat. Reaksi asam yang melibatkan O3:
O3→ O2 + O O + H2O → OH (radikal hidroksi)
OH+ S02 → HSO3
HSO3- + OH → H2SO4
OH + NO2 → HNO3
HSO3 + O2- → SO32- + HO2 (radikal peroksi)
Reaksi asam yang melibatkan belerang:
Batubara sangat kaya akan sulfur. Saat batu bara dibakar,
komponennya teroksidasi
S + O2 → SO2
Oksidasi belerang menjadi SO2 terjadi secara langsung dalam nyala
api; oleh karena itu SO2 dibuang ke atmosfer dari tumpukan asap.
Saat SO2 tersapu oleh angin yang ada, SO2 perlahan teroksidasi
pada suhu biasa menjadi SO32- .
4)Sifat oksidan atmosfer memainkan peran penting dalam konversi
SO3 2- menjadi SO4. Oksidasi belerang dioksida paling umum
terjadi di awan dan terutama di udara yang sangat tercemar di mana
senyawa seperti amonia dan O3 berlimpah. Katalis ini membantu
mengubah lebih banyak SO2 menjadi asam sulfat.
H2 O2 + HSO3 → HSO4- + H2O
Setelah mempelajari Hutan Hubbard Brook dan area lain saat ini,
ada beberapa dampak penting pengendapan asam pada lingkungan
alam dan buatan manusia. Pengaturan perairan paling jelas
dipengaruhi oleh deposisi asam karena presipitasi asam jatuh
langsung ke dalamnya. Endapan kering dan basah juga mengalir
dari hutan, ladang, dan jalan dan mengalir ke danau, sungai, dan
sungai.
Kekuatan Penelitian 1)Bahasa yang digunakan mudah dipahami.
2)Persamaan reaksi kimia yang dipaparkan cukup rinci.
3)Pembahasan yang dipaparkan cukup jelas.
Kelemahan Penelitian 1)Tidak ada tabel ataupun grafik yang dipaparkan untuk menguatkan
penjelasan yang di paparkan.
Kesimpulan Penelitian ini mencoba membahas aspek hujan asam dengan efek
bahayanya. Ia menjelaskan penyebab, dan efek hujan asam. Sulfur
dioksida (SO2) dan oksida nitrogen dan ozon sampai batas tertentu
merupakan penyebab utama hujan asam. Konstituen ini berinteraksi
dengan reaktan yang ada di atmosfer dan menghasilkan pengendapan
asam. Penyebab lainnya seperti sumber alami polutan belerang
(lautan), letusan gunung berapi, Sumber emisi SO 2 buatan manusia
(pembakaran batu bara dan minyak bumi) serta berbagai proses
industri. Sumber lain termasuk peleburan bijih besi dan logam
lainnya (Zn dan Cu), pembuatan asam sulfat, dan pengoperasian
konsentrator asam dalam industri perminyakan.

Anda mungkin juga menyukai