Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

PERCOBAAN II
PENGARUH PEMBERIAN AIR TERCEMAR TERHADAP ORGANISME
PERAIRAN (IKAN)

OLEH :

NAMA : MUH. MUFADHOL DIN FAHRIL


STAMBUK : F1D2 19 016
KELOMPOK : II ( DUA)
ASISTEN PEMBIMBING : ARIG AL FATH ODE

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVESITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencemaran air adalah sifat-sifat air yang semula normal dengan

keadaan tak berbau, bersih, dan masih terjaga kemurniannya menjadi

sebaliknya. Bumi ini memiliki kadar air yang sangat melimpah, tapi bukan

berarti semua air yang ada itu masih terjaga kemurniannya. Banyaknya

limbah industri juga sering kali menjadi faktor pencemaran terhadap

kemurnian air.

Banyaknya benda asing dan sejumlah zat dapat mengakibatkan

pencemaran pada air dari keadaan normalnya menjadi keadaan yang lebih

buruk. Akibatnya, kehidupan organisme didalamnya terganggu bahkan bisa

menyebabkan kepunahan pada lingkungan yang telah tercemar. Kontak

langsung hewan perairan seperti ikan, biasanya dapat terjadi karena adanya

kontak logam yang biasanya relatif mudah menguap dan larut terhadap air

yang mengandung toksik dengan ikan. Kontak langsung ini biasanya terjadi

ketika air yang tercemar merupakan habitat asli dari organisme tersebut,

sehingga toksik yang terkandung dalam air yang telah tercemar itu masuk ke

tubuh ikan melalui insang, mulut bahkan lewat makanan yang dapat

menyebabkan penyakit pada ikan. Berdasarkan penyataan diatas maka

dilakukannya praktikum Pengaruh Pemberian Air Tercemar terhadap

Organisme Perairan (Ikan).


B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini yaitu bagaimana mengetahui

pemberian air tercemar terhadap organisme perairan ?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini yaitu untuk mengetahui

pemberian air tercemar terhadap organisme perairan

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini yaitu dapat mengetahui

pemberian air tercemar terhadap organisme perairan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Toksikologi Lingkungan

Toksikologi Lingkungan merupakan salah salah satu konsep dalam

pembelajaran Biologi yang erat pembahasannya dengan masalah-masalah

lingkungan yang terjadi saat ini. Pokok bahasan seperti Toksikan Polutan

Udara dan Air sangat cocok menjadi tema masalah yang diangkat dalam tugas

tertulis. Tema ini dapat diambil dari berbagai sumber media baik artikel

maupun berita. Pemberian masalah yang disajikan dalam tugas

tertulismemuat pertanyaan-pertanyaan terkait wacana yang berisi isu-isu

toksikologi lingkungan (Munawarah dkk, 2018).

Toksikologi merupakan salah satu pecahan dari bidang Biologi terapan

seperti kedokteran, farmasi, ilmu lingkungan sanitasi, dan lain sebagainya.

Dalam bidang ilmu khusus ini dipelajari tentang racun (daya racun dan

keracunan) yang dapat ditimbulkan oleh sesuatu. Secara sederhana dan

ringkas, toksikologi didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan

mekanisme efek toksik berbagai bahan terhadap makhluk hidup dan system

biologik lainnya Untuk mengetahui sejauh mana takaran suatu senyawa yang

mempunyai aktivitas biologi, maka perlu dilakukan uji toksisitas sehingga

dosis obat dapat diketahui. Dosis adalah kuantitatif yang menunjukkan

jumlah senyawa yang dibutuhkan untuk menghasilkan efek biologi. Apabila

dosis ini dilampaui maka akan terjadi keracunan pada manusia (Widyastuti &

Sari, 2019).

B. Ikan Mujair (Oreochromis Mossambicus)


Oreochromis mossambicus merupakan bioindikator untuk monitoring

polusi yang ada pada air tawar. Oreochromis mossambicus berpotensi

mengakumulasi logam berat. Ikan mujair (Oreochromis mossambicus)

mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam atau salinitas. Logam

berat juga dapat menghambat laju pertumbuhan ikan. Toksisitas logam berat

timbal (Pb) dapat memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan, semakin

lama pemaparan timbal dan semakin tinggi konsentrasi timbal akan

menurunkan laju pertumbuhan. Timbal (Pb) dalam tubuh dengan konsentrasi

yang tinggi akan menghambat aktivitas enzim (Yulaipi & Aunurohim, 2013).

C. Akuarium

Akuarium biota laut merupakan sebuah alternatif yang dapat dijadikan

sebagai wadah pengenalan tentang kehidupan bawah laut, serta dapat menjadi

wadah pelestarian dan penelitian tentang kehidupan biota laut. Akuarium

merupakan tempat memelihara ikan hias, suatu ekosistem yang berisikan

banyak komponen saling berinteraksi sehingga keseluruhan sistem berjalan.

Menurut segi arsitektural akuarium biota laut dijadikan sebagai wadah segala

macam kegiatan yang berhubungan tentang biota laut dan ekosistemnya,

bahkan juga dalam proses penelitian terhadap hewan perairan dapat dilakukan

di akuarium (Meikalista dkk, 2016).

D. Pencemaran Logam
Toksisitas logam berat timbal dapat memberikan pengaruh terhadap laju

pertumbuhan, semakin lama pemaparan timbal dan semakin tinggi

konsentrasi timbal akan menurunkan laju pertumbuhan. Timbal dalam tubuh

dengan konsentrasi yang tinggi akan menghambat aktivitas enzim.

Penghambatan aktivitas enzim akan terjadi melalui pembentukan senyawa

antara logam berat dengan gugus sulfihidril. Jika pada tubuh ikan terkandung

kadar logam yang tinggi dan melebihi batas normal yang telah ditetapkan

(ambang batas baku mutu timbal dalam air adalah 0,03 ppm), maka dapat

disimpulkan bahwa lingkungan tersebut tidak baik karena telah tercemar

logam berat. Timbal dalam aliran darah sebagian besar diserap dalam bentuk

ikatan dengan eritrosit. Timbal dapat mengganggu enzim oksidase dan

akibatnya menghambat sistem metabolisme sel. Energi yang dihasilkan dari

metabolisme digunakan tubuh untuk aktivitas tubuhnya dan sisa dari energi

tersebut akan digunakan untuk pertumbuhan, jika metabolisme terganggu

maka pertumbuhan juga akan terganggu (Rahayu dkk, 2017).

III. METODE PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 08 Mei 2021 pukul

16.00 WITA sampai selesai dan dilaksanakan secara online via google meet.

IV. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Kegunaan


No. Alat Jumlah Kegunaan
1 2 3 4
1. Baskom/aquarum 6 Sebagai wadah penampung air dan
Ikan
2. Selang aerator 6 Untuk menyalurkan oksigen dari
aerator kedalam baskom/aquarium
3. Aerator 5 Sebagai penghasil oksigen
4. Kabel 5 Sebagai alat penghubung aliran
listrik
5. Jala 6 Penutup wadah baskom/aquarium
6. Gunting 1 Sebagai alat pemotong
7. Kamera 1 Untuk mendokumentasi hasil
Pengamatan
8. Alat tulis 1 Untuk mencatat hasil pengamatan
9. Stop watch 1 Untuk menghitung pergerakan ikan

V. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan Kegunaan


No. Bahan satuan Kegunaan
1 2 3 4
1. Ikan mujair - Sebagai objek pengamatan
(Oreochromismosambiccus)
2. Air Sungai Pohara Ml Sebagai bahan pencemar
bagi ikan
No. Bahan Satuan Kegunaan
1 2 3 4
3. Air sungai Wanggu mL Sebagai bahan pencemar
bagi ikan
4. Air sungai Konda mL Sebagai bahan pencemar
bagi ikan
5. Air limbah Tahu mL Sebagai bahan pencemar bagi
Ikan
6. Air limbah Sagu Ml Sebagai bahan pencemar
bagi ikan
Tabel 2. Lanjutan
VI. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai


berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Memasukkan air ke dalam baskom/aquarium.

3. Memasukkan ikan mujair (Oreochromismosambiccus) ke

dalam baskom/aquarium.

4. Memasukkan bahan pencemar pada masing-masing baskom/aquarium.

5. Memasukkan selang aerator pada masing-masing baskom/aquarium.

6. Memasang aerator yang terhubung dengan selang.

7. Menghubungkan aerator ke sumber listrik.

8. Menghitung gerakan operkulum dan pergerakan ekor selama 1 menit/hari

selama 1 minggu (pengamatannya 4 hari).

9. Mencatat ikan mujair (Oreochromismosambiccus) yang mati.

10. Mencatat hasil pengamatan.

11. Mendokumentasikan hasil pengamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3, 4 dan 5.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Pergerakan Operculum Selama 4 Hari


Perlakuan
Hari Air Air sungai Air Air Air Air Kontrol
Ke- sungai kaliwanggu limbah limbah sungai sungai
konda tahu sagu pohara teluk
KDI
1 2 3 4 5 6 7 8
1 34 48 83 63 96 98 55
2 23 0 0 73 4 5 20
3 0 0 0 11 7 11 9
4 Mati Mati Mati Mati Mati Mati 2

Tabel 4. Hasil Pengamatan Pergerakan Ekor Selama 4 Hari


Perlakuan
Hari Air Air sungai Air Air Air Air Kontrol
Ke- sungai kaliwanggu limbah limbah sungai sungai
konda tahu sagu pohara teluk
KDI
1 2 3 4 5 6 7 8
1 25 46 72 41 6 8 56
2 15 0 0 66 0 0 9
3 0 0 0 2 3 0 2
4 Mati Mati Mati Mati Mati Mati 1

Tabel 5. Gambar Hasil Pembelahan Ikan


No. Perlakuan Gambar
1 2 3
1. Air sungai konda

2. Air kali wanggu


3. Air limbah tahu

Tabel 5. Lanjutan
1 2 3
4. Air sungai pohara

5. Air limbah sagu


100
100
90
90
80
80 Air sungai konda
70
Jumlah Pergerakan

70 Air sungai konda


Jumlah Pergerakan

60 Air sungai kaliwanggu


60 Air sungai kaliwanggu
50 Air limbah tahu
50 Air limbah tahu
40 Air limbah sagu
40 Air limbah sagu
30 Air sungai pohara
30 Air sungai pohara
20 Air sungai teluk Kendari
20 Air sungai teluk Kendari
10 Kontrol
10 Kontrol
0
0 1 2 3 4
1 Hari2 pengamatan
3 4
Hari pengamatan

B. Grafik Pergerakan Operculum selama 4 Hari.


Grafik 1.1 Hasil Pengamatan Pergerakan Operculum
C. Grafik Pergerakan Ekor Selama 4 Hari
Grafik 1.2 Hasil Pengamatan Pergerakan Ekor

B. Pembahasan

Pencemaran ini tidak hanya menyebabkan ikan keracunan, tetapi juga

dapat membahayakan berbagai jenis organisme yang bergantung pada

perairan, bahkan bisa menyebabkan kepunahan terutama pada hewan

perairan. Pencemaran air terjadi jika ada polutan atau zat asing yang masuk

ke dalam air seperti zat kimia, energi dan unsur lainnya sehingga merubah

bentuk asli dari air menjadi berubah warna dan mengeluarkan bau yang tidak

enak.

Dari hasil pengamatan pergerakan operculum terlihat dihari pertama

semua ikan yang telah ditempatkan pada air air tercemar pada masing-masing

80

70

60 Air sungai konda


Jumlah Pergerakan

50 Air sungai kaliwanggu

40 Air limbah tahu


Air limbah sagu
30
Air sungai pohara
20
Air sungai teluk Kendari
10 Kontrol

0
1 2 3 4
Hari pengamatan

wadah masih bertahan hidup dengan gerakan operculum ikan yang


ditempatkan pada wadah berisi air tercemar dari air sungai konda yaitu 34

kali gerakan operculum, pada air sungai kaliwanggu dengan 48 kali gerakan

operculum, air limbah tahu 83 kali gerakan operculum, air limbah sagu 63

kali gerakan operculum, air sungai pohara 96 kali gerakan operculum, air

sungai teluk Kendari 98 kali gerakan operculum dan kontrol 55 kali gerakan

operculum. Hari kedua terdapat perubahan jumlah gerakan operculum pada

masing-masing ikan yaitu pada wadah air sungai konda dengan gerakan

operculum ikan yaitu 23 kali, air limbah sagu 73 kali, air sungai pohara 4 kali,

air sungai teluk Kendari 5 kali dan kontrol 20 kali sedangkan untuk wadah

dengan air sungai kaliwanggu dan air limbah tahu sudah tidak ada pergerakan

operculum (0). Hari ketiga, ikan pada wadah air sungai konda memiliki

jumlah gerakan operculum yaitu 0, namun pada wadah air limbah sagu

mengalami penurunan menjadi 11 kali gerakan operculum, sedsngkan pada

wadah air sungai pohara 7 kali gerakan operculum, air sungai teluk Kendari

11 kali gerakan operculum dan kontrol 9 kali 9. Hari keempat atau hari

terakhir semua ikan yang tersisa pada masing-masing wadah telah mati

dengan kontrol 2.

Selanjutnya dari hasil pengamatan pergerakan ekor ikan, terlihat dihari

pertama semua ikan yang telah ditempatkan pada air air tercemar pada

masing-masing wadah masih bertahan hidup dengan gerakan ekor ikan yang

ditempatkan pada wadah berisi air tercemar dari air sungai konda yaitu 25

kali gerakan pada ekornya, pada air sungai kaliwanggu dengan 46 kali

gerakan pada ekornya, air limbah tahu 72 kali gerakan pada ekornya, air
limbah sagu 41 kali gerakan pada ekornya, air sungai pohara 6 kali gerakan

pada ekornya, air sungai teluk Kendari 8 kali gerakan pada ekornya dan

kontrol 56 kali. Hari kedua terdapat perubahan jumlah gerakan ekor pada

masing-masing ikan yaitu pada wadah air sungai konda dengan gerakan pada

ekor ikan yaitu 15 kali dan air limbah sagu 66 kali, sedangkan untuk wadah

dengan air sungai kaliwanggu, air limbah tahu, air sungai pohara dan air teluk

Kendari sudah tidak ada gerakan pada ekornya (0) sedangkan kontrolnya 9.

Hari ketiga, ikan pada air sungai pohara kembali memiliki gerakan ekor

dengan berjumlah 3 kali gerakan dan ikan pada limbah sagu memiliki jumlah

gerakan ekor 2 kali sedangkan pada wadah air sungai kaliwanggu, ikan

didalamnya sudah tidak memiliki jumlah pergerakan ekor (0) dan kontrol 2.

Hari keempat atau hari terakhir semua ikan yang tersisa pada masing-masing

wadah telah mati dengan kontrol 1.

Faktor-faktor efek toksik pada organisme perairan terutama ikan adalah

adanya zat-zat asing atau bakteri yang mencemari lingkungan perairan

oganisme tersebut sehingga saat hal ini terjadi, maka organisme akan

mengalami kesulitan dalam bernapas dan bergerak dan dapat menimbulkan

kematian. Hal ini tergantung seberapa kuat dan tahan organisme tersebut

bertahan dan seberapa toksik lingkungan yang tercemari.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa saya ambil pada praktikum kali ini yaitu cara

pemberian air tercemar terhadap organisme perairan adalah dengan

memasukkan bahan pencemar berupa air sungai konda, air sungai

kaliwanggu, air limbah tahu, air limbah sagu, air sungai pohara dan air sungai

teluk Kendari kedalam masing-masing baskom/akuarium yang telah

disiapkan sebelumnya.

B. Saran

Saran saya pada praktikum kali ini yaitu:

1. Untuk Laboratorium agar kebersihannya terus dijaga.


2. Untuk kakak asisten agar makin hari tak berhenti untuk terus menjadi lebih

baik lagi.

3. Untuk teman-teman praktikan pada saat diskusi, tolong lebih aktif lagi

apalagi saat berbicara mengenai isi laporan.

DAFTAR PUSTAKA

Meikalista, A., Musyawaroh dan Hardiana A. 2016, Akuarium Biota Laut dengan
Pendekatan Arsitektur Metafora di Taman Nasional Karimun Jawa,
Arsitektura, 14(2): 1-8.

Munawarah, L., Soendtojo M. A dan Halang B. 2018, Kemampuan Berpikir Kritis


Mahasiswa Pendidikan Biologi Melalui Penyelesaian Masalah
Toksikologi Lingkungan, Edusains, 10(1): 1-6.

Rahayu, N. I., Rosmaidar, Hanifah, M., Karmil, T. F., Helmi, T. Z. dan Daud, R.
2017, Pengaruh Paparan Timbal (Pb) Terhadap Laju Pertumbuhan Ikan
Nila (Oreochromis Nilloticus), JIMVET, 1(4): 658-665.

Widyastuti, S dan Sari, A. 2019, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Daun Suruhan
(Peperomia Pellucida (L.) Kunth) terhadap Larva Udang (Artemia Salina
Leach), Jurnal Herbal Indonesia, 1(1), 10-17.

Yulaipi, S dan Aunurohim. 2013, Bioakumulasi Logam Berat Timbal (Pb) dan
Hubungannya dengan Laju Pertumbuhan Ikan Mujair (Oreochromis
mossambicus), Jurnal Sains dan Seni Pomits, 2(2): 166-170.

Anda mungkin juga menyukai