Anda di halaman 1dari 8

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lhokseumawe merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Aceh.
Kota ini terletak di tengah-tengah jalur timur Sumatera yaitu diantara Banda Aceh
dan Medan. Asal kota Lhokseumawe adalah “lhok” dan “seumawe”. Lhok artinya
dalam, teluk, palung laut, dan Seumawe artinya air yang berputar-putar atau pusat
dan mata air pada laut sepanjang lepas Banda Sakti dan sekitarnya.
Kota Lhokseumawe terletak di antara 4˚-5˚ LU dan 96˚-97˚ BT dengan
ketinggian rata-rata 13 m di atas permukaan laut. Batas-batas wilayah Kota
Lhokseumawe, sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan
dengan Kecamatan Kuta Makmur Aceh Utara, sebelah Timur dengan Kecamatan
Syamtalira Bayu Aceh Utara, dan sebelah Barat dengan Kecamatan Dewantara
Aceh Utara. Luas Kota Lhokseumawe yaitu 181.06 km2, sebesar 60% dari luas
Kota Lhokseumawe merupakan wilayah pemukiman penduduk yang mana dengan
Jumlah penduduk Kota Lhokseumawe pada tahun 2016 adalah sebanyak 195.186
jiwa.
Kota Lhokseumawe memiliki potensi yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat sekitar dikarenakan sebagian masyarakat bermata pencarian sebagai
nelayan, pelaku usaha perikanan, dan pengusaha tambang. Kota Lhokseumawe
juga dijadikan tempat wisata bagi masyarakat luar.
Pelabuhan Lhokseumawe sudah berdiri sejak abad ke-7, bersamaan
dengan masuknya Islam ke Sumatra. Di masa lalu, pelabuhan ini diperhitungkan
dalam perdagangan di kawasan Selat Malaka. Kini, fungsi bisnis pelabuhan ini
lebih ke aktivitas bongkar muat curah cair dan curah kering, dengan komoditas
semen curah dan Crude Palm Oil (CPO). Kegiatan bisnis yang lain adalah
bongkar muat general kargo, petikemas, curah cair, curah kering, dan komoditas
aspal cair. Ada juga layanan pemanduan untuk kapal gas di Terminal Khusus
milik PT Perta Arum Gas, dan layanan pemanduan di Terminal untuk kepentingan
sendiri TUKS) milik PT Pupuk Iskandar Muda.
Produktivitas perairan merupakan laju penambatan atau penyimpanan
energi (cahaya matahari) oleh komunitas autotrof di dalam sebuah ekosistem
perairan. Produktivitas itu sendiri terdiri dari produktivitas primer (produsen) dan
produktivitas skunder (konsumen: zooplankton, ikan, benthos, dll) (Asriana &
Yuliana, 2012). Produktivitas sekunder merupakan kecepatan produksi biomassa
oleh heterotrof (Begon et al. 2006). Perhitungan produktivitas sekunder pada
hewan didasarkan pada perubahan jumlah, biomassa, dan kecepatan pertumbuhan
(Wetzel, 2001). (Nakamura, 1997) memaparkan bahwa appendicularian
Oikopleura berperan penting dalam produktivitas sekunder di Pesisir Seto Island,
Jepang selama musim panas.
Produktivitas perairan sangat penting bagi keberlanjutan perikanan karena
dapat menggambarkan tingkat produktivitas pada suatu perairan yang dapat
digunakan untuk menentukan tingkat kesuburan suatu perairan.
Sejauh ini beberapa penelitian terdahulu terkait produktivitas sekunder di
suatu perairan telah dilakukan (Indah, 2019; Putri & Deddy, 2020; Anggraini et
al, 2016) . Namun di Pelabuhan Lhokseumawe belum ada yang mengkaji
produktivitas sekunder tersebut. Kurangnya informasi ilmiah mengenai
produktivitas sekunder di pelabuhan tersebut menjadi alasan pentingnya penelitian
ini dilakukan.

1.2. Tujuan
Tujuan dari mini proyek ini adalah :
1. Untuk mengetahui produktivitas sekunder di Pelabuhan Lhokseumawe
2. Untuk mengetahui kualitas perairan di Pelabuhan Lhokseumawe
3. Untuk mengetahui kelimpahan zooplankton di Pelabuhan Lhokseumawe

1.3. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui cara
pengambilan sampel zooplankton yang baik dan benar, serta menambah
pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai produktivitas sekunder.
2. METODE PENELITIAN

2.1. Waktu dan Tempat


Mini proyek dilaksanakan pada 24 Desember 2022, di Pelabuhan
Lhokseumawe, kemudian data yang diperoleh (di lapangan), selanjutnya dianalisis
dan dibahas secara deskriptif di Laboratorium Fakultas Pertanian.

2.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam mini proyek dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat yang digunakan

No Alat Fungsi
.
1. Plankton net Untuk menyaring plankton pada air
laut
2. Ember Untuk mengambil air laut
3. Alat tulis Untuk mencatat data parameter
kualitas air
4. GPS Untuk menentukan titik koordinat
lokasi pengambilan data
5. Kamera Untuk dokumentasi selama kegiatan
6. Botol sampel Untuk menyimpan sampel
7. Mikroskop Untuk melihat plankton
8. Kertas label Memberi tanda pada botol sampel
9. Tisu Untuk membersihkan alat kualitas air
10. pH meter Untuk mengukur pH pada air laut
11. DO meter Untuk mengukur oksigen terarut pada
air laut
12. Thermometer Untuk mengukur suhu pada air laut
13. Refraktometer Untuk mengukur salinitas pada air
laut

Bahan yang digunakan dalam mini proyek dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan yang digunakan

No Bahan Fungsi
.
1. Alkohol Untuk mengawetkan sampel
2. Zooplankton Sebagai sampel

2.3. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam mini proyek menggunakan metode
survey dengan teknik penentuan titik sampling menggunakan purposive sampling.
Metode ini digunakan karena lebih efektif dalam segi waktu, kemudian data yang
diperoleh di lapangan, selanjutnya dianalisis dan dibahas secara deskriptif.
2.4 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengidentifikasi sampel zooplankton
berdasarkan buku panduan yang tersedia.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Parameter Lingkungan


Berikut adalah hasil parameter perairan di Pelabuhan Lhokseumawe :

Pengulangan
Parameter
P1 P2 P3 Rata-rata
Ph 7,5 7,5 7,4 7,46
Salinitas (ppt) 34 35 34 34,3
DO 4,8 5,3 5,5 5,2
Suhu (℃ ) 28,8 28,7 28,5 28,6

Dari hasil pengukuran parameter perairan di Pelabuhan Lhokseumawe

3.2 Identifikasi Zooplankton

Gambar 1 Anomoeneis Gambar 2 Diatoma elangatum


Gambar 3 Koloni microcystis sp.

Gambar 4 Synedra sp

Gambar 5 Marginal cirus


Gambar 6 Ascidean

Gambar 7 Marginal tentacle

Gambar 8 Liriope tetraphylla


Gambar 9 Nitzschia seriata

Gambar 10 Capsule membrane

Gambar 11 Cyclops sp.

Anda mungkin juga menyukai