Anda di halaman 1dari 11

SEMINAR HASIL

ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BENGKULU

NAMA : Hermawan Susanto


NPM : E1I016031
PROGRAM STUDI : Ilmu Kelautan
JUDUL PENELITIAN : KAJIAN ASPEK BIO-EKOLOGI IKAN SIDAT
(Anguilla spp) DI SUNGAI JENGGALU
DOSEN PEMBIMBING : Ir. Dede Hartono, MT
DOSEN PENDAMPING : Dr. Ir. Deddy Bakhtiar, M.Si
HARI/TANGGAL : -
PUKUL : -
TEMPAT : Ruang Seminar Program Studi Ilmu Kelautan

1
KAJIAN ASPEK BIO-EKOLOGI IKAN SIDAT
(Anguilla spp) DI SUNGAI JENGGALU
Oleh :
Hermawan Susanto1), Dede Hartono2) dan Deddy Bakhtiar)
1)
Ringkasan dari hasil penelitian
2)
Mahasiswa S1 Program Studi Ilmu Kelautan UNIB
3)
Dosen Pembimbing

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan Sidat (Anguilla sp) salah satu jenis ikan masuk dalam golongan katadromous.
Ikan Sidat makan dan tumbuh menjadi besar terjadi di air tawar (Sungai). Sedangkan saat
memijah, ikan Sidat akan beruaya kembali ke laut. Ikan Sidat benilai ekonomis yang tinggi di
pasar internasional. Bahkan ikan Sidat (Anguilla spp) masuk kedalam ikan komoditas ekspor
terutama negara-negara Asia Timur, Eropa serta Amerika Serikat (Affandi dkk , 2013.
Menurut Rovara (2007), Indonesia memiliki sembilan jenis ikan Sidat dari sembilan
belas jenis Sidat yang telah ditemukan di Dunia. Ikan Sidat di Indonesia menyebar dimulai
dari sepanjang Pantai Barat Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara,
Maluku, dan Papua (Fahmi, 2015). Sedangkan pada Pantai Barat Sumatera terdapat 3 jenis
Sidat yaitu Anguilla bicolor-bicolor, Anguilla nebulosa dan Anguilla marmorat (Sugeha et al.
2008). Salah satu perairan yang menjadi tembat Sidat tumbuh berkembang ada di Kota
Bengkulu. SungaiMuara Jenggalu merupakan lokasi yang tepat bagi pertumbuhan ikan Sidat.
Sepanjang SungaiMuara Jenggalu belum ada nya bendungan irigasi sehingga kondisi
habitatnya mendukung untuk ruaya ikan Sidat. Menurut Watupongoh dan Krismono (2015),
Pembangunan bendungan di Sungaidapat memutuskan ruaya ikan Sidat sehingga menjadi
ancaman untuk ikan Sidat.
SungaiMuara Jenggalu, lokasi Muara berair payau dengan titik pertemuan aliran
Sungai Jenggalu dengan Samudera Hindia di Bengkulu. Perairan tawar dapat dibedakan
menjadi dua bagian yaitu perairan lentic dan perairan lotic. Perairan lentic adalah kumpulan
masa air yang relatif diam atau tenang seperti danau, situ, rawa, waduk atau telaga.
Sedangkan perairan lotic merupakan suatu habitat perairan yang mengalir seperti Sungaidan
kanal. Situ merupakan salah satu tipe perairan lotic, dalam kamus bahasa Indonesia diartikan
sebagai telaga atau danau (Marwoto dan Isnaningsih, 2014).
Dalam penelitian Ridwan (2015) dan Sinaga (2018), menemukan 1 jenis Sidat yaitu
Anguilla bicolor di perairan Sungai Jenggalu Kota Bengkulu. Sedangkan untuk di perairan
Sungai Jenggalu Kota Bengkulu belum adanya kajian Bio-Ekologi ikan Sidat yang lebih
mendalam. Pada penelitian Sinaga (2018) dia menganalisis komposisi jumlah hasil tangkapan
fingerling ikan Sidat. Informasi mengenai Bio-Ekologi ikan Sidat sangatlah penting sebagai
pengetahuan dasar untuk pengelolaan sumberdaya Sidat masing-masing daerah. Jadi peneliti
merasa penelitian tentang kajian bio-ekologi penting untuk sebagai pengetahuan dasar
pengelolaan sumberdaya Sidat di masa yang akan datang.

Tujuan dan Manfaat


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi spesies ikan Sidat yang terdapat di
Sungai Jenggalu serta mengkaji hubungan aspek biologis dan ekologi Sidat dengan jenis
Sidat yang tertangkap di SungaiMuara Jenggalu. Manfaat penelitian ini dapat menjadi sumber
informasi dibidang Akademisi guna ingin melakukan penelitian lanjutan yang lebih
mendalam mengenai ikan Sidat dan juga dapat berguna bagi masyarakat nelayan, khususnya
di daerah Air Sungai Jenggalu Provinsi Bengkulu.

2
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SungaiMuara Jenggalu pada bulan Agustus 2020 dengan
titik koordinat : T1: S: 3o54,65” E: 102o19’10,1”, T2: S: 3o53’36,79” E: 102o18’48,7”, T3: S:
3o50’9,75” E: 102o17’52,43”. Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Lokasi Penelitian Sidat SungaiMuara Jenggalu


Alat dan Bahan
Alat
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peralatan untuk
survei dilapangan dan alat identifikasi morfologi Sidat, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian.
No Alat Kegunaan
1. Alat tulis Mencatat hasil pengamatan di lapangan
2. Botol semprot Tempat aquades
3. Drigen Tempat menyimpan hasil tangkapan Sidat
4. Ember/Baskom Tempat/wadah pembiusan Sidat
5. GPS Mengambil titik koordinat lokasi penelitian
6. Kamera digital Pengambilan gambar dalam penelitian
7. Kertas milliliter blok Menjadi papan pengukur panjang Sidat
8. Laptop Membuat dan menyimpan data hasil penelitian
9. Roll Meter Mengukur kedalaman perairan
10. Penggaris Mengukur panjang Sidat
11. Pengukur arus Mengukur arus perairan
12. pH meter Mengukur pH perairan
13. Refractometer Mengukur salinitas
14. Secchi disk Mengukur kecerahan air
15. Thermometer Mengukur suhu perairan
16. Timbangan Mengukur berat ikan Sidat

3
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalama penelitian
No Bahan Kegunaan
1. Aquades Sterilisasi alat yang digunakan.
2. Es batu Obat bius Sidat.
3. Jarum pentul Menandai pangkal sirip agar terlihat jelas.
4. Sidat Sempel dalam penelitian.
5. Tisue Membersihkan alat yang telah digunakan.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan mengikuti metode penangkapan
yang dilakukan oleh para nelayan dengan menggunakan alat tangkap Bubu. Pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan
sampel dilakukan secara purposif sampling dengan mengambil data hasil tangkapan selama 3
hari. Lokasi pengambilan sempel dapat di liat pada peta lokasi penelitiandan data morfometrik
Sidat yang diperoleh dari pengukuran di Laboratorium Perikanan Universitas Bengkulu
dengan dicocokkan pada karakter morfologi Sidat untuk tujuan mengidentifikasikan spesies.
Juga dilakukan pengujian parameter perairan dianalisis dengan menggunakan metode
deskriptif.
Prosedur Penelitian
Tahap persiapan ini dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai situasi kondisi
dan karakteristik lokasi penelitian yang akan dijadikan sebagai acuan pengambilan sample
data Ikan Sidat dan juga mempersiapkan alat dan bahan apa saja yang digunakan pada saat
penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu pengambilan sampel Sidat,
pengukuran parameter kualitas air, pembiusan Sidat, dan pengukuran morfologi Sidat TL
(Total Length), PDL (Pre Dorsal Length), dan PAL (Pre Anal Length).

Prosedur Kerja
Sempel ikan Sidat
Sempel ikan Sidat yang di gunakan 35 ekor dari hasil tangkapan selama 3 hari di
SungaiMuara Jenggalu Kota Bengkulu.
Hidrologi dan morfologi sungai
Dalam penelitian ini ada beberapa parameter perairan yang diukur diantaranya
adalah, Kecerahan, Kecepatan arus, derajat keasaman (pH), Salinitas, dan Suhu. Titik lokasi
pengukuran parameter perairan dilakukan di Sungai Jenggalu yang terdiri dari 3 titik
pengukuran dengan 3 kali pengukuran yakni pada pagi hari, siang hari, dan sore hari serta
diakukan 3 kali ulangan setiap pengukuran. Kemudian beberapa data morfologi yang diamati
yaitu: tipe substrat dasar perairan, kedalaman sungai, lebar sungai, dan bentuk morfologi
penampang sungai. Pengukuran dilakukan pada 3 titik pengamatan yang sama dengan
pengambilan data parameter perairan.
Pembiusan Sidat
Pembiusan ikan Sidat dilakukan untuk pengukuran morfologi Sidat yaitu: TL, PDL
dan PAL. Pembiusan dilakukan bertujuan menurunkan suhu tubuh ikan agar pingsan. Es
batu dan air dimasukan dalam ember, lalu Sidat sebanyak 10 ekor dimasukkan ke dalam
ember selama 10 menit atau sampai Sidat tidak bergerak (pingsan). Setelah Sidat pingsan bisa
langsung lanjut yaitu pengukuran morfologi Sidat TL, PDL dan PAL.

4
Pengukuran Morfologi Sidat
Sampel di letakan ke papan ukur yang terdiri dari kertas millimeter blok dan ditulis
nomor masing-masing sampel. Pengukuran morfometrik yang meliputi pengukuran TL,
PDL, dan PAL. Pengukuran bagian-bagian tubuh Sidat berdasarkan pengematan morfologi
eksternal dapat dilihat pada Gambar 3 (Sugeha et al., 2004).

Gambar 3. Pengukuran bagian-bagian tubuh Sidat berdasarkan pengematan morfologi


eksternal (Sugeha , 2004).
Keterangan gambar: TL : Total Length, PDL : Pre Dorsal Lengt, PAL : Pre Anal Length.
Analisis Data
Hidrologi dan Morfologi Sungai
Identifikasi Hidrologi dan morfologi Sungai dilakukan dengan mengukur parameter
perairan dan juga bentuk serta luas penampang Sungai serta debit air Sungai tersebut.
Pengukuran Kecerahan air dapat dilakukan dengan rumus berikut:

Keterangan: n: Kecerahan
d1: Keladaman Secchi Disk
d2: Kedalaman Sungai
Pengukuran Kecepatan Arus dapat dilakukan dengan rumus berikut:

Keterangan: V : Kecepatan Air


s : Jarak
t : Waktu
Pengukuran debit air Sungaidapat dilakukan dengan rumus berikut:

Q=V×A

Keterangan: Q = Debit sungai


V= Kecepatan Air
A= Luas penampang
Data hidrologi dan morfologi Sungai yang di dapat digunakan untuk menganalisis tipe
Sungai Jenggalu yang kemudian dikorelasikan dengan jenis ikan Sidat yang terdapat pada
Sungai tersebut secara deskriptif.
Identifikasi Jenis Sidat
Identifikasi jenis Sidat dilakukan dengan cara penentuan morfometrik Sidat yang
mengacu pada Sugeha et al., ( 2008; 2010) yaitu Pre Anal Length (PAL), Pre dorsal length
(PDL) dan Total length (TL), nilai Anal Dorsal Length (ADL) di dapatkan dengan persamaan
berikut:
= x 100%

Keterangan: PAL= Pre Anal Length


PDL= Pre Dorsal Length
TL= Total Length
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Sungai Jenggalu tepatnya pada kecamatan Kampung
Melayu Kota Bengkulu.secara geografis Sungai Jenggalu terletak diantara titik koordinat S:
3o50’9,75” E: 102o17’52,43 - S: 3o54,65” E: 102o19’10,1”. Sungai Jenggalu merupakan
Sungaiberair keruh dan berarus lambat yang memiliki panjang ± 5 km dengan muaranya
mengarah langsung ke Samudra Hindia. Muara Sungai Jenggalu juga termasuk kawasan
konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Kota Bengkulu yang menjadi habitat berbagai
vegetasi pantai dan tempat hidup bagi biota-biota penghuni muara.

Gambar 4. Sungai Jenggalu Kota Bengkulu


Muara Sungai Jenggalu juga merupakan daerah penangkapan ikan dan berbagai jenis
sumber daya perikanan lainnya. Selain itu, beberapa nelayan juga menggunakan Sungai
Jenggalu sebagai wilayah transportasi menuju laut lepas serta berbagai kegiatan ekowisata
mangrove di sepanjangan tepi muara Sungai Jenggalu . Sungai Jenggalu memiliki sumber
daya ikan Sidat yang melimpah sehingga sangat cocok sebagai daerah penangkapan ikan
Sidat. Menurut nelayan setempat ikan Sidat di Sungai Jenggalu tersedia sepanjang tahun
dengan titik kelimpahan terbanyak pada musim hujan.sedangkan pada saat kemarau hasil
tangkapan akan lebih sedikit. Hal ini sesuai dengan penelitian Sugeha at all (2008) yang
menyatakan bahwa kelimpahan ikan Sidat di wilayah Indonesia barat dan timur, akan
bertambah saat musim hujan tiba. Menurut Haryono dan Dewantoro (2016) intensitas debit air
yang tinggi di daerah hulu dapat menjadi pemicu ikan Sidat melakukan migrasi, hal ini di
dasarkan pada hasil penelitiannya dimana ikan Sidat yang tertangkap pada musim penghujan
berjumlah lebih banyak di bandingkan pada musim kemarau pada suatu lokasi penangkapan
yang sama.
Pada umumnya nelayan setempat menangkap ikan Sidat menggunakan alat tangkap
berupa bubu. Selain itu, berbagai alat tangkap lain seperti pancing, dudul (alat tangkap
tradisional nelayan setempat) juga pernah digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan
Sidat akan tetapi alat tangkap bubu masih menjadi alat tangkap yang paling efektif.
Alat tangkap bubu yang digunakan nelayan setempat adalah bubu Sidat khusus yang
di buat hanya untuk menangkap ikan Sidat. Bubu tersebut di rancang oleh nelayan Sidat itu
sendiri agar mendapatkan hasil tangkapan lebih efektif. Bubu Sidat di buat dari waring yang
memiliki kerangka dari bambu dan lingkaran besi yang di rangkai sedemikian rupa.

Gambar 5. Alat tangkap bubu Sidat

6
Pada saat akan melakukan penangkapan ikan Sidat nelayan akan meletakan umpan
berupa cacing tanah kedalam bubu Sidat dengan kapasitas tertentu. Selain cacing tanah umpan
untuk bubu Sidat juga dapat menggunakan keong dan juga kerang hijau, hal ini sesuai dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh Deelder (1970) bahwa ikan Sidat merupakan ikan
karnivor murni, dan juga menurut Samuel dan Susilo Adjie (2004) bahwa makanan ikan Sidat
di alam terdiri dari ikan, udang, hewan molusca, serangga, dan hancuran tumbuh-tumbuhan.
Namun, nelayan Sidat lebih memilih cacing sebagai umpan karena sumberdaya cacing lebih
mudah di dapatkan dari pada lainnya.
Hidrologi dan Morfologi Sungai
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Sungai Jenggalu Kota Bengkulu di
dapatkan hasil pengukuran hidrologi dan morfologi Sungaisebagai berikut (Tabel 3).
Tabel 3. Parameter Kualitas Air Sungai Jenggalu Kota Bengkulu

No. Parameter Kisaran


1. Suhu Air 27-28oc
2. pH Air 6.7-6.8
3. Salinitas 0 Ppt
4. Kecepatan Arus 21-24 cm/dt (lambat)
5. Kecerahan 0.15%
6. Dasar Perairan Lumpur Berpasir
7. Warna Air Keruh
8. Lebar Muara Sungai 33- 160m
9. Debit air 7836 m3/detik
10. Kedalaman 4.6 m
Suhu merupakan parameter perairan yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup biota di setiap perairan. Suhu perairan dapat berubah kapanpun yang dipengaruhi
intensitas matahari yang memapar perairan tersebut. Setiap biota akuatik memiliki suhu ideal
masing-masing yang dapat ditolerir.
Dari hasil penelitian, suhu air diSungai Jenggalu berkisar antara 27-28 oc. Dalam kisaran suhu
tersebut sumber daya ikan Sidat banyak di temukan di Sungai Jenggalu. Hal ini membuktikan
bahwa Sungai Jenggalu merupakan habitat yang baik untuk ikan Sidat. Samuel dan Susilo
adjie (2004) menyatakan bahwa suhu optimal ikan Sidat berkisar antara 25-29 oc dari hasil
penelitianya yang di lakukan di SungaiKetahun. Sedangkan menurut Haryono dan
Wahyudewantoro (2016) pada suhu yang berkisar 22-29 oc, ikan Sidat mampu beradaptasi
dengan baik.
Nilai pH mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme di suatu perairan.
Sehingga pH perairan di pakai sebagai salah satu komponen untuk menyatakan kondisi baik
buruknya suatu perairan Samsundari Dan Wirawan (2013). Berdasarkan penelitian pH air di
Sungai Jenggalu berkisar 6.7-6.8. Menurut Suryati dkk. (2016) pH yang susuai untuk hidup
ikan Sidat berkisar 5.5-6.8. Hal ini membuktikan bahwa perairan Sungai Jenggalu relative
bagus dan masih dalam ambang batas keberlangsungan ikan Sidat.
Salinitas merupakan kadar garam yang terkandung dalam suatu perairan. Salinitas juga
mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup organisme pada setiap wilayah perairan. Setiap
organisme memiliki rentang toleransi terhadap salinitas yang berbeda-beda. Dari hasil
penelitian dapat diketahui bahwa salinitas Sungai Jenggalu adalah 0 ppt atau dapat di
katakana tidak memiliki kandungan garam.
Namun, hal itu tentu berbeda dengan daerah muara yang sangat dekat dengan laut
lepas yang tentunya salinitas akan meningkat ketika terpengaruh oleh pasang surut. Dengan
salinitas 0 ppt terbukti bahwa ikan Sidat ditemukan melimpah. Menurut nelayan setempat,
mereka lebih sering melakukan penangkapan di daerah rawa-rawa atau parit kecil di sekitar
bantaran Sungai Jenggalu . Hal ini membuktikan bahwa ikan Sidat memiliki toleransi
7
terhadap rentang salinitas yang cukup luas. Menurut Lestari dkk. (2017) ikan Sidat termasuk
kedalam ikan eurhalin yang memiliki rentang salinitas luas sehingga ikan Sidat ketika di
masukan ke dalam salinitas hingga 30 ppt dapat dengan cepat menyeimbangkan tekanan
osmostiknya. Samuel dan Susilo Adjie (2004) menyatakan dalam penelitiannya yang di
lakukan di SungaiKetahun, SungaiKetahun dengan salinitas 0-10 ppt merupakan habitat yang
sangat cocok untuk kehidupan ikan Sidat.
Kecepatan arus berperan penting terhadap ekosistem terhadap suatu perairan. Hal ini
di sebabkan karena perbedaan kecepatan aru akan mempengaruhi jumlah oksigen terlarut di
dalamnya. Menurut Barus (2004) dalam Ferdiansyah dkk. (2017) semakin tinggi kecepatan
arus maka kandungan oksigen dalam air akan semakin tinggi pula. Kecepatan arus di Sungai
Jenggalu berkisar antara 21-24 cm/dt. Menurut Siregar (2004) kecepatan arus 10-24 cm/dt
tergolong lambat.
Kecerahan air di Sungai Jenggalu adalah 0.15% dengan nilai kecerahan tersebut
termasuk kedalam kondisi perairan yang keruh. Kondisi tersebut dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti substrat dasar perairan, sedimentasi tersuspensi, dan intensitas cahaya.
Dari penelitian yang telah di lakukan di dapatkan 35 sempel ikan Sidat yang secara
keseluruhan berjenis Anguilla bicolor (Sidat sirip pendek). Menurut Sugeha dan Genisa
(2015) ikan Sidat dengan spesies Anguilla bicolor banyak di temukan di muara Sungaidengan
tipe Sungaiberarus lambat dan berair keruh.
Substrat dasar perairan Sungai Jenggalu adalah lumpur berpasir dengan kedalaman
rata-rata Sungai4.6 m dan lebar Muara Sungai33- 160m. untuk bentuk penampang
Sungaidapat di lihat pada gambar 6,7, dan 8.

Gambar 6. Bentuk Penampang Sungaidititik 1

Gambar 7. Bentuk Penampang Sungaidititik 2

Gambar 8. Bentuk Penampang Sungaidititik 3


Dari gambar-gambar di atas dapat diketahui bahwa luas penampang rata rata Sungai
Jenggalu 356 m2. Sehingga dapat di ketahui Sungai Jenggalu memiliki debit air ± 7836
m3/detik.

8
Jenis Sidat Berdasarkan Karakter Morfologi Eksternal
Dari hasil penelitian yang di lakukan di Sungai Jenggalu dengan pengambilan data
selama 3 hari, telah didapatkan sejumlah 35 ekor sampel ikan Sidat, Hasil range ADL%TL
ikan Sidat berkisar 0.93-4.33 dengan nilai mean ADL%TL sebesar 2.77 yang dapat dilihat
pada tabel (tabel 4).
Tabel 4. Karakter Morfologi Eksternal Ikan Sidat

Karakter Morfologi Eksternal


Spesies TL (cm) ADL/% TL
Range 25.5-34.2 0.93-4.33
Anguilla bicolor Mean 29.80 2.77
Bicolor SD 2.12 1.28
N 35 35
Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa ikan Sidat yang tertangkap kawasan
Sungai Jenggalu masuk kategori ikan Sidat sirip pendek. Hal ini didukung dari hasil
penelitian Sugeha et all(2008) dimana ikan Sidat bersirip pendek berkisar ADL%TL -3 – 5
cm sedangkan ikan Sidat sirip panjang berkisar ADL%TL 7-20 cm. Menurut Sugeha dan
surharti (2008) ikan Sidat bersirip pendek (short finned eel) yang menempati pantai Barat
Sumatra dari Samudra Hindia yaitu Aguilla Bicolor.

Sebaran Total Lenght Aguilla Bicolor-


Bicolor
15
Jumlah

10
5
0
25.5-27.5 27.6-29.6 29.7-31.7 31.8-32.8 32.9-34.9
TL (cm)

Grafik 1. Sebaran Total Length Aguilla Bicolor-Bicolor


Dapat di lihat pada (grafik 1) hasil nilai range TL yaitu berkisar 25.5-34.2 cm dan
rata-rata panjang TL sebesar 29.80 cm, nilai tertinggi TL berada pada 27.6-29.6 cm yang
berjumlah 14 ekor ikan Sidat (grafik 1), sedangkan nilai terendah berada pada kisaran 32.9-
34.9 cm yang berjumlah 2 ekor ikan Sidat (grafik 1). Menurut Indrawati dkk. (2016) ikan
Sidat dengan ukuran panjang 10-42cm masuk kedalam fase yellow eel. Ciri ikan Sidat pada
fase yellow eel telah berpigmentasi secara sempurna yaitu mempunyai warna punggung
kelabu, cokelat, atau kekuningan, sedangkan warna perutnya cenderung putih, kusam, dan
kelabu.
Dari hasil pengukuran morfologi ikan Sidat yang didapatkan dari Sungai Jenggalu ,
dapat diketahui bahwa secara keseluruhan sampel memiliki jenis Anguilla bicolor. Ciri – ciri
dari ikan Sidat Anguilla bicolor dewasa yaitu memiliki corak polos pada bagian tubuhnya,
berwarna hitam ke abu-abuan pada tubuh bagian atas dan warna putih pada tubuh bagian
bawah. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri kareteristik Aguilla Biocolor yang di kemukakan oleh
Hakim dkk. (2015) yaitu Anguilla Bicolor memiliki kulit tidak berpola (polos) dengan sirip
pendek.
Menurut nelayan Sidat setempat, dari sepanjang tahun hasil tangkapan ikan Sidat yang
mereka dapatkan di Sungai Jenggalu , mereka menemukan terdapat dua jenis Sidat yaitu
9
Anguillla bicolor (Pelus rawa dalam bahasa setempat) dan Anguilla marmotara (Pelus Batik).
Namun, untuk jenis Pelus Batik yang didapat sangatlah sedikit bahkan dari hasil tangkapan
nelayan Sidat selama satu tahun hanya mendapatkan sekitar dua hingga lima ekor saja. Dalam
penelitian Ridwan (2015) dan Sinaga (2018), menemukan 1 jenis Sidat yaitu Anguilla bicolor
di perairan Sungai Jenggalu Kota Bengkulu.
Hubungan Jenis Sidat Dengan Tipe Hidrologi dan Morfologi Sungai
Sungai Jenggalu merupakan habitat yang baik untuk ikan Sidat. Hal ini dikarenakan
penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2020 yang mana pada bulan tersebut kondisi
cuaca adalah musim kemarau dan sumber daya Sidat tersedia cukup baik pada saat musim
kemarau di Sungai Jenggalu. Tentunya sumber daya ikan Sidat akan meningkat pada saat
musim hujan mendatang sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Sugeha at all (2008)
yang menyatakan bahwa kelimpahan ikan Sidat di wilayah Indonesia barat dan timur, akan
bertambah saat musim hujan tiba.
Sungai Jenggalu memiliki kereteria Sungai dengan arus tenang, berair keruh, dan
memiliki substrat dasar lumpur berpasir. Jenis ikan Sidat yang ditemukan di Sungai Jenggalu
dalam penelitian ini terdapat satu jenis Sidat yaitu Anguilla Bicolor. Hal ini membuktikan
bahwa ikan Sidat (Anguilla Bicolor) menyukai tipe Sungai yang berarus lambat dan berair
keruh. Menurut Ridwan (2015), ikan Sidat dengan Anguilla bicolor menyukai keadaan
perairan yang arusnya tenang dan keadaan dasar perairan yang berlumpur hal ini disebabkan
karena Sidat Anguilla bicolor bersarang pada lubang di tanah atau lumpur.
Nelayan Sidat setempat juga mengatakan bahwa untuk tipe Sungai dengan kriteria
sama dengan Sungai Jenggalu identik dengan Sidat polos (Anguilla Bicolor) sedangkan
mereka sering mendapat hasil tangkapan ikan Sidat Batik (Anguilla Marmorata) di daerah
Sungaiyang memiliki tipe berbatu, arus kuat, dan air jernih. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang di lakukan oleh Samuel dan Susilo Adjie (2004) yang di lakukan di SungaiKetahun
dengan tipe Sungai berbatu, berarus kuat, dan berair jernih mendapatkan hasil sempel
Anguilla Marmorata secara keseluruhan.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tipe hidrologi dan morfologi Sungai sangat
berpengaruh terhadap ketersediaan sumberdaya sekaligus spesies ikan Sidat yang terdapat
pada habitat Sungai tersebut, yang mana dengan tipe Sungai Jenggalu yang memiliki arus
lambat, dan keruh serta bagian substrat dasar lumpur berpasir, sumberdaya Sidat ditemukan
cukup melimpah dan hanya terdapat satu jenis yaitu Anguilla Bicolor.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sungai Jenggalu kota Bengkulu dapat
disimpulkan bahwa : terdapat satu jenis ikan Sidat di Sungai Jenggalu yaitu Anguilla Bicolor
yang di identifikasi berdasarkan pengukuran ciri morfologi eksternal dari 35 sampel. Ikan
Sidat (Anguilla Bicolor) Sungai Jenggalu termasuk kedalam Sidat sirip pendek (short finn ell)
karena memiliki range ADL%TL berkisar antara 0.93-4.33. Berdasarkan frekuensi ukuranya
ikan Sidat yang tertangkap termasuk dalam fase yellow ell.
Tipe hidrologi dan morfologi Sungai sangat mempengaruhi jenis Sidat yang terdapat
disuatu habitat perairan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang mana Sungai
Jenggalu yang memiliki arus lambat, berair keruh, dan memiliki substat dasar lumpur
berpasir hanya ditemukan satu jenis Sidat yaitu Anguilla Bicolor.
Saran
Kajian lanjutan mengenai dugaan stok ikan Sidat di Sungai Jenggalu sangat diperlukan
agar sumberdaya ikan Sidat tetap stabil dan kelestarian tetap terjaga.

10
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R. Dan Riani, E. 1994. Studi Adaptasi Benih Ikan Sidat (elver) (Anguilla spp.) Pada
Berbagai Tingkat Salinitas. Bogor: Fakultas Perikanan-IPB. 47 hal.
Affandi, R., Budiardi, T., Wahju, R, I., Taurusman, A,A. 2013. Pemeliharaan ikan Sidat dengan
sistem air resirkulasi. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 18(1): 55-60.
Aoyama, J. 2009. Life History and Evolution of Migration in Catadromous Eels (Anguilla spp.).
Aqua-Bio Science Monograph (AMSM). 2(1): 1-42.
Deelder, C. L. 1970. Synopsis Of Biological Data On Eal, Anguilla Anguillaa. Netherlands Institute
For Fisheries Investigation. FAO, Rome. 41 P.
Effendie M. I. 1997. Metode Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. 110 hlm.
Fahmi, M. R. 2015. Short Communication: Conservation Genetic of Tropical Eel in Indonesian
Waters Based on Population Genetic Study. Balai Riset dan Pengembangan Budidaya Ikan
Hias. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Nasional. 1(1): 38-43.
Knights, B. 2006. “Agonistic Behaviour and Growth in The European Eel Anguilla Anguilla L., in
Relation to Warm Water Aquaculture”. Journal of Fish Biology. 1 (2) : 265-276.
Marwoto, R. M., dan Isnaningsih, N. R. 2014. Tinjauan keanekaragaman moluska air tawar di
beberapa situ di DAS Ciliwung-Cisadane. Berita Biologi, 13(2), 181-189.
Ridwan, M. 2015. Identifikasi hasil tangkapan anakan Sidat (Anguilla spp.) di Sungai Jenggalu , Kota
Bengkulu. Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
Rovara, O. 2007. Karakteristik Reproduksi, Maskulinisasi dan Pematangan Gonad ikan Sidat Betina
(Anguilla bicolor bicolor). Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sadili, D., Kamal, M., Krismono., Sarmintohadi., Ramli, I., Miastro, O., Sri, R. P., Rasdiana, H.,
Annisa, S., Monintja, M., Terry, M. 2015. Rencana Aksi Konservasi (RAN) Konservasi Sidat.
Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut Dierktorat Jendral Pengelolaan Ruang
Laut Kementrian Kelautan dan Perikanan. Hal : 11-12.
Samsundari S, Wirawan GA. 2013. Analisis penerapan biofilter dalam sistem resirkulasi terhadap
mutu kualitas air budidaya ikan Sidat (Anguilla bicolor). Jurnal Gamma 8(2): 86-97.
Samuel dan Susilo Adjie. 2004. Beberapa Aspek Biologi Ikan Sidat (Anguilla Spp.) Di
SungaiKetahun, Provinsi Bengkulu. Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Palembang. Jurnal
lImu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan. Vol2, Na. 1:3-40.
Sinaga, S. J. H. 2018. Analisis Hasil Tangkapan Ikan Sidat (Anguilla spp.) dengan alat tangkap Bubu
Bambu di Sungai Jenggalu . Kota Bengkulu. Skripsi. Fakultas Pertanian, Ilmu Kelautan.
Universitas Bengkulu.
Sriati. 1998. Telaah struktur dan kelimpahan populasi benih ikan Sidat, Anguilla bicolor, di muara
SungaiCimandiri, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 94hlm.
Sugeha, H. Y., 2010. Recruitment mechanism of the tropical anguillid glass eels in the Poso Estuary,
Central Sulawesi Island, Indonesia. J Fish Sci UGM XII (2) : 86-100.
Sugeha, H. Y., S. R. Suharti., S. Wouthuyzen and K. Sumadhiharga. 2008. Biodiversity, Distribution
and Abudance of the Tropical Anguillid Eels in The Indonesian Waters. LIPI-Oseanografi.
Jakarta. Jurnal Marine Research in Indonesia. 33(2): 129-137.
Sugeha, H. Y., S. Wouthuyzen dan D. Hadikunarso. 2004. Biodiversitas dan Kepadatan Ikan Sidat
Anguilla spp Fase Leptocephali Serta Kaitannya dengan Faktor Oseanografi di Makassar dan
Laut Sulawesi. Puslit Oseanografi LIPI. Jakarta.
Sugeha, H. Y., Susanti R. S, 2008 Discrimination and Distribution of Two Tropical Short Finned Eels
(Anguilla bicolor bicolor adn Anguilla bicolor pasifica) in the Indonesian Waters. The Nagisa
Westpac Congress; 1-14.
Tsukamoto, K. 2003. Evolution of the Freshwater Eels. Naturwissenshaften 84: 17-21.
Watupongoh, N. N. J., dan Krismono, K. 2015. Kebijakan Tentang Integrasi Aktivitas Penangkapan
Dengan Pembudidayaan Untuk Keberlanjutan Sumberdaya Ikan Sidat (Anguilla Spp) Di Das
Poso. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 7(1), 37-44.
Yusuf, M.,. Darmoono, O. P., Mustofa. A., Fachri, F. R., Desyana, C. 2018. Penangkapan Benih
Sidat-Cara Penangkapan dan Penanganan Pasca-Tangkap. Better Management Practices. Edisi
1. WWF-Indonesia.

11

Anda mungkin juga menyukai