Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK PEMBENIHAN KERANG DARAH (Anadara granosa)

Oleh :
Kelompok 4
1. Histy Dwi Trisna B0A017023
2. Aprella Citra Dewi Utami B0A017025
3. Endra Kurnia W B0A017027
4. Isna Murdiani B0A017028
5. Alifianti Wibowo B0A017029
6. Adellia Alya Putri B0A017030
7. Ade Tia Multi Asih B0A017032
8. Aulianisa Nuriska Rahman B0A017033
9. Anisa Indriasari B0A017034

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PEMBENIHAN PERIKANAN LAUT

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN
PURWOKERTO

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kerang merupakan hewan akuatik yang hidup pada substrat dasar perairan dan ada
juga yang menempel pada substrat keras pada badan perairan. Kerang termasuk dalam
kelas Pelecypoda dalam kelompok Moluska berdasarkan karakteristik yang dimiliki seperti
kaki, insang dan dua keping cangkang (Talman dan Keough, 2001). Kerang hidup pada
semua tipe perairan yaitu air tawar, estuari dan perairan laut. Kerang laut terdistribusi dari
daerah interdal, perairan laut dangkal dan ada yang mendiami perairan laut (Nasution,
2009). Faktor biologi yang meliputi kehidupan kerang laut adalah fitoplankton,
zooplankton, zat organik tersuspensi, dan makhluk hidup di lingkungannya (Debenay dan
Tack, 1994). Kerang laut mendapatkan makanan dengan feeding filter menggunakan
sifons. Secara ekologi, filtrasi yang dilakukan oleh kerang laut digunakan untuk
menghindari kompetisi makanan sesama spesies (Bachock, et al., 2006).
Beberapa spesies kerang laut memiliki strategi tertentu untuk beradaptasi terhadap
lingkungan. Diantaranya kerang yang hidup di substrat dasar akan memiliki kaki dan sifons
yang sudah teradaptasi dengan tempat hidupnya. Kaki digunakan untuk bergerak secara
horizontal sebagai alat untuk berpindah dan gerakan vertikal untuk menggali substrat
(Baron and Jacques, 1992). Sifons kerang yang terdiri dari inhalat dan exhalat sudah
teradaptasi dengan kedalaman substrat. Bachok et al. (2006) menemukan kerang
Psammotaea elongata menjulurkan ujung sifons sejajar dengan permukaan substrat,
sedangkan pada kerang kpah G. tumidum posisi ujung sifonsnya berada di dalam substrat
atau di atas permukaan substrat.
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu jenis kerang yang berpotensi
dan bernilai ekonomis tinggi untuk dikembangkan sebagai sumber protein dan mineral
untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Dalam upaya mempertahankan
kelangsungan hidupnya, makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan dan cenderung
untuk memilih kondisi lingkungan serta tipe habitat yang terbaik untuk tetap tumbuh dan
berkembangbiak. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kerang yaitu musim,
suhu, salinitas, substrat, makanan, dan faktor kimia air lainnya yang berbeda-beda pada
masingmasing daerah. Kerang darah banyak ditemukan pada substrat yang berlumpur.
Kerang darah bersifat infauna yaitu hidup dengan cara membenamkan diri di bawah
permukaan lumpur, ciri-ciri dari kerang darah adalah mempunyai dua keping cangkang
yang tebal, ellips, dan kedua sisi sama, kurang lebih 20 rib. Cangkang berwarna putih
ditutupi periostrakum yang berwarna kuning kecoklatan sampai coklat kehitaman. Ukuran
kerang dewasa 6-9 cm (Latifah, 2011).

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu pasca praktikum diharapkan mahasiswa mampu
melakukan pembenihan kerang darah (Anadara granosa).
BAB II
METODE

2.1. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum pembenihan Kerang Darah yaitu akuarium
toples, penggaris, dan pisau.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Kerang Darah ukuran > 3cm, , air
laut 30 ppt, air bersih dan air tawar.

2.2. Cara kerja


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil 10 induk kerang darah yang sudah siap memijah.
3. Dibersihkan kerang darah sampai bersih.
4. Diisikan wadah pemijahan dengan air laut (wadah 1).
5. Diisikan wadah pemijahan dengan air tawar (wadah 2).
6. Dimasukkan kerang darah ke dalam wadah 1 ditunggu beberapa menit dan
diamati sampai induk kerang memijah .
7. Dipindahkan ke dalam wadah 2 ditunggu beberapa menit dan diamati sampai
induk kerang memijah..
8. Dicatat jumlah induk yang memijah atau tidak memijah.
9. Dilakukan pengukuran panjang dan lebar pada kerang darah.
10. Dicatat dan didokumentasikan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN PEMBENIHAN KERANG DARAH

3.1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan pada praktikum acara pembenihan kerang darah yaitu
menyiapkan alat dan bahan sertamencuci alat – alat dan media yang digunakan untuk
praktikum.

3.2. Aklimatisasi Induk


1. Disiapkan induk kerang darah yang dibersihkan.
2. Disiapkan toples yang sudah dibersihkan.
3. Diisi masing – masing toples dengan air laut dan air tawar.
4. Dimasukkan induk kerang darah yang sebelumnya sudah dibersihkan kedalam
toples yang berisi air laut diamati selama 30 menit.
5. Dipindahkan induk kerang darah kedalam toples yang berisi air tawar dan diamati
selama 30 menit.
6. Diukur panjang dan lebar cangkang 10 induk kerang darah.

3.3. Pemijahan
Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan dengan metode perbedaan salinitas,
kerang darah pada kelompok kami tidak mengalami pemijahan baik di salinitas tinggi
maupun salinitas rendah. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerang darah tidak
mengalami pemijahan di antaranya kerang belum mengalami matang gonad penuh, Tingkat
kematangan gonad dapat memberikan informasi atau keterangan apakah kerang akan
memijah, baru memijah atau selasai memijah. Afiati (2013), menyebutkan bahwa kerang
darah memijah sepanjang tahun secara bertahap (partial spawner). Siklus pemijahan dapat
mencapai 2-4 kali dalam satu tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi saat pertama kali
kerang matang gonad adalah faktor internal (perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sifat-
sifat fisiologis dari kerang tersebut dan faktor eksternal (makanan, suhu, arus, serta adanya
individu yang berlainan jenis kelamin yang berbeda dan tempat memijah yang sama)
(Atmadja 2007).
3.4.
3.5. Pembahasan

Klasifikasi kerang darah berdasarkan ruang lingkuo biologi adalah sebagai berikut :
Kerajaan: Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Arcoida
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara granosa (Faruq, 2011).
Anadara granosa sering disebut sebagai kerang darah karena adanya warna merah
kecoklatan dari daging Anadara. Warna ini terjadi karena adanya haemoglobia dalam darah.
Kerang darah adalah salah satu jenis kerang yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan
pada umumnya sebagai sumber makanan laut di wilayah Asia Tenggara dan beberapa
wilayah Pasifik (Ulysses, et al., 2009). Menurut Brotowidjoyo, et al. (1995) Anadara
granosa banyak ditemukan di perairan estuari dengan substrat lumpur dan pasir dengan
suhu sekitar 30oC akan merangsang Anadara betina untuk bertelur. Muliani, et al. (1998)
menjelaskan bahwa suhu yang sesuai untuk bivalvia berkisar antara 28oC – 31oC.
Tinggi dan rendahnya nilai kelulushidupan juga dipengaruhi oleh kondisi suatu
perairan atau faktor lainya. Tang, et al. (2009) menyatakan mortalitas atau berkurangnya
biomassa (populasi) dapat disebabkan karena dua faktor, yaitu karena faktor alam (natural
mortality) dan faktor penangkapan (fishing mortality). Beberapa faktor alam yang
menyebabkan kematian/kehilangan adalah karena penyakit, lepas dari areal pemeliharaan,
pemangsaan dan faktor perubahan lingkungan, sedangkan faktor penangkapan, jelas karena
ditangkap oleh manusia.
Menurut Broom (1985) suhu optimal bagi kehidupan kerang darah (Anadara granosa)
adalah sekitar 25 – 32oC. Kisaran pH air laut optimum bagi organisme perairan laut yakni 6
– 9 (KEP-02/MENKLH/I/1988). Poernomo dan Hanafi dalam Nasution (2009) menyatakan
bahwa kadar oksigen terlarut minimum 3,0 ppm sudah cukup mendukung kehidupan
organisme perairan secara normal asalkan tidak terdapat senyawa beracun di perairan
tersebut. Kerang-kerangan tidak menyukai perairan yang salinitasnya kurang dari 18 ppt.
Fluktuasi salinitas tergantung pasang surut air, musim hujan/kemarau dan suhu air (Bardach,
et al., 1972). Tang, et al. (2009) menyatakan bila kerang darah terendam dalam waktu lama
pada salinitas rendah akan menyebabkan kematian pada kerang darah.
BAB IV
KESIMPULAN

Dari praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa cara pemijahan kerang darah
yaitu alat kelamin jantan akan mengeluarkan sperma ke air dan akan masuk dalam tubuh hewan
betina. Melalui sifon air masuk, sehingga terjadilah pembuahan. Suhu optimal bagi kehidupan
kerang darah (Anadara granosa) adalah sekitar 25 – 32oC, kisaran pH air laut optimum bagi
organisme perairan laut yakni 6 – 9, kadar oksigen terlarut minimum 3,0 ppm sudah cukup
mendukung kehidupan organisme perairan, kerang-kerangan tidak menyukai perairan yang
salinitasnya kurang dari 18 ppt.
DAFTAR PUSTAKA

Afiati, N. 2013. Gonad maturation of two intertidal blood clams Anadara granosa (L.) and
Anadara antiquata (L.)(Bivalvia: Arcidae) in Central Java. Journal of Coastal
Development, 10(2), 105-113.
Atmaja, B. S., Rejeki, S., & Ariyati, R. W. (2014). Pengaruh Padat Tebar Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Kerang Darah (Anadara Granosa) Yang Dibudidaya Di
Perairan Terabrasi Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes. Journal of Aquaculture
Management and Technology, 3(4), 207-213.
Baron, J. and C. Jacques. 1992. Effects of Environment Factors on the distribution of the Edible
Bivalves Atactodeastriata, Gafrarium tumidum and Anadara scapha on the Coast of New
Caledonia (SW Pacific). Aquatiqa Living Resour. 5 : 107 – 114.
Bachok, Z., P. L. Mfilinge and M. Tsuchiya. 2006. Food Sources of Coexisting Suspension-
Feeding Bivalves as Indicated by Fatty Acid Biomarkers, Subjected to the Bivalves
Abundance on a Tidal Flat. Journal of Sustainability Science and Management. 1 : 92-111.
Bardach, J. E., J. H. Ryther and W.O.McLarney. 1972. Aquaculture: The Farming and
Husbandary of Freshwater and Marine Organisms. John Wiley & Sons. New York.
Brotowidjoyo, M. D., Djoko, T. dan Eko, M. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budi
Daya Air. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Hlm. 64.
Broom, M. J. 1985. The Biology and Culture of Marine Bivalva Mollusc of the Genus Anadara.
International Centre for Living Aquatic Resources Management. Manila. 37.
Faruq, O. 2011. Karakteristik Kerang Darah. Jakarta : Universitas Terbuka.
Keputusan Menteri KLH No. 02. 1988. Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Sekretariat
Menteri KLH. Jakarta. 51.
Latifah, A. 2011. Karakteristik Morfologi Kerang Darah. Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Muliani, Suryati, E., Tompo, A., Parenrengi, A., dan Rosmiati, 1998, Isolasi Bioaktif Bunga
Karang sebagai Fungisida pada Benih Udang Windu Panaeus monodon, Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia, 4, 140-148.
Nasution, S. 2009. Jurnal Natur Indonesia “Biomassa Kerang Anadara granosa pada Perairan
Pantai Kabupaten Indragiri Hilir. Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau.
Pekanbaru.
Talman, S.G. & Keough, M.J., 2001. Impact Of An Exotic Clam, Corbula Gibba, On The
Commercial Scallop Pecten Fumatus In Port Phillip Bay, South-East Australia: Evidence
Of Resource-Restricted Growth In A Subtidal Environment. Marine Ecology Progress
Series, 221, 135 - 143.
Tang, U. M, P. Rengi, D Erianto, dan Sumarto. 2009. Jurnal Prosiding Seminar Nasional
Moluska 2 “Budidaya Kerang (Anadara granosa) Di Bengkalis Riau”. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Tang, U. M, P. Rengi, D Erianto, dan Sumarto. 2009. Jurnal Prosiding Seminar Nasional
Moluska 2 “Budidaya Kerang (Anadara granosa) Di Bengkalis Riau”. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Ulysses, M., et al. 2009. Comparative Psp Toxin Accumulation in Bivalves, Paphia Undulata and
Perna Viridis in Sorsogon Bay, Philippines. Nantes. Prancis.

Anda mungkin juga menyukai