Oleh :
Kelompok 4
1. Histy Dwi Trisna B0A017023
2. Aprella Citra Dewi Utami B0A017025
3. Endra Kurnia W B0A017027
4. Isna Murdiani B0A017028
5. Alifianti Wibowo B0A017029
6. Adellia Alya Putri B0A017030
7. Ade Tia Multi Asih B0A017032
8. Aulianisa Nuriska Rahman B0A017033
9. Anisa Indriasari B0A017034
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu pasca praktikum diharapkan mahasiswa mampu
melakukan pembenihan kerang darah (Anadara granosa).
BAB II
METODE
3.1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan pada praktikum acara pembenihan kerang darah yaitu
menyiapkan alat dan bahan sertamencuci alat – alat dan media yang digunakan untuk
praktikum.
3.3. Pemijahan
Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan dengan metode perbedaan salinitas,
kerang darah pada kelompok kami tidak mengalami pemijahan baik di salinitas tinggi
maupun salinitas rendah. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerang darah tidak
mengalami pemijahan di antaranya kerang belum mengalami matang gonad penuh, Tingkat
kematangan gonad dapat memberikan informasi atau keterangan apakah kerang akan
memijah, baru memijah atau selasai memijah. Afiati (2013), menyebutkan bahwa kerang
darah memijah sepanjang tahun secara bertahap (partial spawner). Siklus pemijahan dapat
mencapai 2-4 kali dalam satu tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi saat pertama kali
kerang matang gonad adalah faktor internal (perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sifat-
sifat fisiologis dari kerang tersebut dan faktor eksternal (makanan, suhu, arus, serta adanya
individu yang berlainan jenis kelamin yang berbeda dan tempat memijah yang sama)
(Atmadja 2007).
3.4.
3.5. Pembahasan
Klasifikasi kerang darah berdasarkan ruang lingkuo biologi adalah sebagai berikut :
Kerajaan: Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Arcoida
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara granosa (Faruq, 2011).
Anadara granosa sering disebut sebagai kerang darah karena adanya warna merah
kecoklatan dari daging Anadara. Warna ini terjadi karena adanya haemoglobia dalam darah.
Kerang darah adalah salah satu jenis kerang yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan
pada umumnya sebagai sumber makanan laut di wilayah Asia Tenggara dan beberapa
wilayah Pasifik (Ulysses, et al., 2009). Menurut Brotowidjoyo, et al. (1995) Anadara
granosa banyak ditemukan di perairan estuari dengan substrat lumpur dan pasir dengan
suhu sekitar 30oC akan merangsang Anadara betina untuk bertelur. Muliani, et al. (1998)
menjelaskan bahwa suhu yang sesuai untuk bivalvia berkisar antara 28oC – 31oC.
Tinggi dan rendahnya nilai kelulushidupan juga dipengaruhi oleh kondisi suatu
perairan atau faktor lainya. Tang, et al. (2009) menyatakan mortalitas atau berkurangnya
biomassa (populasi) dapat disebabkan karena dua faktor, yaitu karena faktor alam (natural
mortality) dan faktor penangkapan (fishing mortality). Beberapa faktor alam yang
menyebabkan kematian/kehilangan adalah karena penyakit, lepas dari areal pemeliharaan,
pemangsaan dan faktor perubahan lingkungan, sedangkan faktor penangkapan, jelas karena
ditangkap oleh manusia.
Menurut Broom (1985) suhu optimal bagi kehidupan kerang darah (Anadara granosa)
adalah sekitar 25 – 32oC. Kisaran pH air laut optimum bagi organisme perairan laut yakni 6
– 9 (KEP-02/MENKLH/I/1988). Poernomo dan Hanafi dalam Nasution (2009) menyatakan
bahwa kadar oksigen terlarut minimum 3,0 ppm sudah cukup mendukung kehidupan
organisme perairan secara normal asalkan tidak terdapat senyawa beracun di perairan
tersebut. Kerang-kerangan tidak menyukai perairan yang salinitasnya kurang dari 18 ppt.
Fluktuasi salinitas tergantung pasang surut air, musim hujan/kemarau dan suhu air (Bardach,
et al., 1972). Tang, et al. (2009) menyatakan bila kerang darah terendam dalam waktu lama
pada salinitas rendah akan menyebabkan kematian pada kerang darah.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa cara pemijahan kerang darah
yaitu alat kelamin jantan akan mengeluarkan sperma ke air dan akan masuk dalam tubuh hewan
betina. Melalui sifon air masuk, sehingga terjadilah pembuahan. Suhu optimal bagi kehidupan
kerang darah (Anadara granosa) adalah sekitar 25 – 32oC, kisaran pH air laut optimum bagi
organisme perairan laut yakni 6 – 9, kadar oksigen terlarut minimum 3,0 ppm sudah cukup
mendukung kehidupan organisme perairan, kerang-kerangan tidak menyukai perairan yang
salinitasnya kurang dari 18 ppt.
DAFTAR PUSTAKA
Afiati, N. 2013. Gonad maturation of two intertidal blood clams Anadara granosa (L.) and
Anadara antiquata (L.)(Bivalvia: Arcidae) in Central Java. Journal of Coastal
Development, 10(2), 105-113.
Atmaja, B. S., Rejeki, S., & Ariyati, R. W. (2014). Pengaruh Padat Tebar Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Kerang Darah (Anadara Granosa) Yang Dibudidaya Di
Perairan Terabrasi Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes. Journal of Aquaculture
Management and Technology, 3(4), 207-213.
Baron, J. and C. Jacques. 1992. Effects of Environment Factors on the distribution of the Edible
Bivalves Atactodeastriata, Gafrarium tumidum and Anadara scapha on the Coast of New
Caledonia (SW Pacific). Aquatiqa Living Resour. 5 : 107 – 114.
Bachok, Z., P. L. Mfilinge and M. Tsuchiya. 2006. Food Sources of Coexisting Suspension-
Feeding Bivalves as Indicated by Fatty Acid Biomarkers, Subjected to the Bivalves
Abundance on a Tidal Flat. Journal of Sustainability Science and Management. 1 : 92-111.
Bardach, J. E., J. H. Ryther and W.O.McLarney. 1972. Aquaculture: The Farming and
Husbandary of Freshwater and Marine Organisms. John Wiley & Sons. New York.
Brotowidjoyo, M. D., Djoko, T. dan Eko, M. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budi
Daya Air. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Hlm. 64.
Broom, M. J. 1985. The Biology and Culture of Marine Bivalva Mollusc of the Genus Anadara.
International Centre for Living Aquatic Resources Management. Manila. 37.
Faruq, O. 2011. Karakteristik Kerang Darah. Jakarta : Universitas Terbuka.
Keputusan Menteri KLH No. 02. 1988. Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Sekretariat
Menteri KLH. Jakarta. 51.
Latifah, A. 2011. Karakteristik Morfologi Kerang Darah. Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Muliani, Suryati, E., Tompo, A., Parenrengi, A., dan Rosmiati, 1998, Isolasi Bioaktif Bunga
Karang sebagai Fungisida pada Benih Udang Windu Panaeus monodon, Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia, 4, 140-148.
Nasution, S. 2009. Jurnal Natur Indonesia “Biomassa Kerang Anadara granosa pada Perairan
Pantai Kabupaten Indragiri Hilir. Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau.
Pekanbaru.
Talman, S.G. & Keough, M.J., 2001. Impact Of An Exotic Clam, Corbula Gibba, On The
Commercial Scallop Pecten Fumatus In Port Phillip Bay, South-East Australia: Evidence
Of Resource-Restricted Growth In A Subtidal Environment. Marine Ecology Progress
Series, 221, 135 - 143.
Tang, U. M, P. Rengi, D Erianto, dan Sumarto. 2009. Jurnal Prosiding Seminar Nasional
Moluska 2 “Budidaya Kerang (Anadara granosa) Di Bengkalis Riau”. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Tang, U. M, P. Rengi, D Erianto, dan Sumarto. 2009. Jurnal Prosiding Seminar Nasional
Moluska 2 “Budidaya Kerang (Anadara granosa) Di Bengkalis Riau”. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Ulysses, M., et al. 2009. Comparative Psp Toxin Accumulation in Bivalves, Paphia Undulata and
Perna Viridis in Sorsogon Bay, Philippines. Nantes. Prancis.