Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS SEDIMENTASI DI PELABUHAN

PULAU BAAI KOTA BENGKULU

Oleh :

Putri Zilfi Hutari


Program Studi Ilmu Kelautan
Universitas Bengkulu

ABSTRAK
Pelabuhan Pulau Baai adalah sentral ekonomi daerah yang dapat menghubungkan
perpindahan muatan barang-barang produk kebutuhan sehari-hari baik dalam maupun luar
Bengkulu. Sedimentasi merupakan peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut
oleh tenaga air atau angin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju sedimentasi dan tekstur
sedimen. Dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2016 di Pelabuhan Pulau Baai. Metode yang
digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah purposive sampling. 6 lokasi penelitian dipilih
untuk mewakili perairan dengan beberapa parameter kualitas air. Analisis sampel sedimen
dilakukan di laboraturium. Karakteristik umum perairan Pelabuhan Pulau Baai adalah temperatur
30 oC, pH yang diamati adalah 7.3, salinitas berkisar 26-28 o/oo, dan kecerahan 50 %. Analisis
tekstur sedimen menggunakan segitiga shepard dan hasil yang didapatkan berupa pasir. Laju
sedimentasi tertinggi terdapat di Alur Pelayaran dengan nilai 31,53 mg/m3/tahun Laju sedimentasi
terendah terdapat di Muara Sungai dengan nilai 0,43 mg/m3/tahun.

Kata kunci : pelabuhan pulau baai, sedimentasi, laju sedimentasi, tekstur sedimen,
parameter kualitas air.
SEDIMENTATION ANALYZE IN
PULAU BAAI HARBOUR BENGKULU CITY

By :

Putri Zilfi Hutari


Program Study of Marine Science
University Bengkulu

ABSTRACT
Pulau Baai Port is a central of economic areas which can connected movement of
necessity products, in and outside Bengkulu. Sedimentation is the deposition of rock material
which have been transported by water or wind. This reaseach were to know the sedimentation
rate and sediment texture. This research was conducted on February – March 2016 in Pulau
Baai Harbour. The purposive sampling method was used. 6 research place was choosen to
represented the waters area with some water quality parameters. Sample of sediments were
analyzed at laboratory. The characteristics of Pulau Baai port waters were 30 oC, pH 7.3,
salinity range 26-29o/oo, and the average of brightness 50 %. Analysis of sediment texture
using triangles shepard and the results obtained in form of the sand, The Higher sedimentation
rate was on Alur Pelayaran (31,53 mg / cm2 / year). The lowest sedimentation rate was on
Muara Sungai (0,43 mg / m2 / year ).

Keywords: pulau baai port, sedimentation, sedimentation rate, sediment texture, water quality
parameters
ANALISIS SEDIMENTASI DI PELABUHAN PULAU BAAI KOTA BENGKULU

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan dan Manfaat


Pelabuhan adalah sentral ekonomi Penelitian ini bertujuan untuk
daerah yang dapat menghubungkan mengetahui laju sedimentasi di Pelabuhan
perpindahan muatan barang-barang produk Pulau Baai dan mengetahui tekstur
kebutuhan sehari-hari baik dalam negeri sedimen yang ada di Pelabuhan Pulau Baai.
maupun ekspor (Triatmodjo, 1996). Sehingga hasil dari penelitian ini dapat
Pelabuhan Pulau Baai adalah pelabuhan menginformasikan laju sedimentasi di
vital yang digunakan sebagai satu-satunya Pelabuhan Pulau Baai dan menjadi acuan
jalur pengangkutan laut beberapa komoditi bagi instansi terkait dalam menangani
dan barang kebutuhan pokok baik yang masalah sedimentasi yang terjadi di
masuk Bengkulu maupun yang keluar Pelabuhan Pulau Baai.
(Supiyati, dkk. 2009). Kendala utama
pengoperasian Pelabuhan Pulau Baai II. METODOLOGI PENELITIAN
adalah sedimentasi alur dan kolam sekitar 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
800.000 m3/tahun, sehingga memerlukan Penelitian ini dilaksanakan pada
perawatan pengerukan secara rutin dengan bulan Februari sampai dengan bulan Maret
biaya relatif besar (PELINDO, 2009). 2016 di wilayah Pelabuhan Pulau Baai,
Hartoni dan Agussalim, (2007) Kota Bengkulu (Lihat Gambar 1) dengan
menyebutkan bahwa transpor sedimen koordinat lokasi penelitian (Lihat Tabel 1).
merupakan gerakan sedimen dari satu
daerah yang disebabkan oleh gelombang
dan arus yang dibangkitkannya menuju
daerah lain. Selain gelombang dan arus,
laju transpor sedimen juga dapat
disebabkan oleh aktivitas manusia yang
berada di daratan. Aktivitas penambangan
di sekitar pantai mempengaruhi sebaran
butiran sedimen karena aktivitas ini
mensuplai Poorly Sorted Sediment Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
(Rifardi, 2012). Untuk menjaga kelancaran Tabel 1. Titik Koordinat Penelitian
lalulintas pelayaran di pelabuhan, salah Titik Titik Koordinat
satu faktor lingkungan perairan yang perlu Penelitian Longitude Latitude
diperhatikan adalah proses sedimentasi Titik I 102.271587 03.901928
(Hartoni dan Agussalim. 2007). Titik II 102.283166 03.898969
Sedimentasi ini akan mengakibatkan Titik III 102.278740 03.902849
pendangkalan yang dapat mengganggu alur Titik IV 102.284149 03.919602
transportasi dari dan menuju pelabuhan. Titik V 102.288870 03.905120
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian Titik VI 102.301660 03.898683
tentang analisis sedimentasi untuk
mengetahui tekstur sedimen dan besarnya
laju sedimentasi di Pelabuhan Pulau Baai.
Sehingga dapat membantu pemerintah dan
instansi terkait dalam menangani kendala
pengoperasian di Pelabuhan Pulau Baai.
2.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Alat dan Bahan
No. Parameter Satuan Alat dan Bahan Keterangan
1 Posisi Stasiun Derajat GPS In situ
o
2 Temperatur c Thermometer In situ
3 Salinitas ppm Refraktometer In situ
4 pH pH Meter In situ
5 Kecerahan M Secchi Disk In situ
6 Kedalaman M Roll meter Insitu
7 Tekstur Sedimen Oven Lab
Alumunium Foil
Saringan Bertingkat
Timbangan analitik
Plastik
Kertas Label
Nampan Aluminium
Alat tulis
2
8 Laju Sedimentasi mg/cm /hari Sediment trap In situ dan Lab
Perahu nelayan
Cawan Petri

2.3 Metode Penelitian c. pH


Penelitian ini menggunakan metode Pengukuran pH akan dilakukan
survei dan dua sumber data yaitu data setiap 7 hari sekali, dan diukur dsetiap
primer dan data sekunder. Metode pengambilan sampel sedimen menggukan
pengambilan sampel dilakukan secara pH meter.
purposive sampling. d. Kecerahan
Pengukuran kecerahan menggunakan
2.4 Teknik Pengambilan Sampel Secchi Disk tali berskala. Metode ini
2.4.1 Data Kualitas Air menggunakan metode visual yaitu secchi
a. Temperatur disk diturukan ke perairan hingga secchi disk
Pengukuran temperatur dilakukan di tidak terlihat lagi.
setiap titik lokasi pengamatan, dilakukan e. Arus
setiap penagambilan sampel sedimen 7 hari Data arus dperoleh dari penelitian
sekali. sebelumnya yakni penelitian (Supiyati dkk,
b. Salinitas 2012) dan (Febriyani, 2013).
Pengambilan salinitas dilakukan 7 f. Pasang Surut
hari sekali. Sampel yang diambil diukur Data pasut menggunakan data
menggunakan refraktometer, sampel sekunder yang diambil dari Dishidros TNI-
diletakkan di bawah penutup dari AL.
refraktometer tersebut. Tahan penutup, lihat g. Gelombang
melalui lensa mata menghadap cahaya Data gelombang diperoleh dari
sehingga salinitas dapat dibaca (English et penelitian Bakhtiar (2005) dan BMKG, lalu
al., 1997).
dikalsifikasi gelombang berdasarkan periode
(Tabel 3).
Tabel 3. Klasifikasi gelombang berdasarkan
periode (Pond and Pickard, 1983).
Panjang Jenis
Periode
gelombang gelombang
Beberapa
0 - 0,2 det Riak
centimeter
0,2 – 0,9 Mencapai 130 Gelombang
det meter angina
0,9 – 15 Beberapa Gelombang
det ratusan meter besar (swell) Gambar 2. Konstruksi perangkap sedimen
15 – 30 det Ribuan meter Long swell (modifikasi) Rifardi (2012).
Gelombang
dengan 2.5 Analisa Data
0,5 menit – Ribuan periode yang 2.5.1 Analisis Kualitas Air
1 jam kilometer panjang Pengukuran semua parameter
(termasuk kualitas air dilakukan pada saat peletakan
tsunami) sediment trap dan pengambilan sampel
5, 12, 25 Beberapa sedimen setiap minggunya. Pengukuran
Pasang surut
jam kilometer temperatur dilakukan dengan menggunakan
termometer. pH dilakukan dengan
h. Kedalaman menggunakan pH meter. Kecerahan
Data kedalaman diukur dari tinggi dilakukan dengan secchi disk dan tali
sedimen trap sampai tali yang berskala. Untuk pengukuran salinitas
menyambungkan pelampung di permukaan menggunakan refraktometer. Data arus
air menggunakan roll meter. diperoleh dari penelitian sebelumya yakni
Supiyati dkk, (2012) dan Febriyani (2013).
2.4.2 Data Sedimen Data pasang surut diperoleh dari Dishisdros
Pengambilan sampel sedimen TNI-AL dan data gelombang diperoleh dari
dilakukan dengan menggunakan sediment data penelitian Bakhtiar (2005) dan BMKG.
trap yang diletakkan di dasar perairan sesuai
dengan titik lokasi yang telah ditentukan 2.5.2 Analisis Pengukuran Tekstur
(Rifardi 2008) (Gambar 2). Sediment trap Sedimen
ditinggal selama 21 hari dan diambil setiap 7 Penentuan tekstur sedimen dilakukan
hari sekali, setelah itu sampel sedimen yang dengan menggunakan saringan bertingkat
berada di dalam sediment trap diambil yang (sieving) untuk fraksi pasir kemudian
kemudian dikeringkan dalam oven pada ditimbang berdasarkan ukuran diameter
suhu 60 oC selama 27 jam (English et al., butiran sedimen. Untuk menentukan ukuran
1997) lalu dianalisa jenis tekstur sedimen butir sedimen berdasarkan Skala Wentworth
dan ditimbang untuk mengetahui laju (Lihat Tabel 4).
sedimentasinya di laboratorium.
Tabel 4. Klasifikasi ukuran butir sedimen berdasarkan Skala Wentworth (Wibisono 2005)
Nama Partikel Ukuran (mm)

Batu (stone) Bongkah (boulder) >256


Krakal (coble) 64 – 256
Kerikil (peble) 4 – 64
Butiran (granule) 2–4

Pasir (sand) Pasir sangat kasar (very coarse sand) 1–2


Pasir kasar (coarse sand) ½-1
Pasir sedang (medium sand) ¼-½
Pasir halus (fine sand) 1/8 – ¼
Pasir sangat halus (very fine sand) 1/16 – 1/8

Lanau (Silt) Lanau kasar (coarse silt) 1/32 – 1/16


Lanau sedang (medium silt) 1/64 – 1/32
Lanau halus (fine silt) 1/128 – 1/64
Lanau sangat halus (very fine silt) 1/256 – 1/128

Lempung (clay) Lempung kasar (coarse clay) 1/640 – 1/256


Lempung sedang (medium clay) 1/1024 – 1/640
Lempung halus (fine clay) 1/2360 –1/1024
Lempung sangat halus (very fine clay) 1/4096 – 1/2360

Selanjutnya data komposisi sedimen timbangan analitik. Perhitungan laju


berdasarkan ukuran butir diolah sedimentasi dilakukan melalui persamaan
menggunakan segitiga Shepard (Lihat berikut :
Gambar 3). LS=
Keterangan :
LS : Laju sedimentasi (mg/cm2/hari)
Bs : Berat kering sedimen (mg)
π : konstanta (3,14)
r :Jari jari lingkaran sedimen trap (cm)
n :Jumlah hari

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisi Kualitas Air


Gambar 3. Segitiga Shepard (Sawyer et al, Pengukuran parameter kualitas air
2008). dilakukan secara in situ pada siang hari
pukul 14.00 WIB jarak antar lokasi
2.5.3 Analisis Laju Sedimentasi penelitian sekitar 30 menit. Penelitian ini
Laju sedimentasi dinyatakan dalam meliputi data primer : temperatur, pH,
mg/cm2/hari (Roger et al. 1994 dalam Barus salinitas dan kecerahan, dapat dilihat pada
2013). Selanjutnya dihitung berat kering Tabel 6 dan data sekunder : arus,gelombang,
sedimen (dalam mg) dengan menggunakan dan pasang surut.
Tabel 5. Parameter Kualitas Air
Parameter
Lokasi
Temperatur Salinitas Kecerahan Kedalaman
Penelitian pH
(oC) (o/oo) (%) (m)
Stasiun I 28,50 28,00 7,40 53,00 7
Stasiun II 28,25 27,75 7,30 21,00 16
Stasiun III 29,75 28,00 7,30 25,00 10
Stasiun IV 32,00 28,50 7,40 60,00 2.5
Stasiun V 32,00 28,50 7,40 62,00 2
Stasiun VI 30,00 27,50 7,00 77,00 2

a. Arus surut maka didapatkan muka air tinggi atau


Data arus didapatkan dari penelitian high water level yaitu muka air tinggi yang
sebelumnya, Hasil pengukuran diperoleh dicapai pada saat air pasang dalam satu
kecepatan arus rata-rata yaitu 0,6 m/s. siklus pasang surut diperoleh 1,32 meter.
Kecepatan dan arah arus dari barat laut Dengan nilai rata-rata muka air tinggi
menuju timur laut. Hal ini menunjukan tertinggi 1,16 meter dan nilai rata-rata muka
bahwa kecepatan arus Pulau Baai tergolong air tinggi 1 meter. Untuk nilai rata-rata
kuat (Febriyani, 2013). Supiyati dkk, (2012) kondisi muka air atau mean sea level 0,69
menyatakan bahwa arus pasang surut di meter. Nilai rata-rata muka air rendah atau
Pelabuhan Pulau Baai pada kondisi air surut low water level yaitu kedudukan air terendah
menuju pasang saat purnama arus di depan yang dicapai pada saat air pasang dalam satu
kolam Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu siklus pasang surut 0,37 meter dan untuk
bergerak dari arah barat laut memutar balik nilai rata-rata muka air rendah terendah 0,06
ke arah timur atau arus mulai bergerak dari meter. Sedangkan nilai terendah muka air
luar ke dalam kolam dengan kecepatan 0,13 adalah 0,22 meter. Untuk tunggang pasang
m
/s. surut di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu
1,26 meter, dapat dilihat pada Gambar 4
b. Pasang Surut dibawah ini.
Data pasang surut didapatkan dari data
Dishidros TNI-AL, berdasarkan data pasang

1.5

1
Elevasi (m)

0.5

0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1
2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 / / / / / / / / / 0 1 2
/ / / / / / / / / / / / / / / / / / 3 3 3 3 3 3 3 3 3 / / /
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3
Tanggal/bulan
Gambar 4. Kondisi pasang surut Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu (Dishidros TNI-AL,2016)

c. Gelombang
Berdasarkan Badan Meteorologi memiliki tinggi gelombang 1-1,5 meter
Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pantai (Gambar 5). Gelombang besar yang terjadi
Kota Bengkulu merupakan pantai yang pada pantai berpasir dapat menyebabkan
terjadinya angkutan sedimen (pasir) baik terletak di Pantai Lentera Merah tepatnya di
dalam arah tegak lurus maupun sepanjang sebelah kiri pelabuhan. Stasiun III
pantai. Semakin besar gelombang, semakin kedalamannya 10 m, stasiun ini terletak di
besar angkutan sedimen dan semakin Alur Pelayaran. Stasiun IV kedalamannya
banyak sedimen yang mengendap di muara 2,5 m, stasiun ini terletak di dekat pelabuhan
(Triadmodjo, 2014). batubara. Kedalaman pada stasiun V yaitu 2
m, stasiun ini terletak di dekat ekosistem
mangrove dan stasiun VI kedalamannya 2 m
yang terletak di dekat muara sungai.

3.2 Analisis Pengukuran Tekstur Sedimen


Hasil analisis sampel sedimen dari 6
lokasi penelitian yang diletakkan pada
sedimen trap selama 21 hari dan diambil 7
hari sekali, maka didapatkan hasil jenis
sedimen yang terdapat pada lokasi penelitian
menunjukan pada Tabel 6.
Gambar 5. Tinggi Gelombang dan Arah Tabel 6. Nilai hasil analisis tekstur sedimen
Angin Indonesia (BMKG, 2016). Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.
Pasir Lanau
Bakhtiar (2005), menyebutkan tinggi Jenis
No Stasiun (sand) (silt)
gelombang di Pelabuhan Pulau Baai yang Sedimen
% %
terjadi sedimentasi min 0,95 m, max 1,50 m 1 Stasiun I 99,80 0,20 Pasir
dengan rata-rata 1,22 m. Sedangkan di 2 Stasiun II 99,70 0,30 Pasir
Pelabuhan Pulau Baai yang terjadi erosi min 3 Stasiun III 99,80 0,20 Pasir
0,90 m, max 1,30 m dengan rata-rata 1,12 4 Stasiun IV 99,70 0,30 Pasir
m. Periode gelombang di Pelabuan Pulau
5 Stasiun V 86,80 13,20 Pasir
Baai yang terjadi sedimentasi min 8,50 s,
6 Stasiun VI 93,00 7,00 Pasir
max 16,20 detik dengan rata-rata 12,40 s.
Sedangkan di Pelabuhan Pulau Baai yang
terjadi erosi min 9 detik, max 14 s dengan Stasiun I terletak di sebelah kiri
rata-rata 12,10 s. Kecepatan gelombang di Pelabuhan Pulau Baai dengan koordinat
Pelabuhan Pulau Baai yang terjadi 102o16’17.71” BT dan 3o54’6.94” LS.
sedimentasi min 2,09 m/s, max 3,64 m/s Daerah ini merupakan daerah yang terjadi
dengan rata-rata 3,27 m/s. Sedangkan di sedimentasi (Hamdani, 2013). Nilai hasil
Pelabuhan Pulau Baai yang terjadi erosi min analisis tekstur sedimen pada stasiun I
2,82 m/s, max 3,39 m/s dengan rata-rata 3,13 terdapat pasir 99,80 % dan lanau 0,20 %
m
/s. (Tabel 6). Menentukan tekstur sedimen
menggunkan segitiga shepard sehingga
h. Kedalaman didapatkan tekstur sedimen adalah pasir.
Kedalaman perairan di lokasi Persentase hasil tekstur sedimen Pelabuhan
penelitian berbeda-beda, pada stasiun I Pulau Baai dari 3 kali pengulangan di
kedalaman perairannya 7 m. Stasiun I dapatkan fraksi yang paling dominan adalah
terletak di Pantai Teluk Sepang yaitu di luar fraksi pasir dan jenis tekstur sedimen pasir.
pelabuhan sebelah kanan. Stasiun II Hasil analisis tekstur sedimen yang
kedalaman perairannya 16 m, stasiun ini terdapat stasiun II berjenis pasir dengan
persentase pasir 99,70 % dan lanau 0,30 % 99,30% dan lanau 0,70% dengan tekstur
(Tabel 6). Koordinat pada lokasi ini sedimen pasir (Tabel 6). Sebaran fraksi yang
102o16’59.40” BT dan 3o53’56.29” LS. dominan di lokasi ini adalah fraksi pasir
Secara umum sedimen permukaan daerah kasar diduga partikel sedimen berasal dari
penelitian disusun oleh beberapa kelas limbah batubara. Analisis tekstur yang
ukuran sedimen. Fraksi butiran merupakan dilakukan di Laboraturium Perikanan
fraksi sedimen yang hanya sedikit terdapat Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
di perairan pelabuhan dengan ukuran 2 - 4 fraksi yang paling banyak di lokasi ini
mm. Hal ini diduga disebabkan oleh tidak adalah limbah batubara.
adanya sumber sedimen yang berfraksi Stasiun V ini merupakan lokasi
batuan yang begitu banyak karena karakter penelitian yang berada di depan ekosistem
dasar perairan pelabuhan disusun oleh fraksi mngrove dengan koordinat 102o17’19.93”
pasir dan tanah liat (lanau) (Febriyani, BT dan 3o54’18.43” LS. Persentase pasir
2013). 86,80 % dan lanau 13,20 % dengan tekstur
Stasiun III merupakan tempat keluar sedimen pasir (Tabel 6). Ekosistem
masuknya transportasi laut dengan koordinat mangrove adalah ekosistem yang terdapat di
102o16’43.46” BT dan 3o54’10.26” LS daerah pantai yang selalu atau secara teratur
stasiun ini terletak di dekat breakwater. tergenang air laut dan terpengaruh oleh
Nilai analisis tekstur sedimen yang terdapat pasang surut air laut tetapi tidak terpengaruh
di alur pelayaran dengan persentase pasir oleh iklim (Dapertemen Kehutanan, 1994
99,8 % dan lanau 0,2 % dan tekstur yang dalam Santoso, 2000). Perakaran mangrove
didapatkan berjenis pasir (Tabel 6). Proporsi dapat mengakumulasi sedimen, merangkap
pasir berkisar 90 % dan hampir merata serasah, dan berperan dalam pembentukan
tersebar disetiap stasiun terdapat pasir halus formasi tanah (Kennish, 2000).
yang memiliki proposi yang paling dominan. Persentase pasir pada stasiun VI
Selain disebabkan karakteristik perairan yang dekat dengan muara sungai adalah
yang berpasir, gelombang, arus dan pasang 93,00% dan lanau 7,00 %. Dengan koordinat
surut juga mempengaruhi dalam 102o18’5.98” BT dan 3o50’55.26” LS,
mentranspor sedimen (Supiyati dkk., 2012). tekstur sedimen pada muara sungai berjenis
Stasiun IV yang berkoordinat pasir (Tabel 6). Sebaran fraksi yang
102 17’2.94” BT dan 3o55’10.57” LS
o
dominan di muara sungai adalah fraksi
terdapat didekat pelabuhan batubara. sedang. Fraksi sedang terdapat di muara
Persentase pasir pada lokasi ini adalah sungai yang merupakan lokasi yang dekat
99,30% dan lanau 0,70% dengan tekstur dengan muara sungai dan sebaran sedimen
sedimen pasir (Tabel 6). Sebaran fraksi yang tergantung pada pola arus dasar perairan
dominan di lokasi ini adalah fraksi pasir (Daulay, 2014).
kasar diduga partikel sedimen berasal dari
limbah batubara. Analisis tekstur yang 3.2.1 Fraksi Sedimen
dilakukan di Laboraturium Perikanan Fraksi sedimen yang dominan di
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu setiap stasiun penelitian adalah fraksi pasir
fraksi yang paling banyak di lokasi ini halus. Pada stasiun I, II, III dan V fraksi
adalah limbah batubara. sedimen diklasifikasikan dalam pasir halus,
Stasiun IV yang berkoordinat Stasiun IV fraksi sedimen yang dianalisis
102 17’2.94” BT dan 3o55’10.57” LS
o
adalah pasir kasar. Sedangkan satsiun VI
terdapat didekat pelabuhan batubara. fraksi sedimen pasir sedang (Tabel 7).
Persentase pasir pada lokasi ini adalah
Tabel 7. Fraksi Sedimen Dominan Setiap sendiri. Stasiun ini juga masih berdekatan
Lokasi Penelitian dengan aktivitas manusia seperti adanya alat
tangkap sero di dekat stasiun penelitian.
Lokasi Fraksi Ukuran
No
Penelitian Sedimen (mm) 3.3 Analisis Laju Sedimentasi
1 Stasiun I Pasir Halus 0,125 Hasil analisis sampel sedimen yang
2 StasiunII Pasir Halus 0,125 terperangkap dan kemudian dikeringkan di
3 Stasiun III Pasir Halus 0,125 oven dengan suhu 60 oC selama 27 jam
4 Stasiun IV Pasir Kasar 0,600 (sampai berat sampel konstan). Berat sampel
5 Stasiun V Pasir Halus 0,125 dihitung menggunakan rumus dan
Pasir menghasilkan laju sedimentasi per hari
6 Stasiun VI 0,300 yang tercantum pada Tabel 8.
Sedang

Partikel sedimen halus yang Tabel 8. Laju Sedimentasi Disetiap Lokasi


ditemukan di lokasi penelitian di stasiun I, Penelitian.
II, III dan V, ukuran butir sedimen halus Laju Sedimentasi
Lokasi Penelitian
mengindikasikan kekuatan arus lemah untuk (mg/cm2/hari)
menstrapor sedimen, begitu juga sebaliknya, Stasiun I 1.501,20
arus yang kuat mengindikasikan butir Stasiun II 840,04
sedimen kasar (Rifardi dan Ujiie, 1993). Stasiun III 2.879,56
Stasiun V dengan kecepatan arus Stasiun IV 761,90
yang lemah didapatkan fraksi kasar hal ini
Stasiun V 70,37
berbanding terbalik dengan pernyatan
Rifardi et al (1998) menyatakan pearairan Stasiun VI 39,70
dengan kecepatan arus kuat dicirikan oleh
ukuran partikel sedimen kasar, merupakan Hasil pengamatan laju sedimentasi
indikasi besar/kuatnya kekuatan arus dan yang terbesar terdapat pada stasiun I dan
gelombang yang bekerja pada lingkungan stasiun III. Stasiun I terletak di luar sebelah
pengendapan tersebut. Pasir kasar yang kiri mulut pelabuhan dengan laju
terdapat di stasiun V ini berasal dari sedimentasi 1.501,20 mg/cm2/hari (Tabel 8)
pengangkutan batubara yang teletak didekat dengan temperatur perairan 28 oC, salinitas
lokasi penelitian, pada stasiun V tidak ada 28 o/oo, pH 7,4 dan kecerahan 53%,
pengaruh arus dari pantai, sehingga sedimen parameter kualitas air mempengaruhi proses
pada lokasi ini hanya sedikit. pengendapan temperatur yang rendah akan
Stasiun VI yang terletak di muara mempercepat pengendapan, hal ini sesuai
sungai fraksi yang paling dominan adalah dengan pernyataan Daulay (2014)
fraksi sedang. Muara sungai fraksi yang mengatakan stasiun yang yang memiliki
paling dominan adalah lumpur karena temperatur tinggi saat pengukuran akan
adanya suplai partikel dari sungai, akan memiliki kondisi pengendapan yang lebih
tetapi pada stasiun VI ini yang paling rendah daripada lokasi yang memilki
dominan adalah pasir sedang. Hal ini temperatur yang lebih rendah. Kedalaman
disebabkan suplai sedimen dari sungai tidak pada stasiun I yakni 7 m, kedalaman
terlalu dekat dengan stasiun penelitian, pada mempengaruhi kecepatan pengendapan.
lokasi ini masih adanya vegetasi pantai Semakin besar partikel yang akan terjadi
sehingga partikel yang terperangkap di maka semakin besar pula kecepatan jatuh
sedimen trap masih berasal dari pantai itu sedimen (Supiyati, 2013).
Stasiun II ini terletak di luar sebelah batubara yang masuk dalam kategori fraksi
kanan mulut pelabuhan disebut juga Pantai pasir kasar. Biasanya fraksi kasar dapat
Lentera Merah dengan laju sedimentasi menyebabkan sedimentasi yang paling besar
840,04 mg/cm2/hari (Tabel 8). Temperatur karena pergerakan partikel yang mengendap
perairan 28 oC, salinitas 27 o/oo, pH 7,3 dan terlebih dahulu adalah fraksi yang besar.
kecerahan 21%, menurut Rifardi, 2012 Namun berbeda pada stasiun ini dimana
menyatakan bahwa pH mempengaruhi fraksi kasar diduga dari limbah batubara dan
proses pelarutan partikel-partikel sedimen. arus yang ada di kolam menurut Supiyati,
Apabila pH perairan tinggi maka dalam dkk. (2012) kecepatan arusnya 0,001 m/s,
kondisi ini hampir tidak terjadi proses sehingga partikel yang berasal dari laut lepas
pelarutan partikel-partikel sedimen. masuk ke kolam diputar kembali untuk
Kedalaman pada stasiun II berkisar 16 m keluar menuju laut lepas, adanya pergerakan
terletak di Pantai Lentera Merah dengan air yang melemah sehingga partikel tertahan
tingkat dampak daerah yang relatif aman, di belakang breakwater. Sedimen yang ada
partikel yang jatuh dalam sedimen trap di stasiun ini hanya sedikit yang
merupakan pasir halus. Pasir halus berasal terperangkap dalam sedimen trap. Stasiun
dari pantai itu sendiri dengan adanya ini termasuk dalam tingkat dampak daerah
gelombang menyusur pantai. relatif aman, sedimen berasal dari aktivitas
Stasiun III terletak di mulut pengangkutan batubara yang berada pada
pelayaran sebelah kiri dengan laju lokasi penelitian.
sedimentasi 2.879,56 mg/cm2/hari (Tabel 8) Stasiun V terletak didepan ekosistem
dengan kedalaman perairan 10 m. Stasiun mangrove dengan laju sedimentasi 70,37
ini merupakan laju sedimentasi yang paling mg/cm2/hari (Tabel 8) dengan kedalaman 2
besar, hal ini sesuai dengan penelitian m, temperatur pada stasiun ini 32oC,
Supiyati dkk, (2012) menyatakan bahwa salinitas 28,5o/oo, pH 7,4, dan kecerahan
sedimentasi terjadi di mulut alur bagian luar 62%. Lokasi ini laju sedimentasinya rendah,
diakibatkan oleh arus yang keluar dari ini dikarenakan salah satu fungsi dari
kolam pelabuhan kecepatannya tidak cukup mangrove adalah perakaran mangrove dapat
besar untuk membawa sedimen ke laut lepas mengakumulasi sedimen, menangkap
kembali. Hal ini mengakibatkan sedimen serasah, dan berperan dalam pembentukan
tertahan dan terjadi penumpukan, kondisi formasi tanah (Kennish, 2000). Faktor
perairan di lokasi penelitian ini yakni lainnya temperatur yang tinggi yang
temperatur 29 oC, salinitas 28 o/oo, pH 7,3 dan mempengaruhi lambatnya pergerakan
kecerahan 25%. Temperatur yang tinggi partikel yang jatuh.
akan memperlambat endapan partikel, Stasiun VI dekat dengan sungai
karena partikel akan bergerak aktif. Pada dengan laju sedimentasi 39,70 mg/cm2/hari
stasiun III laju sedimentasinya tinggi dengan (Tabel 8) dengan kedalaman 2 m, muara
suhu tinggi, hal ini disebabkan adanya sungai laju sedimentasinya paling rendah
pergerakan air yang melemah dan partikel karena pada stasiun ini terletak pada daerah
tertahan di breakwater. yang masih memiliki vegetasi hal ini sesuai
Stasiun IV terletak didekat dengan pernyataan Daulay (2014)
pengangkutan batubara dengan laju menyatakan bahwa pengendapan akan terus
sedimentasi 761,90 mg/cm2/hari (Tabel 8) meningkat apabila kondisi vegetasi pada
dengan kedalaman 2,5 m. Hasil penelitian suatu daerah tidak dijaga, pada lokasi ini
analisis tekstur sedimen di stasiun ini masih banyak vegetasi disekitar stasiun
terdapat partikel - partikel dari limbah sehingga partikel-partikel dapat
diakumulasikan oleh vegetasi di muara
sungai. Temperatur pada stasiun VI yakni 5.2 Saran
30oC, salinitas 27,5 o/oo, pH 7 dan kecerahan Penelitian tentang analisis
77%. sedimentasi di Pelabuhan Pulau Baai ini
masih terbatas dari beberapa konsep
V. KESIMPULAN DAN SARAN pengukuran fraksi sedimen. Model dari laju
sedimentasi dalam penelitian ini belum
5.1 Kesimpulan menentukan kecepatan sedimentasi absolut
Laju sedimentasi di Pelabuhan Pulau dan relatif serta sumber sedimen yang ada di
Baai berkisar 680,60 mg/cm2/tahun sampai Pelabuhan Pulau Baai. Hal ini dapat menjadi
dengan 49.363,82 mg/cm2/tahun. Laju penelitian lanjutan demi keakuratan data
sedimentasi tertinggi terdapat di stasiun III yang lebih lengkap. Sehingga diharapkan
yaitu alur pelayaran, sedangkan laju bisa memberikan informasi yang lengkap
sedimentasi yang paling rendah pada stasiun kepada pihak terkait mengenai sedimentasi
VI di dekat Muara Sungai. Seluruh tekstur di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.
sedimen yang ada di Pelabuhan Pulau Baai
adalah pasir.

Daftar Pustaka
Dishisdros TNI-AL. 2016. Data Pasang
Bakhtiar, D. 2005. Kajian tentang Surut Provinsi Bengkulu Bulan
Karakteristik Gelombang Pesisir Februari dan Maret. Jakarta
Terhadap Proses Pengangkutan
Sedimen (Sedimen Transport) di English. S., Wilkison, and V. Baker.
Kota Bengkulu. Universitas 1997.Survey Manual For Tropical
Bengkulu. Marine Resources. Ed. Ke-2.
Australian Intitute Of Marine
Barus, B.S. 2013. Keterkaitan Sedimentasi Science.
Terhadap Kondisi Ekosistem
Terumbu Karang di Perairan Teluk Febriyani, A. 2013. Analisis Sedimentasi
Lampung Provinsi Lampung. Yang Terjadi Sekitar Daerah
Program Studi Ilmu Kelautan Institut Breakwater Pelabuhan Pulau Baai
Pertanian Bogor. Tesis. Bengkulu. FMIPA UNIB. Skripsi

BMKG.2016.Prakiraan Tinggi Gelombang. Hamdani. 2013. Kajian Teknologi Sand by


http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pus Passing Penanggulangan
at/Informasi_Cuaca/Maritim_- Sedimentasi dan Erosi Pantai
_Cuaca_Pelayaran/Prakiraan_Tinggi Bengkulu (Pelabuhan Pulau Baai).
_Gelombang.bmkg diakses tanggal Jurnal Ilmu dan Terapan Bidang
18 Februari 2016. Teknik Sipil. 19 (1).
Daulay,B.A. 2014. Karakteristik Sedimen di
Perairan Sungai Carang Kota Rebah Hartoni dan A. Agussalim, 2007. Laju
Kota Tanjung Pinang Provinsi Sedimen Tersuspensi di Wilayah
Kepulauan Riau. FIKP UMRAH. Pembangunan Pelabuhan Tanjung
Api-Api Muara Sungai Banyuasin
Kabupaten Banyuasin. Jurnal
Penelitian Sains. 10 (2) ; 204-211.
Kennish, M.J. 2000. Estuary Restoration and Supiyati, 2013. Oseanografi Fisika. Buku
Maintenance: The National Estuary Ajar. UNIB Press.
Programme. Boca Raton, USA: Supiyati, Suwarsono dan K. Hutami. 2012.
CRC Press: 359 pp. Pola Arus Pasang Surut di Pelabuhan
Pulau Baai Bengkulu Menggunakan
Pond, S. and G.L. Pickard. 1983. Softwere Surface-Water Modeling
Intoduction Dynamical System (SMS) 8.1. 8 (2): 792-795
Oceanography. Pergamnon Press
Tokyo. Supiyati, Suwarsono, dan I. Setiawan. 2009.
Angkutan Sedimen Penyebab
PT PELINDO II. 2009. Tak Tuntas Pendangkalan Pelabuhan Pulau Baai
Pathaway, Pelindo II Keruk Alur Bengkulu Dengan Metode
Rakyat Bengkulu. Bengkulu. Diskritisasi Dinamika Oseonografi.
FMIPA. Universitas Bengkulu.
Rifardi and Ujiie. 1993. Sedimentological
Aspects of the Oura River Estuary Triatmodjo, B. 1996. Pelabuhan. Penerbit
and its Environs on the East Coast of Beta Offset. Yogyakarta.
Northern Okinawa Island. Bull. Coll.
Sci., University Ryukyus, 56: 145 – Triadmodjo, B. 2014. Perencanaan
163. Bangunan Pantai. Yogyakarta : Beta
Offset.
Rifardi, Oki and Tomiyasu. 1998.
Sedimentary Environment Based on Wibowo, Y. A. 2012. Dinamika Pantai
Texture Surface Sediments and (Abrasi dan Sedimentasi). Makalah
Sedimention Rate in South Gelombang.
Yatsushiro Kai (Sea), Southwest
Kyusu, Japan. Jour. Sedimentol. Soc.
Japan. (48): 67 – 84.

Rifardi, 2008. Ukuran Butir Sedimen


Perairan Pantai Dumai Selat Rupat
Bagian Timur Sumatera. Jurnal Ilmu
Lingkungan Universitas Riau.

Rifardi, 2012. Edisi Revisi Ekologi Sedimen


Laut Modern. UR PRESS;
Pekanbaru

Sawyer, D.E., Jacoby, R., Flemings, P., and


Germaine, J.T. 2008. Data Report
:Particle size analysis of sediment in
the Ursa Basin, IODP Expedition
308 sites U1324 and U1322,
northern Gulf of Mexico.
Proceedings of the Intergrated Ocean
Drilling Prorgram, vol 308. Mexico.

Anda mungkin juga menyukai