Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Oseanografi berasal dari bahasa Yunani “oceanos” yang berarti laut dan
“graphos” yang berarti gambaran atau deskripsi. Jadi, oseanografi berarti
gambaran atau deskripsi tentang laut. Selain itu, oseanografi juga dapat diartikan
sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu tentang
laut, baik dari sisi fisika laut (physical oceanography), kimia laut (chemical
oceanography), maupun biologi laut (biological oceanography). Seseorang yang
meneliti tentang laut disebut oceanographer.

Untuk dapat mengetahui terjadinya keseimbangan antara faktor fisika,


kimia, dan biologi suatu perairan diperlukan pengetahuan tentang ukuran faktor-
faktor tersebut secara kualitatif dan kuantitatif. Adapun faktor fisika meliputi:
arus, suhu, kecerahan, kelandaian, sedimen, warna, dan kedalaman; faktor kimia
meliputi: salinitas, pH, DO, notrat, nitrit, pospat, dan amoniak; dan faktor biologi
meliputi: plankton, benthos, nekton, neuston, dan periphyton.

Tujuan dari diadakannya praktikum ini adalah agar para praktikan dapat
mengetahui macam-macam parameter yang terdapat di perairan dan mampu
mengukur parameter-parameter perairan tersebut. Selain itu, praktikan juga
diharapkan mampu menganalisa dan menampilkan dalam bentuk diagram-
diagram baku dari parameter-parameter yang digunakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana suhu dapat mempengaruhi ekosistem perairan ?
2. Bagaimana kecerahan sangat penting bagi suatu perairan ?
3. Bagaimana proses pengendapan material dapat terjadi ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mengapa suhu dapat mempengaruhi ekosistem
perairan.
2. Untuk mengetahui kecerahan sangat penting bagi suatu perairan.
3. Untuk mengetahui proses dapat terjadinya pengendapan material.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecerahan

Kecerahan merupakan suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan


cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Kecerahan
merupakan faktor penting bagi proses fotosintesis dan produksi primer. Kecerahan
air tergantung pada warna dan kekeruhan air. Tingkat kecerahan digunakan untuk
melihat ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan
menggunakan secchidisk (Khasanah, 2013).

2.2 Do (Dissolved Oxygen)


DO atau oksigen terlarut merupakan oksigen terlarut yang terkandung di
dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis. Perbedaan antara
tingkat oksigen terlarut merupakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk
dekomposisi dan berbagai bahan organik dalam sampel dan merupakan
pendekatan yang baik dari tingkat direksi (Gusrina, 2008).

2.3 Nitrat
Nitrrat (NO3-) merupakan bentuk utamanitrogen di perairan alami dan
termasuk nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat angat mudah
larut salam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi
sempurna senyawa nitrogen di perairan. Masuknya nitrat ke dalam badan sungai
disebabkan manusia yeng membuang kotoran dalam air sugai (banyak
mengandung amoniak), pembusukan sisa tanaman dan hewan, pembuangan
industri, dan kotoran hewan (Minggawati, 2012).

2.4 Nitrit
Nitrit (NO2-) merupakan bentuk peralihan antara amoniak dan nitrat
(nitrifikasi) dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi). Oleh karena itu,
nitrit bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrim yang dijumpai pada
air minum dapat berasal dari bahan inhibitor korosi yang dipakai di pabrik yang
mendapatkan air dari sistem distribusi PDAM (Armita, 2011).
2.5 Amoniak
Amoniak merupakan hasil katabolisme protein yang diekskresikan oleh
organisme da merupakan salah satu hasil dari penguraian zat organik oleh bakteri.
Amoniak di dalam air tak terionisasi (NH3) atau bebas dan dalam bentuk
terionisasi (NH4) atau ion amonium. Keberadaan nitrogen-amoniak dalam air laut
berasal dari hasil metabolisme organisme hidup dan proses dekomposisi
organisme yang telah mati serta sisa-sisa makanan (Silaban, 2012).

2.6 Suhu
Suhu merupakan besaran yang menyatakan derajat panas dan dingin suatu
benda dengan menggunakan suatu alat, yaitu termometer. Dalam kehidupan
sehari-hari, masyarakat cenderung mengukur suhu dengan menggunakan indera
peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi, maka diciptakanlah
termometer untuk mengukur suhu dengan valid (Patty, 2013).

2.7 pH
pH atau derajat keasaman merupakan salah satu parameter perairan ysng
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau basa yang dimiliki oleh suatu
zat, larutan atau benda. pH normal memilik nilai 7, sementara bila nilai pH > 7,
menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa yang lebih dominan. Sedangkan jika
nilai pH < 7, maka menunjukkan keasaman. Indikator umum yang digunakan
untuk mengukur pH, yaitu kertas lakmus dan pH meter (Simanjuntak, 2012).

2.8 Salinitas
Salinitas merupakan jumlah kadar garam yang terdapat dalam air laut.
Setiapa daerah perairan di bumi memiliki salnitas yang berbeda-beda dan
berpengaruh terhadap kehidupan organisme perairan. Garis yang menghubungkan
kadar salinitas yang sama dalam peta dinamakan isohalin. Faktor yang
mempengruhi salinitas air, yaitu diantaranya penguapan, curah hujan, dan muara
sungai (Setiawan, 2013).

2.9 Kelandaian
Kelandaian merupakan bentuk kontur tanah yang miring namun tidak
terlalu curam. Kelandaian pantai berhubungan dengan dominasi dan sebaran
sedimen. Perubahan geomorfologi pantai akibat dinamika kemiringan lereng dan
distribusi sedimen, sehingga menyebabkan terjdinya abrasi maupun akresi pada
pantai (Kalay, 2008).
2.10 Sedimen
Sedimen merupakan material atu pecahan dari batuan, mineral, dan
mineral organik yang melayang-layang di dalam air, udara, maupun yang
dikumpulkan di dasar sungai atau laut olem pembawa ataupun perantara lainnya.
Dalam ilmu teknik pantai, dikenal istilah pergerakan sedimen pantai atau transpor
sedimen pantai. Transpor sedimen pantai inilah yang akan menentukan terjadinya
sedimentasi atau erosi di daerah pantai (Ghani, 2012).

2.11 Arus
Arus merupakan gerakan massa air yang disebabkan oleh angin yang
berhembus di permukaan laut pada kedalaman kurang dari 200 m. Gerakan arus
berpindah dari suatu tempat yang bertekanan udara tinggi ke tempat yang
bertekanan udara rendah yang sangat luas dan terjadi pada seluruh lautan di dunia.
Selain itu, arus juga dapat diartikan sebagai proses berpindahnya massa air secara
vertikal maupun horizontal. Gerakan tersebut seperti gaya coriolis, di mana gaya
tersebut akan membelok arah arus ke belahan bumi selatan dan utara (Loupatty,
2013).

2.12 Pasang Surut


Pasang surut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya
permukaan air lau secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi
dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi, terutama oleh matahari,
bumi, dan bulan. Faktor non-astronomi yang mempengaruhi pasang surut, yaitu
bentuk pantai topografi dasar perairan. Tipe pasang surut ditentukan oleh pasang
dan surut setiap harinya (Hutabarat, 2008).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pengantar Oceanografi tentang Parameter kualitas Air,
Kelandaian, dan Pasang Surut dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 12
November 2019, pukul 08.30 WIB - selesai di Pantai Delegan, Gresik, Jawa
Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a) Kecerahan
- Secchi disk
- Alat tulis
- Meteran
- Kalkulator / Hp
b) DO
- Botol Winkler
- Erlemeyer
c) Nitrat
- Botol plastik
- Sendok
- Teskit
d) Nitrit
- Botol plastik
- Sendok
- Teskit
e) Amoniak
- Botol plastik
- Sendok
- Teskit
f) Suhu
- Termometer
g) pH
- kertas lakmus
h) Salinitas
- Refraktometer
i) Kelandaian
- Meteran
j) Sedimen
- Toples
- Meteran
k) Arus
- Bola arus
- Tali rafia
- Stopwatch
l) Pasang Surut
- kayu / bambu / pipa
- spidol
- stopwatch
- meteran

3.2.2 Bahan
a) Kecerahan
- Air pantai
b) DO
- Sampel air 150 ml
- MNSO4 2 ml
- Amilum
- NaOH
- NaS2O3
- H2SO4
c) Nitrat
- Sampel air laut
- Reagen nitrat
d) Nitrit
- Sampel air laut
- Reagen nitrit
e) Amoniak
- Reagen amonia
f) Suhu
- Air laut
g) pH
- Air laut
h) Salinitas
- Air laut
i) Kelandaian
- Air laut
j) Sedimen
- Sedimen dalam perairan
k) Arus
- Air laut
l) Pasang Surut
- Air laut
3.3 Cara kerja
3.3.1 Kecerahan
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Memasukkan secchidisk kedalam perairan sampai tidak terlihat
(D1)
3. Mengangkat secchidisk (D1) dan mencatat hasil
4. Memasukkan secchidisk kedalam perairan sampai terlihat samar-
samar (D2)
5. Mengangkat secchidisk (D2) dan mencatat hasil
𝐷1+𝐷2
6. Menghitung hasil kecerahan dengan rumus = 2
7. Mencatat hasil perhitungan pada LS
8. Merapikan alat dan bahan

3.3.2 DO
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengambil sampel air sebanyak 125 ml dengan botol winkler
3. Menambahkan 1 ml Mn SO4
4. Menambahkan Na OH + KI 1 ml menggunakan pipet ukur
5. Menghomogenkan dan didiamkan sampai mengendap
6. Membuang larutan air yang bening (bagian atas)
7. Menambahkan 1 ml H2 SO4 pekat dan 3 tetes amilum
8. Mentitrasi dengan Na2S2O30.025 N hingga larutan berwarna bening
𝑉.𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁 𝑥 8 𝑥 1000
9. Mengitung DO dengan rumus DO = 𝑣𝑜𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
10. Mencatat hasil perhitungan pada LS
11. Merapikan alat dan bahan

3.3.3 Nitrat
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengambil sampel air sebanyak 5 ml
3. Menuangkan sampel air kedalam tabung tetra
4. Memberi reagen nitrat 5 tetes
5. Menghomogenkan selama ± 5 detik
6. Mendiamkan selama 5 menit
7. Mencocokkan warna pada kertas indikator
8. Mencatat hasil pengamatan pada LS
9. Merapikan alat dan bahan

3.3.4 Nitrit
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengambil sampel air sebanyak 5 ml
3. Menuangkan sampel air kedalam botol tetra
4. Meneteskan NO21 sebanyak 10 tetes
5. Menghomogenkan selama ± 10 detik
6. Menambahkan 10 tetes NO2 2 sebanyak 10 tetes
7. Menghomogenkanselama 10 detik, tunggun 5 menit
8. Mencocokkan warna pada kertas indikator
9. Mencatat hasil pengamatan pada LS
10. Merapikan alat dan bahan

3.3.5 Amoniak
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengambil sampel air sebanyak 2 ml dengan menggunakan sringe ke
dalam botol vial
3. Menambahkan reagen NH3 sebanyak 0,5 ml menggunakan sringe
tunggu 3 menit
4. Menambahkan reagen lagi NH3 sebanyak 0,5 ml masukkan kedalam
botol vial tunggu 10 detik diamkan 3 detik
5. Menghomogenkan dan menunggu 5 detik
6. Mencocokan pada kertas indicator
7. Mencatat hasil
8. Merapikan alat dan bahan

3.3.6 Suhu
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Memasukkan termometer kedalam permukaan, tengah, dasar perairan
selama ± 2 menit
3. Mencatat hasil pengamatan pada LS
4. Merapikan alat dan bahan

3.3.7 Ph
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengambil sampel air sebanyak 5 liter
3. Memasukkan kertas lakmus kedalama pantai
4. Mengamati hasil pada pH indikator
5. Mencatat hasil pengamatan pada LS
6. Merapikan alat dan bahan

3.3.8 Salinitas
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengkalibrasi refractometer dengan aquades kemudian mengeringkan
dengan tissue
3. Mengambil sampel air laut dan diteteskan ke refractometer
4. Mengamati dan mencatat besarnya salinitas air laut pada skala yang
ditunjukkan oleh refractometer
5. Merapikan alat dan bahan
3.3.9 Kelandaian
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Membentangkan tali sesuai dengan jarak lokasi kelandaian yang
diinginkan dari pertemuan air dan pasir
3. Mengukur kedalaman (h) pada titik lokasi pengamatan
4. Mengukur jarak (s) dari tali yang dibentangkan menggunakan roll
meter
ℎ (𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛)
5. Menghitung nilai presentase kemiringan= x 100 %
𝑠 (𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘)
ℎ (𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛)
6. Menghitung tan α 𝑠 (𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘)
7. Menghitung nilai derajat kelandaian dengan rumus arc tan α
8. Merapikan alat dan bahan

3.3.10 Sedimen
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengambil sedimen dasar perairan dengan toples
3. Mengendapkan sedimen yang telah diambil selama 24 jam
4. Mengamati dan mengukur tinggi sedimen
5. Mencatat hasilnya

3.3.11 Arus
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Melepaskan bola arus dan menghitung waktu tempuh dengan
handphone (dilakukandengan 3 kali ulangan)
𝑆
3. Menghitung dengan rumus V = 𝑡
4. Mencatat hasil pada LS
5. Merapikan alat dan bahan

3.3.12 Pasang Surut


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mencari titik pantai pengamatan pasang surut
3. Kayu atau bamboo diberi tanda, kemudian berjalan kearah pantai yang
tergenang air laut
4. Kayu atau bamboo ditancapkan di pantai serta menandai tinggi air
pada saat awal pengamatan dengan spidol sebagai tinggi awal (y1)
5. Tiap 1 jam dilihat perubahan ketinggian permukaan air
6. Buat sumbu x (waktu) dan y (kedalaman) pada kertas
7. Ploting hasil pengamatan kedalaman sumbu simetris tersebut dan
tentukan tipe pasang surut di lokasi praktikum tersebut
8. Tulis hasil pada LS
9. Merapikan alat dan bahan
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Hasil
4.1.1.1 Kecerahan
Hasil Kecerahan
D1 =82
D2 =73
𝐷1+𝐷2
= 2
82+73 155
= = = 77,5 cm
2 2

1.1.1.2 DO

HASIL PERHITUNGAN
PINGGIR PANTAI TENGAH PANTAI
Kelas B Kelas B
1,4 𝑥 0,025 𝑥 8 𝑥 1000 1,5 𝑥 0,025 𝑥 8 𝑥 1000
DO = DO =
50 50
= 5,6 ppm = 6 ppm
Kelas A Kelas A
2,5 𝑥 0,025 𝑥 8 𝑥 1000 1,5 𝑥 0,025 𝑥 8 𝑥 1000
DO = DO =
50 50
= 10 ppm = 6 ppm

1.1.1.3 Nitrat

HASIL PERHITUNGAN
PINGGIR PANTAI TENGAH PANTAI
Kelas B = 5 ppm Kelas B = 0 ppm
Kelas A= 0 ppm Kelas A = 0 ppm
5+0
Rata-rata= 2 =2,5 ppm

1.1.1.4 Nitrit

HASIL PERHITUNGAN
PINGGIR PANTAI TENGAH PANTAI
Kelas B = 0 ppm Kelas B = 0,25 ppm
Kelas A= 0 ppm Kelas A = 0 ppm
0,25+0
Rata-rata = 2 =0,125 ppm
1.1.1.5 Ammonia

HASIL PERHITUNGAN
PINGGIR PANTAI TENGAH PANTAI
Kelas B = 0 ppm Kelas B = 0 ppm
Kelas A= 0 ppm Kelas A = 0 ppm

1.1.1.6 Suhu

HASIL PERHITUNGAN
PINGGIR PANTAI TENGAH PANTAI
o
Permukaan = 30 C Permukaan = 32o C

Tengah = 33o C Tengah = 31o C

Dasar =33o C Dasar =31o C

1.1.1.7 pH

HASIL PERHITUNGAN
PINGGIR PANTAI TENGAH PANTAI
pH netral 7 pH netral 7

1.1.1.8 Salinitas

HASIL PERHITUNGAN
PINGGIR PANTAI TENGAH PANTAI
35 ppt 35 ppt

1.1.1.9 Kelandaian

HASIL PERHITUNGAN
ℎ (𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛) 29
kemiringan= x 100 % = 2000 x 100 % = 0,0145 %
𝑠 (𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘)
ℎ (𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛)
tan α= 𝑠 (𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘)
arc tan α = 0,83
Gambar kelandaianpantai
h = 29 cm
s = 20cm
= 2000 cm s

H
4.1.1.10Sedimen
HASIL PERHITUNGAN
100% pasir

4.1.1.11 Arus
HASIL PERHITUNGAN
Jarak (s) = 5m
t1 = 21,60 t2 =28,75 t3 = 21,91
2 21,60+28,75+21,91 280,26
t (rata ) = = 3 = 26,753
3
𝑠 5
kecepatanarus (V) = 𝑡 =26,753 = 0,18 m/s

4.1.1.12 Pasang Surut


Date Time Elevation (cm)
12 November 2019 8.53 90
12 November 2019 9.23 104
12 November 2019 9.53 90
12 November 2019 10.23 88
4.2 Pembahasan

4.2.1 Kecerahan

Berdasarakan hasil praktikum pengantar oceanografi


tentangkecerahandapatdiketahuidari pengukuran kecerahaan telah didapatkan
hasil dengan menggunakan alat sechi disk dengan perhitungan D1 = 82
𝐷1+𝐷2 82+73
cmDan D2 = 73 cm dengan rumus perhitungan = = 77,5cm.
2 2

Dengan nilai tersebut kecerahan pesisir pantai tergolong lumayandan warna


perairannya juga sedikitkeruh mungkin disebabkan limbah sampah dari
masyarakatataupengunjungpantai.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Khasanah (2013) bahwa Kecerahan
merupakan suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk
menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Kecerahan merupakan faktor
penting bagi proses fotosintesis dan produksi primer. Kecerahan air
tergantung pada warna dan kekeruhan air.Dihitung dengan rumus : 𝑑=
𝑑1+𝑑2
kadar tinggi rendahnya kecerahan disebabkan oleh seberapa besar
2

penetrasi cahaya yang masuk ke dalaam perairan.

4.2.2 Do

Berdasarkan hasil praktikum oceanografi tentang parameter kualitas air,


kelandaian, dan pasangsurut di Pantai Pasir Putih Delegan, dapat praktikan
ketahui bahwa diperoleh hasil DO di pinggiran pantai yaitu 5,6 dan
memperoleh nilai DO sebesar 6 di tengah pantai. Hal ini disebabkan karena
pergerakan pada permukaan air yang berbeda, kadar garam (salinitas) yang
tinggi, dan tekanan oksigen di sekelilingnya yang berbeda. Hal ini masih
diambang batas toleransi untuk pembudidaya ikan yg berkisar antara 4-5.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Prahutama (2013) yang meyatakan
bahwa Dissolved Oxygen (DO) merupakan kadar oksigen yang terkandung
dalam suatu perairan. DO merupakan parameter penting dalam suatu perairan
sebagai penanda atau penguur kualitas suatu perairan. Semakin besar nilai
kandungan DO maka mennjukkan bahwa kualitas air tersebut semakin baik.
Begitupula sebaliknya apabila kandungan DO rendah maka kualitas air
tersebut kurang baik. Kandungan oksigen yang terdapat did alam air dapat
digunakan oleh ikan atau mikroorganisme yang terdapat di dalam perairan
untuk pernapasan, metabolisme tubuh dan pertumbyhan serta perkembangan.
4.2.3 Nitrat

Berdasarakan hasil praktikum pengantar oceanografi tentang nitrat


dapat diketahui bahwa Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan
alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan
algae.hasildari pengukuran nitrat dengan menggunaakan reagen nitrat didapat
hasil 5 ppm kelas B dan 0 ppm kelas A yang di peroleh pada pinggirpantai.
Pada tengah pantai kedua kelas mendapatkan 0 ppm. Nitrat nitrogen sangat
mudah terlarut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari
proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan.

Hal ini sesuai dengan penyataan Minggawati, (2012) bahwaNitrat (NO3)


adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama
bagi pertumbuhan misalnya tanaman air dan algae serta fitooplankton.
Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di
perairan. Masuknya nitrat ke dalam badan sungai disebabkan manusia yeng
membuang kotoran dalam air sugai (banyak mengandung amoniak),
pembusukan sisa tanaman dan hewan, pembuangan industri, dan kotoran
hewan .

4.2.4 Nitrit

Berdasarkan hasil praktikum Pengantar Oceanografi tentang parameter


kualitas air, kelandaian, dan pasang surut di Pantai Pasir Putih Delegan, dapat
praktikan ketahui bahwa diperoleh hasil nitrit sebesar 0 ppm di pinggir pantai
dan di dapatkan hasil 0,25 ppm ditengah pantai, memliki hasil yang berbeda
ini dipengaruhi oleh banyak sedikitnya fitoplankton serta limbah dan
sampah yang dibuang kelaut dan menyebar kelaut. Hasil pengukuran
tersebut baik dan tergolong masih subur.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Prabowo dan Nur (2016) yang
menyatakan bahwa nitrit merupakan bentuk nitrogen yang hanya sebagian
teroksidasi. Nitrit tidak ditemukan dalam air limbah yang segar, melainkan
dalam limbah yang sudah basi atau lama. Nitrit tidak dapat bertahan lama dan
merupakan keadaan sementara proses oksidasi antara amoniak dan nitrat.
Nitrit bersumber dari bahan-bahan yang bersifat korosif dan banyak
dipergunakan di pabrik-pabrik. Nitrit tidak tetap dan dapat berubah menjadi
amoniak atau dioksidasi menjadi nitrat.Kandungan nitrit pada perairan alami
mengandung nitrit sekitar 0.001 mg/L. kadar nitrit yang lebih dari 0.06 mg/L
adalah bersifat toksik bagi organisme perairan..
4.2.5 Amoniak

Berdasarkan hasil praktikum Pengantar Oseanografi tentang Ammonia


dapat praktikan ketahui bahwa Ammonia dalam air dapat berasal dari
pemupukan, eksresi hewan dan hasil perombakan komponen nitrogen oleh
mikroba. Beberapa jenis tanaman dapat menyerap ammonia. Bakteri pengurai
(nitrobacter) dapat mengoksidasi ammonia menjadi nitrat.Dari hasil
percobaan ammonia mendapatkan hasil yaitu 0 mg/L dan menunjukkan
bahwa tidak ada limbah amonia. Berarti pada perairan laut yang kami amati
ammonianya tidak menyebabkan kontaminan dengan limbah karena biasanya
air yang memiliki ammonia terkena kontaminan air limbah ini memiliki
konsentrasi 5-10 mg/L dan bagi ikan cukup baik jika tidak terkontaminan
dngan limbah.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Suparno (2016) yang menyatakan


bahwa Amonia adalah senyawa nitrogen anorganik yang bersifat gas dan cair
yang takberwarna dan memiliki bau yang khas. Amonia merupakan
kontaminan yang terdapat di tanah maupun air limbah yang memiliki
konsentrasi 5 – 10 mg/L. Amonia di perairan berasal dari sisa metabolisme
(eskresi) hewan dan proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme.
Sumber amonia di perairan adalah gas nitrogen dari proses difusi udara yang
tereduksi di dalam air.

4.2.6 Suhu

Berdasarakan hasil praktikum pengantar oceanografi tentang suhudapat


di ketahui bahwa pengukuran suhu di pinggir pantai dengan ketentuan
permukaan, tengah, dan dasar mendapatkan suhu masing masing 30o C, 33o C,
dan 33o C. Dari pengukuran suhu di tengah pantai dengan ketentuan sama
didapatkan hasil 32oC pada permukaan , 31°C , pada dasar dengan perolehan
nilai suhu 33°C . Perbedaan ini membuktikan bahwa panas matahari akan
lebih terasa saatberada pada perairan yang dangkal. Suhu juga dipengaruhi
oleh panas sinar matahari yang masuk pada suatu perairan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Handoko, (2012) bahwaTemperatur


atau suhu air adalah ukuran tinggi rendahnya panas air yang berada ditempat
budidaya, baik kolam, karamba, maupun karamba jaring apung maupun
budidaya air payau ditambak serta budidaya laut. Biasa dinyatakan dengan
satuan celcius (C). Suhu suatu perairan pada umumnya disebabkan oleh
antara lain musim, ketinggian permukaan laut (attitude). Suhu normal
perairan laut memiliki kisaran 300C. Untuk kisaran suhu di Laut Jawa
berkisar 27°C-31°C.

4.2.7 pH

Berdasarkan hasil praktikum pengantar oceanografi tentang pH dapat


diketahui bahwa hasil yang didapatkan pada pinggian pantai dan tengah
pantai memiliki hasil sama yaitu 7 atau netral, Tinggi rendahnya nilai pH
pada suatu perairan tergantung dari beberapa faktor, antara lain: Konsentrasi
gas-gas dalam air (CO2), konsentrasi garam-garam karbonat dan bikarbonat,
proses dekomposisi bahan organik yang ada. pH yang baik pada suatu
perairan adalah netral.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (2016) yang menyatakan
bahwa pH merupakan singkatan dari puissance negative de H atau logaritma
negatif dari kadar ion hidrogen yang ada. pH adalah tingkat keasaman
menentukan sifat keasaman atau kebasaan dari suatu larutan.Jika setelah
dilakukan uji asam basa kertas lakmus menunjukkan warna merah setelah
dicelupkan, maka berarti cairan yang diperiksa adalah cairan asam dengan
nilai pH di bawah 7.Sedangkan jika kertas lakmus memperlihatkan warna
biru setelah dicelupkan, maka berarti cairan tersebut merupakan cairan basa
dengan skala pH di atas 7. Pengukuran derajat keasaman pH yang paling
praktis adalah dengan menggunakan alat ukur pH sistem digital. Tinggi
rendahnya pH suatu perairan dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2
maupun CO2, konsentrasi bahan-bahan garam karbonat dan bikarbonat, serta
proses dekomposisi bahan organik pada perairan

4.2.8 Salinitas

Berdasarakan hasil praktikum pengantar oceanografi


tentangsalinitasdapat di ketahuibahwahasil dari pengukuran salinitas
menggunakan alat refractometer didapat hasil besarnya salinitas yaitu pada
skala 35 ppt.Salinitas air laut di seluruh wilayah perairan di dunia berkisar
antara 33 – 37 ppt dengan nilai median 34,7 ppt.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Samadi, (2004) bahwa Salinitas
adalah tingkat keasinan kadar garam terlarut dalam air, salinitas juga dapat
mengacu pada kandungan garam dalam tanah tetapi secara ideal, salinitas ini
merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam garam pada setiap
kilogram air laut. Perbedaan salinitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Makin besar tingkat penguapan air laut pada suatu wilayah maka akan tinggi
pula salinitasnya. Satuan untuk salinitas adalah ‰ (per mil), Salinitas air laut
di seluruh wilayah perairan di dunia berkisar antara 33 – 37 ‰ dengan nilai
median 34,7 ‰.

4.2.9 Kelandaian

Berdasarkan hasil praktikum Pengantar Oseanografi tentang


Kelandaian dapat praktikan ketahui bahwa kelandaian merupakan kedalaman
suatu kondisi perairan dan daratan secara horizontal. Sehingga secara tidak
langsung akan mempengarui jumlah sinar matahari yang didapat mencapai
dasar perairan, karena matahari sangat diperlukan oleh organisme atau
mikroorganisme yang ada di dalam perairan untuk berfotosintesis.
Kelandaian juga sebagai indikator dinamika pantai. Keberadaan kemiringan
lereng pantai dan distribusi sedimen sebagai penutup dasar perairan
menggambarkan kestabilan garis pantai. Kemiringan pantai berhhubungan
dengan dominasi dan sebaran sedimen.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Hidayati (2013) yang menyatakn
bahwa kelandaian merupakan suatu kondisi kedalaman perairan (pantai) dan
daratan yang diukur secara horizotal. Kelandaian secara tidak langsung akan
mempengaruhi jumlah sinar matahari yang akan menembus pada dasar
perairan. Sinar matahari yang masuk digunakan sebgai fotosintesis oleh
organisme atau mikroorganisme yang berada di dalam perairan. Kelandaian
dapat diukur berdasarkan jarak antara vegetasi yang mewakili batas daratan
hingga bibir pantai sebagai batas lautan

4.2.10 Sedimen

Berdasarakan hasil praktikum pengantar oceanografi tentang sedimen


dapat diketahui bahwa hasil dari pengukuran sedimen perairan laut dari dasar
perairan yang berbentuk berupa pasir dan lumpur didapat hasil setelah
dilakukan pengendapan selama kurang lebih 24 jam didapat dalam toples
adalah pasir tanpa ada lumpur.

Hal ini sesuai dengan penyataan Hidayat, (2003) bahwaSedimen


merupakan lapisan terbawah dari perairan yang bisa berupa batu, lumpur,
pasir, kerikil ataupun kayu. Sedimen laut sebagai akumulasi dari mineral-
mineral dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran
cangkang dan tulang dari organisme laut serta beberapa partikel lain yang
terbentuk lewat proses kimia yang terjadi di laut.

4.2.11 Arus

Berdasarkan hasilpraktikum Pengantar Oseanografi tentang Arus


dapat ketahui bahwa arus merupakan pergerakan massa air dari suatu tempat ke
tempat yang lain menuju kestabilan yang terjadi secara terus menerus.
Pengukuran kecepatan arus ini dilakukan dengan mengukur arus di Pantai
Dagelan Gresik. Alat yang digunakan untuk mengukur arus yaitu bola yang
diikat menggunakan tali sepanjang 5 meter yang dialirkan hingga talinya
tertarik dengan sempurna dan dihitung waktunya dengan menggunakan
stopwatch.Untuk menghitung pergerakan arus dapat digunakan rumus sebagai
berikut : V = s / t . Sehingga didapatkan hasil pada pengukuran arus yang
dilakukan yaitu : 0,18 cm/s.Faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu arus
antara lain adalah : perbedaan suhu, arah angin, perbedaan kadar garam suatu
perairan serta gelombang pasang surut.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Hadi, (2012} bahwaArus merupakan


gerakan massa air yang disebabkan oleh angin yang berhembus di permukaan
laut pada kedalaman kurang dari 200 m. Gerakan arus berpindah dari suatu
tempat yang bertekanan udara tinggi ke tempat yang bertekanan udara rendah
yang sangat luas dan terjadi pada seluruh lautan di dunia. Dapat dihitung
dengan rumus v= x/t. Arus normal musim angin timur yaitu 0,002 – 0,083
m/dtk. Sementara untuk musim angin barat dikisaran 0,0015 – 0,065 m/dtk.

4.2.12 Pasang surut

Berdasarkan hasil praktikum Pengantar Oseanografi tentang Pasang


Surut dapat praktikan ketahui bahwa Pasang surut laut merupakan suatu
fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang
diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan.Perhitungan
dilakukan setiap 30 menit sekali dalam 4 kali pengukuran. Hasil yang
didapatkan pada pengukuran pasang surut yang pertama kali adalah 90 cm
,yang kedua adalah 104 cm,, ketiga adalah 90 cm, yang terakhir adalah 88
cm. Sehingga pada waktu pengukuran dihasilkan keadaan pasang pada
perairan laut tersebut.Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Faktor non astronomi
yang mempengaruhi pasut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk
adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Arifin (2012) yang menyatakan
bahwa Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik
turunnya permukaan air laut secara berkala yangdiakibatkan oleh kombinasi
gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama
oleh matahari,bumi dan bulan. Pasang surut dan arus yang dibangkitkan
pasang surut sangat dominan dalam proses sirkulasi massa airdi perairan
pesisir. Pengetahuan mengenai pasang surut dan pola sirkulasi arus pasang
surut diperairan pesisir dapat memberikan indikasi tentang pergerakan massa
air serta kaitannya sebagai faktor yang dapatmempengaruhi distribusi suatu
material di dalam kolom air.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Suhu sangat penting bagi suatu perairan karena suhu berperan bagi
fotosintesis plankton dan pada suhu optimum ikan akan tumbuh dengan
normal.
2. Tingkat kecerahan yang baik bagimempengaruhi pada pertumbuhan suatu
organisme. Dalam artian apabila keruh tersebut banyak
mengandungberbagai mikroorganisme yang baik bagi kehidupan biota di
dalamnya.
3. Proses pengendapan material dapat terjadi dengan diangkut oleh tenaga air
atau angin pada saat pengikisan terjadi. Air membawa batuan mengalir ke
sungai, danai, dan akhirnya sampai ke laut. Pada saat penguatan,
pengangkutannya berkurang atau lebih dan batuan diendapkan di daerah
aliran air.
5.2 Saran
1. Praktikum PO kedepannya
Selaku praktikan saran saya untuk praktikum PO kedepannya agar
penambahan alat maupun bahan di perbanyak dan pada penggunaan lebih
memaksimalkan fasilitas praktikum (alat & bahan) yang dimiliki
laboratorium, dalam penyampaian infomasi baik secara langsung maupun
tidak langsung agar kedepannya lebih diperjelas agar tidak ada informasi
yang simpang siur. Lebih mengkondisikan praktikannya saat praktikum di
lapang agar pelaksanaan maksimal dalam praktikumnya

2. Asisten
1. Wafika Nurjannah
Saran saya pada mbak Wafika agar lebih meningkatkan toleransi
dengan praktikannya dan lebih memperjelas pada penyampaian
pembahasan.

2. Erika Nur Halimah


Saran saya kepada mbak erika agar lebih objektif dalam memberikan
penilaian dan lebih memperjelas dalam menyampaikan contoh kalimat
pembahasan, dalam menyampaikan materi saya harap tidak terlalu cepat
dalam bicaranya.
3. M Rafif P
Saran saya untuk kedepannya agar lebih bagus dan memperjelas
maksud dari materi yamg dijelaskan saat praktikum berlangsung.

4. Nur Rahma S

Saran saya kepada mbak Nur untuk kedepannya agar lebih aktif dalam
praktikum seperti dalam penyampaian materi dan memberi contoh cara
melakukan praktikum yang akan dilakukan sesuai materi

5. Jan Tuheteru
Saran saya kepada mas Jan untuk kedepannya agar lebih menunjukkan
sikap kekeluargaan terhadap praktikannya supaya tidak terjadi salah
paham

6. Ivony Rosa Aprilia


Saran saya kepada mbak Ivoni selaku praktikan saya pribadi belum tau
pasti tentang kakak karena saya belum pernah jadi praktikan kakak.
Kedepannya lebih semangat dalam menjadi asisten laboratorium
DAFTAR PUSTAKA

Armita, D. 2011. Analisis Perbandingan Kualitas Air di Daerah Budidaya


Rumput Laut dengan Tidak Ada Budidaya Rumput Laut di dusun
Malelaya, desa Punaga, kecamatan Mangarabombang, kabupaten
Takalar. Skripsi FKIP. Unhas: Makassar.
Ghani, abdul., dkk. 2012. Study on Charateristicsof Sediment and Sedimentation
Rate at Lembing River, Kuantan, Pahang. Precedia Engineering and
Technology 2012, MUCET 2012 Part 3- Civil and Chemical Engineering.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan untuk SMK. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Hadi. 2012 .Pemantauan Dan Prediksi Dinamika Parameter Fisik Dalam
Kaitannyadengan Produktifitas Perairan Laut dan Pesisir.Bali. Balai
Riset dan Observasi Kelautan.
Handoko, M. 2012 Distribusi Vertikal Suhu, Salinitas Dan Arus Di Perairan
Morotai Maluku Utara. Jakarta. Oseanoogi Dan Limnologi Di Indonesia
No 40: 29-41, LIPI.
Hidayat. 2003 Kajian Sebaran Ukuran Butir Sedimen Di Perairan Gresik Jawa
Timur. Jurnal Oseanografi
Hutabarat, Sahala. 2008. Pengantar Oceanografi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Kalay, D. E. 2008. Pola Sebaran Sedimen Pantai pada Perairan Pantai Hutumuri
dan Wayame. Jurnal Penelitian Manajemen Sumberdaya Perairan. Vol. 7
no.1, April 2011.
Khasanah, dkk. 2013. Kelimpahan dan Keanekaragaman Plankton di Perairan
Selat Bali (Plankton Abundance dan Diversity in the Bali Strait).
Loupatty, Grace. 2013. Karakteristik Energi Gelombang dan ArusPerairan di
Provinsi Maluku. Journal Barekeng. Vol. 7.
Minggawati, infa., dkk. 2012. Parameter Kualitas Airuntuk Budidaya Ikan Patin
(Pangasius pangasius) di Karamba Sungai Kahayan, Kota Palangkaraya.
Jurnal Ilmu Hewan Tropika. Vol. 1 (1).
Patty, S. I. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas, dan O2 Terlarut di Perairan Keina.
Jurnal Ilmiah Prata X. Vol. 1: 148-157.
Samadi. 2014. Geografi SMA Kelas X. Yogyakarta : Yudhistira.

Setiawan, Agnas. 2013. Faktor Salinitas Air. Jakarta: PT. Gramedia.


Silaban, Tio Fanta., dkk. 2012. Dalam Peningkatan Kinerja Filter Air Untuk
Menurukan Konsentrasi Amonia pada Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus
carpio). E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi budidaya Perairan. Vol.1 (1):
47-56.
Simanjuntak, Marojahan. 2012. Kualitas Air Laut Ditinjau dari Aspek Zat Hara,
Oksigen Terlarut, dan pH di Perairan Banggai. Jurnal Ilmu Teknologi
Kelautan.

Anda mungkin juga menyukai