Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limnologi sebagai rumpun ilmu biologi didefinisikan berdasarkan Kamus

Besar Bahsa Indonesia (2007) ilmu yang mendalami tanah, kolam, dan air tawar

menggenang lainnya beserta biota yang terkait dengannya. Badan air tawar dibagi

menjadi dua kategori umum, yaitu air diam seperti kolam,danau, situ, rawa, telaga

dan waduk serta air mengalir (sungai). Air diam digolongkan sebagai sistem

lentik sedangkan air mengalir disebut sistem lotik (Ritman, 2019).

Limnologi sebagai rumpun ilmu biologi didefinisikan berdasarkan Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2007) ilmu yang mendalami tanah, kolam, dan air tawar

menggenang lainnya beserta biota yang terkait dengannya. Badan air tawar dibagi

menjadi dua kategori umum, yaitu air diam seperti kolam,danau, situ, rawa, telaga

dan waduk serta air mengalir (sungai). Air diam digolongkan sebagai sistem

lentik sedangkan air mengalir disebut sistem lotik (Aryochepridho, 2015).

Danau Poso merupakan sebuah danau yang terletak di Kabupaten Poso,

Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Dan merupakan danau terdalam ketiga di

Indonesia. Danau ini memiliki panjang 32 km dan lebar 16 km, dengan kedalaman

maksimal 450 meter (Wikipedia, 2019).

1
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini, yaitu :

1. Bagaimana metode atau cara yang dilakukan untuk mengetahui kualitas


perairan menggenang?
2. Bagaimana cara kerja, tekhnik sampling dan analisis parameter fisika, kimia
dan biologi perairan khususnya perairan menggenang?
3. Bagaimana tekhnik pengukuran berbagai parameter fisik dan kimia perairan
mengalir?
4. Bagaimana cara mengidentifikasi biota di habitat air mengalir?
5. Bagaimana bentuk adaptasi organisme di perairan mengalir?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini yaitu :

1. Memberikan ketrampilan ilmiah kepada mahasiswa tentang metode monitoring


kualitas perairan menggenang.
2. Memeberikan bekal ketrampilan kepada mahasiswa tentang cara kerja,
tekhnik sampling dan analisis parameter fisika, kimia dan biologi perairan
khususnya perairan menggenang.
3. Mahasiswa memiliki keterampilan tekhnik pengukuran berbagai parameter
fisik dan kimia perairan mengalir.
4. Mahasiswa dapat mengenal dan mampu mengidentifikasi biota di habitat air
mengalir.
5. Mahasiswa dapat mengenal berbagai bentuk adaptasi organisme di perairan
mengalir.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem perairan tawar merupakan sumber daya yang terbatas dan


sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan populasi makhluk hidup seiring dengan
adanya peningkatan konsumsi. Sungai sebagai suatu ekosistem air tawar, tersusun
dari komponen biotik dan abiotik dan setiap komponen tersebut membentuk suatu
jalinan fungsional yang saling mempengaruhi, sehingga membentuk suatu aliran
energi yang dapat mendukung stabilitas pada ekosistem tersebut.
Makrozoobentos merupakan hewan yang hidup menetap di sedimen pada dasar
perairan, baik pada kondisi substrat lunak maupun substrat keras.
Makrozoobentos berkontribusi sangat besar terhadap fungsi ekosistem perairan
dan memegang peranan penting seperti proses mineralisasi dalam sedimen dan
siklus material organik, serta berperan dalam mentransfer energi melalui rantai
makanan. Sebagian besar hewan ini digunakan sebagai indikator biologi untuk
mengamati penurunan kualitas air, terutama akibat pencemaran bahan organic,
serta melihat pengaruh perubahan lingkungan yang terjadi terhadap biota perairan,
khususnya makrozoobentos, sehingga hewan ini sangat memungkinkan untuk
menjelaskan perubahan lingkungan yang terjadi, baik secara spasial maupun
temporal (Andria, 2017).

Danau merupakan sumberdaya air tawar yang berada di daratan yang


berpotensi sangat besar serta dapat dikembangkan dan didayagunakan bagi
pemenuhan berbagai kepentingan. Kementerian Lingkungan Hidup, melaporkan
bahwa Indonesia sendiri memiliki 107 buah danau dan waduk yang tersebar di
Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores
dan Papua (Wawan, 2013).

Sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang


diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air merupakan
parameter kekeruhan. Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik dan anorganik
baik tersuspensi maupun terlarut seperti lumpur, pasir, bahan organik seperti

3
plankton dan mikroorganisme lainnya. Kekeruhan di perairan ini tergolong rendah
dan tidak melebihi baku mutu air laut untuk kegiatan kehidupan biota laut
(Dafiuddin, 2017).

Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen


terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada
banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan
anorganik. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan,
oksigen yang terlarut dalam perairan alami bervariasi, bergantung pada suhu,
salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian
(altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin
kecil. Kadar oksigen juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman,
tergantung pada percampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air,
aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air.
Oksigen terlarut akan menurun apabila banyak limbah, terutama limbah organik,
yang masuk ke perairan. Hal ini dikarenakan oksigen tersebut digunakan oleh
bakteri-bakteri anerobik dalam proses pemecahan bahan-bahan organik yang
berasal dari limbah yang mencemari perairan tersebut (Meillisa, 2017).

Fitoplankton adalah organisme yang hidup melayang-layang di dalam air,


relatif tidak memiliki daya gerak, sehingga eksistensinya sangat dipengaruhi oleh
gerakan air seperti arus, dan lain-lain. Fitoplankton merupakan organisme yang
memegang peranan penting dalam perairan. Beberapa fitoplankton ada yang hidup
di perairan bersih dan ada juga beberapa kelompok yang dapat hidup di perairan
yang tercemar. Maka dari itu keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai
indikator kondisi kualitas perairan (Suryanti, 2013).

4
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini ialah sebagai berikut :

Hari/Tanggal : Jumat – Sabtu, 15 – 16 November 2019

Waktu : Pukul 19.00 WITA - selesai

Tempat : Desa siuri, Kec. Pamona Utara. Kab. Poso Sulawesi Tengah

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini ialah :

1. Alat :
a. Cakram Secchi
b. Termometer
c. Tali rafia
d. Meteran
e. pH meter
f. Kamera hp
g. Alat tulis menulis
h. Planktonet
2. Bahan
a. Formalin 2% dan 4%
b. Alkohol 70%
c. Aquades
d. Lugol
e. Botol koleksi
f. Toples
g. Sikat gigi
h. Transek perifiton
i. Kertas label

5
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini ialah :
a. Plankton
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengambil sampel plankton dengan menggunakan net plankton pada
pengulangan pertama, kedua dan ketiga di stasiun 1.
3. Mengambil sampel secara vertikal.
4. Memasukkannya kedalam botol koleksi1,2 dan 3.
5. Mengulangi perlakuan 1-4 pada stasiun 2 dan 3.
6. Mengamati plankton di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10.
7. Mengidentifikasi jenis plankton yang belum diketahui nama ilmiahnya.
8. Mencatat hasil amatan pada table hasil pengamatan.
b. Bentos
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Melakukan pencarian bentos pada stasiun 1.
3. Setelah menemukan bentos, kemudian memasukkannya ke dalam toples.
4. Mengidentifikasi jenis bentos yang belum diketahui nama ilmiahnya.
5. Mengulangi perlakuan 1-4 pada stasiun 2 dan 3.
6. Mencatat hasil amatan pada table hasil pengamatan.
c. Perifiton
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mencari substrat yang memungkinkan terdapat perifiton baik substrat kayu,
karang dan bebatuan.
3. Mengambil sampel perifiton menggunakan sikat gigi dengan cara
menyikatnya.
4. Memasukkan ke dalam botol koleksi yang telah diberi alcohol, formalin dan
larutan lugol.
5. Mengamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x 10.
6. Mengidentifikasi jenis perifiton yang belum diketahui nama ilmiahnya.
7. Mencatat hasil amatan pada table hasil pengamatan.

6
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini yaitu :

I. Faktor Abiotik

Stasiun
No Parameter 1 2 3
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
17 17
1 Suhu Udara 30 ℃ 21 ℃ 30 ℃ 21℃ 16℃ 26℃ 21℃
℃ ℃
26
2 Suhu Air 28℃ 28 ℃ 7,3 ℃ 29℃ 28 ℃ 27 ℃ 29℃ 28℃

Cahaya dan
3 1,7 1,7 - - 1,7 - 3m - -
Kekeruhan
80 71 104
4 Kedalaman - - - 35,18m - -
cm cm cm
Oksigen
5 6,4 6,8 4 6,4 6,8 4 6,4 6,8 4
terlarut
6 pH air 7 7 7 7 7 7 7 7 7

II. Faktor Biotik


Plankton

Jumlah individu stasiun


No Nama jenis
1 2 3
1 Syenedra ulna 6 - -
2 Eudorina californica 4 2 -
3 Isthmia nervosa 4 - -
4 Staurastum anatinum 5 - -
5 Diurella stylata 2 1 -
6 Schroederia sp. - 5 8
7 Cerataulina bergoni - 4 10

7
8. Navicula ayptocephala - 6 1

9. Ganotozygon sp. - - 10

10. Nitzchia sp. - - 2

11. Amphlipeura pellucida - - 6

12. Hemiaulus hauckii - - 10

 Tabel keanekaragaman plankton

Ulangan
No Nama Jenis St ni Pi=ni/n ln(pi) Pi=ln(pi) H'
1 2 3
1. Syenedra ulna 1 - - 6 6 0,29 -1,2 -0,35
-
2. Eudorina californica 1 - 4 - 4 0,19 -1,7 -0,32
1,38
3. Isthmia nervosa 1 1 1 2 4 0,19 -1,7 -0,32
Staurastum anatinum
4. 1 - 2 3 5 0,24 -1,4 -0,34
Diurella stylata
5. 1 - - 2 2 0,01 -4,6 -0,05

21 ∑=-1,38
Jumlah
1. Schroederia sp. 2 1 2 3 6 0,27 -1,32 -0,35
2. Cerataulina bergoni 2 - 4 - 4 0,22 -1,51 -0,33
Navicula ayptocephala -
3. 2 3 - 3 6 0,33 -1,10 -0,36
1,42
4. Eudorina californica 2 1 1 - 2 0,11 -2,20 -0,24
5. Diurella stylata 2 1 - - 1 0,05 -0,99 -0,14
Jumlah 18 ∑=-1,42
Ganotozygon sp.
1. 3 5 2 3 10 0,20 -1,60 -0,32
-
Nitzchia sp.
2. 3 1 - - 1 1,06 -2,81 -0,16 1,73
3. Schroederia sp. 3 8 - - 8 0,16 -1,83 -0,29
Amphlipeura pellucida
4. 3 2 3 1 6 0,12 -2,12 -0,25
Cerataulina bergoni
5. 3 4 4 2 10 0,20 -1,60 -0,32
6. Hemiaulus hauckii 3 2 3 5 10 0,20 -1,60 -0,32

8
Navicula ayptocephala
7. 3 1 - - 1 0,02 -3,91 -0,07
-
Jumlah 48 ∑=-1,73
4,53

2. Tabel Pengamatan Benthos

No Nama Jenis Jumlah Invidu / stasiun


1 Geothelphusa dehaani 3
2 Tylomelania robusta 3
3 Caridina gracilipes 7
4 Corcibula fluminea 11
5 Tylomenalia perfecta 4
6 Synanodanta woodiana 4
7 Macrobrachium lanchesteri 5
8 Parath convex 4
9 Melanoides tubercolata 1
10 Plisbryocorcha exilis 11
11 Tylarebria patriarchalis 8
12 Callinects darat 5
13 Macrobrachium rosenbergii 4

Substrat Pi = ln
Stasiun Nama Jenis ni Pi.ln(Pi) H'
Pasir Batu Kayu ni/N (Pi)
Geothelphusa dehaani 3 - - 3 0,11 -2,23 -0,24
Tylomelania robusta 3 - - 3 0,11 -2,23 -0,24
Caridina gracilipes 2 - 5 7 0,25 -1,39 -0,35 -1,47
I
Corcibula fluminea 11 - - 11 0,39 -0,93 -0,37
Tylomenalia perfecta 4 - - 4 0,14 -1,95 -0,28
Total 28
Synanodanta woodiana 4 - - 4 0,29 -1,25 -0,36
Macrobrachium
5 - - 5 0,36 -1,03 -0,37
lanchesteri -1,27
II
Parath convex 3 - 1 4 0,29 -1,25 -0,36
Melanoides tubercolata 1 - - 1 0,07 -2,64 -0,19
Total 14
Plisbryocorcha exilis 11 - - 11 0,39 -0,93 -0,37
III -1,31
Tylarebria patriarchalis 5 - 3 8 0,29 -1,25 -0,36

9
Callinects darat 3 - 2 5 0,18 -1,72 -0,31
Macrobrachium
2 - 2 4 0,14 -1,95 -0,28
rosenbergii
Total 28 -4,05

-4,05 Maka dapat disimpulkan bahwa kategori index


= -1,36 keanekaragaman termasuk kategori sedang karena H'
3 > 1 / H' = 3 = Sedang
H' = -∑Pi.lnPi
= -∑(-1,36)
H' = ∑1,36

3. Tabel Pengamatan Peryphyton

No Nama Jenis Jumlah Invidu / stasiun


1 Maugenta sp 1
2 Asterionella sp 1 2
3 Tribonema sp 1
4 Amaphora sp 1
5 Nancula sp 1 1
6 Leptocylindrus danicus 4 5
7 Ganotozygon monotaenium 1

Substrat Pi =
Stasiun Nama Jenis ni ln (Pi) Pi.ln(Pi) H'
Pasir Batu Kayu ni/N
Maugenta sp 3 - - 1 0,16 -1,83 -0,29
Asterionella sp 3 - - 1 0,16 -1,83 -0,29
-
Tribonema sp 2 - 5 1 0,16 -1,83 -0,29
I 1,54
Amaphora sp 11 - - 1 0,16 -1,83 -0,29
Nancula sp 4 - - 2 0,33 -1,11 -0,37
Total 6
Asterionella sp 4 - - 1 0,16 -1,83 -0,29
Nancula sp 5 - - 1 0,16 -1,83 -0,29 -
II Leptocylindrus 0,86
3 - 1 4 0,66 -0,42 -0,27
danicus
Total 6
Leptocylindrus
11 - - 5 0,83 -0,18 -0,15 -
III danicus
0,45
Ganotozygon 5 - 3 1 0,17 -1,77 -0,30

10
monotaenium
Total 6 -2,85

-2,85 Maka dapat disimpulkan bahwa kategori index


= -0,93 keanekaragaman termasuk kategori rendah
3 karena H' < 1 = Rendah
H' = -∑Pi.lnPi
= -∑(-0,93)
H' = ∑0,93

4.2 Analisa Data

1. Analisis Data Plankton

1. Nilai Ni stasiun 1
6+4+4+5+2=21
Nilai Ni stasiun 2
5+4+6+2+1=18
Nilai Ni stasiun 3
10+3+8+6+10+10+1=48

2. Nilai Pi stasiun 1
- 6/21 = 0,29
- 4/21 = 0,19
- 4/21 = 0,19
- 5/21 = 0,24
- 2/21 = 0,01
Nilai Pi stasiun 2
- 5/18 = 0,27
- 4/18 = 0,22
- 6/18 = 0,33
- 2/18 = 0,11
- 1/18 = 0,05
Nilai Pi stasiun 3
- 10/48 = 0,20
- 3/48 = 0,06
- 8/48 = 0,16
- 6/48 = 0,12
- 10/48 = 0,20
- 10/48 = 0,20
- 1/48 = 0,02

11
3. Nilai ln (Pi)
Ln Stasiun 1
- Ln 0,29 = -1,2
- Ln 0,19 = -1,7
- Ln 0,19 = -1,7
- Ln 0,24 = -1,4
- Ln 0,01 = -4,6
Ln Stasiun 2

- Ln 0,27 = - 1,3
- Ln 0,22 = - 1,51
- Ln 0,33 = - 1,1
- Ln 0,11 = - 2,2
- Ln 0,05 = - 2,99
Ln Stasiun 3

- Ln 0,20 = - 1,6
- Ln 0,06 = - 2,81
- Ln 0,16 = - 1,83
- Ln 0,12 = - 2,12
- Ln 0,20 = - 1,6
- Ln 0,20 = - 1,6
- Ln 0,02 = - 3,91

4. Nilai Pi.ln Stasiun 1


- 0,29.(-1,2) = - 0,35
- 0,19.(-1,7) = - 0,32
- 0,19.(-1,7) = - 0,32
- 0,24.(-1,4) = - 0,34
- 0,01.(-4,6) = - 0,05
∑= -1,38

Nilai Pi.ln Stasiun 2

- 0,27.(-1,3) = - 0,35
- 0,22.(-1,51) = - 0,33
- 0,33.(-1,1) = - 0,36
- 0,11.(-2,2) = - 0,24
- 0,05.(-2,99) = - 0,14
∑= -1,42

12
Nilai Pi.ln Stasiun 3

- 0,20.(-1,60) = - 0,32
- 0,06.(-2,81) = - 0,16
- 0,16.(-1,83) = - 0,29
- 0,12.(-2,12) = - 0,23
- 0,20.(-1,6) = - 0,32
- 0,20.(-1,6) = - 0,32
- 0,02.(-3,91) = - 0,07
∑= -1,73

(−1,38)+(−1,42)+(−1,73)
 = 3
−4,53
= = -1,51
3
 H’ = -∑ Pi.lnPi
= -∑ (-1,51)
H’ = ∑ 1,51

Jadi, keanekaragaman plankton di Desa Siuri, Kecamatan Pamona


Utara, Kabupaten Poso Sulawesi Tengah dikategorikan sedang

H’ > 1/H’ = 3

2. Analisis Data Benthos

1) Nilai Ni 3/28=0,11
 Nilai Ni stasiun 1 7/28=0,25
= 3+3+7+11+4=28 11/28=0,39
 Nilai Ni stasiun 2 4/28=0,14
= 4 + 5 +4 +1=14
 Nilai Ni stasiun 3  Nilai Pi stasiun 2
= 11+8+5+4=28 4/14=0,29
5/14=0,36
2) Nilai Pi 4/14=0,29
 Nilai Pi stasiun 1 1/14=0,07
3/28=0,11  Nilai Pi stasiun 3

13
11/28=0,39 5/28=0,18
8/28=0,28 4/28=0,14

3) Nilai Ln (Pi)
 menggunakan kalkulator ilmiah

4) Nilai Pi.Ln
 Nilai Pi.Ln stasiun 1
0,11.(-2,21) = -0,24
0,11.(-2,21) = -0,24
0,25.(-1,39) = -0,35
0,39.(-0,94) = -0,37
0,14.(-1,97) = -0,28

 Nilai Pi.Ln stasiun 2


0,29.(-1,24) = -0,36
0,36.(-1,02) = -0,37
0,29.(-1,24) = -0,36
0,07.(-2,66) = -0,19

 Nilai Pi.Ln stasiun 3


0,39.(-0,94) = -0,37
0,28.(-1,27) = -0,36
0,18.(-1,71) = -0,31
0,14.(-1,97) = -0,28

14
5) Nilai H’ (indeks keanekaragaman)
 Stasiun 1
-0,24+(-0,24)+(-0,35)+(-0,37)+(-0,28) = -1,48
 Stasiun 2
-0,36+(-0,37)+(-0,36)+(-0,19)= -1,28
 Stasiun 3
-0,37+(-0,36)+(-0,31)+(-0,28)= -1,32

−4,08
* = -1,36
3
H’= -∑ Pi. Ln. Pi
H’= -∑(−1,36)
H’= ∑ 1,36
Jadi keanekaragaman bentos di Desa Siuri, Kec. Pamona Utara, Kab.
Poso Sulawesi Tengah dikategorikan sedang = H’ > 1 x H’ = 3

3. Analisis Data Perifiton

1) * Nilai Ni Stasiun 1
=1+1+1+1+2=6
* Nilai Ni Stasiun 2
=1+1+4=6
* Nilai Ni Stasiun 3
=5+1 =6

2) * Nilai Pi Stasiun 1
 1/6 = 0,16
 1/6 = 0,16

15
 1/6 = 0,16
 1/6 = 0,16
 2/6 = 0,33
* Nilai Pi Stasiun 2
 1/6 = 0,16
 1/6 = 0,16
 4/6 = 0,66
* Nilai Pi Stasiun 3
 5/6 = 0,83
 1/6 = 0,16

3) * Nilai Ln (pi) Stasiun 1


 Ln 0,16 = -1,83
 Ln 0,16 = -1,83
 Ln 0,16 = -1,83
 Ln 0,16 = -1,83
 Ln 0,33 = -1,10
* Nilai Ln (pi) Stasiun 2
 Ln 0,16 = -1,83
 Ln 0,16 = -1,83
 Ln 0,66 = -0,41
* Nilai Ln (pi) Stasiun 3
 Ln 0,83 = -0,18
 Ln 0,16 = -1,83

4) * Nilai Pi . Ln (pi) Stasiun 1


 0,16 . (-1,83) = -0,29
 0,16 . (-1,83) = -0,29
 0,16 . (-1,83) = -0,29

16
 0,16 . (-1,83) = -0,29
 0,33 . (-1,10) = -0,36
∑ = -1,52
* Nilai Pi . Ln (pi) Stasiun 2
 0,16 . (-1,83) = -0,29
 0,16 . (-1,83) = -0,29
 0,66 . (-0,41) = -0,27
∑ = -0,85
* Nilai Pi . Ln (pi) Stasiun 3
 0,83 . (-0,18) = -0,14
 0,16 . (-1,83) = -0,29
∑ = -0,43

* = (-1,52) + (-0,85) + (-0,43)


3
= -2,8 = -0,93
3
* H’ = -∑ Pi . Ln(pi)
= -∑ (-0,93)
H’ = ∑ 0,93

Jadi, keanekaragaman perifiton di Desa Siuri, Kec. Pamona Utara, Kab. Poso
Sulawesi Tengah dikategorikan rendah karena H’ < 1 = rendah.

17
4.3 Pembahasan

Limnologi sebagai rumpun ilmu biologi didefinisikan berdasarkan Kamus


Besar Bahasa Indonesia ilmu yang mendalami tanah, kolam, dan air tawar
menggenang lainnya beserta biota yang terkait dengannya. Badan air tawar dibagi
menjadi dua kategori umum, yaitu air diam seperti kolam,danau, situ, rawa, telaga
dan waduk serta air mengalir (sungai). Air diam digolongkan sebagai sistem lentik
sedangkan air mengalir disebut sistem lotik (Aryochepridho, 2015).

Adapun Tempat praktikum ini alah di desa Siuri Danau Poso, Kecamatan
Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Alat yang digunakan pada
praktikum ini ialah cakram secchi, termometer, tali rafia, meteran, ph meter,
planktonet, kamera hp dan alat tulis menulis sedangkan bahan yang digunakan yaitu
formalin 2% dan 4%, alkohol 70%, aquades, lugol, botol koleksi, toples, sikat gigi,
transek perifiton dan kertas label.

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu botol koleksi
sebagai wadah plankton. Net plankton berfungsi sebagai jarring untuk mengambil
sampel plankton. pH meter berfungsi untuk mengukur pH air. Cakram sechi
berfungsi mengukur kekeruhan atau batas penembusan cahaya. Sikat gigi berfungsi
mengambil sampel plankton. Alat tulis berfungsi untuk mencatat hasil pengamatan.
Toples berfungsi sebagai wadah untuk bentos. Thermometer berfungsi untuk
mengukur suhu lingkungan pengamatan. Alkohol 70%, larutan lugol dan formalin 2%
berfungsi untuk mengawetkan plankton. Kertas label berfungsi untuk menandai botol
sampel.

Hasil pengamatan, plankton pada stasiun 1 di dapatkan spesies plankton


dengan jumlah masing-masing yaitu, Syenedra ulna (6), Eudorina californica (4),
Isthmia nervosa (4), Staurastum anatinum (5) dan Diurella stylata (2). Pada stasiun 2
didapatkan spesies plankton dengan jumlah masing-masing yaitu, Eudorina
californica (2), Diurella stylata (1), Schroederia sp (5), Cerataulina bergoni (4) dan

18
Navicula ayptocephala (6). Pada stasiun 3 didapatkan spesies plankton dengan jumlah
masing-masing yaitu, Schroederia sp (8), Cerataulina bergoni (10), Navicula
ayptocephala (1), Ganotozygon sp (10),Nitzchia sp (2), Amphlipeura pellucida (6)
dan Hemiaulus hauckii (10). Jadi, berdasarkan data tersebut maka keanekaragaman
plankton di Desa Siuri, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso Sulawesi Tengah
dikategorikan sedang H’ > 1/H’ = 3.

Hasil pengamatan bentos pada stasiun 1 didapatkan spesies bentos dengan


jumlah masing-masing yaitu, Geothelphusa dehaani (3), Tylomelania robusta (3),
Caridina gracilipes (7), Corcibula fluminea (11) dan Tylomenalia perfecta (4). Pada
stasiun 2 didapatkan spesies bentos dengan jumlah masing-masing yaitu,
Synanodanta woodiana (4), Macrobrachium lanchesteri (5), Parath convex (4) dan
Melanoides tubercolata (1). Pada stasiun 3 didapatkan spesies bentos dengan jumlah
masing-masing yaitu, Plisbryocorcha exilis (11), Tylarebria patriarchalis (8),
Callinects darat (5) dan Macrobrachium rosenbergii (4). Jadi, berdasarkan data
tersebut maka keanekaragaman bentos di Desa Siuri, Kec. Pamona Utara, Kab. Poso
Sulawesi Tengah dikategorikan sedang H’ > 1 x H’ = 3.

Hasil pengamatan perifiton pada stasiun 1 didapatkan spesies perifiton dengan


jumlah masing-masing yaitu, Maugenta sp (1), Asterionella sp (1), Tribonema sp (1),
Amaphora sp (1) dan Nancula sp (1). Pada stasiun 2 di dapatkan spesies perifiton
dengan jumlah masing-masing yaitu, Asterionella sp (2), Nancula sp (1), dan
Leptocylindrus danicus (4). Pada stasiun 3 didapatkan spesies perifiton dengan
jumlah masing-masing yaitu, Leptocylindrus danicus (5) dan Ganotozygon
monotaenium (1). Jadi, berdasarkan data tersebut maka keanekaragaman perifiton di
Desa Siuri, Kec. Pamona Utara, Kab. Poso Sulawesi Tengah dikategorikan rendah
karena H’ < 1 = rendah.

Pada pengamatan ini terdapat beberapa parameter berupa faktor abiotik yang
diamati yaitu suhu udara, suhu air, cahaya dan kekeruhan, kedalaman, oksigen

19
terlarut, dan pH air. Suhu udara untuk pengamatan pagi pada stasiun 1 yaitu 17 ℃,
pada stasiun 2 yaitu 17 ℃ dan pada stasiun 3 yaitu 16 ℃. Pada pengamatan siang
untuk suhu udara pada stasiun 1 yaitu 30 ℃. Pada stasiun 2 yaitu 30 ℃ dan pada
stasiun 3 yaitu 26 ℃. Suhu udara untuk pengamatan malam pada stasiun 1 yaitu 21
℃, pada stasiun 2 yaitu 21 ℃ dan pada stasiun 3 yaitu 21 ℃. Suhu air untuk
pengamatan pagi pada stasiun 1 yaitu 28 ℃, pada stasiun 2 yaitu 26 ℃ dan pada
stasiun 3 yaitu 27 ℃. Pada pengamatan siang untuk suhu air pada stasiun 1 yaitu 28
℃, pada stasiun 2 yaitu 29 ℃ dan pada stasiun 3 yaitu 29 ℃. Suhu air untuk
pengamatan malam pada stasiun 1 yaitu 7,3 ℃, pada stasiun 2 yaitu 28 ℃ dan pada
stasiun 3 yaitu 28 ℃. Cahaya dan kekeruhan untuk pengamatan pagi pada stasiun 1
yaitu 1,7 m dan pada stasiun 3 yaitu 3 m. Pada pengamatan siang untuk cahaya dan
kekeruhan pada stasiun 1 yaitu 1,7 m dan pada stasiun 2 yaitu 1,7 m. Kedalaman
untuk pengamatan pagi pada stasiun 1 yaitu 0,8 m dan pada stasiun 3 yaitu 3,51 m.
Pada pengamatan siang untuk kedalaman pada stasiun 1 yaitu 0,71 m dan pada
stasiun 2 yaitu 1,04 m. Oksigen terlarut pada pengamatan pagi untuk stasiun 1, 2 dan
3 yaitu 6,4. Oksigen terlarut pada pengamatan siang untuk stasiun 1,2 dan 3 yaitu 6,8.
Oksigen terlarut pada pengamatan malam untuk stasiun 1,2 dan 3 yaitu 4. pH air
untuk stasiun 1,2 dan 3 pada pengamatan pagi, siang dan malam yaitu 7 (netral).

20

Anda mungkin juga menyukai