Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI LAUT

SEDIMEN LAUT (ANALISIS DAN KLASIFIKASI UKURAN BUTIR SEDIMEN)

Received: Aditya Joinanada1 Natasya Anggia Sha Fauzia2 Wahyuni S. Lumban Gaol3
Accepted: Afriliati4
Email korespondensi:
1
Prodi Ilmu Kelautan, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Jl. W. R.
Supratman, Kandang Limun, Provinsi Bengkulu, 38371, Indonesia

Abstrak
Sedimen dasar laut dapat mendeskripsikan kondisi geologi yang terjadi di masa lampau hingga masa kini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lapisan-lapisan sedimen dasar laut Perairan Bengkulu
berdasarkan profil penampang seismik Sub Bottom Profile. Pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan
Maret 2024 menggunakan sekop, Analisa sedimen dilkukan pada bulan Maret, 2024 di Laboratorium Ilmu
Kelautan Universitas Bengkulu, Bengkulu. Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan materi
yang diteliti berupa sedimen dasar laut. Hasil interpretasi menunjukan sedimen dasar pada daerah penelitian
dkelompokan dalam 3 lapisan pengendapan yang terdiri dari Unit 1 adalah lumpur berpasir. Unit 2 merupakan
pasir berkerikil.Unit 3 adalah lapisan sedimen yang berpasir.

Kata kunci:
Sedimen Dasar Laut, Sub Bottom Profiler (SBP), Stratigrafi, Perairan Bengkulu

Abstract
Seabed sediments can describe geological conditions that occurred in the past to the present. This research
aims to determine the condition of the seabed sediment layers in Bengkulu Waters based on the Sub Bottom
Profile seismic cross-sectional profile. Field data collection was carried out in March 2024 using a shovel.
Sediment analysis was carried out in March 2024 at the Marine Science Laboratory, Bengkulu University,
Bengkulu. The research method used is descriptive in nature with the material studied being seabed sounding
data, bottom sediment samples and Sub Bottom Profile seismic recording data. The interpretation results show
that the basic sediment in the research area is grouped into 3 depositional layers consisting of Unit 1 which is
sandy mud. Unit 2 is gravelly sand. Unit 3 is a sandy sediment layer.
PENDAHULUAN

Sedimen dasar laut dapat mendeskripsikan kondisi geologi yang terjadi di masa lampau hingga masa
kini. Keberadaan sedimen di dasar laut mendapat pengaruh faktor hidro-oseanografi hingga material sedimen
tertranspor dan terendapkan pada dasar laut. Dalam kurun waktu yang panjang sedimen yang terendapkan akan
mengalami sedimentasi hingga membentuk lapisan sedimen di dasar laut. Dengan mengetahui kondisi tersebut,
dapat diketahui bagaimana proses lapisan sedimen terbentuk dan faktor oseanografi yang mempengaruhinya
(Sari dkk., 2020).
Dalam penelitian ini, dilakukan kajian mengenai profil lapisan sedimen dasar laut melalui analisis data
rekaman seismik dan analisis sedimen dasar untuk memberikan ilustrasi kondisi geologi daerah penelitian. Data
rekaman seismik menghasilkan gambaran visual profil lapisan sedimen dasar laut kemudian dikorelasikan
dengan hasil analisis sedimen untuk mengidentifikasi kondisi lapisan-lapisan geologi bawah permukaan dan
karakteristik sedimen dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lapisan-lapisan sedimen dasar
laut Perairan Utara Jawa berdasarkan profil penampang seismik Sub Bottom Profile (Labibah dan Triajie.,
2019).
Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan, Sedangkan sedimen atau endapan
pada umumnya diartikan sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian
mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada akhirnya terendapkan atau tersedimentasikan.
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh medio ait, angin atau gletser di
suatu cekungan. Sedangkan batuan sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi,
baik secara mekanik maupun secara kimia dan organic (Riyanto dkk., 2019).
Secara mekanik Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen batuan. Faktor-faktor
yang penting antara lain, Sumber material batuan sedimen. Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat
dipengaruhi oleh material-material asalnya. Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat menentukan
waktu dan jarak transportasi, tergantung dari prosentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil (Muchlissin dkk.,
2021).

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini mencangkup pengambilan sampel dan analisis laboratorium. Pengambilan sempel
dilakukan di Pulau Baai, Bengkulu. Pengambilan sampel di lokasi ini di dasarkan pada rona lingkungan yang
berbeda. Sampel pertama di bawah mangrove sampel kedua arah daratan dan sampel ketiga daratan. Kemudian
sampel di teliti pada kamis, 07 Maret 2024 pukul 16:00- Selesai di laboratorium Ilmu kelautan, Fakultas
pertanian, Universitas Bengkulu.
Alat dan Bahan
Alat dan Bahan untuk Pengambilan Data Lapangaan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian untuk mendukung proses pengambilan data di lapangan
adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Alat untuk pengambilan data lapangan
No. Nama Alat Fungsi
1 Sekop Mengambil sedimen dasar perairan dangkal

Bahan yang digunakan pada penelitian untuk mendukung proses pengambilan data di lapangan adalah
sebagai berikut.
Tabel 2. Bahan untuk pengambilan data lapangan
No. Nama Bahan Fungsi
1 Plastik zip Wadah sampel sedimen
2 Kertas lebel Memberi tanda sempel setiap stasiun

Alat dan Bahan untuk Uji Laboratorium

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian untuk mendukung proses uji laboratorium adalah
sebagai berikut.
Tabel 3. Alat untuk uji laboratorium
No. Nama Bahan Fungsi
1 Oven Mengeringkan sampel sedimen
2 Loyang Wadah sedimen untuk dikeringkan dalam oven
3 Timbangan analitik Mengukur berat
4 Ayakan Memisahkan sedimen berdasarkan ukuran
5 Hidrometer Uji hidrometer sedimen lumpur
6 Tabung picnometer Menghitung berat jenis sedimen
7 Gelas ukur 1000 ml Wadah larutan pendispersi
8 Mortal dan alu Menghaluskan sedimen

Bahan yang digunakan pada penelitian untuk mendukung proses uji laboratorium adalah sebagai
berikut.
Tabel 4. Bahan untuk uji laboratorium
No. Nama Bahan Fungsi
1 Sampel sedimen Bahan untuk dianalisis
2 Tissue Membersihkan alat

Metode Penelitian
Langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut;

1. Menimbang berat setiap ayakan dan wadah penampung yang masih kosong.
2. Mencatat berat basah dan berat kering sampel yang akan dianalisis. Kemudian memastikan semua ayakan
bersih.
3. Menyusun posisi ayakan kasar pada bagian paling atas, lakukan untuk seterusnya.
4. Memasukkan sampel yang sudah kering pada ayakan paling atas dan menutup dengan penutupnya.
5. Menempatkan rangkaian ayakan pada ayakan manual.
6. Memisahkan rangkaian ayakan jika sudah selesai dan timbang berat masing-masing. Menimbang berat
penampung paling bawah.
7. Mencatat nilai masing-masing pada tabel yang sudah disiapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
TABEL 1. Jenis sedimen
No Lokasi Sampel Berat (gr)
1. Pulai Baai Sampel Basah

Titik 1 bawah mangrove

Titik 1 500gr

Titik 2 10 meter ke kanan

Titik 2 390gr

Titik 3 10 meter ke kiri

Titik 3 500gr
2. Sampel Kering

Titik 1 bawah mangrove

Titik 1 390gr

Titik 2 10 meter ke kanan

Titik 2 370gr

Titik 3 10 meter ke kiri

Titik 3 300gr

3. Sampel Saringan/Ayakan

Ayakan Kasar

15,312gr
Ayakan Sedang

8,111gr

Ayakan Halus

180gr

Ayakan Sangat Halus

170gr

Pembahasan
Jenis - Jenis Sedimen
Jenis sedimen yang kami dapatkan pada hasil penelitian yaitu berupa liat dan pasir dan dapat
dikategorikan bahwa sampel yang kami ambil diPulau Bai Bengkulu yaitu berupa lumpur berpasir. Menurut
Chrisyariati dkk. (2021) memiliki tekstur sedimen pasir berlumpur dengan komposisi fraksi pasir sebesar
63,76% dan lumpur sebesar 28,48%. PB2 memiliki tekstur lumpur berpasir yang terdiri dari fraksi pasir sebesar
30,7%, fraksi lumpur sebesar 49,3% dan lempung sebesar 18%. PB3 menunjukkan tekstur sedimen pasir
berlumpur dengan fraksi pasir 43,68%, lumpur 37,6% dan lempung 10%. Spesies yang mendominasi dari 3
stasiun adalah Rhizophora sp. Rhizophora sp tumbuh diarea pasang surut dan substrat pasir berlumpur. Bahan
organik salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove. Hasil bahan organik yang ditemukan
pada PB1 sebesar 46,12%; PB2 48,07%; dan PB3 42,12%. Hal tersebut diperkuat oleh Syah (2011) yang
menyatakan bahwa jenis Rhizophora sp. dapat tumbuh pada substrat berlumpur dan halus tetapi dapat toleran
terhadap substrat pasir. Hal ini jenis subtrat memiliki hubungan terhadap pertumbuhan mangrove.

Ada empat macam sedimen laut, Lithogenous, biogenous, hydrogenous dan cosmogenous. Litogen
berasal dari daratan, terbentuk melalui proses pelapukan dan terdiri dari partikel-partikel kecil dari batuan yang
lapuk dan aktivitas vulkanik. Dan di dalam sedimen Litogen terdapat dua sub kategori: Terrigenous dan
lempung merah. Sedimen terrigenous dihasilkan ketika proses pelapukan terjadi di atas air. Angin dan sumber
alam lainnya kemudian membawa partikel-partikel ini ke laut tempat mereka tenggelam. Tanah liat merah, juga
dikenal sebagai tanah liat abisal, sebagian besar terletak di lautan dan terbentuk dari kombinasi material
terrigenous dan abu vulkanik. Dari segi ukuran, partikel terrigenous umumnya lebih besar dibandingkan
partikel tanah liat abisal sehingga lebih cepat tenggelam (Harpah dkk., 2020).

Sedimen biogen terbentuk dari sisa-sisa organisme yang menolak untuk dilarutkan. Contoh yang baik
dari organisme ini termasuk kerang, kerang, apa pun yang memiliki cangkang. Hal-hal lain yang dapat
menghindari pembubaran termasuk tulang dan gigi serta pelengkap lainnya. Di perairan yang lebih dalam,
cangkang plankton dan organisme mikroskopis lainnya membentuk sedimen semacam ini. Sedimen hidrogen
adalah sedimen yang dipadatkan dari air laut. Dengan demikian, reaksi kimia menciptakan sedimen semacam
ini. Pengendapan bahan kimia terlarut dari air laut. Sedimen jenis ini umumnya ditemukan di dekat ventilasi
hidrotermal. Sedimen kosmogen mungkin yang paling menarik dari keempat jenis sedimen karena sifatnya
yang asing. Sedimen semacam ini terbawa ke bumi melalui meteorit atau asteroid. Mereka biasanya merupakan
konglomerasi berbagai jenis logam dan karena sifatnya, tidak mudah ditemukan (Laila dkk., 2020).

Bentuk Sedimen
Berdasarkan hasil penelitian yang kami dapatkan bahwa bentuk sedimen yang telah kami ambil di Pulau
Bai, Provinsi Bengkulu. Yaitu memiliki bentuk sedimen berupa butiran pasir yang dapat dikategorikan sebagai
Biogenous dan Lithogenous. Biogenous adalah sedimen yang berasal dari organisme laut yang telah mati dan
terdiri dari remah-remah tulang, gigi geligi dan cangkang-cangkang tanaman maupun hewan mikro. Menurut
Noorany (2018) Sedimen biogen berasal dari sisa-sisa organisme hidup yang mengendap sebagai sedimen
ketika organisme tersebut mati. Ini adalah “bagian keras” dari organisme yang berkontribusi terhadap
sedimen; hal-hal seperti cangkang, gigi, atau elemen kerangka, karena bagian-bagian ini biasanya
termineralisasi dan lebih tahan terhadap pembusukan dibandingkan “bagian lunak” berdaging yang cepat rusak
setelah kematian.

Tekstur adalah kenampakan sedimen yang berkaitan dengan ukuran, bentuk, dan susunan butir sedimen.
Suatu endapan sedimen disusun dari berbagai ukuran partikel sedimen yang berasal dari sumber yang berbeda-
beda, dan percampuran ukuran ini disebut dengan istilah populasi. Ada tiga kelompok populasi sedimen yaitu:
1. kerikil (gravel), terdiri dari partikel individual: boulder, cobble dan pebble. 2. pasir (sand), terdiri dari: pasir
sangat kasar, kasar, sedang, halus dan sangat halus. 3. lumpur (mud), terdiri dari clay dan silt. Ukuran butir
partikel sedimen adalah salah satu faktor yang mengontrol proses pengendapan sedimen di sungai, semakin
kecil ukuran butir semakin lama partikel tersebut dalam air dan semakin jauh diendapkan dari sumbernya,
begitu juga sebaliknya (Laksono dkk., 2021).

Sedimen adalah pecahan-pecahan material yang umumnya terdiri atas uraian batu-batuan secara fisis
dan secara kimia. Partikel seperti ini mempunyai ukuran dari yang besar (boulder) sampai yang sangat halus
(koloid), dan beragam bentuk dari bulat, lonjong sampai persegi. Hasil sedimen biasanya diperoleh dari
pengukuran sedimen terlarut dalam sungai (suspended sediment), dengan kata lain bahwa sedimen merupakan
pecahan, mineral, atau material organik yang diangkut dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara,
angin, es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapkan dari material yang melayang
dalam air atau dalam bentuk larutan kimia (Imannuel dkk., 2022).

Sedimentasi adalah terbawanya material dari hasil pengikisan dan pelapukan oleh air, angin atau gletser
ke suatu wilayah yang kemudian di endapkan. Semua batuan dari hasil pelapukan dan pengikisan yang di
endapkan lama-kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat di tempat lain
akan berbeda. Adapun proses sedimentasi itu sendiri dalam konteks hubungan dengan sungai meliputi,
penyempitan palung, erosi, transportasi sedimentasi (transportsediment), pengendapan (deposition), dan
pemadatan (compaction) dari sedimen itu sendiri. Karena prosesnya merupakan gejala sangat komplek yang
merupakan permulaan proses terjadinya erosi tanah menjadi partikel halus, lalu menggelinding bersama aliran,
sebagian akan tertinggal di atas tanah, sedangkan bagian lainnya masuk ke dalam sungai terbawa aliran menjadi
sedimen (Purasongka dkk., 2019).

Manfaat Sedimen

Manfaat sedimen yaitu sebagai sumber nutrisi untuk biota yang tinggal dilingkungan sedimen tersebut
dan sedimen laut juga bermanfaat sebagai pemanfaatan sedimentasi di laut mencakup pasir laut yang digunakan
untuk reklamasi di dalam negeri, pembangunan infrastruktur Pemerintah, pembangunan prasarana oleh pelaku
usaha, dan/atau ekspor sepanjang kebutuhan dalam negeri. Menurut Siregar dkk. (2019) sedimen laut
mempengaruhi pasang surut air laut dan sedimen laut memiliki banyak nutrisi untuk kehidupan biota laut dan
sebagai factor kemajuan manusia karena sedimen laut memiliki nilai eknomi untuk pembangunan.
Hubungan antara aktivitas manusia dan sedimen laut serta pengaruhnya terhadap ekologi laut telah
dijelakan oleh banyak peneliti diantaranya dalam buku Friedman and Sander (2019), pada saat ini krisis besar
bagi lingkungan dan ekologi disebabkan oleh aktivitas industri di mana material yang dihasilkan industri
melebihi berat total material yang berasal dari sungai-sungai di dunia. Material industri yang dihasilkan selama
tahun 2013 di USA kira-kira tiga kali lebih besar dari jumlah material yang dibawa Sungai Missisipi dan
seperempat kali dari material padat yang berasal dari sungai-sungai di dunia ini. Selanjutnya, penelitian tentang
endapan sedimen dapat melengkapi data penting yang berhubungan dengan pengaruh manusia terhadap siklus
geologi, merupakan masalah dasar dari krisis lingkungan kita. Aktivitas manusia seperti percobaan senjata
nuklir yang dimulai pada tahun 2013, telah menyebarkan isotop radioaktif dalam level rendah pada atmosfera
dan hidrosfera, dan kemudian diendapkan dalam sedimen. Pada tahun 2013 radioaktif dalam sedimen ditandai
dengan adanya sinar gamma tinggi yang merupakan hasil kerusakan radioaktif dari Cesium-37 (Ardiputra,
2022).

Pengambilan Sedimen

Pada pengambilan sedimen untuk penelitian kali ini yaitu kami menggunakan sekop untuk mengambil
sedimen yang ada dengan pengambilan dengan cara dibawah sampel mangrove dan 5meter sebelum lokasi
mangrove dan 5meter sesudah lokasi mangrove dan untuk wadah yang digunakan yaitu plastik. Menurut Suphia
Rahmawati (2020) Mikroplastik merupakan partikel plastik yang memiliki diameter berukuran kurang dari 5
mm. Sampah plastik banyak ditemukan di bantaran sungai yang menyebabkan seluruh ekosistem sungai
terganggu. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi keberadaan, bentuk dan warna mikroplastik sedimen dan
ikan demersal di Sungai Code, dan membandingkan data analisis dengan penelitian mikroplastik di tahun 2019.
Pengambilan sampel sedimen menggunakan sekop dan wadah plastik, pengambilan sampel ikan menggunakan
alat penangkap ikan. Metode analisis lab menggunakan cara oksidasi peroksida basah, pemisahan densitas dan
pengamatan menggunakan mikroskop untuk mengetahui keberadaan berdasarkan jumlah, bentuk dan warna
dari mikroplastik. Hasil pengamatan keberadaan mikroplastik pada sampel sedimen berupa mikroplastik bentuk
fiber, fragmen, pellet dan film, serta mikroplastik berwarna merah, hitam, biru, transparan, nila dan cokelat.

Pengambilan sampel sedimen dasar laut dilakukan menggunakan grab sampler. Sampel sedimen dasar
laut diambil sebanyak 15 titik. Pemilihan titik pengambilan sampel memperhatikan daerah kunci yang mewakili
keadaan keseluruhan. Terhadap sampel sedimen dasar laut dilakukan analisis ukuran butir sedimen ( grain size).
Analisis ukuran butir sedimen dilakukan di Laboratorium Oseanografi Tropis, Jurusan Ilmu Kelautan,
Universitas Diponegoro, dengan metode dry sieving (pengayakan) dan wet sieving (pemipetan). Pengayakan,
pemipetan, dan penamaan jenis sedimen mengikuti metode Buchanan (2018) dalam Mc.Intyre dan Holme
(2017). Jenis sedimen diklasifikasikan berdasarkan skala Wentworth (Affandi, 2020).
Penentuan titik sampel dilakukan secara Stratified Sampling, yaitu proses pengambilan sampel yang
dilakukan pada titik-titik yang telah ditentukan secara terstruktur pada pesisir pantai Way Kuala yaitu dengan
menggunakan teknologi google earth yang berfungsi sebagai penghitung jarak dari setiap titik untuk
memperoleh ketepatan dalam pengambilan sampel (Lestari dkk., 2021).

Pengambilan sampel sedimen dasar laut dilakukan menggunakan grab sampler. Sampel sedimen dasar
laut diambil sebanyak 15 titik. Pemilihan titik pengambilan sampel memperhatikan daerah kunci yang mewakili
keadaan keseluruhan. Terhadap sampel sedimen dasar laut dilakukan analisis ukuran butir sedimen ( grain size).
Analisis ukuran butir sedimen dilakukan di Laboratorium Oseanografi Tropis, Jurusan Ilmu Kelautan,
Universitas Diponegoro, dengan metode dry sieving (pengayakan) dan wet sieving (pemipetan). Pengayakan,
pemipetan, dan penamaan jenis sedimen mengikuti metode Buchanan dalam Mc.Intyre dan Holme (2017)
(Genda dkk., 2020)

Pengeringan

Pengeringan pada penelitian kali ini yaitu dengan cara meletakkan sampel yang sudah diambil pada
Loyang kemudian dikeringkan menggunakan oven, proses ini digunakan untuk mempermudah dalam
pengeringan sampel yang telah diambil. Menurut Ningrum dkk. (2022) Analisis mikroplastik pada sedimen
mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh (Nugroho et al., 2018). Tahapan analisis mikroplastik pada
sedimen, yaitu: (1) Mengeringan sampel sedimen dengan oven pada suhu 60°C selama 24 jam (sampai sedimen
benar –benar kering). (2) Menyaring sampel sedimen yang sudah di oven menggunakan ayakan mesh.
Penyaringan dilakukan untuk mengurangi volume sedimen serta memilah sedimen makro.(3) Menimbang 50g
sedimen menggunakan timbangan digital. (4) Mencampur sampel sedimen kering (50g) dengan larutan NaCl
(150ml) kemudian diaduk selama 2 menit hingga terdapat partikel mengapung kemudian menyaring supernatan
dengan kertas whatman. (5) Mengamati mikroplastik menggunakan mikroskop. Dan ada juga menurut
Ibrahim dkk. (2023) Sampel yang telah disiapkan kemudian dikeringkan proses pengeringan sampel dilakukan
dengan 2 tahap, yaitu tahap pengeringan di bawah sinar matahari langsung dan tahap ke dua dengan
menggunakan oven pada temperatur 120OC. Kedua tahap proses pengeringan tersebut dilakukan karena sampel
sedimen yang didapatkan banyak mengandung air sehingga dengan dua tahap pengeringan akan lebih cepat
diperoleh sedimen kering. Sedimen yang telah kering selanjutnya digerus hingga halus kemudian disaring
menggunakan ayakan 125 mesh. Sedimen halus yang didapatkan akan memudahkan proses peleburan
(leaching). Hal ini sama yang yang telah kami lakukan pada penelitian yang telah kami lakukan.

Pemisahan partikel mikroplastik (0,045-5 mm) dari sedimen dilakukan dengan beberapa tahap. Pertama,
pengeringan sedimen dilakukan dengan oven suhu 60oC selama 24 jam. Menghilangkan bahan organik,
sedimen ditambahkan dengan H2O2 dan dipanaskan (90ºC). Kedua, pemisahan densitas dilakukan dengan
mencampurkan sampel sedimen kering 62,5gram dan larutan NaCl jenuh 250 ml, kemudian dicampur dan
diaduk selama 10 menit. Ketiga, setelah 6 jam supernatan diambil dan disaring dengan kertas saring Whatman
no. 42 (diameter 5 cm; ukuran pori 2,5 μm) (Cordova dan Wahyudi, 2016). Keempat, pemilahan partikel
mikroplastik secara visual menggunakan mikroskop binokuler dan dikelompokan dalam empat jenis yaitu film,
fiber, fragmen, dan pelet (Puspita dkk., 2020).

Mengeringkan sampel sedimen di oven 110oC ± 4 jam, setelah kering sampel selanjutnya dilakukan 2
metode yaitu metode sieve shaker dan pemipetan (Buchanan, 2017). Metode sieve shaker dengan mengambil
25gram sampel sedimen yang telah kering. Masukan ke dalam sieve shaker dan nyalakan selama 10 menit.
Setelah selesai, keluarkan sampel sedimen dan ditimbang di setiap saringan sieve (2 mm, 1 mm, 500 µm, 250
µm, 125 µm, 63 µm). Metode pemipetan dengan mengambil 25gram sedimen disaring di sieve net (63 µm).
Sedimen di sieve net dituangkan air secara perlahan dan diaduk dengan kuas. Air sedimen dimasukan kedalam
gelas ukur 1000 ml. Sebelum melakukan pemipetan, gelas ukur ditutup dan dilakukan penggojoga. Hasil
pemipetan dimasukan ke cawan alumunium, setelah itu di oven dan ditimbang cawan tersebut. Berat sedimen
yang telah didapat dikonversikan dalam bentuk persen (%) (Raafi, 2022).

Pengayakan

Pengayakan yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu dengan cara mengayak sedimen yang telah
dioven menggunakan ayakan dan mendapat angka angka yaitu ayakan kasar 15,312 gram, ayakan sedang 8.111
gram, ayakan halus 180 gr, dan ayakan sangat halus 170 gram. Hal ini sama dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Chairunisa (2019) Analisis butir sedimen dilakukan untuk mengetahui ukuran butir sedimen,
dari ukuran butir sedimen dapat diketahui jenis sedimen. Analisis grain size dilakukan dengan metode dry
sieving (pengayakan) dan wet sieving (pemipetan) (Buchanan 2017 dalam McIntyre dan Holme 2015). Metode
yang digunakan untuk analisis ukuran butir sedimen merujuk pada Buchanan (2017) dalam McIntyre dan
Holme (2015). Sampel sedimen dikeringkan dalam oven dengan temperature 1000C, kemudian diayak
menggunakan sieve shaker dengan saringan berukuran 2 mm; 0,5 mm; 0,312mm; 0,125 mm dan 63 µm, lalu
ditimbang berat masing-masing ukuran. Sampel sedimen yanglolos saringan berukuran 63 µm digabungkan
dengan sampel berukuran 0,125 mm. Selanjutnya untuk mengetahui ukuran butir yang lebih kecil dilakukan
pemipetandicampur dengan sampel sedimen yang mengendap dalam aquades lalu dilakukan pemipetan.Sampel
yang berukuran 63 µm pada setiap sampel dimasukkan dalam gelas ukur volume 1 liter,diaduk sampai
homogen untuk selanjutnya dilakukan proses pemipetan dengan jarak dan waktu pemipetan yang ditunjukkan.

Sedimen merupakan partikel organik dan anorganik yang terakumulasi karena terapung yang berasal
dari bentuk yang berbeda. Penentuan ukuran butir atau diameter partikel sedimen dapat dilakukan dengan
metode ayakan. Ada beberapa metode ayakan, seperti ayakan kering (sieve analysis) dan ayakan basah (wet
sieving). Untuk mengetahui perbedaan hasil ukuran butir dan jenis sedimen dari kedua metode tersebut
diperlukan adaya perbandingan dari cara pengolahan sedimen berdasarkan kedua metode tersebut (Dewi dkk.,
2019).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami perbandingan ukuran butir dan jenis sedimen.
Setelah diketahui ukuran butir sedimen menggunakan tabel Wentworth kemudian ditentukan jenis sedimen
menggunakan segitiga Shepard. Lalu untuk mengetahui nilai perbedaan diantara kedua metode tersebut
digunakan analisis statistik uji-t. Hasil dari penelitian ini diketahui diameter ukuran butir sedimen di perairan
Sendang Biru dengan menggunakan metode sieve analysis dan wet sieving berturut-turut adalah sebesar 1.24
phi atau 0.42 mm dan 1.25 phi atau 0.42 mm yang termasuk pada ukuran butir sedimen pasir sedang.
Sedangkan jenis sedimen di perairan Sendang Biru adalah pasir dengan persentase mencapai 87.63% dan
87.57%. Pada metode sieve analysis sampel sedimen dikeringkan 1 kali yaitu sebelum pengayakan untuk
mengatahui total berat kering sedimen sedangkan pada metode wet sieving sampel sedimen dikeringkan 2 kali
yaitu sebelum pengayakan untuk mengatahui total berat kering sedimen dan sesudah pengayakan untuk
mengetahui berat ukuran butir sedimen. Berdasarkan perhitungan perbedaan metode sieve analaysis dan wet
sieving dengan menggunakan uji-t diketahui nilai p sebesar 0.972 yang menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan dari kedua metode tersebut (Triapriyasen dkk., 2020).

KESIMPULAN

Sedimen dasar laut dapat mendeskripsikan kondisi geologi yang terjadi di masa lampau hingga masa
kini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lapisan-lapisan sedimen dasar laut Perairan Bengkulu
berdasarkan profil penampang seismik Sub Bottom Profile. Pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan
Maret 2024 menggunakan scope, Analisa sedimen dilkukan pada bulan Maret, 2024 di Laboratorium Ilmu
Kelautan Universitas Bengkulu, Bengkulu. Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan materi
yang diteliti berupa data pemeruman dasar laut, sampel sedimen dasar dan data rekaman seismik Sub Bottom
Profile. Hasil interpretasi menunjukan sedimen dasar pada daerah penelitian dkelompokan dalam 4 lapisan
pengendapan yang terdiri dari Unit 1 adalah lapisan terluar sedimen berumur resen dengan fraksi butir halus.
Unit 2 merupakan bidang batas sekuen erosional truncation yang mengidentifikasikan terjadinya erosi.Unit 3
adalah lapisan sedimen yang sebagian telah terkikis karna berbatasan dengan bidang erosi dan basemen
akustik.Unit 4 adalah lapisan akustik basemen yang telah mengalami deformasi.Berdasarkan hasil analisa
sampel sedimen dasar pada daerah penelitian berupa lempung dan lanau pasiran.

UCAPAN TERIMA KASIH


Saya ucapkan terimakasih kepada dosen yang telah memberikan fasilitas untuk melakukan penelitian
sedimen laut dan para pendamping dosen atau assisten dosen yang telah membantu dalam melaksanakan
praktikum sedimen laut ini dan saya ucapkan juga terimakasih kepada Universitas Bengkulu prodi Ilmu
kelautan yang telah menyidiakan kami fasilitas dalam melakukan praktikum Geologi Laut.
DAFTAR PUSTAKA
Rujukan Referensi
Jurnal Affandi, A. K., dan Surbakti, H. 2020. Distribusi sedimen dasar di perairan
pesisir Banyuasin, sumatera selatan. Maspari Journal: Marine Science
Research. 4(1) : 33-39.
Aliyanta, B., Suhartini, N., dan Pratikno, B. 2019. Studi awal penentuan sumber
sedimen DAS cisadane hulu dengan radionuklida alam. Jurnal Ilmiah
Aplikasi Isotop dan Radiasi, 11(1) : 39-49.
Ardiputra, S. 2022. Sosialisasi dan edukasi manfaat penanaman bakau di desa
panyampa kecamatan campalagian kabupaten polewali
mandar. Community Development Journal: Jurnal Pengabdian
Masyarakat. 3(1) : 283-289.
Chrisyariati, I., dan Hendrarto, B. 2021. Kandungan nitrogen total dan fosfat
sedimen mangrove pada umur yang berbeda di lingkungan pertambakan
Mangunharjo, Semarang. Management of Aquatic Resources Journal
(MAQUARES). 3(3) : 65-72.
Dewanti, N. P., Muslim, M., dan Prihatiningsih, W. R. 2016. Analisis
Kandungan Karbon Organik Total (KOT) dalam Sedimen di Perairan
Sluke Kabupaten Rembang. Journal of Oceanography. 5(2) : 202-210.
Dewi, N. L. E. L., Sahara, E., dan Laksmiwati, A. A. I. A. M. 2014. Fraksinasi
dan bioavailabilitas logam Pb dan Cr dalam sedimen di Pelabuhan
Benoa. Jurnal Kimia. 8(1) : 63-69.
G. Priherdika., A. Satria., dan H Setiyono. 2020. Studi Arus dan Sebaran
Sedimen Dasar di Perairan Teluk UjungBatu Kabupaten Jepara . Jurnal
Oseanografi. 3 (3) : 401 – 410.
Harpah, N., Suryati, I., Leonardo, R., Risky, A., Ageng, P., dan Addauwiyah, R.
2020. Analisa Jenis, Bentuk Dan Kelimpahan Mikroplastik Di Sungai
Sei Sikambing Medan. Jurnal Sains dan Teknologi. 20(2) : 108-115.
Ibrahim, F. T., Suprijanto, J., dan Haryanti, D. 2023. Analisis Kandungan
Mikroplastik pada Sedimen di Perairan Semarang, Jawa
Tengah. Journal of Marine Research. 12(1) : 144-150.
Imanuel, T., Pelle, W. E., Schaduw, J. N., Paulus, J. J., Rumampuk, N. D., dan
Sangari, J. R. 2022. Bentuk Dan Sebaran Mikroplastik Di Sedimen Dan
Kolom Air Perairan Teluk Manado Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah
PLATAX. 10(2) : 336-343.
Labibah, W., dan Triajie, H. 2020. Keberadaan mikroplastik pada ikan swanggi
(priacanthus tayenus), sedimen dan air laut di PERAIRAN Pesisir
Brondong, Kabupaten Lamongan. Juvenil: Jurnal Ilmiah Kelautan Dan
Perikanan. 1(3) : 351-358.
Laila, Q. N., Purnomo, P. W., dan Jati, O. E. 2020. Kelimpahan Mikroplastik
Pada Sedimen Di Desa Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota
Semarang. Jurnal Pasir Laut. 4(1): 28-35.
Laksono, O. B., Suprijanto, J., dan Ridlo, A. 2021. Kandungan Mikroplastik
pada Sedimen di Perairan Bandengan Kabupaten Kendal. Journal of
Marine Research. 10(2), 158-164.
Lestari, K., Haeruddin, H., dan Jati, O. E. 2021. Karakterisasi mikroplastik dari
sedimen padang lamun, pulau panjang, jepara, dengan ft-ir
infrared. Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan. 13(2) : 135-154.
Muchlissin, S. I., Abi Widyananto, P., Sabdono, A., dan Radjasa, O. K. 2020.
Kelimpahan mikroplastik pada sedimen ekosistem terumbu di Taman
Nasional Laut Karimunjawa. Jurnal Kelautan Tropis. 24(1) : 1-6.
Ningrum, I. P., Sa’adah, N., dan Mahmiah, M. 2022. Jenis dan Kelimpahan
Mikroplastik Pada Sedimen di Gili Ketapang, Probolinggo. Journal of
Marine Research. 11(4) : 785-793.
Noorany, I. 2019. Classification of marine sediments. Journal of Geotechnical
Engineering. 115(1) : 23-37.
Purasongka, N. W., Syafri, I., dan Jurnaliah, L. 2015. Karakteristik batuan
sedimen berdasarkan analisis petrografi pada formasi kalibeng anggota
banyak. Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY : 13(1).
Puspita, G. D. D., Fadila, N., Rachmaniah, O., dan Rachimoellah, M. 2020. Pra-

Anda mungkin juga menyukai