Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM LINGKUNGAN
PERCOBAAN V
METODE SAMPLING

OLEH :

NAMA

: MUHAMMAD SADIQUL IMAN

NIM

: H1E108059

KELOMPOK

: V (LIMA)

ASISTEN

: M. FAHMI ARIF

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
NOVEMBER, 2010

PERCOBAAN V
METODE SAMPLING

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengenalkan mahasiswa
terhadap metode-metode pengambilan sampel dan pengukuran parameterparameter lingkungan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode Sampling
Sampling adalah proses mengumpulkan beberapa bagian dari suatu
material. Maksud pengambilan sample air adalah mengumpulkan volume
suatu badan air yang akan diteliti dengan jumlah yang sesedikit mungkin tapi
masih mewakili, yaitu masih mempunyai sifat-sifat yang sama dengan air
tersebut (Sutrisno, 2006).
Sistem pengambilan contoh memegang peranan sangat penting dalam
pemantauan kualitas air. Ketelitian analisis dan ketepatan sistem pengambilan
contoh akan mempengaruhi data hasil analisis. Apabila terdapat kesalahan
dalam pengambilan contoh, maka contoh yang diambil tidak representatif
sehingga ketelitian dan teknik peralatan yang baik akan terbuang percuma.
Selain dari pada itu dikhawatirkan kesimpulan yang diambil juga akan salah
(Sutrisno, 2006).
Untuk mendapatkan contoh yang baik dan representatif diperlukan
beberapa persyaratan antara lain :
1. Pemilihan lokasi yang tepat
Lokasi pengambilan contoh ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat
diketahui kualitas air alamiah dan perubahan kualitas air yang diakibatkan
oleh kegiatan manusia.
Kualitas air alamiah diukur pada lokasi di hulu sungai yang belum
mengalami perubahan oleh kegiatan manusia. Sedangkan perubahan kualitas
air dapat diketahui di hilir sungai, setelah melalui suatu daerah permukiman,
industri ataupun pertanian. Untuk perlindungan terhadap pemakai sumber air,
diperlukan pula lokasi pengukuran pada setiap pemanfaatan sumber air antara

lain sumber air minum, industry, perikanan, rekreasi dan lain-lain. Di daerah
muara sungai diperlukan pula lokasi pengukuran untuk mengetahui pengaruh
intrusi air laut. Pada danau atau waduk sekurang-kurangnya diperlukan tiga
titik pengambilan contoh yaitu sebelum masuk, di tengah dan setelah keluar
dari danau. Apabila danau disadap untuk keperluan pemanfaatan tertentu,
maka diperlukan pula pengambilan contoh pada lokasi tersebut (SNI-03-70162004, 2004).
2. Penetapan frekuensi pengambilan contoh
Kualitas air biasanya bervariasi menurut waktu. Variasi biasa terjadi
dalam waktu sehari, seminggu, dan setahun. Dalam situasi tidak ada variasi
sama sekali, maka variasi dianggap mengikuti trend normal dan sistematis dari
siklus tahunan. Perubahan kualitas air sehari terjadi pada air limbah karena
proses industry. Pada situasi ini prinsip yang telah diuraikan dapat diterapkan.
Pengambilan sampel agar pada waktu yang berlainan dalam sehari, dan waktu
yang dilih mewakili sebagian periode dalam hari. Misalnya apabila
dibutuhkan 6 sampel, maka waktu pengambilan sampel dapat digunakan
apabila kualitas airnya bervariasi menurut mingguan atau tahunan (Sutrisno,
2006).
3. Cara pengambilan contoh
Contoh sesaat
Apabila suatu sumber air mempunyai karakteristik yang tidak berubah
dalam suatu periode atau dalam batas jarak tertentu maka contoh sesaat cukup
mewakili keadaan waktu dan tempat tersebut. Umumnya metode pengambilan
contoh sesaat ini dapat dipakai untuk sumber alamiah, tetapi tidak mewakili
keadaan air buangan atau sumber air yang banyak dipengaruhi bahan buangan
(SNI-03-7016-2004, 2004).
Contoh gabungan waktu
Hasil pemeriksaan contoh gabungan waktu menunjukkan keadaan ratarata dari tempat tersebut dalam suatu periode. Umumnya pengambilan contoh
dilakukan terus-menerus selama 24 jam, akan tetapi dalam beberapa hal
dilakukan secara intensif untuk jangka waktu yang lebih pendek, misalnya
hanya selama periode beroperasinya industry atau selama terjadinya proses

pembuangan. Metode pengambilan contoh gabungan waktu ini tidak dapat


dilakukan untuk pemeriksaan bebrapa unsure yang memerlukan pemeriksaan
contoh sesaat (SNI-03-7016-2004, 2004).
Contoh gabungan tempat
Hasil pemeriksaan contoh gabungan tempat menunjukkan keadaan ratarata dari suatu daerah atau tempat pemeriksaan. Metode pengambilan contoh
gabungan tempat ini berguna apabila diperlukan pemeriksaan kualitas air dari
suatu penampang aliran sungai yang dalam atau lebar, atau bagian-bagian
penampang tersebut memiliki kualitas yang berbeda. Metode pengambilan
contoh gabungan tempat ini umumnya tidak dilakukan untuk pemeriksaan
kualitas air danau atau waduk, sebab pada umumnya kualitas air danau/waduk
menunjukkan gejala yang berbeda kualitasnya karena kedalaman atau
lebarnya. Dalam hal ini selalu digunakan metode pemeriksaan secara terpisah
(SNI-03-7016-2004, 2004).
4. Perlakuan contoh di lapangan
Perlakuan pendahuluan yang dilakukan terhadap contoh antara lain
adalah penyaringan dan ekstraksi.
Penyaringan
Penyaringan contoh diperlukan untuk pemeriksaan logam terlarut, silica
dan fosfor terlarut. Penyaringan dilakukan dengan melewatkan contoh melalui
kertas saring yang ukuran porinya 0,45 m. untuk mempercepat proses
penyaringan dapat digunakan pompa isap (SNI-03-7016-2004, 2004).
Ekstraksi
Ekstraksi contoh diperlukan untuk pemeriksaan pestisida serta minyak
dan lemak. Ekstraksi dilakukan dengan cara memasukkan contoh yang telah
diukur volumenya kedalam labu pemisah. Kemudian ditambahkan larutan
pengekstrak dengan volume tertentu. Kocok labu pemisah beberapa saat
sampai terbentuk dua lapisan yang terlihat nyata. Pisahkan zat terekstrak ke
dalam tempat khusus dan ditutup rapat untuk pemeriksaan selanjutnya (SNI03-7016-2004, 2004).

5. Transportasi dan Penyimpanan


Sebelum dibawa ke laboratorium, sampel disiapkan sehingga tidak
terjadi kontaminasi. Agar dapat dilakukan analisa, diusahakan transportasi
sample dari lokasi ke laboratorium secepatnya. Di laboratorium, sample
disimpan di tempat gelap, dan temperaturnya rendah 4O C. Pada temperature
ini, kegiatan biologis biasanya dicegah dan dihambat. Kegiatan alga dan
bakteri dapat dikurangi melalui filtrasi, kemudian disimpan dalam bentuk
yang stabil. Penambahan bahan pengawet diperlukan untuk beberapa
parameter (Fauzi, 2009).
Pengawetan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu sebagai
berikut :
a. Pengawetan dengan cara pendinginan 4O C untuk parameter BOD, asidealkalinitas, warna dan konduktivitas.
b. Pengawetan dengan penambahan H2SO4 pekat sampai pH < 2 dan
pendinginan 4O C (untuk 1 liter contoh air ditambah 1 ml H2SO4 pekat),
untuk parameter COD, TOC, fosfat dan ammonia.
c. Pengawetan dengan penambahan HNO3 pekat sampai pH < 2 dan
pendinginan 4O C (untuk 1 liter contoh air ditambah 1 ml HNO3 pekat),
untuk parameter logam berat dan kesadahan.
d. Pengawetan dengan penambahan NaOH sampai pH 12 untuk parameter
H2S dan CN (SNI-03-7016-2004, 2004).
2.2 Temperatur
Parameter temperature air perlu diperiksa karena parameter temperature
merupakan parameter fisik air yang penting dalam menunjang kehidupan biota
air. Jika terjadi peningkatan temperature yang tinggi, yang mungkin
disebabkan oleh pembuangan limbah, yang menyebabkan terjadi perubahan
reaksi biokimia di dalam kehidupan biota air, dan pada kondisi ekstrim dapat
menimbulkan kematian pada biota air (Sutrisno, 2006).
Temperatur air harus diukur di lapangan, karena temperature air akan
berubah menyesuaikan dengan temperatur udara disekitarnya. Temperatur
perairan dapat bervariasi tergantung faktor adanya pencemaran. Misalnya,

pembuangan air limbah dapat menyebabkan kenaikan temperatur perairan,


sehingga mengganggu kehidupan air (ikan, dan lain-lain) (Sutrisno, 2006).
Pengukuran temperatur dapat dilakukan menggunakan termometer air
raksa dari celcius, bisa juga digunakan termometer elektronik yang bisa
dipasang bersamaan dengan alat DO meter dan Conductivitymeter. Cara
pengukurannya sangat tergantung pada termometer yang digunakan. Jika
digunakan termometer gelas, maka termometer tersebut dicelupkan ke dalam
air dan dibiarkan sampai cairan dalam kolom termometer berhenti bergerak.
Untuk termometer elektronik dengan probe yang panjang dapat digunakan
untuk mengukur temperatur air pada berbagai kedalaman (Sutrisno, 2006).
2.3 Transparansi
Parameter kecerahan (transparansi) adalah parameter fisik untuk
menyatakan kemampuan sinar matahari menembus ke dalam air. Semakin
tinggi kekeruhan dalam air maka kecerahannya semakin kecil. Alat yang
digunakan untuk mengukur kecerahan adalah piringan secchi (secchi disc).
Secchi adalah orang yang pertama kali yang menggunakan alat ini untuk
mengukur kecerahan di laut Mediterania pada tahun 1865 (Fauzi, 2009).
Piringan secchi adalah suatu piringan yang terbuat dari logam atau
plastik dengan diameter 20 atau 30 cm, dengan diberi warna hitam dan putih
silih berganti dan dilengkapi dengan tali pengikat untuk menurunkan alat
tersebut. Tali pengikat tersebut diberi ukuran panjang dengan interval 0,1 dan
1 meter dan panjang tali mencapai 30 meter. Prinsip pengukurannya adalah
dengan menurunkan atau menaikkan piringan secchi di dalam air sampai
piringan secchi tidak tampak lagi (Fauzi, 2009).
Kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan proses
fermentasi yang terjadi di perairan. Kecerahan perairan dapat diukur dengan
alat yang dinamakan keeping secchi (Seller & Morkland, 1987). Selanjutnya
dikatakan bahwa kecerahan keeping secchi < 3 m adalah tipe perairan yang
subur (eutropik), antara 3-6 m kesuburan sedang (mesotrofik) dan > 6 meter
digolongkan pada tipe perairan kurang subur (oligotrofik) (Syukur, 2002).

2.4 Konduktivitas (Daya Hantar Listrik)


Daya hantar listrik didefinisikan sebagai kemampuan dari air untuk
menghantarkan arus listrik. Kemampuan ini tergantung pada konsentrasi zat
yang terion dalam air. DHL juga dipengaruhi oleh jenis ion, valensi dan
konsentrasi. Adanya CO2 dari udara yang terabsorpsi oleh air dapat
menyebabkan bertambahnya harga DHL (Saeni, 1989).
DHL

dapat

dikatakan

sebagai

penetapan

pendahuluan

dalam

pemeriksaan kualitas air. Dengan mengetahui besarnya DHL, secara garis


besar jumlah mineral yang ada dalam air dapat diketahui. Jika DHL-nya
tinggi, maka kadar mineralnya tinggi dan sebaliknya jika DHL-nya rendah,
maka kadar mineral dalam air tersebut rendah pula. DHL / konduktivitas
diukur dengan alat conductivity-meter digital, dimana satuan yang digunakan
adalah micros/cm. Daya hantar listrik merupakan ukuran kemampuan suatu
zat penghantar arus listrik dalam temperature tertentu yang dinyatakan dalam
micro mohs per centimeter OC. satuan yang lebih umum digunakan adalah
microsiemens (ms). Untuk mengantarkan arus listrik, ion-ion bergerak dalam
larutan memindahkan muatan listriknya yang bergantung pada ukuran
interaksi anatar ion dalam larutan (Saeni, 1989).
Nilai daya hantar listrik untuk berbagai jenis air, meliputi :
1. Air destilasi (akuades) 0,5 5,0 ms.
2. Air hujan 5,0 30 ms.
3. Air tanah segar 30 200 ms.
4. Air laut 1500 5500 ms.
5. Air garam > 100.000 ms (Hanief, 2008).
Nilai konduktivitas merupakan fungsi antara temperatur jenis, ion-ion
terlarut dan konsentrasi ion terlarut. Peningkatan ion-ion yang terlarut
menyebabkan nilai konduktivitas air juga meningkat. Sehingga dapat
dikatakan nilai konduktivitas yang terukur merefleksikan konsentrasi ion
terlarut dalam air. Berdasarkan daya hantar listrik, larutan terbagi menjadi 2
golongan :
1. Larutan elektrolit
a. Dapat menghantarkan daya listrik.

b. Terjadi proses ionisasi.


c. Lampu menyala dengan terang.
2. Larutan non-elektrolit
a. Tidak dapat menghantarkan arus listrik.
b. Tidak terjadi ionisasi.
c. Lampu menyala redup (Hanief, 2008).
2.5 pH (Derajat Keasaman)
pH suatu larutan menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan
tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (mol/p) pada suhu
tertentu. Metode pengukuran pH dapat dilakukan dengan elektroda
potensiometri. Dimana prinsip dari metode ini adalah mengukur konsentrasi
H+ dalam air secara potensiometri (Asdak, 2002).
Reaksi : pH = -log (H+)
Metode lain yaitu dengan menggunakan pH meter. Metode ini berfungsi
untuk menentukan derajat keasaman atau kebasaan tanah yang tersuspensi
dalam air. pH air yang bersifat asam yaitu kecil dari 7 (< 7) yakni pada daerah
vulkanik. pH air yang bersifat basa adalah besar dari 7 (> 7) (Asdak, 2002).
Metode selanjutnya adalah dengan metode water quality checker, yang
merupakan suatu pengukuran kualitas dan kandungan-kandungan yang
terdapat pada air baik air sungai ataupun air murni. Kita juga dapat mengukur
konsentrasi H+ di dalam air (Effendi, 2003).
Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa
dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan.
Adanya karbonat, hidroksida dan bikarbonat menaikkan kebasaan air,
sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan
keasaman (Effendi, 2003).
Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang
akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik. Sebagian besar biota
akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH antara 7 8,5. Nilai
pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan , misalnya proses
nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah (Mutthaqim, 2010).

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah water sampler,
termometer, piringan secchi, conduktivity meter, pH meter/pH universal,
gelas piala dan pipet tetes.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air sumur, air
sungai, limbah cair tahu, larutan standar KCL 0,01 M dan akuades.
IV. PROSEDUR KERJA
A. Metode Sampling
1. Mendengarkan penjelasan asisten laboratorium kimia.
2. Mencatat apa yang dijelasakan.
3. Menggambar alat yang diperagakan (water sampler).
B. Temperatur
1. Mengambil 50 ml sampel.
2. Membilas termometer dengan air sampel.
3. Memasukkan termometer ke dalam sampel air dan mendiamkannya
selama 1 menit.
4. Mengangkat termometer dan mencatat suhu yang terbaca pada
termometer.
C. Transparansi
1. Mendengarkan penjelasan asisten laboratorium kimia.
2. Mencatat apa yang dijelasakan.
3. Mengukur diameter secchi disc.
4. Menggambar alat yang diperagakan.
D. Konduktivitas (Daya Hantar Listrik)
1. Mencelupkan elektroda ke dalam larutan standar KCL 0,01 M.
2. Membilas elektroda dengan akuades.
3. Mencelupkan elektroda pada larutan sampel.
4. Mencatat nilai yang ditunjukkan pada layar.
5. Membilas elektroda dengan akuades.
6. Mengulangi langkah untuk sampel lainnya.

E. pH
1. Mengambil sampel dalam gelas piala.
2. Mengambil air sampel menggunakan pipet tetes.
3. Meneteskan air sampel pada kertas pH universal sebanyak 2 kali.
4. Mendiamkan selama 1 menit, kemudian melihat hasilnya dengan
menyocokkan warna pada label warna yang terdapat pada pH
universal.
5. Mengulangi langkah untuk sampel lainnya.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Hasil Pengamatan
a. Metode Sampling
Tabel 1. Hasil pengamatan metode sampling
No.
1.

Gambar

Keterangan
Cara kerja water sampler :
1. Water sampler dilempar ke
badan air yang akan diteliti
sebagai sampel.
2. Ketika dilempar ke badan air
yang

diteliti,

keadaan

katup

terbuka

dalam
sehingga

memungkinkan air masuk ke


dalam tabung water sampler.
3. Setelah

tabung

pada

water

sampler terisi penuh, maka tali


ditarik dan pemberat secara
otomatis

akan

menutup

katub

turun
dari

dan
tabung

water sampler.
4. Ketika

mengeluarkan

air

sampel, maka buka kran pada


bagian bawah alat.

b. Temperatur
Tabel 2. Hasil pengamatan temperatur
No.

Jenis Sampel

Temperatur (OC)

1.

Air Sumur

28

2.

Air Sungai

28

3.

Limbah Cair Tahu

28

c. Transparansi
Tabel 3. Hasil pengamatan transparansi
No.
1.

Gambar

Keterangan
Secchi

disc

merupakan

piringan/lingkaran yang memiliki


berbagai macam diameter. Pada
gambar di samping secchi disc
berukuran

diameter

20

cm.

Diameter sendiri berfungsi untuk


menentukan kecerahan dari badan
air yang akan diteliti.
Cara kerja secchi disc :
a. Secchi disc diturunkan ke badan
air yang akan diteliti sebagai
sampel.
b. Diturunkan ke badan air yang
diteliti, hingga secchi disc tidak
dapat dilihat lagi oleh mata,
kemudian tali ditandai.
c. Diukur kecerahan badan air
yang di teliti dengan mengukur
jarak tali yang sudah ditandai
tadi.

d. Konduktivitas (Daya Hantar Listrik)


Tabel 4. Hasil pengamatan konduktivitas
No.

Jenis Sampel

Hasil

1.

Air Sumur

131 s/cm

2.

Air Sungai

62,4 s/cm

3.

Limbah Cair Tahu

1 ms/cm
(1000 s/cm)

e. pH
Tabel 5. Hasil pengamatan pH
No.

Jenis Sampel

pH

1.

Air Sumur

2.

Air Sungai

3.

Limbah Cair Tahu

Gambar

2. Perhitungan
Perhitungan Total Dissolve Solid (TDS)
Dari rentang antara (0.5 0.75) diambil nilai rata-ratanya yaitu:
Nilai rata-rata

= (0.5 + 0.75)/ 2
= 0.625

Jadi,

TDS (mg/l) = 0.625 x konduktivitas ( S/cm)

a. Air Sumur
Diketahui

: konduktivitas = 131 S/cm

Ditanya

: TDS

Jawab

TDS (mg/l)

= 0.625 x konduktivitas ( S/cm)


= 0.625 x 131 S/cm
= 81,875 mg/l

b. Air Sungai
Diketahui

: konduktivitas = 62,4 S/cm

Ditanya

: TDS

Jawab

TDS (mg/l)

= 0.625 x konduktivitas ( S/cm)


= 0.625 x 126,5 S/cm
= 39 mg/l

c. Limbah Cair Tahu


Diketahui

: konduktivitas = 1 ms/cm = 1000 S/cm

Ditanya

: TDS

Jawab

TDS (mg/l)

= 0.625 x konduktivitas ( S/cm)


= 0.625 x 1000 S/cm
= 625 mg/l

B. PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini, yang akan dianalisis meliputi penggunaan
water sampler dan piringan secchi, temperatur, transparansi, konduktivitas
dan pH dari sampel air sumur, sungai dan limbah cair tahu.
1. Metode Sampling
Dari percobaan metode sampling, diketahui alat dan cara
menggunakan water sampler. Penggunaan alat water sampler bukanlah
untuk di laboratorium, melainkan di lapangan langsung karena alat ini
merupakan alat yang digunakan untuk mengambil sampel air dari suatu
badan air yang akan diteliti. Water sampler ini dilengkapi dengan
termometer yang berada di dalam tabungnya, yang mana tujuannya adalah
untuk mengukur suhu dari suatu badan air tersebut. Selain itu dengan
menggunakan water sampler, pengambilan sampel air diharapkan dapat
mewakili keseluruhan air yang akan diteliti.
2. Temperatur
Analisis kemudian pada percobaan temperatur dari sampel air yang
ada, diperoleh data untuk suhu sampel air sumur yaitu 28OC, sampel air
sungai 28OC dan limbah cair tahu 28OC. Jika dibandingkan dengan suhu
air

normal

berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

No.

907/MENKES/SK/VII/2002 dengan suhu standar yang diperbolehkan


adalah sesuai dengan suhu kamar dengan kadar suhu udara maksimum

yang diperbolehkan adalah 30OC. Maka dari data yang didapat, suhu
semua sampel air yang diteliti masih dalam batas aman. Hal ini bisa saja
dipengaruhi oleh waktu pengambilan sampel air yang akan diteliti
tersebut. Selain itu untuk temperatur, seharusnya pengukurannya langsung
dilaksanakan pada tempat pengambilan sampel, hal ini disebabkan karena
suhu atau temperatur dari suatu badan air yang di teliti akan selalu
berubah-ubah sesuai dengan waktu pengambilannya. Oleh karena itu
pengukuran temperatur yang lebih akurat adalah temperatur pada saat
pengambilan sampel dilaksanakan.
3. Transparansi
Parameter kecerahan (transparansi) adalah parameter fisik untuk
menyatakan kemampuan sinar matahari menembus ke dalam air. Semakin
tinggi kekeruhan dalam air maka kecerahannya semakin kecil. Kecerahan
suatu badan air dapat diukur dengan piringan secchi. Jarak antara piringan
secchi dengan permukaan air adalah nilai transparansi atau kecerahan air,
sehingga semakin jauh jarak pengukuran, maka semakin tinggi pula nilai
transparansinya. Pada bagian bawah piringan secchi terdapat pemberat
yang tujuannya adalah untuk menjaga kestabilan agar jika pada perairan
yang memiliki arus yang deras, maka piringan tidak bergerak dan nilai
transparansi yang didapat menjadi akurat. Untuk nilai kecerahan yang
akurat, diusahakan pengukuran dilaksanakan pada pukul 10.00-14.00. hal
ini dikarenakan pada jam tersebut, sinar matahari lebih cerah sehingga
memudahkan dalam pengukuran transparansi. Pengukuran pada waktu
hujan dan mendung ataupun cuaca buruk tidak disarankan, karena nilai
transparansi tidak dapat dijadikan sebagai data yang akurat dalam
pengukuran kecerahan dari suatu badan air.
Dari percobaan yang telah dilakukan, praktikan hanya mendapat
penjelasan tentang cara penggunaan piringan secchi dari asisten yang
bersangkutan, hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu praktikum,
sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pengukuran lansung di
lapangan, dan juga minimnya jumlah alat praktikum yang akan digunakan.

4. Konduktivitas (Daya Hantar Listrik)


Pada percobaan konduktivitas atau daya hantar listrik, yang
merupakan gambaran dari kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik.
Semakin banyak garam mineral yang terlarut dan berbentuk ion, maka
semakin tinggi pula nilai DHL. Dari hasil perhitungan TDS untuk air
sumur di dapat nilai sebesar 81,875 mg/l, untuk air sungai sebesar 39 mg/l
dan sampel limbah cair tahu sebesar 625 mg/l. Jika kita lihat dari nilai
TDS yang ada, nilai konduktivitas yang paling tinggi berada pada sampel
air limbah tahu, hal ini sudah jelas karena limbah tahu memiliki banyak
sekali zat terlarut yang dapat meneruskan aliran listrik. Sedangkan untuk
nilai konduktivitas terendah terdapat pada air sungai, hal ini mungkin air
sungai yang diteliti memiliki kandungan zat terlarut yang sedikit atau air
sungai yang bersih. Jika dibandingkan dengan air sumur, seharusnya air
sungai memiliki nilai konduktivitas yang lebih besar, karena air sumur
merupakan air tanah yang sedikit sekali mengandung zat-zat terlarut. Hal
ini mungkin saja karena air sumur yang di teliti memiliki kandungan besi
yang banyak. Karena kita tahu bahwa kandungan air tanah kota banjarbaru
banyak mengandung zat besi atau ferrum atau bisa juga karena kesalahan
alat dan faktor ketidaktelitian praktikan.
5. pH
Keasaman atau pH sangat penting sebagai parameter kualitas air
karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di
dalam air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada
selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan
tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan
mereka. Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14
(sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan
yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa
(alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral.
Dari hasil pengukuran pH menggunakan kertas pH universal, maka
diperoleh hasil untuk air sumur sebesar 7, air sungai 7 dan limbah cair tahu
6. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/ MENKES/ SK/

VII/ 2002, range pH yang diterapkan pada standar kualitas air bersih/air
minum dan pH pada pengolahan air bekas (industri) adalah berkisar antara
6,5 8,5. pH dengan nilai kurang dari 6,5 dan lebih besar dari 8,5 dapat
menyebabkan korosi pada pipa-pipa air dan dapat pula menyebabkan
beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun atau bersifat toksik,
sehingga dapat menggangu kesehatan. Dilihat dari hasil percobaan untuk
sampel air sumur dan air sungai, nilai pH yang didapat adalah 7, maka pH
air tersebut berada dalam batas yang aman untuk dikonsumsi. Sedangkan
pada limbah cair tahu, nilai pH menunjukkan nilai 6 yang merupakan nilai
yang berada di bawah standar ketentuan yang berlaku, sehingga sangat
tidak sesuai dengan baku mutu air yang telah ditentukan.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Water sampler merupakan alat yang digunakan dalam pengambilan
sampel air dari suatu badan air yang akan diteliti.
2. Hasil yang diperoleh untuk temperatur sampel air sumur, air sungai dan
limbah cair tahu adalah sama yaitu 28OC.
3. Transparansi adalah parameter fisik untuk menyatakan kemampuan sinar
matahari menembus kedalaman air.

Semakin tinggi kekeruhan maka

semakin rendah pula tingkat kecerahannya. Alat yang digunakan untuk


mengukur kecerahan adalah piringan secchi.
4. Dari hasil perhitungan TDS untuk air sumur nilainya sebesar 81,875 mg/l,
untuk air sungai sebesar 39 mg/l dan sampel limbah cair tahu sebesar 625
mg/l.
5. Dari hasil pengukuran pH menggunakan pH universal, didapat data untuk
air sumur dan air sungai sebesar 7 dan limbah cair tahu sebesar 6.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Aliran Sungai. Gadjah Mada


University Press, Yogyakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanius, Yogyakarta.
Fauzi, Ilham. 2009. Limnologi.
http://iptekakdinbemfaperi.blogspot.com/2009/05/limnologi3.html.
Diakses tanggal 12 November 2010
Hanief, Muhammad Febry. 2008. pH, Turbidity, DHL, Koagulasi.
http://andalucygroup.blogspot.com/2008/11/phturbiditydhlkoagulasi.html.
Diakses tanggal 12 November 2010
Mutthaqim, Ahlil. 2010. Pencemaran Air, Dampak & Penanggulangannya.
http://ahlil-mutthaqim.blogspot.com/2010/06/pencemaran-airdampakpenanggulangannya.html
Diakses tanggal 10 November 2010
Saeni, M.S. 1989. Kimia Lingkungan. IPB, Bogor.
Seller, Henderson & H.R. Markland. 1987. Decaying Lake the Origin and Control
of Cultural Eutrophication Principles and Technique in the Environmental
Sciences. John Wiley and Sons, Ltd.
SNI-O3-7016-2004. 2004. Tata Cara Pengambilan Contoh dalam Rangka
Pemantauan Kualitas Air pada Suatu Daerah Pengaliran Sungai.
http://www.scribd.com/doc/34337385/SNI-03-7016-2004-Pengambilancontoh-dalam-rangka-pemantauan-kualitas-air-pada-suatu-Daerahpengaliran-sungai
Diakses tanggal 10 November 2010
Sutrisno, Totok. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta.
Syukur, A. 2002. Kualitas Air dan Struktur Komunitas Phytoplankton. Bandung.

PERTANYAAN
1. Apa yang diperlukan agar hasil data penguukuran dapat dikatakan valid?
Jelaskan!
2. Jelaskan bagaimana cara menentukan lokasi pengambilan sampel?
3. Jelaskan parameter kunci dalam penentuan kualitas air?
4. Sebutkan peraturan-peraturan didaerah kita yang terkait dengan pemantauan
kualitas air.
JAWABAN
1. Data hasil pengukuran agar dikatakan valid yang diperlukan adalah
a. Contoh air yang respresentatif
b. Metode analisis dengan tingkat akurasi dan presisi yang dapat diterima
c. Peralatan dan instrumentasi yang terkalibrasi
d. Sumber daya manusia (analisis atau laporan) yang dibekali dengan
pengetahuan dan keterampilan yang memadai
Pengertian pengambilan contoh air yang respresentatif adalah contoh air
yang komposisinya sama dengan komposisi badan air yang akan diteliti
kualitasnya.

Maksud

dan tujuan

pengambilan contoh

air

adalah

mengumpulkan volume air dari bagian air yang akan diteliti kualitasnya
dengan volume sekecil mungkin tetapi karakteristik dan komposisinya masih
sama dengan karakteristik badan air tersebut.
2. Cara menentukan lokasi pengambilan sampel
Pemilihan lokasi pengambilan contoh sampel air merupakan salah satu
langkah penting dalam prosedur pengambilan contoh air, lokasi pengambilan
contoh dipilih agar contoh air yang diambil benar-benar mewakili badan air
tersebut, agar diperoleh hasil pengukuran yang respresentatif.
pemilihan

lokasi

harus

mempertimbangkan

tujuan

dari

Dalam

pengukuran

/pemantauan dan pengetahuan tentang kondisi geografi dari badan air yang
akan diteliti. Lokasi pengambilan contoh air sudah dapat diplotkan di atas
peta, tetapi keputusan akhir sangat tergantung pada kondisi di lapangan
setelah dilakukan survey pendahuluan.

3. Parameter kunci dalam penentuan kualitas air adalah


Parameter yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat
diawetkan, maka pemeriksaannya harus dikerjakan di lapangan. Parameter
tersebut antara lain adalah suhu, pH, alkaliniti, asiditi, oksigen terlarut,
transparansi, warna dan penetapan gas lainnya. Penetapan gas tersebut seperti
oksigen dan karbon dioksida, pemeriksaannya dapat ditangguhkan dalam
waktu beberapa jam apabila contoh disimpan dalam botol KOB yang terisi
penuh.
Pemeriksaan parameter lapangan biasanya dilakukan dengan peralatan
lapangan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Perlu diperhatikan agar
peralatan yang dipergunakan di lapangan terlebih dahulu dikalibrasi dan
ketelitian alat cukup memenuhi keperluannya. Selain itu juga diperlukan
persiapan pereaksi, larutan standar dan alat-alat gelas secukupnya.
a. Temperatur
Temperatur merupakan parameter fisika air yang penting dalam
menunjang kehidupan biota air dan dalam penentuan kualitas air . Jika
terjadi peningkatan temperatur yang tinggi, yang mungkin disebabakan
oleh pembuangan limbah berbahaya (misalnya air pendingin dari PLTU)
atau dari sumber lain, akan menyebabkan terjadinya perubahan reaksi
biokimia di dalam kehidupan biota air , dan pada kondisi ekstrim dapat
menimbulkan kematian pada biota air. Jika biota air banyak mati maka
kualitas air tersebut termasuk tercemar.
b. Transparansi ( kecerahan)
Transparansi adalah parameter fisik untuk menyatakan kemampuan sinar
matahari menembus kedalaman air. Kecerahan sangat dipengaruhi oleh
warna dan kekeruhan air. Semakin tinggi kekeruhan dalam air maka
kecerahannya semakin kecil.
secchi disc.

Alat untuk mengukur kecerahan adalah

c. Warna
Warna air adalah sifat fisik air yang disebabkan oleh karakteristik zat-zat
yang terdapat di dalam air, bukan disebabkan oleh molekul air itu sendiri,
karena air murni yaitu air yang tidak mengandung zat-zat pengotor tidak
berwarna.
d. Kekeruhan (turbidity)
Kekeruhan dalam air disebabkan oleh zat-zat yang tersuspensi (tidak
larut). Data kekeruhan ini sangat berguna, terutama untuk kualitas air
minum, orang tidak mau minum air keruh, karena kekeruhan dalam air
disebabkan oleh senyawa anorganik atau organik yang tersuspensi yang
mungkin saja dapat membahayakan kesehatan orang yang meminumnya.
Kekeruhan air berhubungan erat dengan parameter zat padat tersuspensi
(TSS), kadar lumpur kasar dan kecerahan dalam air.
e. Konduktivitas ( Daya Hantar Listrik)
Daya Hantar Listrik adalah kemampuan air untuk menghantarkan arus
listrik, hal ini disebsbksn karena adanya mineral yang terlarut dalam air
yang terionisasi.

Data konduktivitas dalam air berguna untuk

memperkirakan atau mengevaluasi kualitas air atau jenis air ( air


permukaan, air tanah, air payau atau air laut). Data ini sering dihubungkan
dengan kadar zat terlarut (TDS) didalam air.
f. Derajat keasaman (pH)
pH merupakan parameter untuk menyatakan suatu keasaman air, untuk
menyatakan banyaknya ion H+ di dalam air, semakin banyak ion H+ di
dalam air semakin rendah pH air. Data pH ini sangat diperlukan untuk
mengetahui apakah air tersebut memenuhi persyaratan tertentu, misalnya
untuk air minum disyaratkan pH antara pH 6,5-8,5. Parameter pH juga
digunakan untuk keperluan industri atau pertanian lainnya. Data pH juga
diperlukan untuk proses pengolahan air, karena efisiensi proses
pengolahan air sangat dipengaruhi oleh pH air, misalnya pengolahan
limbah secara biologis, proses koagulasi dan lain-lain.

4. Peraturan-peraturan didaerah kita yang terkait dengan pemantauan kualitas air


adalah :
a. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan No.2 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
b. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin No.2
Pengelolaan Sungai.

Tahun 2007 tentang

Anda mungkin juga menyukai