Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akibat dari adanya peningkatan jumlah penduduk perkotaan (urbanisasi dan
kelahiran) harus diikuti dengan meningkatkan kebutuhan ruang dan sumber daya
alam perkotaan seperti ruang terbuka hijau,ruang public,energy dan air bersih
serta infrastruktur perkotaan, selain itu juga pembangunan dan penggunaan
teknologi biasanya justru memberikan masalah yang baru berupa penurunan
kualitas dan daya dukung lingkungan.seperti peningkatan jumlah sampah,
penurunan kualitas udara dan air, serta kelangkaan energy.Permasalahan lain yaitu
belum efektifnya instrument kebijakan yang ada untuk mengatasi penurunan
kualitas

dan

daya

dukung

lingkungan

dalam

mewujudkan

Kota

Berkelanjutan.Oleh karena itu pemerintah Indonesia membuat program


pengelelolaan lingkungan melalui Adipura guna terwujudnya kota yang bersih,
teduh, sehat dan berkelanjutan dengan dukungan dan partisipasi masyarakat serta
dunia usaha yang kuat.Agar suatu Kota/Kabupaten dapat meraih penghargaan
Adipura maka Pemerintah Kota harus meningkatkan kualitas manajemen
lingkungan seperti manajemen persampahan,air bersih, polusi, lalu lintas dan
sebagainya.
1.2 Tujuan ( reny)
Tujuan dari laporan ini adalah agar dapat mengetahui system manajemen
lingkungan yaitu program ADIPURA.
1.3 Manfaat

BAB II

ISI
Dalam proses sistem manajemen lingkungan mengikuti prinsip-prinsip yaitu
Plan-Do-Check-Act
a. Perencanaan
Organisasi harus merumuskan suatu rencana untuk mencapai kebijakan
lingkungannya.
b. Pelaksanaan
Untuk keefektifan pelaksanaan, organisasi seharusnya mengembangkan
kemampuan dan mendukung mekanisme yang diperlukan untuk mencapai
kebijakan lingkungan, tujuan dan sasaran.
c. Pemeriksaan
Organisasi memantau dan mengevaluasi kinerja lingkungan
d. Tindakan Peningkatan
Organisasi seharusnya mengkaji dan meningkatkan secara berkesinambungan
sistem manajemen lingkungannya dengan tujuan peningkatan kinerja
lingkungan keseluruhan.
Berdasarkan prinsip- prinsip sistem manajemen lingkungan yang telah
diuraikan diatas

juga diterapkan pada program pemerintah pusat yaitu

Adipura.Program Adipura sendiri menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan


Hidup Nomor 93 Tahun 2004 adalah salah satu program yang direncanakan oleh
Kementrian Lingkungan Hidup untuk membantu Pemerintah Daerah, dalam hal ini
kota dan Kabupaten serta Propinsi, meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan
lingkungan hidup di daerahnya dalam rangka mencapai Tata Praja Lingkungan
(CEG).
Tata Praja Lingkungan merupakan bagian dari upaya mewujudkan
kepemerintahan yang baik.Inti dari penerapan Tata Praja Lingkungan adalah
penguatan sistem koordinasi, sehingga pemerintah bisa mendapatkan respon
(tanggapan)

yang

tepat

untuk

penyelesaian

masalah-masalah

lingkungan

mendesak.Penguatan sistem disini meliputi mekanisme yang dapat menjamin bahwa


semua

pihak

yang

berkepentingan

dapat

menyampaikan

suaranya

secara

demokratis,menjamin prosedur yang adil dan transparan dalam perencanaan dan

pelaksanaan rencana, serta adanya standard dan kriteria untuk menilai pelaksanaan
yang adil dan transparan tersebut.Beberapa factor diyakini sebagai prinsip dari
pemerintahan yang sudah melaksanakan tata praja lingkungan yang baik, yaitu
transparasi,partisipasi seluruh stakeholder,tanggung jawab/akuntabilitas serta efisien
& efektif.
2.2 Perencanaan
Perencanaan memegang sebuah peranan yang sangat penting dibandingkan
dengan fungsi-fungsi dalam manajemen lainnya Ada empat tujuan penting mengapa
harus adanya sebuah perencanaan, dan untuk itu perencanaan atau planning dapat
dikatakan sebagai basis dasar dari seluruh fungsi manajemen.Perencanaan disusun
melalui empattahapan atau step yaitu menetapkan tujuan,merumuskan keadaan atau
kondisi saat ini,mengidentifikasi hambatan yang ada, dan mengembangkan
serangkaian kegiatan.
Secara umum tahap perencanaan untuk mencapai kebijakan lingkungan
(adipura)oleh pemerintah yaitu tahap pertama dengan menetapkan tujuan yaitu
mendorong kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan pemerintahan yang
baik (good governance) di bidang lingkungan hidup dan peran serta masyarakat untuk
mewujudkan kota Bersih dan Hijau.Tahap kedua yaitu merumuskan keadaan atau
kondisi saat ini yaitu kualitas Lingkungan hidup yang cenderung menurun terutama
lingkungan perkotaan, kapasitas aparatur Pemerintah yang relatif kurang memadai
dibandingkan dengan besarnya masalah lingkungan yang harus dihadapi,serta
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Lingkungan Hidup

belum nampak

signifikan.Tahap ketiga yaitu mengidentifikasi kemudahan dan hambatan yang ada,


dalam hal ini masalah yang tipikal banyak di kota adalah masalah kebersihan
(sampah), ketersediaan ruang terbuka hijau dan ruang publik, pencemaran udara dan
air, masalah banjir, kesulitan mendapatkan air bersih ; masalah terkait kelembagaan
dan manajemen yang berkenaan dengan peraturan, pendanaan, sistem organisasi,
sumber daya manusia, keterpaduan perencanaan ; kekuatan politik pelestarian
lingkungan hanya bersumber dari sebagian kecil masyarakat, sehingga kurang dapat

membuat keputusan yang mendukung penuh pelestarian lingkungan.dan terakhir


tahap keempat yaitu mengembangkan serangkaian kegiatan lingkunganpada kota
peserta adipura seperti adanya rencana pemerintah jangka menengah(RPJM) atau
RENSTRADA ,RKPDT, dalam menangani lingkungan hidup khususnya pengelolaan
sampah/kebersihan, ruang terbuka hijau,pengendalian pencemaran air, serta
pengendalian pencemaran udara.
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.Paradigma
penanganan sampah yang selama ini masih dilakukan di Indonesia dengan pola
kumpul-angkut-buang

harus

diubah

menjadi

pola

pengurangan-pemilahan-

pengumpulan-pemanfaatan-pengangkutan-pengolahan.Selain

itu

perlu

adanya

minimasi sampah baik itu melalui pendekatan proaktif maupun pendekatan


reaktif.Pendekatan proaktif yaitu upaya agar dalam proses penggunaan bahan akan
dihasilkan limbah yang seminimal mungkin,dengan tingkat bahaya yang serendah
mungkin.Sedangkan pendekatan reaktif yaitu penanganan limbah yang dilakukan
setelah limbah tersebut terbentuk.
Selanjutnya adalah Mengelola Ruang Terbuka Hijau. Ruang Terbuka Hijau
(RTH) menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah area
memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka sebagai tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah ataupun
sengaja ditanam. Keberadaan Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu unsur
penting dalam membentuk lingkungan kota yang nyaman dan sehat.Dalam UU No.
26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan, jumlah RTH di setiap kota harus
sebesar 30 persen dari luas kota tersebut Ruang terbuka hijau (RTH) Kota merupakan
bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung.
Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawaan hijau hutan kota, kawasan
hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olah raga, kawasan hijau pekarangan.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) diklasifikasikan berdasarkan status kawasan, bukan
berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya (Ningrum,2014 Manajemen Pemerintah
Kota Terhadap Ruang Terbuka
2012,Fisip,Universitas Riau)

Hijau di

Kota

Pekanbaru Tahun 2008-

Pengendalian Pencemaran Air


Menurut Permen LH no 6 Tahun 2014 tentang pelaksanaan pengendalian

pencemarab air sebagai berikut :


1. Capaian kinerja
Pemantauan capain kinerja untuk kota metropolitan/kota besar
dilakukan paling sedikit 1(satu) kali dalam satu periode pemantauan
adipura
2. Lokasi Pemantau
Sumber air permukaan yang meliputi sungai, danau, waduk,

muara dll
Fasilitas instalasi pengolahan air limbah baik komunal maupun

skala perkotaan
3. Waktu pemantauan
Paling lama 4 (empat) hari untuk kota metropolitan
Paling lama 3 (tiga) hari untuk kota besar
4. Cakupan penilaian system manejeman pengendalian pencemaran air
Pelaksanaan pengendalian air
Keterserdian air bersih
Pemantau Kualitas air
Ketersediaan sarana pengolahan air limbah skala komunal dan

skala perkotaan
Dukungan sumber daya manusia, sarana dan fasilitas
pengendalian pencemaran air

Pengendalian Pencemaran Udara


Menurut Permen LH no 6 Tahun 2014 tentang pelaksanaan pengendalian

pencemarab udara sebagai berikut :


1. Capaian kinerja
Pemantauan capain kinerja untuk kota metropolitan/kota besar
dilakukan paling sedikit 1(satu) kali pada saat musim kemarau dalam
satu periode pemantauan adipura
2. Lokasi Pemantau

Evaluasi kualitas udara di kota di jalan arteri


Jalan kolektor kota
Jalan nasional
Waktu pemantauan
3. Waktu pemantauan
Kegiatan pengukuran dan pengujian dilakukan 10 (sepuluh) hari pada
3 (tiga) lokasi setiap kota
4. Cakupan penilaian capaian kinerja pengendalian pencemaran udara
Pengujian emisi kendaraan bermotor
Pengukuran kualitas udara jalan raya
Pemantauan kinerja lalu lintas perkotaan
Pemantauan Kualitas bahan bakar di SPBU
5. Cakupan penilaian system manejeman pengendalian pencemaran
udara
Pelaksanaan pengendalian pencemaran udara perkotaan sesuai

baku mutu
Kegiatan mereduksi tingkat pencemaran udara dari emisi

sumber bergerak
Kegiatan terkait dengan peran serta masyarakat terdapat isu
pencemaran udara dan atau kualitas udara

2.3 Pelaksanaan
Pada pelaksanaannya sesuai yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Adipura disebutkan program adipura diberlakukan bagi kotakota dengan jumlah penduduk sama dengan atau lebih dari 20.000 jiwa di wilayah
kabupaten/kota.Kota peserta Program Adipura dikelompokkan berdasarkan katergori
sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Kota metropolitan dengan jumlah penduduk > 1000.000 jiwa ;


Kota besar dengan jumlah penduduk 500.001-1000.000 jiwa ;
Kota sedang dengan jumlah penduduk 100.001-500.000 jiwa ; dan
Kota kecil dengan jumlah penduduk 20.000-100.000 jiwa.

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup


Nomor 07 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura diubah
sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 16 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 16
1) Penilaian non fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf
a, ayat (2) huruf a, dan ayat (3) huruf a dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 1.
(satu) periode pelaksanaan Program Adipura.
2) Penilaian non fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada
daftar isian non fisik Program Adipura sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
3) Berdasarkan daftar isian sebagaimana dimaksudpada ayat (1) Tim
Pemantau melakukan penilaiansesuai dengan indikator dan skala nilai non
fisikProgram Adipura sebagaimana tercantum dalamLampiran I, Lampiran
II, Lampiran III, dan LampiranIV yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkandari Peraturan Menteri ini.
2. Ketentuan Pasal 18 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 18
1) Pemantauan fisik terhadap pengelolaan sampah danruang terbuka hijau
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf a dilakukan melalui:
a. pemantauan I;
b. pemantauan II; dan/atau
c. pemantauan verifikasi.
2) Pemantauan fisik terhadap pengendalianpencemaran air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal14 ayat (2) huruf b dilakukan paling sedikit 1
(satu)kali dalam 1(satu) periode pelaksanaan ProgramAdipura.
3) Pemantauan verifikasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf c hanya
dilakukan apabila dianggapperlu.
4) Pemantauan fisik terhadap pengendalianpencemaran udara sebagaimana
dimaksud dalamPasal 14 ayat (2) huruf c dilakukan 1 (satu) kali padasaat
musim kemarau.
Untuk penilaian Adipura dilakukan berdasarkan kategori kota dan perolehan
Adipura, yaitu :
1. Tiga kali dalam setahun bagi kota yang akan dan telah memperoleh Adipura
Kencana.
2. Dua kali dalam setahun bagi kota Raya dan Besar yang belum mendapat
Adipura dan yang telah mendapat Adipura kesatu, kedua, dan ketiga dan Kota
Sedang dan Kecil yang telah mendapat Adipura kedua dan ketiga.
3. Satu kali dalam setahun bagi kota Sedang dan Kecil yang belum mendapat
Adipura dan yang telah mendapat Adipura kesatu.
Lokasi untuk penelaian program Adipura sendiri, penilaian kebersihan kota dilakukan
terhadap aspek manajemen, peran serta masyarakat, kesehatan dan kondisi fisik kota
dengan ruang lingkup sebagai berikut :
1. Penilaian Daftar Isian dan Pertanyaan.
Penilaian Daftar Isian dan Pertanyaan meliputi :
a. Aspek Kelembagaan : bentuk dan struktur organisasi,personalia, tata
laksana kerja dan hasil guna pengelolaan.
b. Aspek Hukum : ketentuan hukum, pelaksanaan danpenegakan hukum
serta penyebaran informasi.
c. Aspek Pembiayaan : sumber pendanaan, strukturpembiayaan dan
retribusi kebersihan.

d. Aspek

Teknis

Operasional

daerah

dan

tingkatpelayanan,

perencanaan, sistem operasional pelaksanaankebersihan.


e. Aspek Peran Serta Masyarakat dan PKK.
f. Aspek Kesehatan.
g. Aspek Tata Ruang dan Penghijauan/Keteduhan Kota.
2. Penilaian Kondisi Fisik Kota.
Pokok yang dinilai dalam kondisi fisik kota adalah :
a. Kawasan Pemukiman :
1. Mewah
2. Sedang
3. Rendah
b. Tempat-tempat umum :
1. Pasar
2. Terminal
3. Stasiun
4. Pelabuhan
- Udara
- Laut
5. Pertokoan
6. Taman Kota/Alun-alun
7. Rumah Sakit
8. Warung makan
9. Tempat hiburan
10. Kolam renang
11. Hotel/Penginapan
12. Tempat ibadah
13. Sekolah
c. Perairan terbuka :
1. Saluran/selokan
2. Sungai
3. Anak Sungai

4. Jembatan/Gorong-gorong
5. Danau/Kolam pantai
d. Jalan-jalan :
1. Protokol/Utama
2. Kolektor/Penghubung
3. Lokal/Lingkungan
e. Sarana Persampahan :
1. Transfer/Dipo
2. TPS
3. TPA
f. Tata laksana keindahan :
1. Papan Reklame
2. Poster
3. Papan nama, Rambu-rambu
4. Lampu/Penerangan Jalan
5. Pemanfaatan Lahan
http://lh.surabaya.go.id/adipura1/?c=main&m=mfisik

2.3.1 Kelembagaan dan Mekanisme


a. Kelembagaan
1. Tim penilai Adipura, terdiri dari unsur Kementrian Lingkungan Hidup dan
Unsur Provinsi.Tim Provinsi dapat terdiri dari unsur : Pemerintah
Provinsi, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat,Media Massa
dan Dewan Evaluasi Kota Tingkat Provinsi yang telah dibentuk.
2. Tim Teknis terdiri dari unsure KLH yang bertugas:
Pengembangan Kriteria, indicator dan mekanisme pelaksanaan
Program ADIPURA.

Menyusun pemeringkatan kota dan melaporkannya kepada Tim

Pengarah dan Dewan ADIPURA


3. Tim Pembina ADIPURA, terdiri dari unsur KLH dan sector terkait yang
bertugas:
Membina

Kabupaten/Kota

dalam

pengelolaan

lingkunganperkotaan ;
Membina Tim Penilai dalam pelaksanaan pemantauan;
4. Tim Pengarah, diketuai oleh Deputi yang bertanggungjawab terhadap
Program ADIPURA, terdiri dari seluruh pejabat Eselon I di KLH, bertugas
memberikan masukan dan saran terhadap hasil penilaian, evaluasi dan
pemeringkatan kabupaten/kota kepada Menteri.
5. Dewan ADIPURA terdiri dari pakar-pakar pengelolaan lingkungan
perkotaan sesuai dengan keahliannya. Dewan ini bertugas memberikan
masukan dan saran terhadap hasil penilaian, evaluasi dan pemeringkatan
kabupaten/kota kepada Menteri.
6. Sekertariat ADIPURA bertugas untuk mengkoordinasi pelaksanaan
Program Adipura dari aspek administrasi, penjadualan, penganggaran,
pelaporan,

melakukan

pengelolaan

data,

dan

pengembangan

laman/website Adipura.
b. Mekanisme
1. Sekertariat ADIPURA mengirimkan Daftar Isian/Kuisioner/Kuisioner Non
Fisik ke Kabupaten/Kota, untuk diisi dan dikembalikan lagi dalam jangka
waktu 3 bulan
2. Tim Penilai melakukan penilaian fisik dan non fisik Kabupaten/Kota.
3. Hasil penilaian diserahkan kepada Tim Teknis yang menjadi dasar
pemeringkatan
4. Tim Pembina melakukan pembinaan Kabupaten/Kota berdasarkan hasil
penilaian yang diserahkan oleh Tim Penilai
5. Hasil pemeringkatan diserahkan kepada Tim Pengarah dan Dewan
ADIPURA untuk mendapat masukan dan saran untuk kemudian
disampaikan kepada Menteri LH
6. Menteri LH memutuskan kota peraih Anugerah Adipura dan melaporkan
kepada Presiden RI.

2.5 Pemantauan dan EVALUASI


Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 14 tahun 2006
menyatakan bahwa pemantauan dilaksanakan dengan asas netralitas dan obyekvitas
Sejak dilaksanakan kembali pada tahun 2002, program Adipura melakukan
evaluasi terhadap keberhasilan kinerja program dalam memberikan penghargaan bagi
kota yang bersih dan teduh. Evaluasi ini perlu dilakukan agar pada tahun selanjutnya
terjadi peningkatan hasil yang diinginkan dari program Adipura. Jenis evaluasi yang
dilakukan pada program ini adalah evaluasi dengan pendekatan keputusan teoritik
yang dilakukan di akhir program atau ex-post.Dimana metode evaluasi ini merupakan
metode evaluasi deskriptif untuk menilai keberhasilan suatu program, menghasilkan
informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan valid yang dinilai berdasarkan
pendapat pelaku kebijakan. Berdasarkan metode evaluasi ini, evaluasi program bukan
hanya dilihat dari tercapainya tujuan dan sasaran program tetapi juga dilihat berdasar
kriteria yang ditetapkan oleh para pelaku program. Kriteria yang dapat digunakan
dalam penilaian evaluasi program Adipura adalah efektivitas, efisiensi dan
responsivitas dengan indikatornya masing-masing.

Tabel 2.1
Kriteria
Efektivitas

Tujuan
Indikator
Program Adipura bertujuan

Terciptanya

kebersihan

untuk meciptakan kota yang kota


bersih dan teduh.

Tersedianya

fasilitas-

fasilitas kota yang bersih dan


nyaman

Terlibatnya semua pihak


dalam menjaga lingkungan

Adanya

pengendaliaan

pencemaran di perkotaan

Tersedianya ruang terbuka


hijau

yang

memadai

di

perkotaan

Terjadinya

zero

waste

activity
Efisiensi

Bentuk usaha yang dilakukan

secara

real

dari

Peningkatan

prioritas

pihak pengelolaan kebersihan

stakeholders

Adanya

usaha

pengurangan dan pengolahan


sampah (daur ulang)

Pemanfaatan

teknologi

untuk kebersihan lingkungan

Adanya pelatihan peduli


dan pengelolaan lingkungan
yang dilakukan secara berkala

Responsivitas

Nilai guna hasil program

Semua pihak stakeholders

Adipura yang dirasakan oleh (masyarakat dan pemerintah)


masing-masing stakeholder

merasakan

kebersihan

lingkungan perkotaan

Kesediaan

stakeholder

untuk terlibat dalam program


Adipura secara kontinu

Terjadinya

perubahan

perilaku

para

stakeholder

dalam

hal

pelestarian

lingkungan

Munculnya slogan-slogan
peduli lingkungan pada tiap

kota

Setelah dirumuskannya kriteria dan indikator yang sesuai harapan untuk


mencapai tujuan, maka penilaian evaluasi diberikan kepada stakeholders terkait baik
pemerintah dan masyarakat. Teknik evaluasi yang dilakukan dalam menilai program
ini dapat berupa teknik Delphi, dimana teknik Delphi adalah teknik peramalan
pendapat untuk memperoleh, menukar, dan membuat opini tentang peristiwa di masa
depan, atau juga merupakan teknik untuk mencari konsensus di antara kelompok
pakar yang homogen. Dalam evaluasi, konsensus digunakan untuk menilai
keberhasilan / manfaat program Adipura.
Berdasarkan kriteria evaluasi yang ada, secara garis besar program Adipura
ini dapat dikatakan sudah cukup berhasil. Program Adipura sudah mampu memenuhi
ketiga kriteria; efektifitas, efisiensi dan responsivitas. Program Adipura sudah mampu
dirasakan manfaatnya oleh stakeholders yang terkait seperti masyarakat dan
pemerintah terutama dalam pengelolaan kebersihan lingkungan perkotaan dan tetap
mau ikut andil dalam program tersebut. Dan dari hasil evaluasi yang sudah ada maka
sudah sebaiknya jika program Adipura ini terus dilaksanakan dengan adanya usaha
peningkatan dalam pencapaian tujuan yang ingin dihasilkan bagi kebersihan
lingkungan perkotaan.
Pemantauan dan evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan perkotaan yang
diselenggarakan minimal 3 kali setahun meliputi aspek fisik dan manajemen
pengelolaan perkotaan.
2.6 Tindakan Peningkatan
Program Adipura merupakan salah satu program strategis Kementerian
Lingkungan Hidup yang mempunyai maksud dan tujuan untuk mendorong
pemerintah daerah dan masyarakat dalam mewujudkan kota yang bersih dan teduh
dengan menerapkan prinsip-prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang baik (Good
Governance) dan Tata Kelola Lingkungan yang baik (Good Environment
Governance). Adipura sebenarnya digunakan sebagai alat untuk mendorong motivasi

aparat pemerintah dan masyarakat untuk meperbaiki dan meningkatkan kondisi


kebersihan lingkungan di Indonesia.
Beberapa tujuan di balik penghargaan Adipura antara lain, untuk menurunkan
tingkat polusi dari limbah domestik, merealisasikan kesehatan lingkungan, dan
merealisasikan budaya bersih lingkungan. Program Adipura akan terlaksana dengan
baik jika ditunjang dengan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat dan
Pemerintah Daerah dalam pengelolaan lingkungan. Kerjasama yang baik antara
Pemerintah Daerah, masyarakat dan dinas/instansi terkait sangatlah perlu dibina dan
dijalin secara terus menerus dan berkesinambungan. Agar lingkungan menjadi baik
perlu dukungan dan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam mencapai
lingkungan yang bersih dan teduh. Peran serta masyarakat sangatlah penting untuk
menjaga kebersihan lingkungan. Sebenarnya program Adipura ini tidak hanya
menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan Dinas/Instansi terkait saja
melainkan juga tanggung jawab kita bersama seluruh elemen masyarakat.
Salah satu upaya untuk menumbuhkan kesadaran dan partisipasi masyarakat
baik di tingkat pemerintahan hingga ke tingkat RT perlu diadakan pembinaan dengan
metode sosialisasi. Metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya
pembinaan langsung ke tingkat RT di setiap kelurahan, penetapan RT Ramah
Lingkungan, menyebarkan informasi dan himbauan yang bertema lingkungan melalui
media massa, mendukung terbentuknya lembaga/organisasi bidang lingkungan seperti
Komunitas GAUL ( Gerakan Aksi Untuk Lingkungan) Bengkulu yang baru-baru ini
dibentuk dan dilantik yang berperan sebagai ujung tombak penggerak dan pelaksana
dari seluruh kegiatan untuk mensosialisasi semua kebijakan lingkungan hidup.
Untuk menuju lingkungan yang baik agar program Adipura tercapai maka
pengelolaannya pun harus sesuai dengan standar kondisi lingkungan yang ideal.
Idealnya kondisi lingkungan yang baik ditunjukkan dengan upaya pembersihan
saluran drainase, membersihkan dan menjaga lingkungan sekitar, tidak membuang
sampah sembarangan di jalan, sungai dan jembatan, memilah sampah organik dan an
organik, penanaman pohon dan pot bunga untuk penghijauan, tidak melakukan
pembakaran sampah sesuai dengan Undang-undang No. 18 tentang Pengelolaan

Sampah, disebutkan bahwa larangan pembakaran sampah karena dapat mengeluarkan


gas beracun yang kemudian pada akhirnya menyebabkan global warming, serta
usaha-usaha lain yang bersifat positif dan baik tersebut perlu dijaga dan ditingkatkan
lagi secara kontinu sehingga masyarakat menjadi aman dan nyaman dengan
lingkungan sekitarnya.
Banyak orang yang bilang Adipura merupakan Kebijakan Politis Pemerintah
Daerah, hal ini memang benar dan tidak dapat dipungkiri mengingat Walikota dan
Wakil Walikota merupakan pejabat politis, dan kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah bukanlah untuk kepentingan politik semata melainkan
juga untuk kepentingan masyarakat bersama dalam hal ini berkaitan dengan hak
setiap masyarakat untuk merasakan hidup aman dan nyaman dengan lingkungan
yang teduh dan sehat.
Dalam pelaksanaan persiapan penilaian Adipura seringkali dianggap REKAYASA.
Tindakan rekayasa ini memang seharusnya dilakukan dan dibenarkan dalam usaha
untuk pencapaian target penilaian yang mengarah pada hal-hal positif sekaligus
sebagai contoh bagi masyarakat dalam hal pengelolaan lingkungan yang baik.
Rekayasa yang dimaksud adalah usaha yang terorganisasi secara baik sesuai dengan
kondisi ideal dalam suatu lingkungan seperti yang telah dsebutkan di atas.
Hendaknya upaya penataan dan pengelolaan lingkungan yang bersih dan teduh
tidak hanya dilakukan untuk persiapan menghadapi penilaian Adipura saja
melainkan juga menjadi program pemerintah dan masyarakat secara terus menerus
dan kerkelanjutan.
Segala upaya untuk penciptaan lingkungan yang bersih dan teduh dalam
pencapaian program Adipura tidak akan terlaksana dengan baik dan optimal jika
tidak didukung dengan pendanaan yang memadai. Kegiatan Adipura ini
membutuhkan dana yang sangat besar untuk mempersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan tata kelola lingkungan yang baik, termasuk untuk melakukan
rekayasa ini diperlukan anggaran yang cukup banyak diantaranya menyiapkan
sarana dan prasarana penunjang fasilitas kebersihan, mengingat alat-alat kebersihan
yang dimiliki masih sangat terbatas dan beberapa diantaranya dalam kondisi yang

rusak dan tidak layak pakai lagi, program pembinaan dan sosialisasi masyarakat
secara berkelanjutan, peningkatan intensitas kebersihan dengan menggerakan
seluruh petugas kebersihan secara cepat dan tepat sasaran dengan memberikan
reward dan kenaikan gaji petugas kebersihan agar lebih giat dan semangat dalam
bekerja, biaya operasional pengelolaan dan kebersihan sampah untuk membersihkan
drainase di sepanjang jalan, penanaman pohon dan penambahan bunga dalam pot di
sepanjang jalan utama agar terlihat rindang dan hijau, menyediakan kotak-kotak
sampah di setiap pertokoan, jalan dan sekolah-sekolah, upaya penerapan 3R
(Recycle, Reduce dan Reuse), biaya pemasangan dan penyebaran informasi melalui
media cetak dan elektronik serta biaya-biaya operasional teknis lainnya.

BAB 3
KESIMPULAN & SARAN

DAFTAR PUSTAKA
PERMEN LH NO 1 TAHUN 2013
PERMEN LH NO 1 TAHUN 2009

PERMEN LH NO 7 TAHUN 2013


PERMEN LH NO 6 TAHUN 2014
KEPMEN LH
http://heriirawan789.blogspot.co.id/2013/03/program-adipura.html
http://adipura.emtres.co.id/kegiatan/workshop-mewujudkan-clean-and-green-city
http://www.paradigm-consultant.com/2009/05/14/prinsip-prinsip-sml/
http://www.blh.pekanbaru.go.id/index.php/adipura

Anda mungkin juga menyukai