LABORATORIUM LINGKUNGAN
PERCOBAAN I
METODE SAMPLING
OLEH :
NAMA
: AULIA RAHMA
LUTHFI NUR RAHMAN
H1E113007
H1E113029
: ARTATI YUSTIKASARI
H1E112001
ABSTRAK
Kebutuhan air yang semakin meningkat merupakan salah satu permasalahan di
Kalimantan Selatan. Kebutuhan air yang meningkat tidak diimbangi dengan ketersediaan
air yang layak digunakan untuk keperluan sehari-hari. Meningkatnya pencemaran air
mengakibatkan menurunnya kualitas suatu perairan. Kualitas air merupakan kunci
penting bagi kehidupan makhluk hidup. Studi ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara
pengambilan sampel dan mengukur parameter kualitas air yang berpengaruh terhadap
perairan. Parameter yang digunakan yaitu temperatur, transparansi (kecerahan),
konduktivitas (daya hantar listrik), Total Dissolve Solid (TDS) dan pH (derajat
keasaman). Pengambilan sampel dilakukan pada tiga titik sampling yaitu air sumur
Banjarbaru, air gambut dan air limbah tahu. Hasil pengukuran dibandingkan dengan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Kualitas Air
Minum. Hasil pengukuran untuk temperatur sampel air sumur 25 oC, air gambut 26oC dan
limbah cair tahu adalah sama yaitu 26 oC. Untuk hasil pengukuran konduktivitas rata-rata
air limbah tahu 1,58 S/cm, air gambut 0,11 S/cm dan air sumur Banjarbaru 0,24
S/cm. Dari hasil perhitungan TDS untuk air sumur nilainya sebesar 0,06875 mg/L,
untuk air gambut sebesar 0,15 mg/L dan sampel limbah cair tahu sebesar 0,9875 mg/L.
Dari hasil pengukuran pH menggunakan pH meter didapat data untuk air sumur
Banjarbaru sebesar 6,8, air gambut sebesar 6,4 dan limbah cair tahu sebesar 3,6.
Kata kunci : sampling, pH, konduktivitas, TDS meter, temperatur
PERCOBAAN I
METODE SAMPLING
1.1 PENDAHULUAN
1.1.1
Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengenalkan mahasiswa terhadap
Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi seluruh makhluk hidup,
I-1
I-2
1.2 DASAR TEORI
1.2.1 Metode Sampling
Sampling bukanlah suatu pengembangan modern tetapi pendahuluan metode
statistik dan kontrol kualitas dalam berbagai industri berperan banyak terhadap
kedudukan sekarang ini. Penarikan sampel membutuhkan pengalaman. Dalam
teknik sampling terdapat istilah-istilah yang perlu dimengerti secara jelas,
misalkan sampel adalah bagian terpilih dari materi yang memiliki sifat-sifat yang
pada dasarnya sama dengan keseluruhan materi (Khopkar, 2003).
Beberapa
hal
yang
menyangkut
teknik
pengambilan
sampel
air
yang
dilakukan
dalam
pemilihan
lokasi
limbah
dan
kemungkinan
pencemaran
yang
akan
ditimbulkannya.
b. Sampel air dari badan air harus diambil pada lokasi yang dapat
menggambarkan karakteristik keseluruhan badan air. Oleh karena itu, sampel
air perlu diambil dari beberapa lokasi dengan debit air yang harus diketahui.
c. Sumber pencemar yang mencemari badan air yang dipantau harus diketahui.
d. Jenis bahan baku dan bahan kimia yang digunakan (Effendi, 2003).
Pada dasarnya, pengambilan sampel air dapat dilakukan terhadap air
permukaan maupun air tanah.
1. Air permukaan
Air permukaan meliputi air sungai, danau, waduk, dan genangan air lainnya.
Pengambilan sampel di sungai yang dekat dengan muara laut yang dipengaruhi
oleh air pasang harus dilakukan agak jauh dari muara. Adapun pengambilan
sampel air sungai dapat dilakukan di lokasi-lokasi sebagai berikut.
a.
b.
c.
2.
Sumber alamiah
Sumber air tercemar
Sumber air yang dimanfaatkan.
Air Tanah
I-3
Air tanah dibedakan menjadi air tanah tidak tertekan dan air tanah tertekan.
Pengambilan sampel yang berupa air tanah bebas dapat dilakukan di tempattempat sebagai berikut.
a. Bagian hulu dan hilir dari lokasi penimbunan.
b. Bagian hilir daerah pertanian yang menggunakan pestisida, dsb.
Pengambilan sampel yang berupa air tanah tertekan dapat dilakukan di
tempat sebagai berikut.
a. Sumur produksi air tanah untuk pemenuhan kebutuhan perkotaan, desa.
b. Lokasi kawasan industri, dsb (Effendi, 2003).
Bila jumlah unsur populasi itu terlalu banyak, padahal kita ingin menghemat
biaya dan waktu, kita harus puas dengan sampel. Karakteristik sampel disebut
statistik. Kita sebetulnya tidak tertarik pada statistik. Kita ingin menduga secara
cermat parameter dari statistik. Metode pendugaan inilah yang dikenal sebagai
teori sampling. Ini berarti sampel harus mencerminkan semua unsur dalam
populasi secara proporsional. Sampel seperti itu dikatakan sampel tak bias
(unibased sample) atau sampel yang representatif. Sebaliknya sampel bias adalah
sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur populasi
untuk dipilih (Slamet, 1996).
Alat-alat untuk pengambilan contoh harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh.
b. Mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya.
c. Contoh mudah dipindahkan ke dalam wadah penampung tanpa ada sisa
bahan.
d. Tersuspensi di dalamnya.
e. Mudah dan aman di bawa.
f. Kapasitas alat tergantung dari tujuan pengujian.
I-4
praktiknya, alat sederhana ini paling sering digunakan dan dipakai untuk
mengambil air permukaan atau air sungai kecil yang relatif dangkal.
Gambar 1.3 Contoh alat pengambil air botol biasa dengan pemberat
Keterangan gambar:
A : pengait
B1 : tuas posisi tertutup
B2 : tuas posisi terbuka
C1 : tutup gelas botolcontoh posisi tertutup
C2 : tutup gelas botol contoh posisi terbuka
D : tali penggantung
E : rangka metal botol contoh
2.
digunakan untuk mengambil contoh air pada kedalaman yang telah ditentukan
I-5
pada sungai yang relatif dalam, danau atau waduk. Ada dua tipe point sampler
yaitu tipe vertikal dan horisontal (lihat Gambar 1.4 dan 1.5).
3.
contoh air pada sungai yang dalam, dimana contoh yang diperoleh merupakan
gabungan contoh air mulai dari permukaan sampai ke dasarnya (lihat Gambar
1.6).
4.
dalam rentang waktu tertentu secara otomatis. Contoh yang diperoleh ini
merupakan contoh gabungan selama periode tertentu (lihat Gambar 1.7).
(Slamet, 1996).
Untuk mendapatkan contoh yang baik dan representatif diperlukan beberapa
persyaratan antara lain :
1. Pemilihan lokasi yang tepat
I-6
2. Penetapan frekuensi pengambilan contoh
3. Cara pengambilan contoh
4. Perlakuan contoh di lapangan
5. Transportasi dan Penyimpanan
1.2.2
Temperatur
Parameter temperatur air perlu diperiksa karena parameter temperatur
merupakan parameter fisik air yang penting dalam menunjang kehidupan biota air.
Jika terjadi peningkatan temperatur yang tinggi, yang mungkin disebabkan oleh
pembuangan limbah, yang menyebabkan terjadi perubahan reaksi biokimia di
dalam kehidupan biota air, dan pada kondisi ekstrim dapat menimbulkan kematian
pada biota air. Temperatur air harus diukur di lapangan, karena temperatur air
akan berubah menyesuaikan dengan temperatur udara disekitarnya. Temperatur
perairan dapat bervariasi tergantung faktor adanya pencemaran (Sutrisno, 2006).
Pengukuran temperatur dapat dilakukan menggunakan termometer air raksa
dari celcius, bisa juga digunakan termometer electronic yang bisa dipasang
bersamaan dengan alat DO meter dan Conductivitymeter. Cara pengukurannya
sangat tergantung pada termometer yang digunakan. Jika digunakan termometer
gelas, maka termometer tersebut dicelupkan ke dalam air dan dibiarkan sampai
cairan dalam kolom termometer berhenti bergerak. Untuk termometer elektronik
dengan probe yang panjang dapat digunakan untuk mengukur temperatur air pada
berbagai kedalaman (Sutrisno, 2006).
1.2.3
Transparansi (Kecerahan)
Secchi disk pertama kali ditemukan oleh Fr. Pietro Angelo Secchi, seorang
I-7
diturunkan ke dalam air secara perlahan menggunakan pengikat/tali sampai
pengamat tidak melihat bayangan secchi. Saat bayangan piringan sudah tidak
tampak, tali ditahan/ berhenti diturunkan. Selanjutnya secara perlahan piringan
diangkat kembali sampai bayangannya tampak kembali. Kedalaman air dimana
piringan tidak tampak dan tampak oleh penglihatan adalah pembacaan dari alat
ini. Dengan kata lain, kedalaman kecerahan oleh pembacaan piringan secchi
adalah penjumlahan kedalaman tampak dan kedalaman tidak tampak bayangan
secchi dibagi dua (Yunus, 2008).
1.2.4
kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu, semakin banyak
garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL.
Reaktivitas, bilangan valensi, dan konsentrasi ion-ion terlarut sangat berpengaruh
terhadap nilai DHL. Asam, basa dan garam merupakan daya hantar listrik
(konduktor) yang baik, sedangkan bahan organik, misalnya sukrosa dan benzena
yang tidak dapat mengalami disosiasi merupakan penghantar listrik yang kurang
baik ( SNI 3414-2008 ).
DHL dapat dikatakan sebagai penetapan pendahuluan dalam pemeriksaan
kualitas air. Dengan mengetahui besarnya DHL, secara garis besar jumlah mineral
yang ada dalam air dapat diketahui. Jika DHL-nya tinggi, maka kadar mineralnya
tinggi dan sebaliknya jika DHL-nya rendah, maka kadar mineral dalam air
tersebut rendah pula. DHL / konduktivitas diukur dengan alat conductivity-meter
digital, dimana satuan yang digunakan adalah micros/cm. Daya hantar listrik
merupakan ukuran kemampuan suatu zat penghantar arus listrik dalam
temperature tertentu yang dinyatakan dalam micro mohs per centimeter OC. satuan
yang lebih umum digunakan adalah microsiemens (ms). Untuk mengantarkan arus
listrik, ion-ion bergerak dalam larutan memindahkan muatan listriknya yang
bergantung pada ukuran interaksi anatar ion dalam larutan (Saeni, 1989).
Nilai daya hantar listrik untuk berbagai jenis air, meliputi :
1. Air destilasi (akuades) 0,5 5,0 ms.
2. Air hujan 5,0 30 ms.
I-8
3. Air tanah segar 30 200 ms.
4. Air laut 1500 5500 ms.
5. Air garam > 100.000 ms (Hanief, 2008).
1.2.5
pH
pH suatu larutan menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut
dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (mol/p) pada suhu tertentu.
Metode pengukuran pH dapat dilakukan dengan elektroda potensiometri. Dimana
prinsip dari metode ini adalah mengukur konsentrasi H+ dalam air secara
potensiometri. Dengan reaksi : pH = -log (H+). Metode lain yaitu dengan
menggunakan pH meter. Metode ini berfungsi untuk menentukan derajat
keasaman atau kebasaan tanah yang tersuspensi dalam air. pH air yang bersifat
asam yaitu kecil dari 7 (< 7) yakni pada daerah vulkanik. pH air yang bersifat basa
adalah besar dari 7 (> 7) (Asdak, 2002).
Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa
dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan.
Adanya karbonat, hidroksida dan bikarbonat menaikkan kebasaan air, sementara
adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan keasaman
(Effendi, 2003).
Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang
akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik. Sebagian besar biota akuatik
sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH antara 7 8,5. Nilai pH sangat
mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan
berakhir pada pH yang rendah (Mutthaqim, 2010).
I-9
1.3 METODOLOGI PERCOBAAN
1.3.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam Praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Water sampler
2. Conductivity meter
3. Piringan secchi (secchi disc)
4. pH meter
5. Pipet tetes
6. Gelas Ukur 50 ml
7. Gelas Piala 250 ml
8. Thermometer
9. Stopwacth
10. TDS Meter
1.3.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam Praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Sampel air sumur Banjarbaru (Diambil pada tanggal 12 Desember 2015, di
loktabat Banjarbaru, pukul 07.45 WITA)
2. Sampel air gambut (Diambil pada tanggal 11 Desember 2015, di sungai sipai
Martapura, pukul 17.10 WITA)
3. Sampel limbah cair tahu (Diambil pada tanggal 11 Desember 2015, di jalan
intan sari Banjarbaru, pukul 16.30 WITA)
4. aquadest
5. larutan Buffer pH 4,7 dan 10
6. larutan KCl 0,01 M
I - 10
1.3.3
Prosedur Kerja
conductivity
meter,
hingga
menunjukkan
nilai
1413
mikromhos/cm.
3. Dibilas elektroda dengan aquadest.
4. Dicelupkan elektroda pada larutan sampel.
5. Dicatat nilai yang ditunjukkan dilayar.
6. Dibilas elektroda dengan aquadest.
7. Diulangi langkah sampai 2 kali pada setiap sampel.
1.3.3.5 pH
1. Diambil sampel dalam gelas piala.
2. Dikalibrasi, dengan mencelupkan elektode pada larutan buffer dengan pH 4
pada temperature 30C.
3. Dibilas elektoda dengan aquadest, kemudian dengan larutan sampel.
4. Dicelupkan elektoda pada larutan sampel.
5. Didiamkan beberapa saat dan mencatat nilai yang ditunjukkan pada layar pH
meter.
I - 11
6. Diulangi langkah untuk kalibrasi pH 7 dan pada sampel lain.
I - 12
1.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
1.4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Metode Sampling
Nama Alat
Vertikal Water Sampler
Nama Sampel
Temperatur (oC)
25
Air Gambut
26
26
I - 13
Tabel 1. 3 Hasil Pengamatan Transparansi
No.
1.
Gambar
Keterangan
Secchi
disc
merupakan
piringan /lingkaran yang
memiliki berbagai macam
diameter. Pada gambar di
samping
secchi
disc
berukuran diameter 20 cm.
Diameter sendiri berfungsi
untuk
menentukan
kecerahan dari badan air
yang akan diteliti.
Cara kerja secchi disc :
a. Secchi disc diturunkan ke
badan air yang akan
diteliti sebagai sampel.
b. Diturunkan ke badan air
yang
diteliti,
hingga
secchi disc tidak dapat
dilihat lagi oleh mata,
kemudian tali ditandai.
c. Diukur kecerahan badan
air yang di teliti dengan
mengukur jarak tali yang
sudah ditandai tadi.
Nama
Sampel
Air sumur
Banjarbaru
Warna
Kekeruhan
Bau
Bening
Tidak keruh
Tidak
Berbau
Air gambut
Bening
Kekuningan
Sedikit keruh
Berbau
Limbah Cair
Tahu
Putih Susu
Sangat keruh
Sangat
berbau
Nama Sampel
Air Sumur
Banjarbaru
Nilai Konduktivitas
1
2
0,24 S/cm
0,24 S/cm
Rata-rata
0,24 S/cm
I - 14
2.
3.
Air Gambut
Limbah Cair Tahu
0,11 S/cm
1,58 mS/cm
0,11 S/cm
1,58 mS/cm
0,11 S/cm
1,58 mS/cm
Nama Sampel
Air sumur Banjarbaru
Air Gambut
Limbah Cair Tahu
Nilai pH
5,8
6,4
3,6
Nama Sampel
Air sumur Banjarbaru
Air Gambut
Limbah Cair Tahu
Pembahasan
Dalam percobaan ini, yang akan dianalisis meliputi penggunaan water
Metode Sampling
Dari percobaan metode sampling, diketahui alat dan cara menggunakan
I - 15
sehingga ketika air akan diuji kandungan senyawa kimia air tidak berubah selama
penyimpanan.Selain itu dengan menggunakan water sampler, pengambilan
sampel air diharapkan dapat mewakili keseluruhan air yang akan diteliti.
Pada percobaan ini, dalam pengambilan sampel air tidak menggunakan
vertikal sampel air tetapi menggunakan botol air minum saja. Itu dikarenakan,
keterbatasan alat yang dimiliki dan belum mempunyai keterampilan dalam
menggunakan alat tersebut. Dalam percobaan yang dilakukan, sampel yang
pertama yang digunakan adalah sampel air limbah tahu yang diambil di lokasi
intansari, Banjarbaru pada tanggal 11 desember 2015, pukul 16.30 WITA. Sampel
yang kedua adalah air gambut yang diambil di sungai sipai, Martapura pada
tanggal 11 desember 2015,pukul 17.10 WITA. Sampel yang ketiga adalah air
sumur yang diambil di lokasi loktabat, Banjarbaru pada tanggal 12 desember
2015, pukul 07.45 WITA.
Pada percobaan ini adanya dilakukan pembacaan volume larutan dengan
gelas ukur. Pada saat pembacaan volume di gelas ukur, pasti akan menemui yang
namanya miniskus. Miniskus adalah garing lengkung permukaan cairan yang
disebabkan adanya gaya kohesi atau adhesi zat cair dengan alat ukur. Miniskus
terbagi menjadi dua macam yaitu miniskus atas dan miniskus bawah. Miniskus
atas adalah suatu keadaan dimana permukaan zat cair berada dalam alat ukur
sempit yang tampak melengkung atas. Sedangkan miniskus bawah adalah suatu
keadaan dimana permukaan zat cair berada dalam alat ukur sempit yang tampak
melengkung kebawah.
2.
Temperatur
Analisis kemudian pada percobaan temperatur dari sampel air yang ada,
diperoleh data untuk suhu sampel air sumur yaitu 25 0C, sampel air gambut 260C
dan limbah cair tahu 260C. Jika dibandingkan dengan suhu air normal berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 dengan suhu
standar yang diperbolehkan adalah sesuai dengan suhu kamar dengan kadar suhu
udara maksimum yang diperbolehkan adalah 3 0C. Maka dari data yang didapat,
suhu semua sampel air yang diteliti masih dalam batas aman. Hal ini bisa saja
I - 16
dipengaruhi oleh waktu pengambilan sampel air yang akan diteliti tersebut. Selain
itu untuk temperatur, seharusnya pengukurannya langsung dilaksanakan pada
tempat pengambilan sampel, hal ini disebabkan karena suhu atau temperatur dari
suatu badan air yang di teliti akan selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu
pengambilannya dan dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian air permukaan
laut, dan kedalaman air. Oleh karena itu pengukuran temperatur yang lebih akurat
adalah pengukuran temperatur langsung dilapangan. Suhu merupakan faktor
penting dalam keberlangsungan proses biologi dan kimia dalam perairan. Suhu
mempengaruhi kandungan oksigen di dalam air dan proses fotosintesis tumbuhan
air, laju metabolisme organisme air. Peningkatan suhu air mengakibatkan
kapasitas oksigen terlarut berkurang dan terjadi peningkatan viskositas, reaksi
kimia, evaporasi dan volatisasi
3.
Transparansi
Parameter
kecerahan
(transparansi)
adalah
parameter
fisik
untuk
I - 17
Dari percobaan yang telah dilakukan, praktikan hanya mendapat penjelasan
tentang cara penggunaan piringan secchi dari asisten yang bersangkutan, hal ini
disebabkan karena keterbatasan waktu praktikum, sehingga tidak memungkinkan
untuk melakukan pengukuran langsung di lapangan. Pada pengamatan terhadap
warna dan bau yaitu, air sumur Banjarbaru bening dan tidak berbau, air gambut
bening kekuningan dan berbau sedangkan limbah cair tahu berwarna putih susu
dan berbau tidak sedap.
Apabila kondisi air di suatu perairan semakin keruh, maka cahaya matahari
yang masuk ke permukaan air berkurang dan mengakibatkan menurunnya proses
fotosintesis oleh tumbuhan air. Dengan demikian suplai oksigen yang diberikan
oleh tumbuhan dari proses fotosintesis berkurang. Bahan-bahan terlarut dalam air
juga menyerap panas yang mengakibatkan suhu air meningkat, sehingga jumlah
oksigen terlarut dalam air (DO) berkurang. DO merupakan jumlah oksigen
terlarut dalam suatu perairan, dinyatakan dalam miligram O2 per liter. Bila jumlah
DO berkurang maka akan berakibat pada meningkatnya nilai BOD dan COD
diperairan yang dapat menggangu perkembangan makhluk hidup di perairan dan
sebagai indikator tercemarnya suatu perairan dengan ditandai dengan perubahan
fisik air yang semakin keruh. BOD adalah jumlah oksigen yang digunakan
mikroorganisme (bakteri) untuk menguraikan bahan-bahan organik di dalam air.
Sedangkan COD yaitu jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang
ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia.
4.
gambaran dari kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Semakin banyak
garam mineral yang terlarut dan berbentuk ion, maka semakin tinggi pula nilai
DHL. Pengukuran konduktivitas dapat dilakukan dengan alat conductivity meter.
Konduktivitas listrik dari air terkait langsung dengan konsentrasi TDS. Ion-ion
TDS memberikan kemampuan bagi air untuk menimbulkan arus listrik, yang
dapat diukur dengan menggunakan nilai konduktivitas. Bila dikorelasikan dengan
pengukuran TDS laboratorium, konduktivitas memberikan nilai bagi konsentrasi
I - 18
TDS, biasanya tingkat akurasinya 10%. Sebelum alat conductivity meter
digunakan, harus dilakukan kalibrasi terlebih dahulu dengan larutan standar KCL
0,01 M agar nilai pembacaannya akurat yaitu sesuai dengan konduktivitas teoritis
yakni 1431 S/cm, jika pembacaan tidak sesuai maka putar pengatur kalibrasi
hingga alat tersebut menunjukan nilai 1413 S/cm. Sebelum dicelupkan ke dalam
sampel, bilas elektroda terlebih dahulu. Dari hasil pengukuran didapatkan nilai
konduktivitas rata-rata dari air limbah tahu 1,58 S/cm, air gambut 0,11 S/cm,
dan air sumur Banjarbaru 0,24 S/cm.
TDS (Total Dissolved Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik
maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkan
definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat
melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2 x 10-6 meter). Nilai TDS
pada masing-masing sampel air yaitu air limbah tahu sebesar 0,9875 mg/L, air
gambut 0,15 mg/L, dan air sumur Banjarbaru 0,06875 mg/L. Sedangkan dengan
menggunakan TDS meter didapat hasil untuk air limbah tahu 1130 ppm, air
gambut 290 dan air sumur Banjarbaru 147 ppm. Jika dibandingkan dengan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 kadar
maksimum TDS yang diperbolehkan adalah 500 mg/L. Berdasarkan data yang
didapat, TDS dari ketiga sampel yang diteliti, hanya air limbah tahu saja yang
kadarnya melebihi baku mutu, sehingga tidak layak diminum atau dipakai untuk
kegiatan sehari-hari. Dilihat dari data yang diperoleh bahwa TDS paling tinggi
adalah sampel air limbah tahu yang dapat dilihat dari fisik sampelnya, semakin
keruh warna sampel maka semakin tinggi nilai TDSnya. Semakin tinggi nilai TDS
menunjukan bahwa terdapat zat terlarut yang mampu mengahantarkan listrik,
banyaknya ion-ion yang terkandung didalamnya dan lain sebagainya. Sedangkan
untuk nilai TDS terendah terdapat pada air gambut yang disebabkan karna saat
pengambilan sampel cuaca setelah, masa saat hujan, sehingga air gambut yang
diteliti memiliki kandungan zat terlarut yang sedikit. Jika dibandingkan dengan air
sumur Banjarbaru, seharusnya air gambut memiliki nilai TDS yang lebih besar,
karena air sumur merupakan air tanah yang sedikit sekali mengandung zat-zat
terlarut. Dan disebabkan karena air sumur yang di teliti memiliki kandungan besi
I - 19
yang banyak. Karena kita tahu bahwa kandungan air tanah kota Banjarbaru
banyak mengandung zat besi atau ferrum atau bisa juga karena kesalahan alat dan
faktor ketidaktelitian praktikan.
5.
pH
Pengukuran pH dalam percobaan ini, menggunakan sampel air sumur
Banjarbaru, sampel air gambut, dan limbah cair tahu. Pada pengukuran pH harus
dilakukan kalibrasi terlebih dahulu. Fungsi dari kalibrasi adalah untuk dapat
memberi ukuran dengan tingkat keakurasian yang benar dan tepat. Pada
penggunaan pH meter, kalibrasi alat harus diperhatikan sebelum dilakukan
pengukuran. Seperti diketahui prinsip utama pH meter adalah pengukuran arus
listrik yang tercatat pada sensor pH akibat suasan ionik dilarutan. Stabilitas sensor
harus selalu dijaga dan caranya adalah dengan kalibrasi alat. Kalibarasi terhadap
pH meter dilakukan dengan larutan buffer standar yaitu pH 4, pH 7 dan pH 10.
Kalibrasi dilakukan dengan cara mencelupkan elektroda yang sudah dibilas
dengan akuades ke dalam larutan buffer lalu putar pengatur pH agar pembacaan
menunjukkan nilai pH yang sesuai dengan larutan buffer. Sebelum digunakan
untuk mengukur pH sampel bilas elektroda dengan akuades kemudian dengan air
sampel. Celupkan elektroda pada sampel dengan kedalaman minimum 2 cm.
Pengulangan pengukuran pada pH 4, 7, dan 10 berguna agar kalibrasi yang
dilakukan tepat juga menunjukkan kadar pH dalam larutan apakah asam, netral
atau basa. Pengukuran pH dilakukan berurutan dari larutan buffer dari yang
memiliki pH terendah hingga tertinggi, kemudian dilakukan pengukuran ulang pH
dari larutan yang memiliki pH tertinggi hingga terendah secara berurutan. Hal ini
dilakukan bertujuan untuk mengetahui reversibilitas dari pH meter sebagai alat
pengukur pH, sehingga dari percobaan ini dapat diketahui kemampuan pH meter
untuk mengukur kembali pH suatu larutan walaupun telah diselingi pengukuran
larutan yang berbeda pH. Pada pengkuran tersebut perlu dilakukan pengukuran
ulang karena bertujuan untuk memastikan apakah alat tersebut benar-benar sudah
akurasi atau tidak. Keuntungan melakukan kalibrasi adalah supaya hasil data yang
I - 20
didapat tidak salah atau akurat dan bisa mengetahui seberapa jauh perbedaan
antara nilai angka yang benar dengan niai angka yang ditunjukan alat ukur.
Dari pengukuran ketiga sampel tersebut didapatkan hasil untuk pH air
sumur Banjarbaru adalah 5,8, untuk air gambut pHnya sebesar 6,4 dan untuk
limbah tahu sebesar 3,6. Berdasarkan hasil pengukuran pH ketiga sampel
diketahui pH air sumur Banjarbaru bersifat asam lemah, yang disebabkan karena
sumur yang memiliki kedalaman kurang dari 30 meter cenderung memiliki sifat
asam akibat aktivitas fermentasi dari bahan organik. Untuk hasil pengukuran pH
air gambut yaitu 6,4 seharunya air gambut bersifat asam, namu dalam percobaan
ini pH mendekati 7 yang disebabkan karena saat pengambilan sampel cuaca
setelah masa saat hujan sehingga pH yang didapat kurang akurat. Sedangkan
untuk pengukuran sampel limbah cair tahu didapat pH 3,6 yaitu bersifat asam
kuat. Pada umumnya limbah cair tahu memang bersifat asam. Dan dapat
disimpulkan ketiga sampel yang diteliti belum aman untuk dikonsumsi karena pH
ketiga sampel tersebut bersifat asam atau pH < 6,5 jika dibandingkan dengan
kondisi pH optimum pada air berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010 berkisar antara 6,5-8,5. Untuk air pH asam untuk
menurunkan pH dibutuhkan cara netralisasi dengan penambahan NaOH. Beberapa
kemungkinan bisa saja menyebabkan hasil percobaan tidak sesuai dengan teori.
Seperti pengukuran pH yang seharusnya langsung dilakukan di tempat, dalam
percobaan ini dilakukan di laboratorium. Sehingga suhu sampel air telah
menyesuaikan dengan suhu ruangan tentu saja hal ini mempengaruhi nilah pHnya
sehingga nilai pH berubah. Selain itu juga prosedur pengawetan sampel yang
kurang baik, serta bisa juga kesalahan atau kurang teliti dalam percobaan.
I - 21
1.5
PENUTUP
1.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1.5.2
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya pada pengambilan
sampel diperhatikan tata cara pengambilan sampel yang benar sehingga hasilnya
sesuai dengan ketentuaan.
I - 22
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanius, Yogyakarta.
Hanief, Muhammad Febry. 2008. pH, Turbidity, DHL, Koagulasi.
http://andalucygroup.blogspot.com/2008/11/phturbiditydhlkoagulasi.html.
Diakses tanggal 10 Desember 2015
Khopkar, SM. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press : Jakarta
Mutthaqim, Ahlil. 2010. Pencemaran Air, Dampak & Penanggulangannya.
http://ahlil-mutthaqim.blogspot.com/2010/06/pencemaran-airdampakpenanggulangannya.html.
Diakses tanggal 10 Desember 2015
Saeni, M.S. 1989. Kimia Lingkungan. IPB, Bogor.
Slamet, JS. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press :
Yogyakarta
SNI.3414.2008. Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang
disungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit Sni
http//www.pu.go.id/satminkal/balitbang/sni/isisni/SNI3414-2008.pdf
Diakses tanggal 10 Desember 2015
Sutrisno, Totok. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta.
Yunus, Muhammad. 2008. Secchi Disc, 26 Tahun Menanti Diakui.
http://yunuzmuhammad.blogspot.com/2008/05/secchi-disc-26-tahunmenanti-diakui.html.
Diakses tanggal 10 Desember 2015
I - 23
LAMPIRAN
PERHITUNGAN METODE SAMPLING
Perhitungan Total Dissolved Solid (TDS)
Dari rentang antara (0,5 0,75) diambil nilai rata-ratanya yaitu :
Nilai rata-rata = x (0,5 0,75)
= 0.625
Jadi, TDS (mg/l) = 0.625 x Konduktivitas (S/cm)
a
Ditanya
: TDS
Jawab
:
TDS (mg/l) = 0,625 x Konduktivitas (S/cm)
= 0,625 x 1,58 S/cm
= 0,9875 mg/L
Air gambut
Diketahui
Ditanya
: TDS
Jawab
:
TDS (mg/l) = 0,625 x Konduktivitas (S/cm)
= 0,625 x 0,24 S/cm
= 0,15 mg/L
Ditanya
: TDS
Jawab
:
TDS (mg/l) = 0,625 x Konduktivitas (S/cm)
= 0,625 x 0,11 S/cm
= 0,06875 mg/L
I - 24
LAMPIRAN
PERTANYAAN
1. Apa yang diperlukan agar hasil data penguukuran dapat dikatakan valid?
Jelaskan!
2. Jelaskan bagaimana cara menentukan lokasi pengambilan sampel?
3. Jelaskan parameter kunci dalam penentuan kualitas air?
4. Sebutkan peraturan-peraturan didaerah kita yang terkait dengan pemantauan
kualitas air.
JAWABAN
1. Data hasil pengukuran agar dikatakan valid yang diperlukan adalah
a.
b.
c.
d.
yang komposisinya sama dengan komposisi badan air yang akan diteliti
kualitasnya. Maksud dan tujuan pengambilan contoh air adalah mengumpulkan
volume air dari bagian air yang akan diteliti kualitasnya dengan volume sekecil
mungkin tetapi karakteristik dan komposisinya masih sama dengan karakteristik
badan air tersebut.
2. Cara menentukan lokasi pengambilan sampel
Pemilihan lokasi pengambilan contoh sampel air merupakan salah satu
langkah penting dalam prosedur pengambilan contoh air, lokasi pengambilan
contoh dipilih agar contoh air yang diambil benar-benar mewakili badan air
tersebut, agar diperoleh hasil pengukuran yang respresentatif. Dalam pemilihan
lokasi harus mempertimbangkan tujuan dari pengukuran /pemantauan dan
pengetahuan tentang kondisi geografi dari badan air yang akan diteliti.
I - 25
3. Parameter kunci dalam penentuan kualitas air adalah
Parameter yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan,
maka pemeriksaannya harus dikerjakan di lapangan. Parameter tersebut antara
lain adalah suhu, pH, alkaliniti, asiditi, oksigen terlarut, transparansi, warna dan
penetapan gas lainnya. Penetapan gas tersebut seperti oksigen dan karbon
dioksida, pemeriksaannya dapat ditangguhkan dalam waktu beberapa jam apabila
contoh disimpan dalam botol KOB yang terisi penuh.
Pemeriksaan parameter lapangan biasanya dilakukan dengan peralatan
lapangan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Perlu diperhatikan agar peralatan
yang dipergunakan di lapangan terlebih dahulu dikalibrasi dan ketelitian alat
cukup memenuhi keperluannya. Selain itu juga diperlukan persiapan pereaksi,
larutan standar dan alat-alat gelas secukupnya.
a. Temperatur
Temperatur merupakan parameter fisika air yang penting dalam menunjang
kehidupan biota air dan dalam penentuan kualitas air . Jika terjadi peningkatan
temperatur yang tinggi, yang mungkin disebabakan oleh pembuangan limbah
berbahaya (misalnya air pendingin dari PLTU) atau dari sumber lain, akan
menyebabkan terjadinya perubahan reaksi biokimia di dalam kehidupan biota air ,
dan pada kondisi ekstrim dapat menimbulkan kematian pada biota air. Jika biota
air banyak mati maka kualitas air tersebut termasuk tercemar.
b. Transparansi ( kecerahan)
Transparansi adalah parameter fisik untuk menyatakan kemampuan sinar
matahari menembus kedalaman air. Kecerahan sangat dipengaruhi oleh warna
dan kekeruhan air. Semakin tinggi kekeruhan dalam air maka kecerahannya
semakin kecil. Alat untuk mengukur kecerahan adalah secchi disc.
c. Warna
Warna air adalah sifat fisik air yang disebabkan oleh karakteristik zat-zat
yang terdapat di dalam air, bukan disebabkan oleh molekul air itu sendiri, karena
air murni yaitu air yang tidak mengandung zat-zat pengotor tidak berwarna.
I - 26
d. Kekeruhan (turbidity)
Kekeruhan dalam air disebabkan oleh zat-zat yang tersuspensi (tidak larut).
Data kekeruhan ini sangat berguna, terutama untuk kualitas air minum, orang
tidak mau minum air keruh, karena kekeruhan dalam air disebabkan oleh senyawa
anorganik atau organik yang tersuspensi yang mungkin saja dapat membahayakan
kesehatan orang yang meminumnya. Kekeruhan air berhubungan erat dengan
parameter zat padat tersuspensi (TSS), kadar lumpur kasar dan kecerahan dalam
air.
e. Konduktivitas ( Daya Hantar Listrik)
Daya Hantar Listrik adalah kemampuan air untuk menghantarkan arus
listrik, hal ini disebabksn karena adanya mineral yang terlarut dalam air yang
terionisasi. Data konduktivitas dalam air berguna untuk memperkirakan atau
mengevaluasi kualitas air atau jenis air ( air permukaan, air tanah, air payau atau
air laut). Data ini sering dihubungkan dengan kadar zat terlarut (TDS) didalam
air.
f. Derajat keasaman (pH)
pH merupakan parameter untuk menyatakan suatu keasaman air, untuk
menyatakan banyaknya ion H+ di dalam air, semakin banyak ion H+ di dalam air
semakin rendah pH air. Data pH ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah
air tersebut memenuhi persyaratan tertentu, misalnya untuk air minum disyaratkan
pH antara pH 6,5-8,5. Parameter pH juga digunakan untuk keperluan industri
atau pertanian lainnya. Data pH juga diperlukan untuk proses pengolahan air,
karena efisiensi proses pengolahan air sangat dipengaruhi oleh pH air, misalnya
pengolahan limbah secara biologis, proses koagulasi dan lain-lain.
4. Peraturan-peraturan didaerah kita yang terkait dengan pemantauan kualitas air
adalah :
I - 27
a. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan No.2 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
b. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin No.2 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Sungai.