Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum ke-11 Tanggal: 30 April 2018

Kesehatan Hewan Laboratorium Dosen : Wiyoto, Ssi Msi

Dan Satwa Aquatik Asisten : Nadia, AMd

Saut Lumbantoruan, AMd

Kontrol Kualitas Air di Bak Perikanan Kampus GG IPB

Kelompok 4/P2

Nama NIM Ttd

Farli Ubaidillah J3P116018

Nanda Radika Ambiya J3P116046

Natasya Amalia Agustine J3P116047

Tari Septiani Tarigan J3P116063

Ricky Septian Hersade J3P216085

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2018
HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor lingkungan seperti air, temperatur, derajat keasaman (pH),


kandungan oksigen (DO) dan lain-lain sangat diperlukan untuk biota air tawar
(ikan, plankton, ganggang, zooplankton, dll). kesesuaian lingkungan hidup
untuk setiap ikan berbeda tergantung pada jenis ikan. Jenis ikan tertentu yang
sesuai dengan kondisi lingkungannya dapat bertumbuh dan berkembang.
Sebaliknya, jika keadaan tidak sesuai akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangannya.
Temperatur air sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan
ikan. Temperatur air yang tidak cocok, misalnya terlalu tingii atau terlalu
rendah menyebabkan ikan tidak dapat bertumbuh dengan baik. Temperatur
yang cocok untuk pertumbuhan ikan adalah berkisar antara 15℃ - 30℃ dan
perbedaan suhu antara siang dan malam kurang dari 5℃. perubahan suhu
mendadak berpengaruh buruk pada kehidupan ikan karena ikan tidak dapat
hidup dengan baik pada suhu yang terlalu dingin atau terlalu panas (Bambang
2000). Rata-rata suhu pada bak ikan lele yaitu 25℃ sedangkan pada bak udang
vaname yaitu 24℃, yang mana temperatur pada bak ikan ini masih terbilang
normal.
Derajat keasaman air dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan.
Derajat keasaman air yang sangat rendah atau sangat assam dapat
menyebabkan kematian ikan dengan gejala gerakannya tidak teratur, tutup
insang bergerak sangta aktif, dan berenang sangta cepat pada permukaan air.
Keadaan air yang sangat basa juga dapat menyebabkan pertumbuhan ikan
terhambat. Kisaran derajat keasaman air yang cocok untuk budidaya ikan lele
adalah 6,0 - 8,0 . Perairan yang asam juga sangat berpengaruh terhadap nafsu
makan ikan (selera makan berkurang) (Saputri 2014). Rata-rata derajat
keasaman pada bak ikan lele dan udang vaname yaitu 6,0 - 7,0, yang mana
temperatur pada bak ikan ini masih terbilang normal.
Oksigen sangat diperlukan untuk pernapasan dan metabolisme ikan serta
jasad-jasad renik dalam air. Kandungan oksigen yang tidak mencukupi
kebutuhan ikan dan biota lainnya dapat menyebabkan penurunan daya hidup
ikan. Kandungan oksigen terlarut dalan air cocok untuk kehidupan dan
pertumbuhan ikan lele sebesar 5ppm. Pengaliran air yang baik dan permukaan
kolam yang selalu terbuka dapat meningkatkan kadar oksigen dalam air.
Peningkatan nilai kandungan oksigen dapat ditingkatkan dengan aerator. Rata-
rata oksigen pada bak ikan lele dan bak udang vaname yaitu 3,5 - 4,3
mg/dl,yang mana temperatur pada bak ikan ini masih terbilang normal.
Filter merupakan seperangkat alat yang berfungsi untuk menyaring atau
memilah benda-benda tertentu dan melewatkan benda-benda lainnya (Aquatic
2003). Secara umum perbedaan yang mendasar antara proses filtrasi biasa
dengan filtrasi pada akuarium terjadi berulang kali dan terlihat seolah air tidak
akan pernah jernih.hal ini yang menyebabkan sistem filtrasi pada akuarium
cukup rumit (Aquatica 2003). Terdapat beberapa terminologi dari efektivitas
air, diantaranya: 1) waktu retensi, yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk
berada dalam filter (kisaran waktu yang memadai 2-10 menit), 2) waktu
sirkulasi air, yaitu waktu yang diperlukan oleh air akuarium untuk bersirkualasi
atau berputar kembali ke akuarium (kisaran waktu yang diharapkan 1-3 jam)
dan 3) waktu “turn over”, yaitu waktu yang diperlukan agar seluruh air dalam
akuarium melaluiu filter (kisaran waktu yang dikehendaki 10-12 jam). ketiga
perhitungan terminologi filter tersebut dipengaruhi oleh: 1) volume filter efektif
2) volume akuarium efektif 3) debit air atau kapasitas pompa 4) koefisien filter
(jika akurium memliki efektivitas 99,99% maka nilai koefisien filternya 2.
jenis-jenis filter (Aquatica 2003):
1. Undergravel filter. Filter jenis ini memerlukan gravel (pecahan
terumbu karang) sebagai media filter. Sangat efektif dalam menyaring kotoran
karena memiliki permukaan yang sangat luas namun untuk pemaikan dalam
waktu lama filter ini tidak efisien karena semua kotoran akan menumpuk pada
permukaan filter sehingga filter akan tersumbat. Sebaiknya penyedotan kotoran
yang menyumbat secara berkala.
2. Internal filter. Filter ini biasa digunakan pada akuarium yang
berukuran kecil. Karena kapasitasnya sangat terbatas, filter ini jarang
digunakan pada akuarium yang berukuran besar karena kotoran akan cepat
menyumbat saluran filter.
3. External filter. Filter ini ditempatkan diluar akuarium, menggunakan
jenis gravel yang berbeda-beda. Gravel yang digunakan berfungsi sebagai
media filtrasi biologi, sehingga filter dapat mereduksi sebagian partikel
anorganik terlarut seperti amonia dan nitrit.
4. Filter gantung. Filter ini diletakkan di atas akuarum, penempatannya
dapat menghalangi cahaya yang masuk ke dalam akuarium, sehingga akan
mengganggu sistem akuarium secara keseluruhan.
5. Wet/dry system. Sistem ini bekerja atas dasar pandangan bahwa
keberadaan bakteri pengurai amonia sangat baik dalam air yang memiliki
kandungan oksigen tinggi.kelemahan sistem ini yaitu dapat mengurangi
kandungan CO2 dalam air.
Jenis filter yang digunakan pada akuarium yang berisi ikan laut yaitu
external filter, karena menggunakan gravel untuk menyaring kotoran air dan
filtrasi yang ditempatkan di luar akuarium.
Fungsi filter sebagai penyaring disebut juga fungsi mekanik yaitu
menyedot air aquarium lalu menyaringnya di dalam spons atau busa sehingga
Air aquarium akan menjadi bersih. Fungsi filter sebagai pengurai atau fungsi
biologikal yaitu sebagai mediator bagi bakteri pengurai ini berguna untuk ikan
karena dapat mengubah amonia dan nitrat menjadi tidak berbahaya. Filter
berfungsi sebagi penyerap cara kerja dalam proses ini yaitu filter menyerap dan
menghilangkan zat-zat kimiawi yang berbahaya pada ikan.

Daftar Pustaka

Aquatica Magazine. 2003. Vol. 01 No. 03. CV. Wahana Solusi Persada Lestari.
Bandung.

Bambang C. 2000. Budi Daya Ikan Air Tawar. Kanisius, Yogyakarta.


Uniplaita MKT. 2014. Sistem Pengukuran Konduktivitas Air Kolam Ikan.
Universitas Sanarta Darma, Yogyakarta.

LAMPIRAN

Gambar 1. Aquarium air laut Gambar 2. Pengukuran suhu air


Gambar 3. Filtrasi External

Anda mungkin juga menyukai