Kesehatan Hewan Laboratorium Dosen : Wiyoto, Ssi Msi
Dan Satwa Aquatik Asisten : Nadia, AMd
Saut Lumbantoruan, AMd
Kontrol Kualitas Air di Bak Perikanan Kampus GG IPB
Kelompok 4/P2
Nama NIM Ttd
Farli Ubaidillah J3P116018
Nanda Radika Ambiya J3P116046
Natasya Amalia Agustine J3P116047
Tari Septiani Tarigan J3P116063
Ricky Septian Hersade J3P216085
PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018 HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor lingkungan seperti air, temperatur, derajat keasaman (pH),
kandungan oksigen (DO) dan lain-lain sangat diperlukan untuk biota air tawar (ikan, plankton, ganggang, zooplankton, dll). kesesuaian lingkungan hidup untuk setiap ikan berbeda tergantung pada jenis ikan. Jenis ikan tertentu yang sesuai dengan kondisi lingkungannya dapat bertumbuh dan berkembang. Sebaliknya, jika keadaan tidak sesuai akan menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. Temperatur air sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan ikan. Temperatur air yang tidak cocok, misalnya terlalu tingii atau terlalu rendah menyebabkan ikan tidak dapat bertumbuh dengan baik. Temperatur yang cocok untuk pertumbuhan ikan adalah berkisar antara 15℃ - 30℃ dan perbedaan suhu antara siang dan malam kurang dari 5℃. perubahan suhu mendadak berpengaruh buruk pada kehidupan ikan karena ikan tidak dapat hidup dengan baik pada suhu yang terlalu dingin atau terlalu panas (Bambang 2000). Rata-rata suhu pada bak ikan lele yaitu 25℃ sedangkan pada bak udang vaname yaitu 24℃, yang mana temperatur pada bak ikan ini masih terbilang normal. Derajat keasaman air dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Derajat keasaman air yang sangat rendah atau sangat assam dapat menyebabkan kematian ikan dengan gejala gerakannya tidak teratur, tutup insang bergerak sangta aktif, dan berenang sangta cepat pada permukaan air. Keadaan air yang sangat basa juga dapat menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Kisaran derajat keasaman air yang cocok untuk budidaya ikan lele adalah 6,0 - 8,0 . Perairan yang asam juga sangat berpengaruh terhadap nafsu makan ikan (selera makan berkurang) (Saputri 2014). Rata-rata derajat keasaman pada bak ikan lele dan udang vaname yaitu 6,0 - 7,0, yang mana temperatur pada bak ikan ini masih terbilang normal. Oksigen sangat diperlukan untuk pernapasan dan metabolisme ikan serta jasad-jasad renik dalam air. Kandungan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ikan dan biota lainnya dapat menyebabkan penurunan daya hidup ikan. Kandungan oksigen terlarut dalan air cocok untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan lele sebesar 5ppm. Pengaliran air yang baik dan permukaan kolam yang selalu terbuka dapat meningkatkan kadar oksigen dalam air. Peningkatan nilai kandungan oksigen dapat ditingkatkan dengan aerator. Rata- rata oksigen pada bak ikan lele dan bak udang vaname yaitu 3,5 - 4,3 mg/dl,yang mana temperatur pada bak ikan ini masih terbilang normal. Filter merupakan seperangkat alat yang berfungsi untuk menyaring atau memilah benda-benda tertentu dan melewatkan benda-benda lainnya (Aquatic 2003). Secara umum perbedaan yang mendasar antara proses filtrasi biasa dengan filtrasi pada akuarium terjadi berulang kali dan terlihat seolah air tidak akan pernah jernih.hal ini yang menyebabkan sistem filtrasi pada akuarium cukup rumit (Aquatica 2003). Terdapat beberapa terminologi dari efektivitas air, diantaranya: 1) waktu retensi, yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk berada dalam filter (kisaran waktu yang memadai 2-10 menit), 2) waktu sirkulasi air, yaitu waktu yang diperlukan oleh air akuarium untuk bersirkualasi atau berputar kembali ke akuarium (kisaran waktu yang diharapkan 1-3 jam) dan 3) waktu “turn over”, yaitu waktu yang diperlukan agar seluruh air dalam akuarium melaluiu filter (kisaran waktu yang dikehendaki 10-12 jam). ketiga perhitungan terminologi filter tersebut dipengaruhi oleh: 1) volume filter efektif 2) volume akuarium efektif 3) debit air atau kapasitas pompa 4) koefisien filter (jika akurium memliki efektivitas 99,99% maka nilai koefisien filternya 2. jenis-jenis filter (Aquatica 2003): 1. Undergravel filter. Filter jenis ini memerlukan gravel (pecahan terumbu karang) sebagai media filter. Sangat efektif dalam menyaring kotoran karena memiliki permukaan yang sangat luas namun untuk pemaikan dalam waktu lama filter ini tidak efisien karena semua kotoran akan menumpuk pada permukaan filter sehingga filter akan tersumbat. Sebaiknya penyedotan kotoran yang menyumbat secara berkala. 2. Internal filter. Filter ini biasa digunakan pada akuarium yang berukuran kecil. Karena kapasitasnya sangat terbatas, filter ini jarang digunakan pada akuarium yang berukuran besar karena kotoran akan cepat menyumbat saluran filter. 3. External filter. Filter ini ditempatkan diluar akuarium, menggunakan jenis gravel yang berbeda-beda. Gravel yang digunakan berfungsi sebagai media filtrasi biologi, sehingga filter dapat mereduksi sebagian partikel anorganik terlarut seperti amonia dan nitrit. 4. Filter gantung. Filter ini diletakkan di atas akuarum, penempatannya dapat menghalangi cahaya yang masuk ke dalam akuarium, sehingga akan mengganggu sistem akuarium secara keseluruhan. 5. Wet/dry system. Sistem ini bekerja atas dasar pandangan bahwa keberadaan bakteri pengurai amonia sangat baik dalam air yang memiliki kandungan oksigen tinggi.kelemahan sistem ini yaitu dapat mengurangi kandungan CO2 dalam air. Jenis filter yang digunakan pada akuarium yang berisi ikan laut yaitu external filter, karena menggunakan gravel untuk menyaring kotoran air dan filtrasi yang ditempatkan di luar akuarium. Fungsi filter sebagai penyaring disebut juga fungsi mekanik yaitu menyedot air aquarium lalu menyaringnya di dalam spons atau busa sehingga Air aquarium akan menjadi bersih. Fungsi filter sebagai pengurai atau fungsi biologikal yaitu sebagai mediator bagi bakteri pengurai ini berguna untuk ikan karena dapat mengubah amonia dan nitrat menjadi tidak berbahaya. Filter berfungsi sebagi penyerap cara kerja dalam proses ini yaitu filter menyerap dan menghilangkan zat-zat kimiawi yang berbahaya pada ikan.