EISSN:2549-1407
Abstrak: Abstrak terdiri 200 – 300 kata berisi penjelasan umum isi paper. Penulis
disarankan mengikuti stuktur abstrak yang terdiri dari (1) Latar belakang penelitian:
Alasan tujuan penelitian; (2) Metode: Gambaran metode penelitian dan hasil yang akan
diperoleh; (3) Results: hasil utama dari penelitian; (4) Conclusions: jawaban atas tujuan
penelitian. Abstrak berisi ringkasanß yang mewakili keseluruhan isi.
1. Pendahuluan
Jumlah penduduk di dunia yang semakin bertambah setiap harinya membuat
kebutuhan akan pangan juga terus meningkat. Namun ketersediaan bahan
pangan seringkali mengalami gangguan berupa menurunnya kualitas bahan hasil
pertanian. Pangan menjadi kebutuhan primer bagi kehidupan manusia yang
sangat penting untuk dipenuhi. Kebutuhan manusia akan pangan dapat berasal
dari beragam bahan pokok, contohnya buah. Tomat dan buah-buahan lainnya
kaya akan vitamin. Keberadaan tomat sangat penting bagi kehidupan manusia,
karena hampir setiap orang mengkonsumsi tomat baik secara langsung maupun
sebagai campuran kuliner (Mugiyanto & Nugroho 2000). Tomat (Solanum
lycopersicum L) merupakan jenis sayuran dengan peningkatan produksi 891,616
ribu ton per tahun, yang mengandung antioksidan yang cukup tinggi (Handrian et
al 2013). Tomat mengandung likopen dan flavonoid. Lycopene memiliki banyak
manfaat, seperti meningkatkan aktivitas antioksidan dan berperan dalam proses
non-oksidatif. Selain dimanfaatkan sebagai campuran bahan masakan, tomat
juga memiliki nilai jual. Contoh dari nilai jual tomat ini yaitu dijadikan sebagai
bahan utama pembuatan saos tomat dan produk olahan lainnya. Seiring
berjalannya waktu, kondisi lingkungan yang terganggu dapat mempengaruhi
proses tumbuhnya tomat. Hasil yang diperoleh dari tomat mungkin mengalami
penurunan seperti terserang hama yang menjadikan kualitas buah buruk, tekstur
terlalu berair, banyak buah yang busuk, dan masih banyak lagi (Junaeni 2019).
Pertanian organik adalah sistem pertanian yang ramah lingkungan dengan
mengandalkan pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak, sisa tanaman,
atau kotoran manusia. Pertanian organik mengupayakan keberlanjutan dengan
mempromosikan pengendalian hama secara alami dan meminimalkan
pencemaran lingkungan dari pestisida sintetis dan antibiotik (Serio et al. 2018).
Namun, dalam pertanian organik, nutrisi yang diberikan dari pupuk organik hanya
dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah penguraian dan mineralisasi bahan
organik dari pelepasan nutrisi yang tersedia bagi tanaman, seperti nitrogen dan
JSIL | Penulis dkk: Judul singkat (1 baris) 2
fosfor. Telah dilaporkan bahwa hanya 35%, dari nitrogen yang tersedia bagi
tanaman yang dapat dilepaskan dari pupuk kandang sapi, babi, dan ayam di
lahan pertanian selama 6 bulan (Pan et al. 2018). Akibatnya, produksi tanaman
dalam pertanian organik 25% lebih rendah ketimbang pertanian konvensional
yang menggunakan pupuk kimia. Pelepasan hara mineral yang lambat dari pupuk
organik telah menjadi faktor pembatas utama hasil panen. Mineralisasi didorong
oleh proses biodegradasi mikroba di mana oksigen sangat penting untuk
meningkatkan tingkat biodekomposisi (Seufert et al. 2012). Kandungan oksigen
tanah dalam pertanian tradisional berasal dari difusi udara, yang terbatas,
terutama di lapisan tanah yang dalam. Dengan demikian, sebuah metode yang
tepat untuk memberikan oksigen yang cukup ke dalam tanah sangat penting
untuk meningkatkan aktivitas mikroba. Penerapan aerasi ke lahan pertanian
melalui sistem irigasi tetes telah digunakan untuk untuk menyalurkan oksigen ke
zona perakaran tanaman.
2. Metode
Penelitian dilakukan melalui studi literatur pada jurnal yang membahas mengenai nanoteknologi
pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat.
Gambar 3. 1a) Ukuran dan distribusi gelembung berskala nano dalam aerasi tradisional 1b)Ukuran
dan distribusi gelembung berskala nano dalam aerasi NBs
Sumber : Wu et al. 2019
Penelitian Wu et al. 2019 menjelaskan bahwa air aerasi yang disiapkan untuk irigasi dianalisis
dalam instrumen analisis pelacakan nanopartikel untuk mendeteksi ukuran dan distribusi gelembung
nano (Gambar 1). Pada aerasi tradisional, konsentrasi gelembung (<1000 nm) sebesar 4,1 × 107
partikel / mL (Gambar 1a). Pada aerasi menggunakan nanobuble, konsentrasi jumlah gelembungnya
sebesar satu kali lipat lebih tinggi (7,5 × 108 partikel / mL) daripada penggunaan aerasi tradisional
(Gambar 1b).
Gambar 3. 3 Pengaruh oksidasi terhadap nutrisi yang tersedia bagi tanaman a) nitrogen b) fosfor c)
karbon organik terlarut (DOC) d) karbon biomassa mikroba (MBC)
Keterangan:
Control : variabel kontrol
AW : aerated water
NB : Nanobubbles
Sumber : Wu et al. 2019
JSIL | Penulis dkk: Judul singkat (1 baris) 4
Pada setiap perlakuan terjadi kenaikan total N yang tersedia bagi tanaman (NH4+ + NO3-)
sebesar 38 mg / kg menjadi 50, 56, dan 66 mg / kg pada hari ke-28 (Gambar 3a). Dibandingkan
dengan kelompok kontrol, peningkatan 12% dan 32% total N terjadi pada kelompok perlakuan AW dan
NB. Konsentrasi NO3- lebih tinggi secara signifikan di dalam tanah dan merupakan kontribusi utama
untuk peningkatan kandungan N total. Kandungan nutrisi fosfor terdeteksi di semua perlakuan selama
percobaan, di mana tanah dari kelompok perlakuan NB mengandung konsentrasi fosfor yang lebih
tinggi secara signifikan sebesar (5,9 mg/kg), diikuti oleh perlakuan AW (4,9 mg/kg) dan kelompok
kontrol (4,4 mg/kg) (Gambar 3). Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam konsentrasi karbon
organik terlarut (DOC, Gambar 3c; kisaran 67,0-79,5 g/kg) yang ditemukan pada tiga kelompok pada
akhir (hari ke-28) inkubasi. Jumlah karbon biomassa mikroba (MBC) secara signifikan dipengaruhi oleh
perlakuan oksidasi (Gambar 3). Pada kelompok perlakuan AW dan NB, konsentrasi MBC secara
signifikan lebih tinggi terhadap kontrol.
Aktivitas Enzim Tanah
Gambar 3. 4 Pengaruh oksidasi terhadap aktivitas enzim tanah: (a) β-1,4-N-asetil-glukosaminidase, (b)
fosfatase, (c) α-1,4-glukosidase, (d) β-1,4- xilosidase, (e) peroksidase, dan (f) fenol oksidase.
Sumber : Wu et al. 2019
Aktivitas enzim tanah dianalisis untuk memahami mekanisme mineralisasi unsur hara. Keenam
enzim menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi pada sampel tanah dari kelompok perlakuan aerasi (AW
atau NB) (Gambar 3.4). Aktivitas enzim yang berhubungan dengan mineralisasi N, β-1,4-N-asetil
glukosaminidase , dan enzim yang berhubungan dengan mineralisasi P, fosfatase, secara signifikan lebih
tinggi pada perlakuan aerasi dibandingkan dengan kontrol. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok irigasi NB dan AW dalam aktivitas enzim, meskipun untuk kedua aktivitas enzim lebih tinggi dari
pada perlakuan kontrol. Untuk enzim yang berhubungan dengan siklus karbon, perlakuan oksidasi sedikit
meningkatkan aktivitas α-1,4-glukosidase, β-1,4-xylosidase, dan fenol oksidase dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Baik perlakuan AW dan NB secara signifikan meningkatkan aktivitas enzim peroksidase
dibandingkan dengan sampel kontrol.
JSIL | Penulis dkk: Judul singkat (1 baris) 5
Gambar 3. 5. Pertumbuhan tanaman tomat, (a) dimensi batang dan (b) tinggi tanaman, dan (c, d) hasil
biomassa tomat pada akhir percobaan kolom tanah.
Sumber : Wu et al. 2019
Aerasi tanah baik dari perlakuan AW maupun NB secara signifikan meningkatkan pertumbuhan
tomat yang diukur dengan peningkatan diameter batang (Gambar 3.5) dan tinggi tanaman (Gambar 3.5)
pada tahap awal pertumbuhan tanaman pada hari ke 15 dan 30. Namun, pada hari ke-45, tidak terjadi
perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok perlakuan AW dan NB dibandingkan dengan kelompok
kontrol (Gambar 3.5). Biomassa tomat dari kelompok oksidasi NB menghasilkan nilai yang signifikan lebih
tinggi (sekitar 547 g/tanaman) dibandingkan dengan kelompok kontrol (sekitar 447 g/tanaman). tanaman)
dari kelompok kontrol, peningkatan sekitar 22% (Gambar 4 c dan d). (Gambar3.5). Hasil panen tomat dari
perlakuan oksigenasi AW adalah sekitar 523 g / tanaman, atau 17% lebih tinggi ketimbang perlakuan
kontrol.
Gambar 3.6 Pengaruh NBO2 terhadap struktur tanah dan kandungan C organik.
Sumber: Chen et al. 2023
Penelitian Chen et al. 2023 melaporkan bahwa struktur tanah di bawah perlakuan NBO2 dan CK
divisualisasikan dari profil penampang melintang dan memanjang bahwa tanah yang diberi perlakuan
irigasi oksigenasi gelembung nano memiliki pori-pori yang lebih halus. Perbandingan lebih lanjut dari
proporsi jumlah jenis tanah yang berbeda menunjukkan bahwa NBO2 memiliki efek yang signifikan pada
pori-pori tanah dibandingkan dengan kontrol, jumlah pori-pori tanah <30 µm pada perlakuan NBO2 atau
JSIL | Penulis dkk: Judul singkat (1 baris) 7
meningkat sebesar 12,6%. NBO2 meningkatkan permeabilitas tanah dan volume pori total sebesar 35,1%
dan 43,1% dibandingkan dengan CK (kontrol). Dalam hal agregat, diameter berat rata-rata berkurang
15,5% pada perlakuan NBO2, dan proporsi gradasi agregat berbeda secara signifikan antar perlakuan.
Pada perlakuan NBO2 proporsi agregat makro dan agregat mikro menurun masing-masing sebesar 60,6%
dan 2,1%, dibandingkan dengan CK, sedangkan proporsi mesoagregat meningkat sebesar 40,1%.
Dibandingkan dengan CK, perlakuan NBO2 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap SOC (Total
Karbon Organik Tanah), DOC (Karbon Organik Terlarut), dan ROC (C Organik yang Mudah Teroksidasi),
dengan rata-rata penurunan sebesar 17,2%, 21,2%, dan 8,4%.
Irigasi tetes dengan nanobubble mengubah struktur tanah dan berdampak pada peningkatan hasil
dan kualitas tanaman. Perubahan-perubahan ini terjadi pada struktur tanah melalui perubahan
keanekaragaman dan komposisi komunitas bakteri, serta kandungan dan ketersediaan C organik tanah.
Penurunan kandungan karbon organik tanah irigasi tetes dengan nanobuble dikaitkan dengan peningkatan
keanekaragaman bakteri. Perbaikan struktur tanah akibat dari irigasi dengan nanobubble menciptakan
perubahan keanekaragaman dan komposisi mikroba sehingga dapat meningkatkan hasil panen yang lebih
besar pada tanaman tomat.
Pengaruh Suhu terhadap Nanobubles (NBs)
peningkatan hasil, biaya peralatan dan implementasi awal mungkin menjadi hambatan bagi petani atau
peternak dengan modal terbatas.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis studi literatur yang telah dilakukan, penerapan teknologi nanobubles pada
irigasi tanaman tomat dapat meningkatkan kualitas serta kuantitas hasil panen. Hal tersebut dikarenakan
teknologi nanobubles dapat meningkatkan kandungan oksigen pada tanah sehingga akan memicu
peningkatan aktivitas mikrob tanah dalam mendekomposisi senyawa organik atau nutrisi yang akan
diserap oleh tanaman. Aerasi dengan teknologi nanobuble mempengaruhi konsentrasi nutrisi dalam tanah
dimana terjadi peningkatan kandungan nitrogen, fosfor dan karbon pada tanah dengan aerasi nanobuble.
Peningkatan penyerapan nutrisi berupa senyawa organik dalam tanah akan menginduksi hormon dan gen
pertumbuhan pada tanaman. Kualitas peningkatan hasil panen pada tanaman tomat dengan perlakuan
NBs ditunjukkan dengan tingginya kandungan gula dan vitamin c yang terkandung. Penerapan teknologi
nanobuble di Indonesia sudah dilakukan pada produksi bawang putih di Kabupaten Tegal dan
mendapatkan respon yang positif berupa peningkatan kualitas panen. Namun tingginya biaya investasi
membuat teknologi ini sulit di aplikasikan secara luas tanpa adanya bantuan dari pemerintah.
Daftar Pustaka
Baram S , Weinstein M, Evans J, Berezkin A, Sade Y, Ben-Hur M, Bernstein N, Mamane H. 2022. Drip
irrigation with nanobubble oxygenated treated wastewater improves soil aeration, Journal Scientia
Horticulturae.29 (1): 5 - 6.
Chang G, Xing, Zhang Z, Yang X, Liu, and Gui X. 2020. Effect of NanobubblesMetamorfosa on the
Flotation Performance of Oxidized Coal, ACS Omega
Chen W, Bastida F, Liu Y, He J, Song P, Kuang N, Li Y. 2023. Nanobubble oxygenated increases crop
production via soil structure improvement: The perspective of microbially mediated effects. Journal
of Agricultural Water Management. 282(1): 2 - 5.
Dufil G I, Bernacka-Wojcik A, Armada- Moreira, and E. Stavrinidou. 2022. Plant Bioelectronics and
Biohybrids: The Growing Contribution of Organic Electronic and Carbon-Based Materials.Chem.Rev.
Hamamoto S, Takemura T, Kenichiro S, Nishimura T. 2017. Effects of pH on nano-bubble stability and
transport in saturated porous media. Journal of Contaminant Hydrology. 2 (1): 5.
Handrian, R. G., Meiriani, & Haryati. 2013. Peningkatan Kadar Vitamin C Buah Tomat (Lycopersicum
esculentum MILL.) Dataran Rendah dengan Pemberian Hormon GA3). Jurnal Online
Agroekoteknologi. 2(1): 333-339.
He J, Liu Y, Wang T , Chen W, Liu B, Zhou and Li Y. 2022. Effects of nanobubble in subsurface drip
irrigation on the yield, quality, irrigation water use efficiency and nitrogen partial productivity of
watermelon and muskmelon. Journal Int. Agrophys. 36(1): 163-171.
Junaeni, Mahati, E., & Maharani, N. 2019. Ekstrak Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) Menurunkan
Kadar Glutation Darah Tikus Wistar Hiperurisemia. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 8(1): 758-767.
Li M, Ma X, Eisener J, Pfeiffer P, Ohl C D, & Sun C. 2021. How bulk nanobubbles are stable over a wide
range of temperatures. Journal of Colloid and Interface Science. 596:184–198.
Lyu T, Wu S, Mortimer R J, Pan G. 2019. Nanobubble Technology in Environmental Engineering:
Revolutionization Potential and Challenges. Journal Environ. Sci. Technol. 53 (13): 7175−7176.
Mugiyanto & Nugroho H. 2020. Budidaya Tomat. Jambi: Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi
Pertanian Kotabaru Jambi Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Pan G, Lyu T, Mortimer R. 2018. Comment: Closing phosphorus cycle from natural waters: re-capturing
phosphorus through an integrated water-energy-food strategy. J. Environ. Sci. 65(1): 375 − 376.
Serio F; Miglietta P P, LamastraL, Ficocelli S, Intini F, De Leo F, De Donno A.2018. Groundwater nitrate
contamination and agricultural land use: A grey water footprint perspective in Southern Apulia
Region (Italy). Journal Sci. Total Environ. 645(1): 1425−1431.
Seufert V, Ramankutty N, Foley J. A.2012. Comparing the yields of organic and conventional agriculture.
Jurnal of Nature. 485(1): 229.
Ulatowski K P, Sobieszuk A. Mroz T, Ciach. 2019. Stability of Nanobubbles Generated in Water Using
Porous Membrane System. Journal of Chemical Engineering & Processing. 136(1): 62-71.
JSIL | Penulis dkk: Judul singkat (1 baris) 9
Wang J, Shen J, Gu M, Wang J, Cheng T, Pan H, and Zhang Q. 2017. Leaf Coloration and
Photosynthetic Characteristics of Hybrids between Forsythia “Courtaneur” and Forsythia koreana
“Suwon Gold”. Journal Horticulture Science 52(12): 1661-1667.