Anda di halaman 1dari 11

(Literature Review) “Penerapan Teknologi Agri-Nanoteknologi

Menggunakan Nanobubble (NBs) pada Peningkatan Pertumbuhan dan


Produktivitas Tanaman Tomat”
Muhammad Imany Romadhon
F4501231002
BAB 1
Pendahuluan
Jumlah penduduk di dunia yang semakin bertambah setiap harinya membuat
kebutuhan akan pangan juga terus meningkat. Namun ketersediaan bahan pangan
seringkali mengalami gangguan berupa menurunnya kualitas bahan hasil pertanian.
Pangan menjadi kebutuhan primer bagi kehidupan manusia yang sangat penting untuk
dipenuhi. Kebutuhan manusia akan pangan dapat berasal dari beragam bahan pokok,
contohnya buah. Tomat dan buah-buahan lainnya kaya akan vitamin. Keberadaan
tomat sangat penting bagi kehidupan manusia, karena hampir setiap orang
mengkonsumsi tomat baik secara langsung maupun sebagai campuran kuliner
(Mugiyanto & Nugroho 2000). Tomat (Solanum lycopersicum L) merupakan jenis
sayuran dengan peningkatan produksi 891,616 ribu ton per tahun, yang mengandung
antioksidan yang cukup tinggi (Handrian et al 2013). Tomat mengandung likopen
dan flavonoid. Lycopene memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan aktivitas
antioksidan dan berperan dalam proses non-oksidatif. Selain dimanfaatkan sebagai
campuran bahan masakan, tomat juga memiliki nilai jual. Contoh dari nilai jual tomat
ini yaitu dijadikan sebagai bahan utama pembuatan saos tomat dan produk olahan
lainnya. Seiring berjalannya waktu, kondisi lingkungan yang terganggu dapat
mempengaruhi proses tumbuhnya tomat. Hasil yang diperoleh dari tomat mungkin
mengalami penurunan seperti terserang hama yang menjadikan kualitas buah buruk,
tekstur terlalu berair, banyak buah yang busuk, dan masih banyak lagi (Junaeni 2019).
Pertanian organik adalah sistem pertanian yang ramah lingkungan dengan
mengandalkan pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak, sisa tanaman, atau
kotoran manusia. Pertanian organik mengupayakan keberlanjutan dengan
mempromosikan pengendalian hama secara alami dan meminimalkan pencemaran
lingkungan dari pestisida sintetis dan antibiotik (Serio et al. 2018). Namun, dalam
pertanian organik, nutrisi yang diberikan dari pupuk organik hanya dapat
dimanfaatkan oleh tanaman setelah penguraian dan mineralisasi bahan organik dari
pelepasan nutrisi yang tersedia bagi tanaman, seperti nitrogen dan fosfor. Telah
dilaporkan bahwa hanya 35%, dari nitrogen yang tersedia bagi tanaman yang dapat
dilepaskan dari pupuk kandang sapi, babi, dan ayam di lahan pertanian selama 6 bulan
(Pan et al. 2018). Akibatnya, produksi tanaman dalam pertanian organik 25% lebih
rendah ketimbang pertanian konvensional yang menggunakan pupuk kimia. Pelepasan
hara mineral yang lambat dari pupuk organik telah menjadi faktor pembatas utama
hasil panen. Mineralisasi didorong oleh proses biodegradasi mikroba di mana oksigen
sangat penting untuk meningkatkan tingkat biodekomposisi (Seufert et al. 2012).
Kandungan oksigen tanah dalam pertanian tradisional berasal dari difusi udara, yang
terbatas, terutama di lapisan tanah yang dalam. Dengan demikian, sebuah metode
yang tepat untuk memberikan oksigen yang cukup ke dalam tanah sangat penting
untuk meningkatkan aktivitas mikroba. Penerapan aerasi ke lahan pertanian melalui
sistem irigasi tetes telah digunakan untuk untuk menyalurkan oksigen ke zona
perakaran tanaman.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pendekatan ini tidak hanya dapat


meningkatkan hasil panen tetapi juga meningkatkan kualitas nutrisi buah. Untuk
meningkatkan efisiensi oksigenasi tanah, pompa aerasi telah ditingkatkan dari pompa
udara biasa dan penyebar gelembung halus menjadi injektor venturi. Tujuan utama
dari pengembangan teknik ini adalah untuk mengirimkan gelembung udara berukuran
lebih kecil ke dalam air irigasi dan untuk meningkatkan efisiensi pelarutan oksigen.
Baru-baru ini, teknologi gelembung nano telah menarik perhatian karena
karakteristik kelarutan gas yang tinggi dan panjang pada masa pakai oksigen dalam
cairan. Campuran mikro dan gelembung nano telah digunakan untuk oksidasi dalam
irigasi tetes dalam penghematan air dan untuk meningkatkan hasil panen sayuran. Air
gelembung nano yang digunakan untuk irigasi, telah terbukti meningkatkan hasil
perkecambahan biji, dan biomassa pertumbuhan pada tanaman selada (Lyu et al.
2019).

BAB 2
Metode
Penelitian dilakukan melalui studi literatur pada jurnal yang membahas
mengenai nanoteknologi pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat.

BAB 3
Hasil dan Pembahasan
Nanobubbles (NBs) pada Pertanian
Nanobubbles (NBs) adalah salah satu contoh teknologi nano. NBs dapat diisi
dengan gas yang dibutuhkan oleh tanaman, seperti O2, CO2, N2 dan lain-lain.
Menurut Chang, et al. (2020), NBs merupakan rongga gas dengan radius kurang lebih
puluhan hingga ratusan nanometer. Penelitian tentang NBs juga dilakukan oleh
Ulatowski, et al. (2019), yang menyebutkan bahwa NBs dapat distabilkan ketika
cairan di sekitarnya jenuh dengan gas. Jika terjadi supersaturasi, gelembung mudah
terbentuk dan gas di dalamnya berada dalam kesetimbangan dengan gas terlarut
dalam cairan. Teori menarik lainnya didasarkan pada model numerik yang
menyatakan bahwa adanya bahan hidrofobik yang teradsorpsi pada bagian permukaan
gelembung nano dapat menstabilkan gelembung dengan memastikan keseimbangan
dinamis antara arus massa masuk dan keluar. Beberapa sifat penting NBs adalah
memiliki waktu yang lama dalam larutan, area spesifik yang luas, tekanan internal gas
yang tinggi, permukaan bermuatan dan stabilitas yang sangat baik (Ahmed et al.
2017). Penerapan NBs pada tanaman sudah mulai dilakukan, untuk mengatasi
permasalahan atau digunakan sesuai kebutuhan. Wang et al. (2021) menggunakan
NBs pada tanaman padi. Pada penelitian He et al (2022), NBs digunakan untuk
tanaman semangka dan melon. Hasil penelitian tersebut menunjukkan dapat
mengurangi jumlah irigasi atau pemupukan sebesar 20%, tidak berdampak negatif
pada tanaman yang diuji tetapi terjadi peningkatan kualitas hasil.
Distribusi Gelembung Nano di Perairan Beroksigen.

Gambar 3. 1a)
Ukuran dan distribusi gelembung berskala nano dalam aerasi tradisional
1b)Ukuran dan distribusi gelembung berskala nano dalam aerasi NBs
Sumber : Wu et al. 2019
Penelitian Wu et al. 2019 menjelaskan bahwa air aerasi yang disiapkan untuk
irigasi dianalisis dalam instrumen analisis pelacakan nanopartikel untuk mendeteksi
ukuran dan distribusi gelembung nano (Gambar 1). Pada aerasi tradisional,
konsentrasi gelembung (<1000 nm) sebesar 4,1 × 107 partikel / mL (Gambar 1a).
Pada aerasi menggunakan nanobuble, konsentrasi jumlah gelembungnya sebesar satu
kali lipat lebih tinggi (7,5 × 108 partikel / mL) daripada penggunaan aerasi tradisional
(Gambar 1b).
Pengaruh Aerasi terhadap Ketersediaan Nutrisi

Gambar 3. 2 Pengaruh oksidasi terhadap nutrisi yang tersedia bagi tanaman a)


nitrogen b) fosfor c) karbon organik terlarut (DOC) d) karbon biomassa mikroba
(MBC)
Keterangan:
Control : variabel kontrol
AW : aerated water
NB : Nanobubbles
Sumber : Wu et al. 2019
Pada setiap perlakuan terjadi kenaikan total N yang tersedia bagi tanaman
(NH4+ + NO3-) sebesar 38 mg / kg menjadi 50, 56, dan 66 mg / kg pada hari ke-28
(Gambar 3a). Dibandingkan dengan kelompok kontrol, peningkatan 12% dan 32%
total N terjadi pada kelompok perlakuan AW dan NB. Konsentrasi NO3- lebih tinggi
secara signifikan di dalam tanah dan merupakan kontribusi utama untuk peningkatan
kandungan N total. Kandungan nutrisi fosfor terdeteksi di semua perlakuan selama
percobaan, di mana tanah dari kelompok perlakuan NB mengandung konsentrasi
fosfor yang lebih tinggi secara signifikan sebesar (5,9 mg/kg), diikuti oleh perlakuan
AW (4,9 mg/kg) dan kelompok kontrol (4,4 mg/kg) (Gambar 3). Tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam konsentrasi karbon organik terlarut (DOC, Gambar 3c; kisaran
67,0-79,5 g/kg) yang ditemukan pada tiga kelompok pada akhir (hari ke-28) inkubasi.
Jumlah karbon biomassa mikroba (MBC) secara signifikan dipengaruhi oleh
perlakuan oksidasi (Gambar 3). Pada kelompok perlakuan AW dan NB, konsentrasi
MBC secara signifikan lebih tinggi terhadap kontrol.
Aktivitas Enzim Tanah

Gambar 3. 3 Pengaruh oksidasi terhadap aktivitas enzim tanah: (a) β-1,4-N-asetil-


glukosaminidase, (b) fosfatase, (c) α-1,4-glukosidase, (d) β-1,4- xilosidase, (e)
peroksidase, dan (f) fenol oksidase.
Sumber : Wu et al. 2019
Aktivitas enzim tanah dianalisis untuk memahami mekanisme mineralisasi
unsur hara. Keenam enzim menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi pada sampel
tanah dari kelompok perlakuan aerasi (AW atau NB) (Gambar 3.4). Aktivitas enzim
yang berhubungan dengan mineralisasi N, β-1,4-N-asetil glukosaminidase , dan enzim
yang berhubungan dengan mineralisasi P, fosfatase, secara signifikan lebih tinggi
pada perlakuan aerasi dibandingkan dengan kontrol. Tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kelompok irigasi NB dan AW dalam aktivitas enzim, meskipun
untuk kedua aktivitas enzim lebih tinggi dari pada perlakuan kontrol. Untuk enzim
yang berhubungan dengan siklus karbon, perlakuan oksidasi sedikit meningkatkan
aktivitas α-1,4-glukosidase, β-1,4-xylosidase, dan fenol oksidase dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Baik perlakuan AW dan NB secara signifikan
meningkatkan aktivitas enzim peroksidase dibandingkan dengan sampel kontrol.
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Tomat dengan Perlakuan Aerasi
Gambar 3. 4. Pertumbuhan tanaman tomat, (a) dimensi batang dan (b) tinggi tanaman,
dan (c, d) hasil biomassa tomat pada akhir percobaan kolom tanah.
Sumber : Wu et al. 2019
Aerasi tanah baik dari perlakuan AW maupun NB secara signifikan
meningkatkan pertumbuhan tomat yang diukur dengan peningkatan diameter batang
(Gambar 3.5) dan tinggi tanaman (Gambar 3.5) pada tahap awal pertumbuhan
tanaman pada hari ke 15 dan 30. Namun, pada hari ke-45, tidak terjadi perbedaan
yang signifikan pada kedua kelompok perlakuan AW dan NB dibandingkan dengan
kelompok kontrol (Gambar 3.5). Biomassa tomat dari kelompok oksidasi NB
menghasilkan nilai yang signifikan lebih tinggi (sekitar 547 g/tanaman) dibandingkan
dengan kelompok kontrol (sekitar 447 g/tanaman). tanaman) dari kelompok kontrol,
peningkatan sekitar 22% (Gambar 4 c dan d). (Gambar3.5). Hasil panen tomat dari
perlakuan oksigenasi AW adalah sekitar 523 g / tanaman, atau 17% lebih tinggi
ketimbang perlakuan kontrol.
Pengaruh NBs Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kinerja fotosintesis merupakan faktor penting yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, dan tanaman dengan kapasitas fotosintesis yang kuat dapat
mengakumulasi lebih banyak fotosintat untuk pertumbuhan. Secara umum
pertumbuhan tanaman berdaun kuning biasanya lebih lemah dan lebih kecil
dibandingkan dengan tanaman berdaun hijau. Fotosintesis erat kaitannya dengan
akumulasi bahan organik tanaman, yang secara langsung akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman (Wang et al, 2017) Induksi NBs efektif terhadap pertumbuhan
tanaman. Ukuran nanometer menyebabkan penyerapan gas yang dibawa lebih cepat
terserap, dan salah satu efeknya adalah menginduksi hormon dan gen.
Wang et al. (2021), juga menyatakan bahwa perlakukan NBs secara signifikan
meningkatkan hasil padi hampir 8% bila menggunakan tingkat pupuk yang sama
sebagai kontrol. Hasil yang sama seperti kontrol dicapai dengan pupuk sekitar 25%
lebih sedikit. Dampak pada hormon pertumbuhan dan gen penyerapan nutrisi dari
perlakuan NBs karena sifatnya hidrofobik dan muatan permukaan jenuh,
meningkatkan pelepasan dan penyerapan nutrisi tanah, sehingga mengurangi
kebutuhan pupuk.
Pertumbuhan tanaman juga ditunjukkan dengan munculnya tunas dan akar
baru. Akar baru sangat diperlukan dalam pertumbuhan tanaman, setelah aklimatisasi.
Menurut Dufil et al., (2022), tanaman tumbuh sepanjang hidup mereka, pertumbuhan
dimulai pada meristem yang terdiri dari stem sel yang mampu berdiferensiasi menjadi
berbagai sel. Meristem apikal didasarkan pada ujung pucuk dan akar, sehingga akar
dapat menjangkau area yang lebih luas untuk mencari air. Sedangkan bagian
fotosintesis dapat mencapai cahaya lebih efektif.

Aplikasi Oxygenated Nanobubles pada Kadar Oksigen dan pH


Pada penelitian Baram et al. 2022 menunjukkan bahwa pengaruh TWW (air
limbah yang diberikan oksigenasi nanobubles) memilliki pH yang tertinggi ketimbang
perlakuan lainnya. Penambahan ONB (Oxygenated NanoBubles) meningkatkan
konsentrasi oksigen terlarut (O2) dalam air irigasi. Irigasi tetes permukaan dan dalam
permukaan dengan ONB-TWW dapat meningkatkan ketersediaan O2 di rizosfer
selada yang ditanam di tanah liat dengan aerasi buruk dan tanah berpasir dengan
aerasi baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di kedua tanah, tetesan permukaan
dan dalam irigasi dengan ONB-TWW secara signifikan meningkatkan ketersediaan
O2 tanah serta meningkatkan kualitas fisik berupa kuantitas panen, massa, panjang
daun dan fisiologis tanaman. Di dalam tanah liat, ONB-TWW juga meningkatkan
kandungan klorofil dan karotenoid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik tetesan
permukaan dan dalam irigasi dengan ONB-TWW mungkin merupakan metode yang
hemat biaya untuk meringankan hipoksia jangka pendek. Pengaruh pH terhadap
stabilitas dan transportasi karakteristik NB(nanobubles) dalam media berpori jenuh
berhubungan lurus dimana semakin tinggi pH maka kinerja NB akan semakin lebih
signifikan demikian sebaliknya. NB pada pH yang lebih tinggi lebih stabil di dalam
air karena permukaan muatannya menjadi lebih negative (Hamamoto 2017).
Pengaruh Nanobubles pada Hasil Panen Tanaman Tomat
Penelitian Chen et al 2023 melaporkan bahwa hasil panen tomat berbeda
secara signifikan antara perlakuan Nanobubles (NBO2) dan kontrol. Rata-rata hasil
panen tomat pada perlakuan NBO2 adalah 58,51 t/hm2 lebih tinggi 19,66%
dibandingkan dengan pada perlakuan CK (kontrol). Perbedaan yang signifikan juga
terlihat pada kandungan vitamin C dan gula terlarut pada tanaman tomat. Kandungan
vitamin C dan gula terlarut pada perlakuan NBO2 meningkat masing-masing sebesar
26,5% dan 20,7%, sehingga lebih besar dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Pengaruh NBO2 terhadap struktur tanah dan kandungan C organik

Gambar 3.6 Pengaruh NBO2 terhadap struktur tanah dan kandungan C organik.
Sumber: Chen et al. 2023
Penelitian Chen et al. 2023 melaporkan bahwa struktur tanah di bawah
perlakuan NBO2 dan CK divisualisasikan dari profil penampang melintang dan
memanjang bahwa tanah yang diberi perlakuan irigasi oksigenasi gelembung nano
memiliki pori-pori yang lebih halus. Perbandingan lebih lanjut dari proporsi jumlah
jenis tanah yang berbeda menunjukkan bahwa NBO2 memiliki efek yang signifikan
pada pori-pori tanah dibandingkan dengan kontrol, jumlah pori-pori tanah <30 µm
pada perlakuan NBO2 atau meningkat sebesar 12,6%. NBO2 meningkatkan
permeabilitas tanah dan volume pori total sebesar 35,1% dan 43,1% dibandingkan
dengan CK (kontrol). Dalam hal agregat, diameter berat rata-rata berkurang 15,5%
pada perlakuan NBO2, dan proporsi gradasi agregat berbeda secara signifikan antar
perlakuan. Pada perlakuan NBO2 proporsi agregat makro dan agregat mikro menurun
masing-masing sebesar 60,6% dan 2,1%, dibandingkan dengan CK, sedangkan
proporsi mesoagregat meningkat sebesar 40,1%. Dibandingkan dengan CK, perlakuan
NBO2 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap SOC (Total Karbon Organik
Tanah), DOC (Karbon Organik Terlarut), dan ROC (C Organik yang Mudah
Teroksidasi), dengan rata-rata penurunan sebesar 17,2%, 21,2%, dan 8,4%.
Irigasi tetes dengan nanobubble mengubah struktur tanah dan berdampak pada
peningkatan hasil dan kualitas tanaman. Perubahan-perubahan ini terjadi pada struktur
tanah melalui perubahan keanekaragaman dan komposisi komunitas bakteri, serta
kandungan dan ketersediaan C organik tanah. Penurunan kandungan karbon organik
tanah irigasi tetes dengan nanobuble dikaitkan dengan peningkatan keanekaragaman
bakteri. Perbaikan struktur tanah akibat dari irigasi dengan nanobubble menciptakan
perubahan keanekaragaman dan komposisi mikroba sehingga dapat meningkatkan
hasil panen yang lebih besar pada tanaman tomat.
Pengaruh Suhu terhadap Nanobubles (NBs)

Gambar 3.7 Pengaruh suhu terhadap radius gelembung


Sumber: Li et al. 2021
Penelitian Li et al. 2021 menunjukkan bahwa dengan peningkatan suhu
berpengaruh terhadap besaran radius antar gelembung pada aerasi dengan teknologi
Nanobuble (NBs). Dengan peningkatan suhu dari 25 oC menjadi 40 oC menyebabkan
penyusutan radius gelembung dari 128 nm menjadi 66 nm. Namun setelah
pendinginan, gelembung - gelembung tersebut kembali tumbuh seperti keadaan
semula dengan kata lain gelembung nano dapat tumbuh dan menyusut secara
reversibel terhadap pengaruh suhu.
Penggunaan Nanobuble pada Pertanian di Indonesia
Di Indonesia saat ini sudah dilakukan pengembangan pertanian dengan
menggunaan teknologi nanobubles. Penerapan teknologi nanobubble dalam pertanian
di Indonesia telah menunjukkan hasil yang positif. Inovasi teknologi nanobubble telah
dikembangkan oleh IPB bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan
diaplikasikan di Desa Tuwel, Kabupaten Tegal. Saat ini, Provinsi Jawa Tengah
menyumbang produksi bawah putih tertinggi sebanyak 19.547 ton yang salah satunya
dari Kabupaten Tegal. Dalam implementasi inovasi teknologi nanobubble, petani di
Desa Tuwel dibantu oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan serta Bank
Indonesia Kabupaten Tegal. Hasil penerapan teknologi nanobuble menunjukkan
bahwa bawang putih dari Desa Tuwel memiliki kandungan gizi 15 kali lebih tinggi
dibandingkan bawang putih impor.
Menurut Prof Dr. Y Aris Purwanto, dosen fakultas teknologi pertanian IPB,
keunggulan inovasi nanobubble ini adalah mempercepat masa muncul umbi bawang
putih. Selama ini, petani harus menunggu lima hingga enam bulan supaya benih
bawang putih dapat ditanam. Sementara itu, dengan menggunakan teknologi
nanobubble hanya menunggu dua hingga tiga bulan. Saat gelembung nanobubble
diinjeksikan kedalam air, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) akan meningkat
karena ukuran gelembungnya yang sangat kecil. Tingginya kandungan oksigen di
dalam air nanobubble akan mempercepat proses germinasi, sehingga benih bawang
putih yang direndam dalam air tersebut akan lebih cepat tumbuh.
Salah satu kekurangan yang mungkin terjadi pada penerapan teknologi
nanobuble adalah terkait dengan biaya investasi awal yang diperlukan untuk
mengadopsi teknologi tersebut. Meskipun teknologi ini menjanjikan peningkatan
hasil, biaya peralatan dan implementasi awal mungkin menjadi hambatan bagi petani
atau peternak dengan modal terbatas.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis studi literatur yang telah dilakukan, penerapan teknologi
nanobubles pada irigasi tanaman tomat dapat meningkatkan kualitas serta kuantitas
hasil panen. Hal tersebut dikarenakan teknologi nanobubles dapat meningkatkan
kandungan oksigen pada tanah sehingga akan memicu peningkatan aktivitas mikrob
tanah dalam mendekomposisi senyawa organik atau nutrisi yang akan diserap oleh
tanaman. Aerasi dengan teknologi nanobuble mempengaruhi konsentrasi nutrisi
dalam tanah dimana terjadi peningkatan kandungan nitrogen, fosfor dan karbon pada
tanah dengan aerasi nanobuble. Peningkatan penyerapan nutrisi berupa senyawa
organik dalam tanah akan menginduksi hormon dan gen pertumbuhan pada tanaman.
Kualitas peningkatan hasil panen pada tanaman tomat dengan perlakuan NBs
ditunjukkan dengan tingginya kandungan gula dan vitamin c yang terkandung.
Penerapan teknologi nanobuble di Indonesia sudah dilakukan pada produksi bawang
putih di Kabupaten Tegal dan mendapatkan respon yang positif berupa peningkatan
kualitas panen. Namun tingginya biaya investasi membuat teknologi ini sulit di
aplikasikan secara luas tanpa adanya bantuan dari pemerintah.
Daftar Pustaka
Baram S , Weinstein M, Evans J, Berezkin A, Sade Y, Ben-Hur M, Bernstein N,
Mamane H. 2022. Drip irrigation with nanobubble oxygenated treated
wastewater improves soil aeration, Journal Scientia Horticulturae.29 (1): 5 -
6.
Chang G, Xing, Zhang Z, Yang X, Liu, and Gui X. 2020. Effect of
NanobubblesMetamorfosa on the Flotation Performance of Oxidized Coal,
ACS Omega
Chen W, Bastida F, Liu Y, He J, Song P, Kuang N, Li Y. 2023. Nanobubble
oxygenated increases crop production via soil structure improvement: The
perspective of microbially mediated effects. Journal of Agricultural Water
Management. 282(1): 2 - 5.
Dufil G I, Bernacka-Wojcik A, Armada- Moreira, and E. Stavrinidou. 2022. Plant
Bioelectronics and Biohybrids: The Growing Contribution of Organic
Electronic and Carbon-Based Materials.Chem.Rev.
Hamamoto S, Takemura T, Kenichiro S, Nishimura T. 2017. Effects of pH on nano-
bubble stability and transport in saturated porous media. Journal of
Contaminant Hydrology. 2 (1): 5.
Handrian, R. G., Meiriani, & Haryati. 2013. Peningkatan Kadar Vitamin C Buah
Tomat (Lycopersicum esculentum MILL.) Dataran Rendah dengan
Pemberian Hormon GA3). Jurnal Online Agroekoteknologi. 2(1): 333-339.
He J, Liu Y, Wang T , Chen W, Liu B, Zhou and Li Y. 2022. Effects of
nanobubble in subsurface drip irrigation on the yield, quality, irrigation water
use efficiency and nitrogen partial productivity of watermelon and
muskmelon. Journal Int. Agrophys. 36(1): 163-171.
Junaeni, Mahati, E., & Maharani, N. 2019. Ekstrak Tomat (Lycopersicon esculentum
Mill.) Menurunkan Kadar Glutation Darah Tikus Wistar Hiperurisemia.
Jurnal Kedokteran Diponegoro. 8(1): 758-767.
Li M, Ma X, Eisener J, Pfeiffer P, Ohl C D, & Sun C. 2021. How bulk nanobubbles
are stable over a wide range of temperatures. Journal of Colloid and Interface
Science. 596:184–198.
Lyu T, Wu S, Mortimer R J, Pan G. 2019. Nanobubble Technology in Environmental
Engineering: Revolutionization Potential and Challenges. Journal Environ.
Sci. Technol. 53 (13): 7175−7176.
Mugiyanto & Nugroho H. 2020. Budidaya Tomat. Jambi: Instalasi Penelitian Dan
Pengkajian Teknologi Pertanian Kotabaru Jambi Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Pan G, Lyu T, Mortimer R. 2018. Comment: Closing phosphorus cycle from natural
waters: re-capturing phosphorus through an integrated water-energy-food
strategy. J. Environ. Sci. 65(1): 375 − 376.
Serio F; Miglietta P P, LamastraL, Ficocelli S, Intini F, De Leo F, De Donno A.2018.
Groundwater nitrate contamination and agricultural land use: A grey water
footprint perspective in Southern Apulia Region (Italy). Journal Sci. Total
Environ. 645(1): 1425−1431.
Seufert V, Ramankutty N, Foley J. A.2012. Comparing the yields of organic and
conventional agriculture. Jurnal of Nature. 485(1): 229.
Ulatowski K P, Sobieszuk A. Mroz T, Ciach. 2019. Stability of Nanobubbles
Generated in Water Using Porous Membrane System. Journal of Chemical
Engineering & Processing. 136(1): 62-71.
Wang J, Shen J, Gu M, Wang J, Cheng T, Pan H, and Zhang Q. 2017. Leaf
Coloration and Photosynthetic Characteristics of Hybrids between Forsythia
“Courtaneur” and Forsythia koreana “Suwon Gold”. Journal Horticulture
Science 52(12): 1661-1667.

Anda mungkin juga menyukai