Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

TEKNOLOGI IRIGASI BERSELANG (INTERMITTEN


IRRIGATION) MAMPU MEREDUKSI GAS METAN DAN N2O
SAMPAI 30% DIBANDING IRIGASI TERUS MENERUS.
Diajukan untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Agroklimatologi.

Dosen Pengampu:
Dwi Erwin Kusbianto S.P., M.P.
Hasbi Mubarak Suud, S.TP.,
M.Si.

Oleh:
Golongan Q/Kelompok 5
Anisa Hairul Ummah 211510801002
Ela Amilia Putri 211510801011
Siti Muslihah 211510801029
M. Iqbal Malik A.N 211510801032
M. Syarif Hidayatullah 211510801038

PROGRAM STUDI ILMU PERTANIAN-PERKEBUNAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2023
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Irigasi berselang atau sering juga dengan intermitten irrigation merupakan
sebuah inovasi teknologi yang digunakan dalam sistem irigasi untuk memberikan
air kepada tanaman secara teratur dan terukur yaitu dengan pengaturan konndisi
lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian. Teknologi ini
bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan air, mengurangi limbah, dan
meningkatkan produktivitas pertanian. Pada umumnya, irigasi tradisional
dilakukan dengan memberikan air secara kontinu atau dalam jumlah yang tetap
pada suatu lahan. Namun, dengan adanya perkembangan teknologi, metode irigasi
berselang menjadi lebih populer karena memiliki beberapa keunggulan. Salah satu
keunggulan utama dari irigasi berselang adalah kemampuannya untuk
memberikan air dengan tepat pada saat yang dibutuhkan oleh tanaman. Hal ini
dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan air tanaman pada setiap fase
pertumbuhan. Misalnya, pada fase bibit atau tunas, tanaman membutuhkan lebih
banyak air dibandingkan dengan fase pematangan atau panen. Dengan
menggunakan irigasi berselang, petani dapat mengatur jadwal dan jumlah air yang
tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman pada setiap fase tersebut (Rejekiningrum,
2019).
Irigasi berselang juga dapat membantu dalam menghemat penggunaan air.
Dalam sistem ini, air diberikan dalam interval atau jeda waktu tertentu, sehingga
petani dapat mengontrol jumlah air yang diperlukan oleh tanaman. Dengan
mengatur interval dan durasi irigasi dengan bijak, petani dapat menghindari
pemborosan air dan meminimalkan risiko kelebihan air atau kekeringan.
Teknologi irigasi berselang juga mampu mengurangi emisi gas metana dari lahan
sawah. Metana (CH4) merupakan salah satu gas rumah kaca dengan indeks
potensi pemanasan global 21 kali molekul karbon dioksida (CO2). Salah satu
sumber emisi metana di sektor pertanian adalah lahan sawah. Tanah sawah yang
tergenang merupakan kondisi ideal bagi terbentuknya gas metana. Emisi metana
dari lahan sawah ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain tipe tanah,
pengelolaan air irigasi, suhu tanah, varietas tanaman, pemupukan, dan musim
tanam. Salah satu strategi penurunan emisi metana dari lahan sawah yaitu dengan
menggunakan teknologi irigasi berselang (Yulianingrum et al., 2019).

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui serta memahami manfaat penggunaan Tekhnologi Irigasi
Berseling yang mampu mereduksi gas metan dan N2O sampai 30% dibandingkan
dengan metode irigasi terus menerus.

1.3 Manfaat
Bagi mahasiswa dapat menerapkan ilmu tentang penggunaan Tekhnologi
Irigasi Berseling yang mampu mereduksi gas metan dan N2O sampai 30%
dibandingkan dengan metode irigasi terus menerus yang di lakukan pada lahan
sawah padi.
BAB 2. PEMBAHASAN

Peningkatan suhu permukaan bumi memicu terjadinya perubahan iklim


secara global. Dampaknya secara radikal adanya perubahan pola curah hujan dan
pergeseran musim. Perubahan iklim berakibat luas dan pihak yang paling
terancam adalah petani dan nelayan. Dikembangkan dalam bentuk teknologi,
adopsi inovasi atau mitigasi dalam menyikapi perubahan iklim. Penyebab
perubahan iklim kegiatan manusia yang menghasilkan gas rumah kaca. Aktivitas
yang dimaksud menghasilkan gas CO2, gas CH4, N2O. Kemudian dalam
komposisi yang lebih kecil yakni HFCs, PFCs dan SF6. Dampaknya peningkatan
suhu mempengaruhi kelembaban dan dinamika atmosfer, menyebabkan
perubahan pola hujan, meningkatkan intensitas iklim ekstrim seperti e-nino dan
la-nina serta mengakibatkan naiknya permukaan laut akibat kutub es yang
mencair. Muncul fenomena perubahan iklim yang dihadapi terutama bagi petani
padi. Ditengah resiko usaha tani padi yang kian besar muncul isu persoalan baru
gugatan terhadap upaya pengembangan padi. Contoh dari hal tersebut,
pembakaran jerami padi pada lahan persawahan yang menghasilkan gas CO2
merupakan salah satu gas rumah kaca. Selain itu terkait isu irigasi (Surmaini
et.al., 2011). Teknologi irigasi berselang mampu mereduksi gas metana dan N2O
sampai 30% dibanding irigasi terus menerus. Perbedaan rejim air sebagai
penyebab lebih tingginya hasil padi. Sistem irigasi berselang (intermitten) dapat
menekan emisi gas CH4. Hal ini disebabkan karena selang waktu kering dapat
mengurangi toksisitas unsur-unsur mikro tanah seperti Fe dan Al. Sedangkan jika
tergenang terus menerus akan meningkatkan emisi gas metan CH4. Hal ini
disebabkan tanah tergenang merupakan kondisi ideal bakteri metanogen dalam
pembentukan gas CH4 (Guntoro, S. 2011).
Teknologi irigasi berselang (intermittent) dapat mengurangi emisi gas
metana dari lahan sawah. Penghematan air irigasi dapat dilakukan dengan cara
pengairan berselang (mengairi lahan dan mengeringkan lahan secara periodik
dalam jangka waktu tertentu), dan sistem leb (mengairi lahan kemudian
dibiarkan air mengering, lalu diairi lagi). Cara ini mempengaruhi sifat fisiko-
kimia tanah (pH dan Eh) yang lebih menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman
karena menghilangkan zat-zat yang bersifat toksik bagi tanaman, seperti asam-
asam organik dan H2S. Pengairan berselang (intermittenirrigation) adalah
pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian
yang bertujuan menghemat air irigasi, memberi kesempatan akar berkembang
lebih dalam, mencegah timbulnya keracunan besi, mencegah penimbunan asam
organik dan gas H2S, mengaktifkan mikrobia bermanfaat, mengurangi
kerebahan, mengurangi jumlah anakan tidak produktif, menyeragamkan
pemasakan gabah, memudahkan pembenaman pupuk, mengurangi kerusakan
tanaman akibat hama tertentu (Wihardjaka, A., & Nursyamsi, D. 2012).
Pengeringan pada sistem pengairan berselang mampu menghambat turunnya
potensial redoks tanah, sehingga tidak terjadi kondisi optimal bagi
perkembangan bakteri pembentuk metan. Metana secara alamiah terbentuk dari
degradasi bahan organik melalui reaksi biokimia yang kompleks oleh bakteri
penghasil metana (methanogen: Methanococcus dan Methanosarcina), bakteri ini
hanya hidup dalam kondisi anaerob (tergenang air). Apabila lahan tidak
tergenang air (aerob), maka bakteri penghasil metana tidak dapat hidup dan
diganti oleh bakteri yang dapat mengonsumsi metana (methanotroph:
Methylomonas, Methylobacter, Methylococcus). Dengan demikian pengaturan
penggunaan air menjadi hal yang penting untuk mengurangi emisi gas rumah
kaca. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Makarim menunjukkan bahwa
budidaya padi pada lahan kering lebih mampu menurunkan emisi gas rumah
kaca 37-86% dibandingkan dengan lahan sawah irigasi. Penyebab lain rendahnya
emisi gas metana pada perlakuan pengairan berselang adalah dengan dua kali
pengeringan pada setiap musim tanam mengakibatkan kondisi lahan sawah
berada pada keadaan aerob. Dengan demikian suplai oksigen berlangsung secara
optimal. Penggenangan tanah sawah menurunkan nilai Eh tanah sehingga terjadi
proses reduksi sekuensial terhadap senyawa oksidatif anorganik dari bahan
organik. Bahan organik tanah didekomposisi oleh mikroba secara bertahap
melalui mekanisme respirasi aerobik, reduksi nitrat, fermentasi, reduksi sulfat,
dan fermentasi metana, pada gilirannya dihasilkan CO dan CH (Arif dkk 2016).
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Irigasi berselang (Intermitten irrigation) merupakan salah satu tekhnologi
mitasi yang digunakan dalam dunia pertanian. Irigasi berseling digunakan untuk
memberikan air kepada tanaman secara beratur dan terukur, dengan pengaturan
kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian. Manfaat
tekhnologi irigasi berselang mampu mereduksi gas metan dan N2O mencapai
30% dibandingkan irigasi terus menerus. Hal ini disebabkan Hal ini disebabkan
karena selang waktu kering dapat mengurangi toksisitas unsur-unsur mikro tanah
seperti Fe dan Al. Sedangkan jika tergenang terus menerus akan meningkatkan
emisi gas metan CH4. Hal ini disebabkan tanah tergenang merupakan kondisi
ideal bakteri metanogen dalam pembentukan gas CH4.
3.2 Saran
Tekhnologi irigasi berseling (Intermitten irrigation) sangat bermanfaat
dilakukan untuk mengurangi emisi gas metan CH4 yang ada di dalam tanah .
Namun pada saat ini petani kurang mengetahui dan memahami tekhnologi irigasi
berseling ini, makadari itu dapat dikenalkan terhadap petani secara perlahan.
Daftar Pustaka

Arif, C., Setiawan, B. I., Munarso, D. T., Nugraha, M. D., Sinarmata, P. W.,
Ardiansyah, A., & Mizoguchi, M. (2016). Potensi pemanasan global dari
padi sawah system of rice intensification (SRI) dengan berbagai ketinggian
muka air tanah. Jurnal Irigasi, 11(2), 81-90.

Guntoro, S. (2011). Saatnya menerapkan pertanian tekno-ekologis. AgroMedia.


Surmaini, E., Runtunuwu, E., & Las, I. (2011). Upaya sektor pertanian dalam
menghadapi perubahan iklim. Jurnal Litbang Pertanian, 30(1), 1-7.

Rejekiningrum, P. (2019). Alokasi optimum kebutuhan air untuk pertanian


dengan inovasi teknologi irigasi berselang (intermittent irrigation): Studi
kasus DAS Citarum, Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Matematika,
Sains Dan Teknologi, 4, 23–37.

Yulianingrum, H., Susilawati, H. L., & Pramono, A. (2019). Penerapan Paket


Teknologi Ramah Lingkungan Untuk Mengurangi Emisi Metana (CH4) Di
Lahan Sawah. Jurnal Ilmu Lingkungan, 17(1), 149.
https://doi.org/10.14710/jil.17.1.149-157.

Wihardjaka, A., & Nursyamsi, D. (2012). Pengelolaan Tanaman Terpadu pada


Padi Sawah yang Ramah Lingkungan (Integrated Crop Management in Rice
Environmentally Friendly). Jurnal Pangan, 21(2), 185-196.

Anda mungkin juga menyukai