No. Noise No. Noise No. Noise No. Noise No. Noise
1 73,6 25 63,3 49 69,2 73 67,2 97 66,4
2 71,2 26 68,1 50 71,6 74 69,4 98 68,2
3 65,9 27 68,5 51 68,1 75 67,9 99 69,5
4 67,7 28 68,7 52 78,6 76 66,3 100 68,4
5 70,5 29 65,6 53 66,0 77 67,2 101 72,2
6 67,6 30 67,0 54 66,7 78 85,3 102 69,1
7 79,8 31 64,6 55 63,0 79 68,8 103 68,8
8 63,9 32 64,2 56 65,4 80 64,7 104 70,2
9 69,3 33 64,7 57 65,5 81 68,1 105 67,7
10 64,2 34 67,2 58 75,2 82 69,3 106 66,8
11 65,4 35 60,7 59 69,9 83 69,2 107 68,7
12 65,2 36 64,6 60 63,2 84 65,8 108 71,6
13 64,1 37 66,6 61 69,5 85 67,5 109 69,2
14 63,4 38 68,3 62 67,6 86 63,5 110 67,4
15 68,9 39 64,2 63 69,3 87 62,3 111 70,3
16 68,4 40 64,2 64 72,5 88 67,0 112 69,0
17 65,5 41 64,2 65 71,2 89 62,4 113 68,3
18 64,5 42 68,4 66 71,6 90 68,3 114 69,8
19 63,6 43 67,5 67 65,7 91 66,1 115 68,4
20 68,2 44 66,7 68 71,3 92 69,9 116 68,5
21 63,6 45 72,0 69 67,1 93 64,5 117 65,8
22 65,9 46 83,4 70 70,0 94 69,7 118 65,8
23 72,2 47 79,0 71 70,7 95 68,0 119 74,8
24 62,6 48 70,9 72 65,1 96 68,4 120 63,7
Tabel 1. Hasil Sound Level Meter
Nilai Maksimum kebisingan : 83,4 dB
Nilai Minimum kebisingan : 60,7 dB
Percobaan dengan menggunakan anemometer adalah untuk menghitung nilai kecepatan angin.
Untk menhitungnya dapat menggunakan rumus
= 0,2795 m/s
Dari data kebisingan diperoleh nilai yang ditunjukan sebagai frekuensi kebisingan
lingkungan pada lokasi pintu masuk UIN Jakarta. Nilai kebisingan terendah berdasarkan table
sebesar 60,7 dB dan nilai tertinngi sebesar 83,4 dB. Kebisingan merupakan salah satu jenis polusi
yang dapat menyebabkan dampak terhadap kesehatan dan lingkungan, khususnya terhadap tingkat
stress pada manusia. Berdasarkan Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No 48 tahun 1996
menyatakan bahwa baku tingkat kebisingan lingkungan kegiatan di sekolah atau sejenisnya adalah
sebesar 55 dB. Dari hasil ini dapat diketahui tingkat kebisingan di pintu masuk UIN Jakarta telah
melewati baku mutu yang telah ditentukan. Kebisingan ini dapat disebabkan akibat dari residu
kinerja mesin kendaraan bermotor maupun bunyi klakson yang memiliki frekuensi lebih tinggi.
Jumlah kendaraan bermotor dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
kebisingan udara ambien. Nilai kebisingan yang tinggi akan berdampak terhadap aktivitas
manusia. Kebisingan dengan rata-rata 57 dB akan berdampak pada penurunan konsentrsai belajar.
Telah diketahui selama 1 jam terdapat 595 kendaraan bermotor yang memasuki pintu
masuk UIN Jakarta sehingga diperoleh nilai frekuensi kendaraan bermotor sekitar 9.91 kendaraan
per detik. Dari hasil pengamatan telah diketahui besar kecepatan angin adalah sebesar 0,2795 m/s,
suhu udara adalah 31◦ C, dan nilai kelembaban adalah sebesar 65 %RH. Kondisi zat pencemar
udara di suatu tempat dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Menurut Neigburger (1995), kecepatan
angin, suhu udara, dan kelembaban udara adalah bagian dari parameter meteorology yang dapat
mempengaruhi konsentrasi gas pencemar di udara. Hubungan antara kecepatan angin terhadap
konsentrasi pencemar udara adalah berbanding terbalik, yaitu semakin besar kecepatan angina
maka konsentrasi zat pencemar semakin kecil. Hal tersebut disebabkan oleh akibat adanya
pergerakan udara maka terjadi persebaran zat pencemar yang mengakibatkan konsentrasinya
menurun.
Untuk pengujian NO2,SO2 dan NH3 dilakukan dengan instrumen spektrofotometer UV-
Vis untuk mengetahui nilai kandungan zat-zat tersebut berdasarkan serapan cahaya tampak yang
dilewati ke dalam larutan sampel baik dengan perlakuan pendahuluan maupun tidak. Perlakuan
pendahuluan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan terhadap sampel larutan agar dapat
diketahui nilai serapan cahaya tampaknya pada suatu panjang gelombang tertentu. Pemberian
reagensia spesifik terhadap larutan sampel dilakukan agar terbentuk pewarnaan khas pada larutan
yang disebabkan terbentuknya senyawa produk dari reaksi yang terjadi antara zat pada sampel
dan zat yang ditambahkan.
4.2 Pengukuran Partikulat Debu Metode Gravimetri
Partikulat atau debu merupakan partikel padatan dan cairan halus yang tersuspensi dalam
udara ambient. Hembusan angin berdebu alamiah menyediakan konsnetrasi partikulat
“background”, sedangkan sumber-sumber buatan termasuk aktivitas konstruksi dan proses-proses
industri. Menuut Baird (1995), dampak buruk kesehatan akibat partikulat dalam atmosfer telah
diketahui untuk konsentrasi rataan tahunan 80 g/m3. Partikulat dapat mengakibatkan gangguan
bronkhitis, gangguan emphysema dan penyakit kardiovaskuler. Oleh alasan inilah perlu adanya
dilakukan pengukuran kadar partikulat debu.