Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sampling Udara Ambient


Penelitian sampling udara ambient dilakukan di pintu masuk UIN Jakarta yang banyak
dilintasi oleh buangan gas kendaraan civitas akademika UIN Jakarta yang menyebabkan terjadinya
pencemaran udara. Penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien
dilakuakn berdasarkan prinsip dalam penentuan loksi pengambilan contoh uji, yang perlu
diperhatikan bahwa data yang diperoleh harus dapat mewakili daerah yang sedang dipantau, yang
telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah
udara di sekitar pintu masuk UIN Jakarta sesuai dengan ambang batas baku mutu berdasarkan PP
No.41 tahun 1999.
Pada penelitan kali ini dilakukan pengambilan sampel dengan alat LVAS yang
dihubungkan dengan alat penghisap udara yang dinyalakan selama 60 menit. Selain itu juga
dilakukan pengambilan data pendukung seperti kecepatan angin, kelembapan udara, dan
kebisingan. Banyak kendaraan yang melewati area penelitian juga dilakukan perhitungan dengan
alat handy tally counter.
Hasil Pengamatan Udara Ambient Halte UIN
Hari,Tanggal : Senin, 25 September 2017
Lokasi : Pintu Masuk UIN Jakarta

Volume Suhu ( ͦC) Tekanan


Flowmeter Waktu
No. Parameter Absorber
L/menit Awal Akhir Awal Akhir (menit)
(mL)
1. 10 5 31 31 101 101 60

No. Noise No. Noise No. Noise No. Noise No. Noise
1 73,6 25 63,3 49 69,2 73 67,2 97 66,4
2 71,2 26 68,1 50 71,6 74 69,4 98 68,2
3 65,9 27 68,5 51 68,1 75 67,9 99 69,5
4 67,7 28 68,7 52 78,6 76 66,3 100 68,4
5 70,5 29 65,6 53 66,0 77 67,2 101 72,2
6 67,6 30 67,0 54 66,7 78 85,3 102 69,1
7 79,8 31 64,6 55 63,0 79 68,8 103 68,8
8 63,9 32 64,2 56 65,4 80 64,7 104 70,2
9 69,3 33 64,7 57 65,5 81 68,1 105 67,7
10 64,2 34 67,2 58 75,2 82 69,3 106 66,8
11 65,4 35 60,7 59 69,9 83 69,2 107 68,7
12 65,2 36 64,6 60 63,2 84 65,8 108 71,6
13 64,1 37 66,6 61 69,5 85 67,5 109 69,2
14 63,4 38 68,3 62 67,6 86 63,5 110 67,4
15 68,9 39 64,2 63 69,3 87 62,3 111 70,3
16 68,4 40 64,2 64 72,5 88 67,0 112 69,0
17 65,5 41 64,2 65 71,2 89 62,4 113 68,3
18 64,5 42 68,4 66 71,6 90 68,3 114 69,8
19 63,6 43 67,5 67 65,7 91 66,1 115 68,4
20 68,2 44 66,7 68 71,3 92 69,9 116 68,5
21 63,6 45 72,0 69 67,1 93 64,5 117 65,8
22 65,9 46 83,4 70 70,0 94 69,7 118 65,8
23 72,2 47 79,0 71 70,7 95 68,0 119 74,8
24 62,6 48 70,9 72 65,1 96 68,4 120 63,7
Tabel 1. Hasil Sound Level Meter
Nilai Maksimum kebisingan : 83,4 dB
Nilai Minimum kebisingan : 60,7 dB

Percobaan dengan menggunakan anemometer adalah untuk menghitung nilai kecepatan angin.
Untk menhitungnya dapat menggunakan rumus

𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑜𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟(𝑚)


Kecepatan Angin (m/s) = 𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 (𝑠)
142
= 508

= 0,2795 m/s
Dari data kebisingan diperoleh nilai yang ditunjukan sebagai frekuensi kebisingan
lingkungan pada lokasi pintu masuk UIN Jakarta. Nilai kebisingan terendah berdasarkan table
sebesar 60,7 dB dan nilai tertinngi sebesar 83,4 dB. Kebisingan merupakan salah satu jenis polusi
yang dapat menyebabkan dampak terhadap kesehatan dan lingkungan, khususnya terhadap tingkat
stress pada manusia. Berdasarkan Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No 48 tahun 1996
menyatakan bahwa baku tingkat kebisingan lingkungan kegiatan di sekolah atau sejenisnya adalah
sebesar 55 dB. Dari hasil ini dapat diketahui tingkat kebisingan di pintu masuk UIN Jakarta telah
melewati baku mutu yang telah ditentukan. Kebisingan ini dapat disebabkan akibat dari residu
kinerja mesin kendaraan bermotor maupun bunyi klakson yang memiliki frekuensi lebih tinggi.
Jumlah kendaraan bermotor dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
kebisingan udara ambien. Nilai kebisingan yang tinggi akan berdampak terhadap aktivitas
manusia. Kebisingan dengan rata-rata 57 dB akan berdampak pada penurunan konsentrsai belajar.
Telah diketahui selama 1 jam terdapat 595 kendaraan bermotor yang memasuki pintu
masuk UIN Jakarta sehingga diperoleh nilai frekuensi kendaraan bermotor sekitar 9.91 kendaraan
per detik. Dari hasil pengamatan telah diketahui besar kecepatan angin adalah sebesar 0,2795 m/s,
suhu udara adalah 31◦ C, dan nilai kelembaban adalah sebesar 65 %RH. Kondisi zat pencemar
udara di suatu tempat dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Menurut Neigburger (1995), kecepatan
angin, suhu udara, dan kelembaban udara adalah bagian dari parameter meteorology yang dapat
mempengaruhi konsentrasi gas pencemar di udara. Hubungan antara kecepatan angin terhadap
konsentrasi pencemar udara adalah berbanding terbalik, yaitu semakin besar kecepatan angina
maka konsentrasi zat pencemar semakin kecil. Hal tersebut disebabkan oleh akibat adanya
pergerakan udara maka terjadi persebaran zat pencemar yang mengakibatkan konsentrasinya
menurun.
Untuk pengujian NO2,SO2 dan NH3 dilakukan dengan instrumen spektrofotometer UV-
Vis untuk mengetahui nilai kandungan zat-zat tersebut berdasarkan serapan cahaya tampak yang
dilewati ke dalam larutan sampel baik dengan perlakuan pendahuluan maupun tidak. Perlakuan
pendahuluan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan terhadap sampel larutan agar dapat
diketahui nilai serapan cahaya tampaknya pada suatu panjang gelombang tertentu. Pemberian
reagensia spesifik terhadap larutan sampel dilakukan agar terbentuk pewarnaan khas pada larutan
yang disebabkan terbentuknya senyawa produk dari reaksi yang terjadi antara zat pada sampel
dan zat yang ditambahkan.
4.2 Pengukuran Partikulat Debu Metode Gravimetri

Partikulat atau debu merupakan partikel padatan dan cairan halus yang tersuspensi dalam
udara ambient. Hembusan angin berdebu alamiah menyediakan konsnetrasi partikulat
“background”, sedangkan sumber-sumber buatan termasuk aktivitas konstruksi dan proses-proses
industri. Menuut Baird (1995), dampak buruk kesehatan akibat partikulat dalam atmosfer telah
diketahui untuk konsentrasi rataan tahunan 80 g/m3. Partikulat dapat mengakibatkan gangguan
bronkhitis, gangguan emphysema dan penyakit kardiovaskuler. Oleh alasan inilah perlu adanya
dilakukan pengukuran kadar partikulat debu.

Hasil Pengamatan Pengukuran Partikulat Debu

BERAT (GRAM) BERAT


No Sampel ULANGAN RATA-RATA
1 2 3 (GRAM)
1 Filter blanko awal (B1) 0.8047 0.805 0.8049 0.8048
2 Filter sampel awal (W1) 0.8128 0.8125 0.8127 0.8126
3 Filter blanko akhir (B2) 0.8102 0.8095 0.81 0.8099
4 Filter sampel akhir (W2) 0.8013 0.8013 0.8013 0.8013

Volume sampel uji udara yang diambil (V)


𝐅𝟏 + 𝐅𝟐 𝐏𝐚 𝟐𝟗𝟖
𝐕= . 𝐭. .
𝟐 𝐓𝐚 𝟕𝟔𝟎
𝟓 𝐋⁄𝐦𝐞𝐧𝐢𝐭 + 𝟓 𝐋⁄𝐦𝐞𝐧𝐢𝐭 𝟕𝟓𝟕, 𝟓 𝐦𝐦𝐇𝐠 𝟐𝟗𝟖 𝐊
= . 𝟔𝟎 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐭. .
𝟐 𝟑𝟎𝟒 𝐊 𝟕𝟔𝟎 𝐦𝐦𝐇𝐠
= 𝟐𝟗𝟑, 𝟏𝟏 𝐋
Kadar debu total di udara :
𝐦𝐠 (𝐖𝟐 − 𝐖𝟏 ) − (𝐁𝟐 − 𝐁𝟏 )
𝐂( ⁄𝐋) =
𝐕
(𝟎, 𝟖𝟎𝟏𝟑 − 𝟎, 𝟖𝟏𝟐𝟔)𝐠 − (𝟎, 𝟖𝟎𝟗𝟗 − 𝟎, 𝟖𝟎𝟒𝟗)𝐠
=
𝟐𝟗𝟑, 𝟏𝟏 𝐋
−𝟎, 𝟎𝟏𝟏𝟑 𝐠 − 𝟎, 𝟎𝟎𝟓 𝐠
=
𝟐𝟗𝟑, 𝟏𝟏 𝐋
= −𝟓, 𝟓𝟔 𝐱 𝟏𝟎−𝟓 𝐠/𝐋
= −𝟓, 𝟓𝟔 𝐱 𝟏𝟎−𝟐 𝐦𝐠/𝐋
Perhitungan nilai partikulat digunakan metode gravimetri, dalam percobaan ini ditentukan
kadar debu total udara, sebelum ditentukan kadar debu total ditentukan terlebih dahulu volume
udara yang diserap dari sampling udara tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan, didapat kadar
debu sebesar -5,56 x 10-2 mg/L. Hal ini menunjukan bahwa kadar partikulat atau debu yang berada
di sekitar pintu masuk UIN Jakarta dibawah ambang batas. Baku mutu untuk partikulat debu yang
ditetapkan adalah sebesar 150 µg/m3 atau 15 x 10-8 mg/L. Artinya, kadar partikulat debu yang
terdapat pada daerah sekitar pintu masuk UIN Jakarta belum mencapai titik yang berbahaya. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan kecilnya nilai partikulat yang didapat pada penelitian kali ini.
faktor-faktor ini diantaranya:
a. Angin dan tekanan udara
Pergerakan angin yang kencang / fluktuatif mengakibatkan pengenceran dan perpindahan
yang cepat pada pencemar udara.
b. Kelembapan udara
Kelembapan udara yang rendah cenderung membuat partikulat diudara mengandung H2O
dan massanya lebih berat sehingga sebagian besar jatuh ke permukaan bumi yang
menyebabkan konsentrasinya berkurang. Pada area tempat pengambilan sampel banyak
tumbuh pepohonan yang membuat udara disekitarnya menjadi lembab.
c. Jauh dari sumber pencemaran
Lokasi pengambilan sampel jauh dari sumber pencemaran seperti kawasan industri atau
kawasan dengan konsentrasi partikulat yang tinggi. Walaupun pintu masuk UIN Jakarta
banyak dilalui oleh kendaraan bermotor, tetapi di sekitar daerah pintu masuk UIN Jakarta
tidak ada sumber pencemaran seperti kawasan industri dll.
Pencemaran udara oleh partikulat debu akan menyebabkan gangguan pada saluran
pernapasan atau khususnya pneumokoniosis yang disebabkan oleh adanya partikel/debu yang
masuk/mengendap di paru-paru. Selain itu partikulat yang berukuran lebih dari 5 mikron akan
mengiritasi saluran pernapasan dan merangsang respon imun sehingga dapat memicu timbulnya
penyakit pernapsan seperti bronchitis (Putra,2011).

Anda mungkin juga menyukai