Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN

UJI KEBISINGAN

KELOMPOK 2 :

Anggi Tri Nugraha (2019330013)

Hafidzin Al Anshori (2019330006)

Marisa (2019330029)

Shavira Dwinata (2019330020)

Muhammad Aufal Anandra (2018330007)

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

UNIVERSITAS SAHID JAKARTA

2021
UJI KEBISINGAN

1. Tujuan
Mengukur tingkat kebisingan suatu area

2. Dasar Teori
Gelombang suara atau bunyi akan selalu ada di sekitar kita dan tak bisa kita
hindari tanpa menggunakan peralatan khusus. Berbagai benda dan aktivitas di sekiar
kita mengeluarkan bunyi, tetapi tidak semua bunyi kita ingin dengar dan tidak
nyaman pada telinga kita. Jenis bunyi yang tidak kita kehendaki inilah yang bisa
disebut sebagai kebisingan Bunyi yang tidak kita inginkan ataukehendaki inilah yang
sering disebut bising atau kebisingan (Notoatmodjo, 2011).
Kebisingan merupakan salah satu jenis bahaya fisik yang sering dijumpai di areal
kerja. Terpajan oleh kebisingan yangberlebihan dapat merusak kemampuan untuk
mendengar (menjadi tuli) dan juga dapat mempengaruhi anggota tubuh yang lain
termasuk jantung (Soeripto, 2008)
Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yangdikategorikan
bising dan yang dapat mempengaruhi kesehatan(pendengaran) adalah diatas 60 dB.
Oleh sebab itu, para karyawanyang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin
diatas 60 dB,maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga,guna
mencegah gangguan-gangguan pendengaran (Notoadmodjo,2011). Dari akibat
pemajanan terhadap bising, kebanyakan atauumumnya tidak dapat disembuhkan
(tidak dapat diobati). Oleh karenaitu, menghindari kebisingan yang berlebihan adalah
satu-satunya carayang tepat untuk mencegah kerusakan pendengaran (ketulian)
(Soeripto, 2008)
Batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan
dari usaha atau kegiatan telah diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan. Sedangkan nilai ambang
batas kebisingan di tempat kerja telah diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.

3. Alat dan Bahan


3.1.Alat:
1) Digital Sound Level Meter

4. Langkah Kerja
1) Letakan alat sound meter sejajar dengan kuping.
2) Nyalakan tombol power.
3) Setelah muncul angka kita hidupkan mode pengukuran
4) Dinginkan dan lakukan pengencerannya sampai tanda tera
5) Tiap-tiap contoh dan larutan standar dilihat intensitasnya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm.

5. Data Pengamatan
6. Perhitungan
Setelah mendapat data-data tingkat kebisingan dari hasil pengukuran, dilakukan
analisis hasil pengukuran. Hasil pengukuran tingkat kebisingan dihitung untuk
mendapatkan Leq (24 jam). Leq adalah tingkat kebisingan rata-rata dari kebisingan
yang berubah-ubah (fluktuatif), dengan persamaan hitungan logaritma. Pertama-tama
dilakukan perhitungan Leq setiap satu menit dengan rumus:

Setelah mendapat Leq setiap menit, dari menit ke-1 (L1 ) sampai menit ke-10 (Lx ).
Lalu dilanjutkan dengan menghitung Leq setiap 1 menit dengan rumus:

Tabel 1. Hasil Pengukuran


Detik/Menit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 5 67,1 66,3 66,3 68,1 67,9 67,3 69 68 67,2 67,2
2 10 65,2 66,4 66,4 66,3 67,8 67,3 68 69 68,3 65
3 15 63,4 65,1 65,1 68,2 67,7 67,2 67,6 67 68,5 65
4 20 62,8 62,3 62,3 67,2 65,4 65,5 65,7 65 69 66
5 25 61,3 64,8 64,8 65,2 69 65,9 66,8 67,4 65 68,3
6 30 62,4 68,1 68,1 65,3 64,5 67,9 68,1 67,4 66 68
7 35 64,5 68,2 68,2 65,4 65,3 68,8 69,1 67,3 67,3 68
8 40 63,6 62,3 62,3 67,2 65,7 68,7 69,2 66,3 67,3 67,8
9 45 64,1 65,2 65,2 67,1 68,1 69 65 66,4 67,5 67,9
10 50 63,4 64,3 64,3 66,3 68,3 67 64 66,9 69,2 66,8
11 55 65,2 64,5 64,5 65,4 68,3 68 65 67,3 67 67,7
12 60 66,1 65,1 63,4 65,5 68,2 69 67 66,6 68 65,8

7. Pembahasan
Sumber bising utama dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok, yaitu:
1) Bising interior, berasal dari manusia, alat rumah tangga, atau mesin-mesin
gedung, misalnya radio, televisi, bantingan pintu, kipas angin, komputer,
pembuka kaleng, pengkilap lantai, dan pengkondisi udara.
2) Bising eksterior, berasal dari kendaraan, mesin-mesin diesel, transportasi.
Kebisingan dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
1) Kebisingan yang kontinu dengan spectrum frekuensi yang luas (Steady state,
wide band noise), misaknya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lain-
lain.
2) Kebisingan kontinu dengan spectrum frekuensi sempit (steady state, narrow
band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dan lain-lain.
3) Kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya lalu lintas, suara kapal
terbang di lapangan udara.
4) Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise), seperti pukulan tukul,
tembakan bedil atau meriam, ledakan, dan lain-lain.
5) Kebisingan impulsive berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.

8. Kesimpulan
Dari hasil pengukuran dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa sumber
kebisingan dapat dikategorikan aman apabila di lingkungan pekerjaan karena sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011
Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja yaitu
di bawah 70 dBA. Sedangkan masih di atas ambang batas apabila berada di kawasan
pemukiman dengan ambang batas sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan 50 dBA.

9. Daftar Pustaka
Notoatmodjo, 2011.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineke Cipta
Soeripto, M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011 Tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat
Kebisingan

Anda mungkin juga menyukai